1st

SCHATTEN

Title: SCHATTEN.

Author: Aul_Ondubu

Cast: Vhope, NamJin & Other.

Length: Two shot.

Rating: T

Genre: Romance, , Hurt/Comfort.

 

Disclaimer: BTS adalah sepenuhnya milik diri mereka sendiri, orang tua, dan tentunya Tuhan mereka. Tetapi untuk ff ini adalah sepenuhnya milik saya, dan dimohon untuk tidak menjiplak maupun mengakuinya sebagai milik Anda.

.

.

.

Aul_Ondubu presents :
 

.

.

.

.

++_SCHATTEN_++

.

.

.

.

Malam mulai menjelang. Kilau jingga yang semula nampak begitu anggun menyelimuti hamparan langit luas kini perlahan mulai sirna dan tergantikan oleh kelamnya langit malam. Satu per satu kawanan anak-anak kecil yang terlihat begitu asyik berlarian mengelilingi taman pun turut melangkah meninggalkan area yang seringkali mereka gunakan untuk bermain ketika sang ibu datang menghampiri.

 

Sepi. Sunyi. Mungkin hanya dua kata tersebut yang sesuai untuk menggambarkan keadaan taman kota di penghujung senja seperti saat ini. Tak ada lagi derai tawa yang berkumandang melalui bibir-bibir mungil para malaikat kecil yang menyibukkan diri mereka dengan bermain, begitu pun halnya dengan sebuah rumah sederhana yang terletak di sudut kota Seoul. Jendela-jendela kaca yang mulai diselimuti oleh debu tipis dibiarkan terbuka begitu saja. Bahkan pintu utama dari rumah tersebut pun dibiarkan menutup seadanya tanpa perduli apakah sebuah kunci telah turut andil untuk memberikan sebuah pengamanan sederhana di sana.

 

Ya, mungkin kedua hal yang terlihat sepele tersebut tak lagi diindahkan oleh sepasang lelaki berusia 23 tahun yang menghuni rumah tersebut. Salah seorang lelaki bertubuh tinggi semampai dengan rambut hitamnya yang mulai memanjang tersebut nampaknya lebih mementingkan urusan dapur untuk saat ini.

 

Dan hal itu terlihat dari keadaannya yang saat ini mulai mengeluarkan beberapa bahan yang ia butuhkan dari dalam lemari pendingin berukuran sedang yang terletak di sudut dapur. Tangan-tangan kokohnya dengan cekatan mengeluarkan sebungkus sosis yang mulai membeku dari dalam freezer, beberapa butir telur yang tersisa dari kegiatan membuat cake yang ia lakukan kemarin, dan juga sebuah wadah berisikan beberapa sayuran segar. Ia meletakkan bahan-bahan tersebut di atas meja makan dengan seutas senyum yang begitu menawan di atas bibirnya.

 

Lain halnya dengan seorang lelaki lain yang hanya terdiam mengamati setiap pergerakan sang lelaki berambut kelam. Tak sekali pun ia berniat untuk menghampirinya dan kemudian menawarkan sebuah bantuan untuk meletakkan bahan-bahan yang baru saja diambil dari lemari pendingin. Ia hanya berdiri di sisi meja makan dengan bibir yang terkatup rapat. Ia bahkan tak berniat untuk membalas senyuman lelaki di hadapannya yang kini telah beralih memandangnya penuh minat.

 

“Taehyung-ah, kau ingin makan apa malam ini?” tanya lelaki tersebut dengan suaranya yang khas. Sepasang matanya menatap lurus ke arah seorang lelaki lain dengan paras yang jauh lebih manis darinya sembari memperlihatkan senyum indahnya.

 

Namun lelaki yang sebelumnya ia panggil dengan nama Taehyung tersebut hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah. Membuat senyuman yang semula menghiasi bibir sang lelaki berambut kelam memudar secara perlahan. Ia memajukan tubuhnya untuk lebih mendekat pada tubuh mungil Taehyung dan menangkupkan sebelah tangannya di atas pipi sang kekasih yang nampak memucat. Mengusapnya perlahan dan menarik wajah Taehyung yang semula menunduk menatap lantai untuk dapat menghadap wajahnya.

 

“Kau terlihat pucat, Taehyung-ah. Kau sakit?” tanyanya lirih hingga nyaris menyerupai sebuah bisikan lembut yang menggelitik pendengaran Taehyung.

 

Lagi, Taehyung hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Ia mengangkat sebelah tangannya dan menangkupkannya diatas tangan kokoh milik sang kekasih yang masih setia bertengger diatas wajahnya. Taehyung menarik tangan tersebut dari wajahnya dan memilih untuk menautkannya diantara jari-jemarinya yang lentik selayaknya jari-jemari seorang gadis. Menggenggamnya lembut dan mengukir seutas senyum tipis di atas bibirnya.

 

“Aku baik-baik saja. Aku... Aku hanya sedang tak ingin makan. Maaf...” ucapnya tak kalah lirih.

 

Sang lelaki berambut kelam yang diketahui bernama Hoseok tersebut menggelengkan kepalanya dan menekankan jari telunjuknya yang tak terkungkung dalam genggaman tangan Taehyung diatas bibir, seolah mengisyaratkan Taehyung untuk menghentikan ucapannya. Hoseok melepaskan genggaman tangan Taehyung dan memilih untuk menangkupkan kedua tangannya di atas wajah sang pujaan hati.

 

“Berhentilah meminta maaf, Tae. Kau sama sekali tak melakukan kesalahan apa pun padaku.” ucapnya lembut seraya kembali menghadirkan seutas senyum yang menghangatkan di atas bibirnya yang menawan.

 

Hal itu membuat Taehyung tanpa sadar ikut melukiskan seutas senyum simpul diatas bibirnya yang tipis. Dan Hoseok terkekeh melihatnya. Sejujurnya ia begitu menyukai saat-saat di mana mata kecil Taehyung mulai menyipit dan membentuk sebuah lengkungan layaknya bulan sabit ketika lelaki itu tersenyum. Dan menurut Hoseok, hal itu membuat Taehyung terlihat begitu menggemaskan.

 

Ingin rasanya ia kembali mendekatkan wajah tampannya pada wajah Taehyung yang selalu terlihat menggemaskan dan mendaratkan sebuah kecupan lembut di atas bibirnya yang telah menjadi candu untuk Hoseok. Tapi, tidak. Hoseok mengenyahkan pikiran tersebut dari kepalanya dan memilih untuk mendaratkan sebuah kecupan di kening Taehyung yang tertutupi oleh poni.

 

Cukup lama Hoseok membiarkan bibirnya menempel sempurna dengan kening Taehyung. Sepasang iris obsidian miliknya yang senantiasa berpendar jenaka pun kini telah terpejam, seolah ingin meresapi kedekatan antara dirinya dengan seorang lelaki bertubuh mungil yang begitu ia cintai.

 

Dengan perlahan Hoseok menjauhkan tubuhnya dari tubuh Taehyung, yang juga secara otomatis telah memutuskan tautan bibirnya dengan kening sang kekasih.

 

“Jika kau tak ingin makan, bagaimana jika kubuatkan segelas coklat hangat? Kau mau?” tanya Hoseok penuh perhatian seraya membenahi tatanan rambut kecoklatan Taehyung yang sedikit berantakan.

 

Taehyung tersenyum lemah dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

 

“Ya...”

.

.

.

.

++_SCHATTEN_++

.

.

.

.

Suasana hening yang semula terasa begitu pekat kini mulai menguap secara perlahan ketika serentetan derai tawa kembali berkumandang di sepenjuru ruang makan. Beberapa bahan makanan yang sempat diletakkan di atas meja makan oleh Hoseok kini telah dikembalikan ke tempat asalnya, mengingat sang kekasih yang mengatakan bahwa ia sedang tak berselera untuk makan. Dan hal itu pun ikut menular kepada Hoseok. Karena itulah, ia akhirnya memutuskan untuk meracik dua gelas coklat hangat untuk dirinya dan juga untuk Taehyung.

 

Dan disinilah mereka saat ini. Saling duduk berhadapan di atas meja makan dengan segelas coklat hangat hasil racikan tangan terampil Hosoek. Kedua tangan mereka saling bertautan mesra dengan pandangan mata yang seolah saling menghipnotis satu sama lain. Sesekali Hoseok  nampak menceritakan berbagai macam hal konyol yang pernah ia alami ketika berada di kantor dan tak jarang pula ia terlihat menirukan gaya bicara dari salah satu tokoh kartun yang disukai oleh Taehyung dengan tingkahnya yang jenaka. Dan Taehyung pun hanya menanggapinya dengan tersenyum simpul sambil sesekali tertawa lirih ketika Hoseok terlihat begitu konyol di matanya.

 

Untuk sekali lagi, sepertinya Hoseok harus kembali mengakui betapa ia sangat menyukai saat-saat di mana ia dapat membuat Taehyung tertawa lepas seperti saat ini. Dan untaian tawa yang mengalun lembut melalui bibir Taehyung adalah melodi terindah yang pernah ia dengarkan semasa hidupnya. Hoseok mempererat genggaman tangannya pada tangan Taehyung sembari menatapnya penuh kasih.

 

“Aku mencintaimu, Taehyung-ah.” bisiknya lirih seraya mengangkat tangan kanan Taehyung ke udara dan kemudian mengecupnya lembut.

 

Taehyung tersenyum mendengarnya. Ia ikut mempererat genggaman tangan Hoseok dan membalas ucapannya, “Aku juga mencintaimu, Hoseok-ah. Sangat mencintaimu.”

 

Hoseok tak mampu menahan dirinya untuk tak tersenyum lebar ketika mendengar untaian kalimat penuh cinta dari bibir Taehyung. Ingin rasanya ia segera beranjak dari tempat duduknya dan kemudian menghujani Taehyung dengan kecupan di seluruh wajahnya yang manis. Namun Hoseok mengurungkan niatnya ketika Taehyung melirik sekilas ke arah sebuah jam dinding yang tergantung di dekat pintu dapur dan kembali membuka bibirnya untuk berbicara.

 

“Sudah hampir tengah malam. Apa kau tak ingin istirahat? Aku tak ingin kau terlambat pergi ke kantor besok pagi.” ujar Taehyung yang kembali mengalihkan pandangannya pada sang kekasih.

 

Dan Hoseok hanya berdecak lirih mendengarnya. Sebenarnya ia tak pernah perduli jika ia harus terlambat datang keesokan harinya. Yang ingin ia lakukan saat ini hanyalah menghabiskan malam bersama Taehyung yang sudah lama tak ia lakukan. Jujur saja, ia begitu merindukan Taehyung. Ia bahkan tak ingat kapan terakhir kalinya ia menghabiskan malam bersama Taehyung di atas ranjang sembari membisikkan kata-kata penuh cinta di telinga sang kekasih.

 

Tapi Hoseok tahu, Taehyung tak pernah menyukai sebuah bantahan. Karena itulah, ia hanya menganggukkan kepalanya secara perlahan dan tersenyum lemah pada Taehyung yang kini menatapnya.

 

“Aku tahu, Tae. Pergilah ke kamar lebih dulu. Aku akan membereskan gelas minuman kita dan kemudian menyusulmu.” ujar Hoseok seraya beranjak menghampiri Taehyung dan mengecup pucuk kepalanya dengan sayang.

 

“Baiklah, aku akan menunggumu di kamar.” ucap Taehyung setelah sebelumnya ia menyempatkan diri untuk mengecup pipi Hoseok dengan gerakan secepat kilat.

 

Taehyung mengulum senyum ketika dilihatnya Hoseok mengukir sebuah seringai ketika ia menjauhkan bibirnya dari pipi lelaki itu. Ia menundukkan wajahnya yang mulai dihiasi oleh rona kemerahan seraya membalikkan tubuhnya dan kemudian melangkah meninggalkan ruang makan. Meninggalkan Hoseok yang kini hanya terdiam di tempatnya seraya menatap sendu ke arah coklat hangat milik Taehyung yang masih terlihat utuh tanpa sekalipun disentuh olehnya. Hoseok menghela nafas panjang dan kemudian meraih gelasnya yang telah kosong serta gelas milik Taehyung yang masih terisi penuh. Meletakkannya secara asal diatas tempat pencucian piring, sebelum akhirnya memutuskan untuk segera menyusul Taehyung yang telah menantinya di kamar.

.

.

.

.

++_SCHATTEN_++

.

.

.

.

Detikan jarum jam yang bergumam di dinding bagaikan sebuah alarm yang menyeretnya dari alam mimpi. Dengan sedikit enggan Hoseok memaksa sepasang kelopak matanya yang masih terasa begitu lengket untuk dapat membuka seluruhnya. Ia mengerjap-ngerjapkannya sejenak untuk sekedar membiasakan diri dengan cahaya temaram dari sebuah lampu kecil yang diletakkan di atas meja nakas sembari mengumpulkan kesadarannya. Dan sesaat setelah ia berhasil mengumpulkan kesadarannya, Hoseok tersenyum lembut ketika menyadari adanya figure lelaki lain yang hingga detik ini masih terlelap dengan damainya diatas dada bidang Hoseok yang dijadikan selayaknya sebuah bantal. Lengan kurusnya melingkar sempurna diatas pinggang Hoseok, seolah takut jika sang kekasih akan pergi darinya ketika ia melepasnya.

 

Hoseok mengulum senyum dan memilih untuk melepaskan dekapan Taehyung yang memenjarakan tubuhnya dengan begitu perlahan. Ia tak ingin membuat Taehyung terbangun hanya karena pergerakan kecil yang ia lakukan. Dan sesaat setelah ia berhasil melakukannya, Hoseok memilih untuk menjauhkan tubuhnya dan kemudian terduduk di tepi ranjang, setelah sebelumnya membenahi letak selimut yang menutupi tubuh Taehyung.

 

Hoseok kembali tersenyum lembut menatap wajah damai sang kekasih seraya mengusap lembut kening Taehyung yang dibasahi oleh peluh. Dan sesaat setelahnya, Hoseok memilih untuk mendekatkan wajahnya pada wajah damai Taehyung yang masih terlelap. Mencoba untuk mengeliminasi jarak yang tercipta sebelum akhirnya mendaratkan bibirnya tepat di atas bibir Taehyung yang terkatup rapat.

 

“Aku mencintaimu, Kim Taehyung...”

.

.

.

.

++_SCHATTEN_++

.

.

.

.

“Oi, Jung Hoseok!”

 

Mendengar namanya disebut, Hoseok kemudian menghentikan sejenak kegiatannya yang saat itu tengah mengaudit ulang setumpuk laporan keuangan. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas hingga membentuk seutas senyum simpul diatas wajahnya yang tampan. Melepaskan sejenak kacamata baca yang menggantung di pucuk hidungnya, dan kemudian berbalik ke arah seorang lelaki bertubuh pendek yang kini berdiri tegap di samping meja kerjanya.

 

“Ada apa, Jimin?” tanya Hoseok sembari meraih segelas americano miliknya yang telah mendingin dan menyesapnya perlahan.

 

Alih-alih segera menjawab pertanyaan dari teman sekantornya, Jimin justru meraih sebungkus permen kopi yang selalu disediakan oleh Hoseok di mejanya. Membuka bungkusnya, dan kemudian segera melahapnya seraya duduk di pinggiran meja.

 

“Lima menit lagi istirahat makan siang. Kau ingin ikut denganku? Kudengar ada kedai ramyeon yang cukup enak di dekat sini.” ajak Jimin seraya menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku. “Yoongi, Seokjin dan sepupumu, Namjoon, juga sudah setuju untuk ikut makan siang bersama. Jadi kau mau ikut atau tidak?” lanjutnya.

 

Hoseok terdiam selama beberapa saat setelah mendengar ajakan Jimin. Sedikit menimbang-nimbang apakah ia harus ikut ataukah tidak. Namun beberapa detik setelahnya, Hoseok menggelengkan kepalanya seraya tersenyum tipis.

 

“Terima kasih atas ajakanmu. Tapi maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut makan siang bersama kalian.” jelas Hoseok yang kini ikut menggulung lengan kemejanya seperti yang dilakukan sebelumnya oleh Jimin.

 

“Eh? Tidak biasanya kau menolak untuk makan siang bersama. Ada apa, eoh?”

 

Mendengarnya, Hoseok hanya tertawa lirih seraya melonggarkan ikatan dasinya dan membuka satu kancing teratas. “Tidak ada apa-apa, Jimin. Aku hanya sudah punya janji makan siang dengan Taehyung.” melirik sekilas arlojinya yang melingkar di tangan kiri, sebelum kemudian beranjak berdiri dan meraih kunci mobilnya yang tersimpan di dalam laci meja. “Dan sepertinya aku harus segera pergi sekarang. Taehyung pasti sudah menungguku. Bye, Jim!” lanjutnya yang segera melangkah meninggalkan ruang kerjanya setelah sebelumnya menepuk bahu Jimin.

 

Jimin mengerutkan keningnya dan menatap punggung Hoseok yang mulai berjalan menjauh dengan penuh tanya. “Taehyung itu... Siapa…?”

.

.

.

.

++_SCHATTEN_++

.

.

.

.

Sebuah mobil berwarna hitam metalik yang sebelumnya meluncur di atas jalanan padat kota Seoul dengan kecepatan sedang kini terlihat mengurangi lajunya, sebelum akhirnya menepi dan berhenti tepat di depan sebuah café bernuansa klasik. Hoseok, yang tak lain merupakan pengemudi dari mobil tersebut, segera mematikan mesin mobilnya dan kemudian memasang rem tangan. Sesaat setelah memastikan penampilannya tetap terlihat sempurna, lelaki bermarga Jung tersebut pun segera membuka pintu mobilnya dan kemudian melangkah keluar.

 

Hoseok kembali mengayunkan sepasang tungkai jenjangnya dan melangkah memasuki area café dengan senyuman yang turut menemani langkahnya. Mengulurkan sebelah tangannya guna meraih pintu masuk dan kemudian kembali menghentikan langkahnya setelah berhasil menginjakkan kaki di dalam area café. Hoseok mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, sebelum akhirnya kembali tersenyum seraya berseru; “Taehyung-ah!!”

 

Hoseok kembali menyerukan nama sang kekasih dengan lantang seraya melambaikan sebelah tangannya dengan penuh suka-cita. Seolah tak memperdulikan para pengunjung café lainnya yang merasa sedikit terganggu dengan tingkah kekanakan Hoseok. Bahkan tak sedikit di antaranya yang kini telah beralih menatap ke arah Hoseok dengan gumaman lirih yang ikut berdendang melalui belahan bibir mereka.

 

Tapi toh Hoseok tak perduli. Ia hanya menanggapinya dengan mengedikkan bahu tegapnya dan kemudian kembali membuka langkahnya. Melangkah mendekati sang pujaan hati yang duduk menunggunya di sebuah meja untuk pasangan yang berada di dekat jendela. Hoseok pun segera mengambil tempat di hadapan Taehyung dengan senyuman yang masih menghiasi wajah tampannya.

 

Hi, baby.” ucap Hoseok dengan kedipan matanya yang mempesona.

 

Hi, sweetheart.” balas Taehyung dengan diselingi oleh kekehan lirih.

 

“Sudah lama menungguku?” Hoseok meraih jemari Taehyung yang ada di atas meja dan menggenggamnya lembut.

 

Taehyung menggelengkan kepalanya seraya membalas genggaman tangan Hoseok. “Tidak... Aku baru sampai lima menit yang lalu.”

 

“Sudah memesan makanan?” tanya Hoseok sembari meraih buku menu dengan sebelah tangannya yang bebas.

 

Lagi, Taehyung hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. “Aku belum memesan apapun.” jawabnya yang diikuti dengan seulas senyum tipis.

 

Hoseok mengangguk affirmatif tanpa mengalihkan pandangannya dari daftar menu yang tengah diamatinya saat ini. “Lalu kau ingin makan apa, baby?”

 

Taehyung terdiam. Hazel beningnya menatap lurus ke arah Hoseok dengan seulas senyum tipis yang masih menghiasi bibirnya. Entahlah, ia hanya menyukai saat-saat di mana kekasih tampannya terlihat begitu lembut dan penuh perhatian padanya seperti saat ini. Terkadang Hoseok mungkin memang kerap bertingkah konyol dan kekanakan, namun ia mengakui jika Hoseok selalu terlihat jauh lebih dewasa dibandingkan dirinya. Dan Taehyung menyukai itu.

 

“―by? Taehyung-ie baby~ Kau mendengarku?” panggil Hoseok yang menginterupsi Taehyung dari lamunan singkatnya.

 

“Eung... Y-Ya... Ada apa?” ujar Taehyung dengan sedikit terbata.

 

Hoseok menghela napas panjang dan menutup buku menu yang ada di hadapannya. Ia mempererat genggamannya pada tangan Taehyung dan menatapnya intens.

 

“Aku tadi bertanya, kau ingin makan apa, hm?” tanya Hoseok lembut. Dan jujur saja, itu membuat Taehyung kembali merasa rileks seperti sebelumnya.

 

“Apa saja. Asalkan aku memakan makanan yang sama dengan kekasihku.” jawab Taehyung tak kalah lembut dengan kembali mengukir senyuman termanisnya.

 

“Hm, baiklah. Bagaimana jika Lasagna dan segelas Frappe yang manis?”

 

“Itu menu favoritku.” ucap Taehyung sembari tertawa lirih.

 

Hoseok mengulum senyumnya dan memilih untuk mengulurkan sebelah tangannya ke udara guna memanggil seorang waiter. Tak lama berselang, seorang lelaki berusia tanggung yang berpakaian selayaknya waiter di café tersebut melangkah mendekati meja mereka. Ia berdiri disamping meja Hoseok dan Taehyung dengan sebuah buku catatan kecil yang terselip di pegangan tangannya, bersiap untuk mencatat pesanan sang konsumen.

 

“Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya ramah dengan sedikit berbasa-basi.

 

“Uhm, ya. Aku ingin memesan 2 Lasagna dan 2 Frappe untukku dan kekasihku.” ujar Hoseok seraya membalas senyuman sang waiter.

 

Waiter ber-nametag ‘Jeon Jungkook’ tersebut mengerutkan keningnya dan menatap Hoseok dengan sedikit heran. Sedetik setelahnya, ia beralih menatap ke arah Taehyung dengan penuh tanya.

 

“Hei, ada apa?” interupsi Hoseok yang merasa tak suka dengan sang waiter yang menatap ke arah Taehyung dengan cukup intens.

 

“Ah, ti-tidak ada apa-apa, Tuan. Maaf.” Jungkook membungkukkan tubuhnya penuh hormat sebelum akhirnya mencatat pesanan Hoseok yang telah disebutkan sebelumnya. “2 Lasagna dan 2 Frappe. Baiklah, pesanan Anda akan segera kami antarkan dalam 15 menit. Terima kasih.” lanjutnya seraya kembali membungkukkan tubuhnya. Ia membalikkan tubuhnya dan segera melangkah meninggalkan tempat tersebut, setelah sebelumnya kembali menoleh sekilas ke arah Taehyung yang hanya terdiam seraya menundukkan wajahnya.

.

.

.

.

++_SCHATTEN_++

.

.

.

.

Saat ini waktu telah menunjukkan pukul 07.00 P.M. Langit senja yang berpendar jingga telah tergantikan oleh langit kelam yang dihiasi oleh ribuan bintang sejak beberapa waktu yang lalu. Satu per satu pegawai yang bekerja dibawah naungan Big Hit Corp. mulai melangkah meninggalkan area perkantoran dengan raut penuh rasa lelah yang tercetak dengan begitu jelas di wajah mereka.

 

Tak terkecuali halnya dengan Hoseok. Lelaki berusia 23 tahun yang menjabat sebagai manajer keuangan di tempatnya bekerja tersebut baru saja menyelesaikan laporannya. Hoseok meregangkan tubuh tegapnya yang terasa kaku dengan sesekali menguap kecil. Melepaskan kacamatanya dan mengurut perlahan pangkal hidungnya sembari memejamkan mata sejenak.

 

Hari ini memang hari yang cukup melelahkan untuknya. Seharusnya ia sudah pulang sejak dua jam yang lalu, namun karena ia diharuskan untuk menyelesaikan setumpuk laporan keuangan bulanan, jadilah ia terpaksa berdiam diri di tempat kerjanya lebih lama dari biasanya. Hoseok meraih segelas americano miliknya yang masih tersisa sedikit, sebelum kemudian beranjak berdiri dan memberesi meja kerjanya. Baru saja ia hendak membalikkan tubuhnya menuju sebuah rak berisikan dokumen-dokumen penting, namun ia mengurungkannya ketika menyadari adanya kehadiran orang lain yang memasuki ruangannya.

 

“Hai,” sapa seorang lelaki berparas manis dengan bibir tebalnya yang mempesona.

 

“Oh, hai, Jin.” balas Hoseok yang kembali melanjutkan aktivitas sebelumnya.

 

“Sudah mau pulang?” tanya Seokjin yang kini telah terduduk di pinggiran meja kerja Hoseok.

 

Yeah... Akhirnya aku bisa pulang dengan tenang setelah menyelesaikan semua sampah ini.” gurau Hoseok seraya menyimpan setumpuk laporan yang baru saja ia selesaikan ke dalam sebuah rak khusus.

 

Seokjin tertawa geli mendengarnya. Ia beranjak bangun dari posisi duduknya dan beralih menggulung lengan kemejanya. “Dasar berlebihan!”

 

Hoseok ikut terkekeh bersama Seokjin dan berdiri di dekatnya. “Ada apa? Tidak biasanya kau mengunjungi ruanganku.”

 

“Tidak ada apa-apa, hanya ingin menyampaikan sesuatu padamu.”

 

“Apa itu?”

 

“Yoongi mengundang kita untuk makan malam bersama. Dia bilang, dia ingin mentraktir kita. Yah, hanya untuk merayakan dirinya yang baru saja mendapat promosi dari direktur minggu lalu.” jelas Seokjjin seraya menyisir rambut almond-nya dengan jari. “Kau mau ikut?”

 

“Hm, bagaimana ya... Sepertinya aku―”

 

“Ya!! Ternyata kalian masih disini, eoh?” seru Jimin yang masuk ke dalam ruang kerja Hoseok secara tiba-tiba.

 

“Jimin? Kenapa kau ada disini?” tanya Seokjin heran.

 

“Kenapa, katamu? Aigo... Aku, Yoongi, dan Namjoon sudah menunggu kalian sejak tadi dibawah! Dan kalian malah asyik mengobrol seperti itu. Bisakah kita pergi sekarang? Aku benar-benar kelaparan~~” keluh Jimin dramatis seraya mengusap perut datarnya. “Oh, dan kau juga sudah ditunggu oleh monster kesayanganmu itu. Asal kau tahu saja, Jin. Dia berkali-lipat sangat menyebalkan jika sudah menggerutu tanpa henti seperti tadi.” lanjutnya sembari menunjuk ke arah Seokjin.

 

“Tsk... Bisakah kau bersabar sedikit, Tuan Park? Aku baru saja mengatakan pada Hoseok jika Yoongi ingin mentraktir kita makan malam!” jawab Seokjin yang sedikit jengkel dengan sikap sahabatnya yang tak sabaran.

 

“Eum... Maaf, guys. Tapi sepertinya aku tak bisa ikut.” sahut Hoseok yang hanya terdiam sejak tadi.

 

“Eh? Kenapa?” sahut Seokjin dan Jimin bersamaan.

 

Hoseok tersenyum penuh arti dan meraih kunci mobil serta tas kerjanya. “Karena Taehyung pasti sudah menungguku di rumah.” Ia kemudian berbalik menghadap Seokjin dan Jimin seraya menepuk pundak kedua sahabatnya. “Sampaikan maafku untuk Namjoon dan Yoongi karena tak bisa bergabung malam ini. Bye!” lanjutnya yang kemudian segera melangkah meninggalkan ruang kerjanya.

 

“Taehyung...” bisik Seokjin lirih sembari menatap sendu punggung Hoseok yang mulai menjauh.

 

“Hei, aku jadi sedikit penasaran. Sebenarnya siapa itu Taehyung?” tanya Jimin memecah keheningan.

 

Seokjin menolehkan kepalanya menghadap Jimin dan menatapnya heran. “Kau tidak mengenal Taehyung?”

 

“Tidak, aku sama sekali tidak mengenal siapa itu Taehyung. Aku baru bekerja di sini selama empat bulan, kau ingat?”

 

Seokjin menghela napas panjangnya seraya kembali mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk ruang kerja Hoseok.

 

“Taehyung adalah kekasih Hoseok. Dan dari yang kutahu selama aku mengenalnya sejak SMU, Hoseok sangat mencintainya.” jelas Seokjin lirih hingga nyaris menyerupai sebuah bisikan. Seokjin kembali mengulas sebuah senyuman sendu dan berbalik menatap Jimin. “Tolong jangan ceritakan hal ini pada Namjoon.” lanjutnya pelan, sebelum kemudian melangkah meninggalkan tempat tersebut dengan Jimin yang mengikuti langkahnya dari belakang.

.

.

.

.

++_To Be Countinued_++


A/N: FF ini adalah sebuah songfict yan aul buat berdasarkan sebuah lagu milik Sam Tsui yang berjudul ‘Shadow’. Schatten sendiri adalah bahasa Jerman yang artinya adalah Shadow. Tadinya aul mau jadiin ini one shot. Tapi ternyata malah kepanjangan ... T^T

Yaudah akhirnya aul pisahin aja jadi twoshot biar nggak pada bosen bacanya ... XD

Oh ya, terima kasih ya sudah berkunjung~ ^^d

Sampai jumpa lagi di ff aul yg lainnya ... :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
shintaft #1
Chapter 2: baper gillaaaaa, sial sial sial
chiJhope #2
Chapter 2: huaaaaa.. eomma :'( Sumpah yah, gue nangis sampe dada gue rasanya mau pecah gegara baca ni FF. ohh, ini sangat menyedihkan. bisa mati karena sedih krn baca FF ini. author mah keren banget ihh..
vitch_ #3
Chapter 2: Huaaaa aul jahat. Tau nggak, aku ga bisa berhentu nangis T.T
Nggak tau mau ngomong apa lagi. So touching T.T
yonyoongi #4
Chapter 2: Sedih o(iДi)o
blackmelody
#5
Chapter 2: KAN BENER KAANNN!!!!

Aku awalnya ada niat mau bikin sejenis ini tp taehyungnya ga meninggal, cuma jadi idol aja...

Terus karena hoseok udh bikin taehyung sendiri di otak kecilnya, dia malah gak ngenalin taehyung asli... sayangnya aku gagal nulis itu jadinya malah nulis yg 'You' :"(

Ini bagus banget penyampaiannya aku nangis tau gak:"(
vitch_ #6
Chapter 1: Please update soon!! Agak susah aku cari ff bts atau emang kebanyakan ff di aff pake bahasa asing? Idk
blackmelody
#7
Chapter 1: Taehyungnya hantu ya? Pas baca konsepnya agak deja vu sm fic ku yg "You" tapi beda cerita sih emang wkwk SEMANGAAT