Chapter 2 - Let's Get Serious

Making History

Baiklah, seperti yang kukatakan sebelumnya, disinilah aku sekarang, terkurung dengan kedua sahabatku, Key dan Baekhyun. Berjuang bersama untuk segera menuntaskan tugas ini, bermain drama.

Aku baru saja memasuki ruang tamu kediaman Key lalu menduduki sofa disana. Kulihat Baekhyun yang sudah datang sedari tadi.

“Psst... Key-ah, sejak kapan Baekki datang?” Bisikku.

Key melirik jam tangannya.

“Dua jam sebelum kau datang, Soo…”

“Gila, semangat sekali dia hingga datang secepat ini. Pasti gara-gara kau menambahkan nama Taeyeon di kelompok kita bukan?”

Key tersenyum lalu balas mengerjaiku.

“Nah, kau sendiri, Soo… tidak biasanya datang secepat ini. Biasanya yang paling akhir.” Key menyenggolku jail.

“Pasti gara-gara Donghae, ya…”

Aku mendengus. Ya, ya… kuakui aku jadi kegirangan juga setelah Key berjanji bahwa ia akan membantuku agar bisa jadian dengan Donghae.

“Pokonya kalau sampai Donghae tidak datang, aku akan pulang sekarang juga!” Ancamku.

Key menelan ludah lalu segera mengeluarkan HP-nya dan mulai mengetik.

‘Hae, dimana kau? Cepatlah kemari! Bisa mati aku jika kau tidak datang!’

Tak selang berapa lama setelah pesan itu terkirim, terdengarlah suara ketukan di pintu depan. Jantungku mulai berdebar lebih kencang. Kuperhatikan Baekhyun yang juga mulai menegang. Siapakah yang datang? Apakah Taeyeon atau Donghae... atau...

 

Dua-duanya?

“Maaf, kami terlambat, tadi aku menjemput Taeyeon terlebih dahulu. Kasian dia, tidak ada yang mengantar.” Terang Donghae.

“Oh, jadi kalian berangkat bersama-sama, ya.”

Aku dan Baekhyun hanya bisa gigit jari.

“Oke, jadi sepertinya kita bisa memulai latihannya.” Donghae kembali berujar setelah semuanya duduk dengan tenang di sofa.

“Bisa aku lihat script-nya?” ia menatap Key.

“Uhm, yah… soal itu… sebenarnya… ehm…”

“Sebenarnya aku… aku belum bikin…”

Perkataan Key itu membuat kami semua terpana.

“Tapi ide ceritanya sudah ada kan? Kita hanya perlu mengembangkannya saja jika begitu.” Ujar Donghae lagi.

Bukannya mengatakan iya, Key malah menunduk. Aish, anak ini! Berarti dia memang belum memiliki ide ceritanya. Huh! Dasar tidak berguna! Lalu untuk apa aku kesini? Haruskah aku ikut bersusah payah menyusun cerita? Oh tidak!

“Key-ah, pentas tinggal 4 hari lagi dan kau bahkan belum membuat ide ceritanya?! Lalu mengapa kau mengikutsertakan kami?!” Aku menyemburkan kekesalanku.

“Maaf, Soo…” Key berujar dengan lemah.

“Tapi ini kesempatan emas bagiku… aku tak bisa melepaskan kesempatan ini…” Ia tetap menunduk.

“Persetan dengan kesempatan emas atau apalah itu! Kau itu selalu saja seenaknya sendiri Key! Harusnya kamu mempertimbangkan kami juga!”

Key semakin menundukkan kepalanya.

“Maaf sudah merepotkan kalian semua…”

“Sudahlah, Kita tak perlu meributkan hal ini, oke.” Baekhyun menenangkan. Aku ingin protes namun tiba-tiba saja ia meremas tanganku lembut.

“Sebaiknya kita pulang saja, Key mungkin juga masih harus menenangkan diri. Besok kita pasti akan menemukan ide cerita itu.” Lanjutnya lagi.

“Ah, iya benar. Sebaiknya kita pulang dulu, lagian besok kita akan mengahadapi ujian biologi. Lebih baik kita belajar saja dulu.” Kali ini Taeyeon yang menambahkan.

“Terserah!” Bentakku kesal. Ya, aku akan pulang sekarang, dan aku tidak berniat untuk kembali lagi esok. Memang dari awal aku tidak pernah berniat ikut!

Aku pun meninggalkan rumah Key dengan perasaan kesal.

≈≈≈

Sial...

Baru sekarang aku menyadari betapa bodohnya sikapku kemarin. Well, sebenarnya itu tidak bodoh juga, aku memang patut kesal pada Key. Aku merasa kesal karena ia terlalu mengedepankan ambisinya, tanpa memperdulikan kami. Apa ia tak memikirkan berapa banyak waktu dan tenaga kami yang terbuang percuma, sedangkan ia saja belum memiliki ide cerita. Belum lagi aku menghancurkan nilai ulangan biologiku karena ulahnya, aku tak sempat belajar sesampaiku dirumah. Walaupun sempat namun hanya bisa sebentar saja, sehingga tidak optimal. Sekarang ia masih berharap bahwa aku akan datang hari ini?! Huh, dalam mimpimu!

Lagian bukan hanya itu alasan mengapa aku tak ingin datang. Ya, seperti yang kukatakan sebelumnya, aku merasa sikapku yang kemarin itu bodoh. Apa yang akan dipikirkan oleh Donghae mengenai sikapku itu? Ia pasti akan mengganggapku gadis yang emosian. Yah, pada kenyataannya memang seperti itu, aku cepat emosi. Baiklah, sebenarnya itu tidak terlalu parah, apalagi Baekhyun dan Key sudah sangat terbiasa dengan sifatku yang satu ini, tetapi walaupun begitu tidak seharusnya aku menunjukkannya pada Donghae. Ia pasti lebih menyukai gadis yang kalem, seperti dirinya yang selalu tenang menghadapi berbagai  situasi. Aish, jangan-jangan akan memilih Taeyeon dibanding diriku.

“Ding dong!”

Kudengar bel pintu rumahku yang berbunyi. Aku baru saja akan  keluar dari kamarku untuk membuka pintu namun eomma sudah membukanya duluan. Akhirnya, kuurungkan niat. Kembali dengan pikiranku yang sedari tadi dipenuhi dengan bayangan Donghae.

“Sooyoung-ah, temanmu menunggumu! Keluarlah sebentar!”

Eomma memasuki kamarku. Aish, pasti Key. Sudah kubilang aku tidak ingin datang hari ini!

“Bilang saja aku sedang sakit, eomma!”

Eomma-ku mengerutkan kening.

“Sooyoung-ah, eomma tak suka kau berbohong. Keluarlah dulu!”

Aku mendesah. Oke, oke... aku akan keluar, dasar cerewet. Apa susahnya sih mengatakan bahwa aku sedang sakit?! Apa yang akan kujadikan alasan untuk Key? Jika aku mengatakan bahwa : “Aku tak mau datang karena aku malu bertemu dengan Donghae.” Bisa kubayangkan bahwa ia akan menyemburkan kata “OMONG KOSONG” didepan wajahku. Jadi kuputuskan untuk sedikit ber-akting, Sebelum sampai didepan pintu aku pura-pura batuk sambil memegangi kepalaku layaknya orang yang sedang sakit flu berat disertai pusing. Yah, mungkin dengan cara seperti ini Key akan sedikit bersimpati dan tidak jadi memaksaku untuk pergi ke rumahnya, karena aku sedang “sakit” dengan tanda petik, tentu saja.

“Apa kau sakit, Sooyoung-ah?”

Crap! Ternyata bukan Key. Lalu siapa? Baekhyun? Ah bukan… karena pandanganku kini bertemu tepat dengan manik mata Donghae.

“Tidak apa-apa jika kau sedang sakit. Istirahat saja dulu, Sooyoung-ah. Kalau begitu aku kembali dulu ya, maaf menganggu.” Donghae berujar sembari membalikkan badan, bersiap untuk pergi.

TIDAAAKK!!! Aku baru saja melepas kesempatan emasku untuk mendekatkan diri pada Donghae! Tidak! Tidak akan kubiarkan hal ini terjadi!

“Jangan! Eh, maksudku… tidak… aku tidak sakit! Aku sehat, sehat sepenuhnya! Eh…”

Aish! Bicara apa sih aku ini?!

“M… maksudku… kau akan ke rumah Key kan hari ini?”

Donghae mengangguk.

“Syukurlah jika ternyata kau tidak sakit, Sooyoung-ah. Jadi… kau ke rumah Key kan hari ini?”

“Ya, tentu saja!” Persetan! Bagaimana mungkin aku bisa menolaknya?!

“Baiklah, mari kita pergi bersama-sama.”

Apa?! Aku tidak salah dengar, kan?! Haruskah aku memeriksakan telingaku ke dokter THT dulu? Entah menagapa tiba-tiba aku tidak bisa memercayai pendengaranku. Sungguhkah Donghae baru saja mengajakku pergi bersama-sama?

“Bagaimana Sooyoung-ah? Kau mau?”

“Aish! Pakai nanya lagi! Jelas saja aku mau!”

Ups! Segera aku membekap mulutku. Aku menyangka kalimat tersebut hanya kuucapkan dalam batinan, namun ternyata untaian kata itu meluncur dengan begitu jelas dan lancar dari mulutku!

Donghae mencoba menahan senyumannya yang mulai mengembang.

“Um… m… maksudku… itu…” Aku mengigit bibir, bingung mau mengatakan apa.

“Itu apa?” Tanya Donghae.

“Ehm... itu... kau tidak perlu menjemput Taeyeon juga? Siapa tahu dia tidak ada yang mengantar lagi...” Aku masih berkelit mencari topik pembicaraan yang tepat.

“Iya, betul. Dia memang tidak ada yang mengantar, namun Baekhyun yang akan menjemputnya.”

Oh, jadi begitu rupanya. Ternyata Key-lah yang merencanakan semua ini. Pasti ini merupakan bagian dari rencananya untuk menyatukan aku dengan Donghae dan juga Baekhyun dengan Taeyeon. Aku melepaskan sebuah desahan. Jadi ini semua bukan dari keinginan Donghae sendiri.

“Oh, jadi begitu ya…” Hanya kalimat pendek itulah yang dapat kugunakan untuk menyahuti penjelasan Donghae sebelumnya.

“Ya, begitu…” Donghae berujar.

“Jadi… ehm… aku disini untukmu…”

Aku terperangah dan menatap Donghae namun ia mengarahkan pandangannya ke arah lain yang berlawan denganku. Dapat kurasakan wajahku memerah.

“Ehm... kalau begitu... aku ganti baju dulu, ya...”

“Ya, kutunggu kau disini.”

Didalam rumah, aku segera mencari baju terbaik yang aku punya. Bukan hanya itu, aku mencari baju yang kira-kira bisa membuatku kelihatan menarik di mata Donghae. Aish, ini menegangkan. Donghae sedang menungguku diluar, aku tak bisa membuatnya menunggu terlalu lama. Akhirnya kuputuskan saja untuk memakai sembarang baju yang menurutku cukup bagus.

Eomma, aku pergi ke rumah Key, ya!”

“Ya, berhati-hati-lah!” Terdengar sahutan eomma dari dapur. Baiklah, aku siap untuk pergi!

≈≈≈

"Taeyeon-ssi… bukan… maksudku… ehm…. Taeyeon-ah… aku disini… menggantikan Donghae untuk menjemput dan membawamu ke rumah Key…”

Bah! Bicara apa aku ini?!

“Ehm... jadi begini... aku Baekhyun dan aku akan membawamu agar sampai dengan selamat di rumah Key.”

Aish! Untuk apa juga aku memperkenalkan diri?!! Huh, dasar bodoh! Bukankah kita sekelas?!

“Taeyeon-ah, kita ke rumah Key, yuk.”

Tidak-tidak. Seperti anak kecil yang mau mengajaknya bermain saja!

“Taeyeon-ah! Kita pergi ke rumah Key sekarang!”

Itu malah terdengar seperti preman!

“Taeyeon-ah, akan kuantar kau ke rumah Key.”

“Dug!”

Baekhyun menepuk jidat. Aish, tak bisakah ia mengucapkan satu kalimat pun dengan benar?!

Sudah 5 menit lebih Baekhyun berdiri di depan pintu rumah Taeyeon. Ia sibuk merangkai kata-kata yang tepat untuk mengajak Taeyeon pergi ke rumah Key. Tentu saja ia melakukan hal ini agar memiliki kesan yang baik dihadapan gadis incarannya itu. Namun sayangnya otak Baek sepertinya tidak bisa diajak kompromi untuk hal ini, belum lagi rasa gugupnya yang membuncah. Masih sibuk ia menyusun kalimat, tiba-tiba pintu rumah Taeyeon terbuka lebar.

“Oh, Baek-ah. Kau sudah datang ternyata. Ayo, mari kita pergi!”

Baekhyun terperangah mendengar tuturan Taeyeon. Ia sudah tahu ternyata bahwa Baekhyun yang akan menjemputnya kali ini. Yah, lalu untuk apa ia bersusah-payah menyusun kalimat ajakan yang tepat seperti tadi?

Sebenarnya rumah Key, Sooyoung, Baekhyun dan Donghae itu sekompleks, hanya saja beda blok. Key dan Sooyoung-lah yang rumahnya paling dekat. Mereka berada dalam satu blok sedangkan Baekhyun di blok setelahnya dan rumah Donghae berjarak dua blok dari rumah Donghae. Rumah Taeyeon-lah yang paling jauh jaraknya. Ia tidak sekompleks dengan mereka, malahan letak rumah Taeyeon itu tiga kompleks jauhnya dari rumah Key. Biasanya orangtua Taeyeon yang akan mengantarnya jika ia ingin pergi atau ia bisa menggunakan sepedanya namun kebetulan sekali, kedua orangtua Taeyeon sibuk bekerja dan sepedanya rusak. Oleh karena itulah ia memerlukan bantuan teman-temannya untuk mengantar. Mau bagaimana lagi ia pergi ke rumah Key? Berjalan kaki? Hah, lupakan saja. Bisa mati dia berjalan tiga kompleks bolak-balik! Tapi dengan cara ini kasihan juga Baekhyun yang harus menempuh perjalanan panjang nan melelahkan untuk menjemputnya. Taeyeon sendiri sih, sudah biasa melalui ini.

“Apakah ini tidak merepotkanmu, Baek-ah?” Taeyeon bertanya dengan lemah.

“M... maksudmu? Apanya yang merepotkan? Aku melakukannya dengan senang hati, kok.”

Taeyeon mendesah mendengar penuturan Baekhyun. Ia tau Baekhyun berbohong karena nyatanya keringat mulai bercucuran dari kening namja itu.

“Apakah aku tidak berat Baekhyun-ah? Jika kau lelah, maka aku bisa jalan kaki, kok.”

“Ah tidak. Aku baik-baik saja Taeyeon-ah.”

Namun Taeyeon masih saja merasa tak enak, anehnya ia tak begitu khawatir saat Donghae yang mengantarnya kemarin. Yah, walau bagaimanapun Donghae itu lebih kuat daripada Baekhyun. Kembali dia mendesah.

‘Pantas saja ia dipanggil cabe…’ Pikir Taeyeon.

“Kau yakin, Baek?” Ia ingin memastikan untuk yang terakhir kalinya.

Baekhyun hanya mengangguk. Yah, kalau boleh jujur, dia memang lelah dan malu tentu saja. Disaaat anak-anak lain seumuran dengan dirinya mengendarai motor atau bahkan mobil untuk bepergian, ia masih saja setia menggunakan sepedanya. Jika ditanya mengapa, maka ia akan menjawab : bahwa ia adalah anak dibawah umur yang mematuhi aturan untuk tidak menggunakan kendaraan bermotor. Sebenarnya, ia tidak terlalu memperdulikan masalah itu, hanya saja ia merasa malu jika harus menjemput seorang gadis, khususnya yang ia sukai hanya dengan menggunakan sepeda, persis seperti saat ini. Dirinya sangat jauh tertinggal jika dibandingkan Key yang dengan mudahnya menggaet lawan jenisnya dengan motor sport-nya yang keren. Baekhyun mendesah, mungkinkah Taeyeon akan menyukainya?

“Pasti Donghae senang sekali ya, bisa menjemput Sooyoung...”

Baekhyun mendengar suara Taeyeon. Ia membuka pembicaraan antar mereka berdua, namun fikirannya melayang pada sosok Donghae. Namja itu juga selalu menggunakan sepeda untuk bepergian dan ia juga menjemput Sooyoung dengan sepeda tersebut. Apakah Donghae juga merasakan apa yang Baekhyun rasakan? Apakah ia juga merasa malu menggunakan sepeda? Hmmm… sepertinya tidak. Karena walaupun begitu, Donghae juga dengan mudah menggaet gadis-gadis, bagaikan sebuah magnet. Sooyoung saja tergila-gila padanya. Itu karena kelebihan yang ada pada dirinya. Donghae memiliki wajah yang sangat tampan, mungkin karena itulah para gadis tidak keberatan dengan kebiasaannya yang selalu menggunakan sepeda kemana-mana. Berbeda dengan Baekhyun, ia merasa seperti tidak memiliki kelebihan apapun jika dibandingkan dengan Donghae. Hal yang paling membuatnya minder adalah bagian matanya. Kebetulan Baekhyun memiliki mata yang sangat sipit sehingga ia tidak bisa lepas dengan yang namanya eyeliner. Ah, ia jadi ragu apakah ia sudah mengaplikasikan eyeliner itu dengan cukup hari ini? Atau malah terlalu tebal? Apakah wajahnya cukup menarik di mata Taeyeon?

“Baekhyun-ah! Apa kau mendengarkanku? Ataukah lebih baik aku berbicara pada sepeda mu saja?!” Taeyeon kesal karena Baekhyun tak menanggapi kata-katanya, ia jadi terlihat seperti orang gila yang berbicara sendiri.

“Iya, iya… aku mendengarkan…” Ujar Baekhyun segera.

“Umm... memangnya ada apa dengan Donghae?”

Taeyeon tersenyum tipis, akhirnya Baekhyun merespons ucapannya.

“Donghae mengatakan padaku bahwa ia sangat gugup saat Key memintanya untuk menjemput Sooyoung. Kau tahu mengapa?”

Baekhyun menggeleng.

“Tidak, aku tidak tahu…”

“Itu karena ia menyukai Sooyoung, Baek-ah!”

“Sungguhkah? Wah, kebetulan sekali ya. Sooyoung juga tergila-gila pada Donghae.”

Jika informasi yang diberikan Taeyeon itu memang benar, maka Baekhyun turut bahagia untuk sahabatnya itu. Pasti Sooyoung akan girang sekali jika dia tahu bahwa Donghae telah membalas cintanya.

“Mereka beruntung sekali ya, Baek…” Taeyeon kembali berujar, namun kali ini nada bicaranya terdengar sedih, dan Baekhyun menangkap perbedaan nada bicaranya itu.

“Kenapa Taeyeon-ah? Ada masalah?” Ia pun memutuskan untuk menyanyakan hal itu dengan hati-hati untuk menghindari ia menyinggung perasaan Taeyeon.

“Tidak kok. Aku baik-baik saja… mengapa kau menanyakan hal itu?”

“Oh… habisnya… kau terdengar seperti… ehm… kurang menyukai hal antara Donghae dan Sooyoung.”

Alih-alih menjawab, Taeyeon malah menghembuskan nafasnya dan Baekhyun merasakan hembusan angin itu mengenai punggungnya, ia merasa tak enak. Apakah betul Taeyeon tidak menyukai hubungan Donghae dan Sooyoung? Mengapa? Apakah karena ia menyukai Donghae? Pemikiran itu membuat Baekhyun sempat tak fokus hingga ia hampir melindas sebuah batu yang bisa saja membuat mereka terjatuh. Ia refleks membantingkan setir sepedanya untuk menghindari batu tersebut namun gerakan yang tiba-tiba itu membuat Taeyeon hampir saja kehilangan keseimbangannya. Ia segera melingkarkan lengannya di pinggang Baekhyun, untuk meng-antisipasi supaya ia tidak jatuh.

“Glek!”

Baekhyun menelan ludah, posisi ini terlihatnya seakan Taeyeon memeluknya dari belakang, eh ralat… memang seperti seperti itulah posisi mereka sekarang. Entah mengapa jantungnya berdegup dengan sangat kencang seketika dan ia juga sedikit kesulitan untuk bernafas dengan baik saat ini. Beruntunglah rumah Key tidak jauh lagi jaraknya karena kalau tidak, bisa-bisa Baekhyun mati kehabisan stok oksigen.

Pintu rumah Key kembali diketuk setelah kedatangan Sooyoung dan Donghae kira-kira setengah jam yang lalu.

“Ah, akhirnya datang juga si cabe.” Ujar Key sembari bergerak untuk membuka pintu namun sebelumnya ia melemparkan sebuah bantal kearah Donghae dan Sooyoung yang tertidur di atas sofa saking lamanya menunggu kedatangan Baekhyun dan Taeyeon.

“Hey! Bangun kalian berdua!” Sembur Key bersamaan dengan mendaratnya bantal itu diatas kepala Donghae.

“Eh, eh…? Kok aku bisa ketiduran disini? Sejak kapan aku tertidur?” Latah Donghae.

Key memutarkan bola matanya lalu melangkah pergi untuk membukakan pintu.

Sooyoung yang juga telah terbangun hampir menjerit ketika menyadari rambutnya yang acak-acakan tipikal orang baru bangun tidur, ia segera mencoba untuk merapikannya.

“Sudahlah Sooyoung-ah, begitu pun kamu masih cantik, kok…” Donghae menyibak sebagian rambut poni Sooyoung yang menutupi wajahnya. Sooyoung sontak menghentikan aktivitas menata kembali rambutnya itu, ia ingin menatap wajah Donghae namun namja itu sudah lebih dulu pergi menyusul Key yang berdiri di ambang pintu.

“Oh, teman-teman ku yang tersayang… yang satu hanya bisa tidur tanpa melakukan pekerjaan yang berguna…” Key menatap Sooyoung dan Donghae.

“Dan yang satunya lagi datang tidak tepat pada waktunya…” Tatapannya berpindah pada Baekhyun dan Taeyeon.

“Kalau begitu, sepertinya hanya aku-lah yang patut dijadikan suri tauladan diantara kalian semua.” Key menunjuk dirinya sendiri. Tepat saat itu juga ia ditimpuki dengan berbagai barang-barang oleh teman-temannya, mulai dari bantal, sendal, high heels Taeyeon dan hampir saja ban sepeda Baekhyun menambah daftar barang tersebut!

“Wah! naskahnya sudah jadi! Aku mau lihat!” Seru Baekhyun. Dengan berat hati, Key memberikan laptopnya pada Baekhyun. Ia masih saja mendongkol kesal bahwa lain kali ia tidak akan berkata seperti itu lagi, khususnya didepan teman-temannya yang ternyata cukup sadis ini. Ia bergidik ngeri jika membayangkan high heels Taeyeon yang sangat runcing itu jika terkena dahinya, kemungkinan besar akan menembus tempurung kepalanya! Horor!

Kini Baekhyun, Taeyeon, dan Sooyoung tengah duduk dengan serius membaca naskah drama tersebut sambil sesekali terkikik geli karena ternyata drama yang akan mereka bawakan ini bergenre komedi.

Cerita ini mengisahkan tentang beberapa orang polisi yang ingin menangkap seorang pencuri yang sangat lihai dalam mencuri berbagai perhiasan berharga. Ia juga selalu berhasil melarikan diri saat para polisi itu akan membekuknya, hingga pada akhirnya mereka membuat sebuah rencana untuk menjebak pencuri itu. Sebenarnya ide ceritanya cukup sederhana, namun yang membuatnya membuatnya menarik untuk ditonton adalah cara penyampainnya kepada penonton yang…

“Aneh!”

Semua pasang mata tiba-tiba terarah pada Sooyoung yang baru saja melontarkan pendapatnya.

“Kenapa, Soo-ah? Apanya yang aneh?” Tanya Key.

“Ya, aneh… banyak sekali adegan, ah bukan… hampir semua adegan di drama ini tidak jelas, Key-ah. Keseluruhan ceritanya juga aneh! Bagaimana mungkin kau bisa membuat cerita seperti ini?!”

“Jadi kau tidak suka Soo-ah?” Key bertanya sambil melirik Donghae disebelahnya yang tengah menunduk.

“Ya, betul! Aku tidak ingin bermain dalam drama seperti ini! Sebaiknya kau ganti sekarang cerita yang lain sekarang sekarang juga, kalau tidak aku keluar dari kelompok ini!”

Key menghela nafas lalu menyenggol Donghae pelan.

“Maaf, Donghae-ah… sepertinya kau harus mengganti ide ceritanya.”

Donghae mengganguk.

“Sudah kuduga bahwa kau tak akan menyukainya, Sooyoung-ah… dan memang ide cerita ini agak aneh karena aku juga membuatnya terburu-buru.”

Seketika Sooyoung hanya bisa terdiam bingung. Ia belum mengerti situasi ini sekarang. Kenapa malah Donghae yang berkata seperti ini? Ia menatap Key, menuntut penjelasan dari lelaki tersebut.

“Iya Soo-ah. Donghae-lah yang membuat ide cerita itu. Memangnya apa yang kau pikirkan, hah? Bahwa aku-lah yang membuatnya? Hahaha! Tidak, kau salah total. Jelas saja aku bisa membuat cerita yang lebih baik daripada itu.”

Sooyoung masih tercengang mendengar penjelasan Key. Sungguhkah itu? Ternyata bukan Key yang membuat cerita itu, melainkan Donghae?!

“Hey, ayolah. Aku hanya berbicanda. Mana mungkin aku mengatai ceritamu aneh Donghae-ah. Tidak, mana bisa aku mengatakan hal itu. Pasti kau sudah bekerja keras untuk menyelasaikannya bukan? Eh, sini…” Sooyoung merebut laptop itu dari tangan Donghae.

“Aku akan membacanya sekali lagi, sepertinya ada bagian yang terlewatkan sehingga aku tak mengerti ceritanya. Oleh karena itu aku berpikir bahwa jalan ceritanya sedikit aneh… Nah, ini. Bagian ini yang kulewatkan.” Sooyoung menunjuk bagian cerita tersebut.

“Oh, iya ya… ternyata begitu ceritanya. Sekarang aku mengerti, tidak aneh kok. Sangat masuk akal malah! Pemikiranmu cerdas sekali Donghae-ah. Cerita ini sangat bagus, pasti penonton akan menyukainya! Iya tidak Baek? Iya kan? Iya kan?” Ia menyenggol-nyenggol lengan Baekhyun yang hanya geleng-geleng sambil menahan tawanya geli saat melihat perubahan sikap Sooyoung yang sangat drastis.

“Kau yakin Sooyoung-ah?” Tanya Donghae untuk memastikan yang lalu disambut dengan anggukan mantap Sooyoung.

“Ya, aku sangat yakin. Oke, mari kita mulai latihannya. Waktu kita sebelum pentas tersisa 2 hari, bukan?

Semuanya pun mengangguk secara serempak. Donghae dan Key membuang nafas lega. Syukurlah, mereka tidak perlu membuat naskah drama yang baru lagi.

“Baiklah, sebelum kita latihan, kita harus menentukan para pemeran dulu.” Terang key.
“Sebenarnya saat menulis cerita itu, aku sudah membayangkan pemeran tokoh-tokoh ini.” Sambung Donghae.

“Mungkin ada baiknya jika Donghae duluan yang memilih peran yang ia kehendaki, secara dia yang membuat cerita ini.” Ungkap Taeyeon.

“Ah terimakasih Taeyeon-ah… Kau baik sekali.” Donghae tersenyum dengan sangat menawan pada Taeyeon yang juga tengah tersenyum manis. Sialan! Sekarang mereka saling mengumbar senyum satu sama lain!

‘Dasar yeoja genit!’ Aku mengumpat kesal.

Sebaliknya Baekhyun menatap Donghae dengan malas.

‘Dasar tukang tebar pesona!’ Pikirnya.

“Sebenarnya, aku tertarik untuk menjadi narator.” Ujar Donghae.

“Baiklah, kalau begitu kau akan menjadi naratornya. Lalu siapa menurutmu yang cocok untuk menjadi polisi 1?” Tanya Key.

“Ehm… untuk polisi 1, aku masih belum memutuskan antara Sooyoung dan kau.” Donghae menunjuk Key.

“Tapi untuk peran polisi 3 aku sudah menentukan, Baekhyun yang akan memerankannya.” Lanjut Donghae lagi.

“Aku lebih tertarik untuk menjadi polisi 2 saja.“ Ujar Key.

“Oke, kalau begitu maka Sooyoung-lah yang menjadi polisi 1, dan itu berarti tinggal satu peran lagi yang tersisa….” Donghae menatap Taeyeon.

“Taeyeon-ah, kamu yang akan menjadi malingnya.”

“Aku?”

“Iya, jadi semua peran sudah terbagi. Aku rasa kita bisa memulai latihannya sekarang.”

“Ehm… apakah aku… bisa memerankah tokoh lain?” Taeyeon bertanya dengan hati-hati.

“Mengapa Taeyeon-ah? Kau tidak suka menjadi penjahat?” Donghae balik bertanya.

“Ah, tidak… bukan begitu… hanya saja, apakah menurutmu aku cocok untuk memerankan seorang maling?”

Kali ini Donghae terdiam. Sebenarnya ia juga menyadari bahwa tampang Taeyeon yang manis itu memang tidaklah cocok untuk berperan antagonis. Tetapi mau bagaimana lagi? Tidak ada peran lain lagi yang tersisa untuknya.

“Taayeon-ah, apakah kau merasa lebih nyaman jika memerankan seorang polisi? Jika ia, maka kita bisa bertukar peran. Biar aku saja yang menjadi malingnya.” Baekhyun menawarkan.

“Jangan! Drama ini bisa hancur jika malingnya cabe-cabe-an!” Celetuk Key.

Baekhyun pun terdiam seribu bahasa.

“Sepertinya Taeyeon lebih cocok untuk menjadi narator saja. Bagaimana menurutmu Donghae-yah?” Tanya Key.

“Narator? Ehm… gimana ya?” Donghae terlihat ragu, tampaknya ia tidak ingin perannya diambil alih.

“Sudahlah… aku jadi maling saja…” Ujar Taeyeon sembari menunduk.

“Maaf, Taeyeon-ah… bukan begitu maksudku… tapi…”

“Tidak apa-apa Donghae-ah… Aku mengerti.” Taeyeon memotong ucapan Donghae.

“Memang tidak ada peran yang cukup cocok untukku didalam drama ini. Menjadi maling juga sudah cukup bagus kok, daripada tidak memerankan apa-apa…”

“Ya, seharusnya kamu masih bersyukur bisa menjadi maling. Ketika pertunjukan drama saat SD aku hanya menjadi pohon karena tubuhku yang lebih tinggi dibandingkan teman-temanku…” Aku berujar sambil mengingat masa kecilku. Ya, saat itu aku tidak mengalami demam panggung sama sekali, karena aku hanya perlu berdiri di pojok panggung tanpa melakukan apa-apa…

Mendengar ucapanku itu, semuanya malah tertawa, dan… hey! Mengapa aku jadi bahan tawaan seperti ini?! Yak! Hentikan! Lebih baik kita mulai latihannya sekarang juga!

-To Be Continued-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
snowyautumn
#1
Chapter 3: Kkkkk lucu banget mereka. Aku baekyeon shipper loh Tapi di ff ini sooyoung-baekhyun lebih gereget. Gereget banget!
CardGames #2
I can't wait for the update.