Chapter 3 - Practicing, Practicing and Practicing Again

Making History

“Ketiga polisi itu pun membulatkan tekad untuk menangkap penjahat itu. Mereka berencana untuk menyamar dan menemui penjahat itu di taman. “

“Hoaamm...”

Aku tak henti-hentinya menguap ketika Donghae membacakan isi naskah tersebut. Ia menceritakan awal adegan selayaknya narator. Namun bagiku rasanya seperti di bacakan dongeng oleh eomma sebelum tidur ketika aku kecil. Entahlah, mungkin itulah yang membuatku mengantuk? Aku rasa Donghae memang sama denganku dalam hal ‘tidak berbakat’ untuk urusan akting. Yah, tapi walau bagaimanapun aku senang dengan pemandangan yang disuguhkan di hadapanku ini, wajah tampan Donghae yang tengah dengan serius membaca naskah tersebut. Setidaknya itu sedikit mengurangi rasa mengantuk ku walaupun mendengar intonasi suaranya yang persis seperti sedang mendongeng.

“Apakah mereka akan berhasil melakukannya?”

Donghae sudah selesai membacakan bagian narasi drama tersebut. Ia kembali duduk di sofa. Kini Key-lah yang menggantikannya berdiri di depan kami semua dan membacakan dialog yang telah di hafal sebelumnya.

“Haish! Dimana anak ini? Mengapa ia lama sekali?” Ujarnya sembari menatap jam tangannya. Aku bangkit dari posisi dudukku, ini saatnya bagiku untuk berakting!

“Apa ini?” Key memegang jaket yang tengah kugunakan. Sebenarnya aku tidak akan menggunakan jaket saat di panggung nanti, melainkan sebuah jas hujan. Entahlah, aku juga tidak tahu apa hubungan antara jas hujan dengan cerita drama ini, Key berpikir bahwa hal itu akan lucu. Ya sudahlah, terserah padanya. Tidak ada gunanya juga bagiku untuk membantah ucapannya. Mungkin aku akan lebih mengerti keseluruhan cerita jika kami sudah mulai latihan menggunakan properti yang lengkap.

Aku menepis tangan Key dari jaket itu.

“Apa kau tidak lihat? Ini jas!”

“Itu bukan jas... itu jas hujan!” Key membantah.

“Bukankah kau menyuruhku untuk memakai jas sebagai penyamaran?”

“Tapi itu jas hujan!”

“Yang penting ini jas!”

Key menepuk jidatnya.

“Yak! Kau terlihat seperti orang gila! Lepas sekarang juga! Dasar aneh!” Ia membuka paksa jaket ku.

“Yah... Itu artinya aku tidak menggunakan penyamaran sama sekali?” Tanyaku bingung setelah jaket itu terlepas seluruhnya dari tubuhku.

“Ah, iya juga... Hmmm ya sudah, cepat pakai lagi!” Ia segera memasangkan kembali jaket itu dengan asal. Kulihat Baekhyun dan Donghae menahan tawa sedangkan Taeyeon bersiap-siap berdiri karena selanjutnya dia juga akan ikut bermain.

“Lekaslah, target kita sudah datang!” Panik Key ketika melihat Taeyeon yang berperan sebagai maling. Ia melangkah ke arah kami. Setelah itu Key segera bersembunyi dibelakang meja. Ternyata tidak salah Key berkeinginan untuk menjadi aktor, ia bisa mendalami perannya dengan baik. Berbeda denganku, yang kini tengah duduk dengan kaku di kursi, bersebelahan dengan Taeyeon. Ceritanya kami sedang duduk di kursi taman bersama-sama, ia tak tahu jika aku seorang polisi karena aku sedang menyamar. Akan kutunggu saat yang tepat untuk segera membekuknya!

“Ehm, Taeyeon-ah, Sooyoung-ah... jangan berdiam diri seperti itu! Kalian bisa ber-improvisasi untuk menghidupkan suasana drama ini.” Saran Key.

Taeyeon langsung mengangguk dan melakukan sesuatu. Ia memerhatikan jaket yang kukenakan. Aku rasa ia sedang berusaha untuk ber-improvisasi seperti yang dikatakan oleh Key tadi. Setelah puas memerhatikan jaket ku itu, ia lalu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

“Maaf, tapi hujan tidak sedang turun...”

“Memang iya. Lalu?” Aku menyahuti ucapannya dengan nada yang agak ketus.

“Lalu mengapa kau menggunakan jas hujan?”

Aku mencibir. “Apa kamu tidak tahu jika ini tren 2016?”

Taeyeon hanya mengendikkan bahu

“Dasar tante–tante aneh!”

Apa? Ia mengataiku apa?!

“TANTE?!” Aku memelototi nya namun ternyata ia cukup berani untuk menatapku balik.

“Memang iya kan?” Ia berujar dengan santai dan tanpa dosa. Oh, jadi dia menantangku rupanya?!

“HEH! AKU INI MASIH MUDA ASAL KAU TAHU ITU!”

“Oh, jadi masih muda ya... tapi, wajahmu sudah persis tante-tante?” Ia memberiku tatapan meremehkan lalu mengibaskan rambutnya. Kulihat Baekhyun, Key dan Donghae bertepuk tangan melihat improvisasi Taeyeon yang ternyata cukup bagus. Dan juga cukup membuatku kesal. Ia mengataiku tante-tante dan teman-temanku malah mendukungnya? Apa-apaan ini hah?!

“APA KAU BILANG?!” Aku setengah menjerit menahan rasa kesal. Ya, ini bukan akting! Tingkah laku Taeyeon sangatlah menyebalkan bagiku!

“Tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa...” Taeyeon berkata acuh tak acuh.

Aku menarik nafas dalam-dalam. Sebaiknya aku mengendalikan emosiku sekarang, aku tak ingin marah-marah didepan Donghae lagi. Kami pun kembali terdiam. Taeyeon tidak mengatakan apa-apa lagi, aku rasa dia kehilangan kata-kata. Begitu juga denganku, apalagi yang harus kukatakan?

“Bagaimana jika Sooyoung pura-pura kepanasan karena memakai bahan plastik dari jas hujan itu akan terasa pengap lama-kelamaan.” Donghae mengemukakan pendapatnya.

“Ah iya, boleh juga. Dicoba deh Soo.” Ujar Key. Aku menurutinya, kugunakan tanganku untuk mengipas-ngipas tubuhku layaknya orang yang sedang kepanasan.

“Panas ya?” Tanya Taeyeon dengan nada yang terdengar menyindir. Aku pura-pura menghapus bulir keringat yang mengalir menuruni dahiku.

“Kau tampak seperti orang gila menggunakan jas hujan itu.”

Aku mendengar suaranya. Apa yang dia bilang? Orang gila?

“HEH! MARI KITA BUKTIKAN YANG GILA ITU SIAPA, DASAR MALING TIDAK TAHU DIRI!”

Donghae, Baekhyun dan Key malah semakin menjadi tawanya. Aku mulai sakit hati karena dialognya tidak tertulis di naskah, ia sedang ber-improvisasi namun dari nada ketus suara Taeyeon, tampaknya ia sungguh-sungguh mengataiku! Aish! Persetan dengan Donghae ataupun emosi yang harus kukendalikan! Aku tidak bisa menahannya lagi sekarang, kata-kata Taeyeon itu sangat membuatku marah dan mereka malah asyik menertawakanku? Kau bisa membayangkan ketika seseorang yang kau cintai kini menertawakan penderitaanmu! Aku merasa menjadi korban bullying, jadi jangan salahkan jika kini aku menyerangnya gadis yang duduk disebelahku ini.

“Kyaaak!! Lepaskan!!” Ia berteriak-teriak kesakitan ketika aku menarik rambutnya. Rasakan dasar Taeyeon sialan!

“Aaarghh!! Berani-beraninya kau menjambakku!”

Kini aku sendiri juga berteriak. Taeyeon juga tengah menarik rambutku dengan kekuatan yang lebih daripada tarikan ku pada rambutnya. Aku segera melepaskannya untuk mencegah kerusakan permanen pada rambutku.

“PLAK!!”

Sebuah tamparan mendarat sempurna di pipiku. Taeyeon menamparku. Keterlaluan. Aku tidak terima! Kubalas perlakuannya padaku dengan  cara yang sama.

“PLAK!!!”

Saat itu juga pipinya memerah dan air mata gadis itu mulai berjatuhan. Aku tidak peduli, siapa suruh ia memulai duluan.

“Kalian berdua! Berhenti sekarang juga!”

“Sooyoung-ah! Lepaskan Taeyeon!”

“Taeyeon-ah! Berhenti memukul Sooyoung!”

“Ya Tuhan!! Kalian ini!! Hentikan!! Kumohon!!!”

Ketika kami sudah saling melepaskan, aku merasakan tubuhku ditahan oleh seseorang agar aku tak bisa menyerang Taeyeon lagi. Sedangkan Taeyeon sendiri menangis dalam pelukan Donghae! Aku ingin menjerit kesal! Berani-beraninya dia melakukan itu dihadapanku! Sebelum aku semakin memberontak, seseorang itu membawaku keluar dari rumah Key, menenangkanku disana.

Aku tak bisa memastikan siapa yang tengah menahan tubuhku ini, semuanya terjadi begitu cepat.

Tapi aku dapat  mengenali rasa ini ketika berada didekatnya, caranya bagaimana ia menggenggam tanganku dan bagaimana cara ia merangkul tubuhku.

Baekhyun...

Tangisku pun pecah seketika. Ia selalu ada untukku, disaat aku bersedih ataupun bahagia sebagai seorang sahabat. Padahal aku baru saja bertengkar hebat dengan gadis yang ia cintai, dan jelas saja aku sudah menyakiti Taeyeon, jika tidak mana mungkin dia langsung menangis seperti itu. Namun Baekhyun lebih memilih untuk menenangkanku disini daripada menggantikan Donghae yang tengah memeluk Taeyeon. Baekhyun-ah... entah mengapa sekarang ia jadi terlihat lebih baik dibanding Donghae. Teganya Donghae mencampakanku untuk Taeyeon?

Aish... itu juga hanya perasaanku saja, Donghae sama sekali tidak memiliki perasaan apapun padaku. Sudah jelas sekali terlihat bahwa ia menyukai Taeyeon, dan tampaknya Taeyeon pun menyukainya. Ataukah mereka malah sudah berpacaran jauh sebelum kami memulai drama ini? Lalu apakah aku harus mengubur kembali saja perasaanku ini? Bukan hanya aku, tapi Baekhyun juga!

Aku merasakan tangan Baekhyun yang mengelus-elus rambutku lembut, ia mencoba meredakan tangisku. Sayangnya, tangisku tidak berkurang karena perlakuan lembutnya, malah semakin menjadi. Mengapa ia begitu tulus padaku? Dimana lagi aku bisa menemukan orang seperti dia? Seorang sahabat.

“Bajuku akan basah semua, Soo-ah…” Ujar Baekhyun. Aku mulai sesenggukan karena menangis terlalu banyak. Baekhyun tak akan pernah bisa menghentikan tangisku sekarang. Ia sudah berusaha namun tetap tidak bisa berhasil, aku memang tidak bisa berhenti menangis jika bukan atas kehendakku sendiri atau mungkin jika air mataku habis.

“M... maaf...”

Hanya kata itulah yang bisa ku ujarkan secara lemah. Kasihan Baekhyun, sekarang aku malah mengotori bajunya dengan air mata dan kemungkinan juga ingusku yang mengalir. Orang lain pasti akan segera menyingkirkanku dan berkata bahwa itu menjijikan, namun Baekhyun malah mendekapku dengan lebih erat.

“Soo-ah... aku tak masalah jika kau ingin terus menangis, aku akan selalu memelukmu seperti ini... tapi asal kau tahu... sebenarnya aku merasa... ehm... sedikit dingin sekarang... hehe...” Baekhyun mengaku.

Aku tahu bajunya yang basah akan menangkap hawa dingin di udara dengan lebih mudah. Ku eratkan lingkaran lenganku pada tubuhnya, berharap bisa menggantikan panas tubuhnya yang terbuang dengan kehangatan tubuhku.

“Kita harus masuk kembali Soo-ah, pasti Key menunggu kita didalam…”

Aku menggeleng cepat.

“Aku tidak mau…”

Pastinya kata-kata yang ku ucapkan tidak bisa keluar dengan jelas dari mulutku, karena wajahku yang terbenam di dada Baekhyun. Namun ajaibnya pemuda itu masih bisa mendengar ucapanku.

“Soo, sudahlah... lagian kan kalian hanya ber-akting. Taeyeon hanya mengikuti dialog di naskah bukan?”

Aku mendongakan kepalaku sehingga kini mata kami saling bertemu, memandang satu sama lain.

“Dia tidak membaca naskah Baek. Dia ber-improvisasi!”

Baekhyun terlihat bingung, tampaknya dia memang tidak tahu apa yang dimaksud improvisasi. Wajar saja, ia memang tidak tertarik dengan dunia akting. Baekhyun lebih suka mengasah kualitas suaranya agar bisa lebih tinggi daripada Chen EXO ataupun Jonghyun SHINee.

“Karena dia ber-improvisasi, ia sungguh-sungguh mengtakannya padaku Baek. Ia mencemooh ku.

“Tapi walau bagaimanapun itu hanyalah bagian dari akting Soo. Aku rasa dia tidak serius mengatakkannya.”

“Terserah serius atau tidak, yang pasti ia seharusnya memikirkan dulu perkataannya agar tidak mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaanku.”

“Tapi kan Soo, di drama ini Taeyeon memang berperan sebagai penjahat. Mungkin ia sengaja berkata seperti itu untuk lebih mendalami peran.”

“Aish, Baek! Kau juga sama saja, hanya membela Taeyeon! Kamu nggak bisa ngertiin perasaanku kan?! Apa gunanya eomma dan appa memberiku nama ‘Sooyoung’ jika pada akhirnya dia mengataiku tua? Bukankah nama ku Sooyoung. Young, muda!”

“Soo… aku…”

“Cukup Baek! Cukup! Jangan panggil aku Soo lagi!”

Baekhyun kaget, ada apa dengan Sooyoung? Sebegitu marahnya kah dia?

Aku menatap Baekhyun dengan kesal.

“Mulai saat ini aku tidak mau kau memanggilku Soo lagi, tersdengar seperti Soo-man asal kau tahu! Jika begitu, secara tidak langsung kau juga mengatai aku tua, cabe! Mulai sekarang panggil aku Young!”

Baekhyun mendesah.

“Kau juga tidak perlu mengataiku cabe! Apa kau tidak mengerti bagaimana perasaanku jika dipanggil seperti itu Soo… eh, Young!”

“Tapi memang pada kenyataannya kau cabe! Masih mau membantah?”

“Yak! Berhenti memanggilku cabe! Kalau tidak...”

“Kalau tidak apa, hah?!” Ujarku menantang Baekhyun. Tiba-tiba secara mengejutkan ia mendekatkan wajahnya pada wajahku.

“Kalau tidak... akan kucium kau...” Ujarnya sembari berbisik. Bulu kudukku meremang ketika menyadari bahwa posisi kami saat ini memang sangat rentan untuk terjadinya hal itu. Aku segera melepaskan lenganku yang melingkari tubuh Baekhyun namun ia menahanku. Astaga?! Ia serius akan melakukan hal itu? Menjijikkan sekali melakukan itu dengannya, sahabatku sendiri!

“Yak! Jika kau berani melakukan itu kutampar kau!” Jeritku tak tertahan.

Sialan, Baekhyun malah tertawa terbahak-bahak.

“Lagipula, kau sendiri kenapa marah saat aku membelu Taeyeon. Ah, Sooyoung-ku cemburu ya? Mengaku sajalah Soo jika kau memang… PLAK!!!”

Saat itu juga aku membekap mulut Baekhyun dengan sebuah tamparan penuh kasih sayang.

≈≈≈≈

Aku merasa agak gugup ketika kembali memasuki rumah Key. Mereka semua pasti akan sangat marah padaku. Terutama Donghae dan Taeyeon pastinya. Sepertinya sudah sebaiknya aku melupakan rasa cintaku pada Donghae, selain dia pasti tidak akan menyukai sifatku yang cepat emosi ini, dan juga cara dia memperlakukan Taeyeon itu sudah cukup menunjukkan bahwa ia menyukai gadis itu. Aku jadi semakin benci pada Taeyeon!

Itulah isi pikiranku beberapa menit yang lalu. Karena pada kenyataannya teman-temanku yang aneh nan ajaib ini malah bertepuk tangan dengan meriah ketika aku memasuki ruang tamu.

“Aktris kita sudah kembali, kawan-kawan!”

“Sooyoung-ah, minta tanda tangan dong!”

Aku menggaruk-garuk kepalaku bingung. Ada apa ini sebenarnya?

“Jadi kamu bohong ya selama ini Soo dengan berkata tidak bisa akting. Nah, yang tadi itu apa? Aktingmu bagus sekali!” Tutur Key.

Taeyeon mengangguk.

“Betul, Soo. Kamu bisa mendalami peranmu dengan sangat baik!”

Huh, gadis menyebalkan ini lagi… tapi sungguhkah yang ia katakan itu? Mengapa tiba-tiba dia seceria ini? Bukankah tadi dia menangis tersedu-sedu karena ulahku?

“Taeyeon-ah, kau baik-baik saja bukan?” Baekhyun juga terlihat bingung dengan perubahan sikap Taeyeon itu.

“Tentu Baek, aku tidak apa-apa. Mengapa kau menanyakan hal itu lagi?” Taeyeon balik bertanya, ia mengingat bahwa Baekhyun juga menanyakan pertanyaan yang serupa ketika mereka berangkat ke rumah Key tadi.

“Jika memang kau baik-baik saja lalu mengapa kau menangis?” Baekhyun bertanya dengan lembut kepada Taeyeon, namun matanya melirik tajam kearah Donghae. Aku tahu dia tidak suka gadis yang ia cintai dipeluk sama lelaki lain, namun Donghae hanya memutarkan matanya dengan malas.

“Oh, soal itu... Aku hanya merasa bahwa Sooyoung menamparku… ehm… agak terlalu keras, hehe… tapi tidak apa-apa kok. Aku juga salah.”

Oh ya, itu memang benar dan kalau boleh jujur, aku menikmati saat-saat tanganku menyentuh permukaan kulitnya.

“Kau yang memulainya dan kau juga menamparnya dengan cukup keras.” Kembali Baekhyun berkata dengan tatapannya yang tetap tertuju pada Donghae.

“Hei kalian semua, bisa hentikan dulu perdebatannya? Aku ingin membahas masalah naskah adegan ini.” Key berujar.

Baekhyun memutarkan bola matanya lalu mengajakku duduk. Lagi-lagi sialan… karena kini posisi dudukku bersebelahan dengan Donghae.

“Jadi aku ingin memasukkan adegan improvisasi kalian tadi kedalam naskah baku kita. Aku rasa adegan itu sangat lucu dan penonton pasti akan terhibur melihatnya.”

“Oh, jadi kau menganggap perkelahian itu sesuatu yang lucu?!” Aku berujar menanggapi ucapan Key sebelumnya.

“Hah? Jadi kalian berkelahi?”

Aku mendengus.

“Bukan Key, kami bercinta! Ya Tuhan, untuk apa lagi kau menanyakan hal itu?!”

“Hehe…” Key meringis. “Kukira itu hanya spontanitas kalian dalam ber-improvisasi. Lagian jika kalian tidak menampar satu sama lain terlalu keras, hal itu tak akan terjadi bukan?”

Sebuah hembusan nafas kulepaskan secara kasar, berharap emosi yang terpendam di hatiku pun menguap bersamanya.

Tiba-tiba Taeyeon menyentuh tanganku.

“Soo… maaf… aku sungguh tak bermaksud untuk memperlakukanmu seperti itu… aku sungguh tidak ingin kita berkelahi…” Ia terlihat sangat menyesal.

Dan dengan kata-kata Taeyeon itu, berakhirlah pertemuan kami di rumah Key hari ini.

≈≈≈

“Ikutlah denganku, aku akan mengantarmu pulang.”

Kurasakan Donghae menyentuh lenganku. Ia mengajakku pulang bersama lagi, persis seperti ketika ia mengajakku untuk pergi ke rumah Key bersama-sama. Sekali lagi, sial! Andai saja hal antara dirinya dan Taeyeon itu tak pernah terjadi, aku pasti langsung akan dengan semangat mengangguk menyetujui ajakannya. Namun tidak kali ini. Tidak bisa lagi. Aku tak ingin semakin memperparah kesedihan hatiku.

Ya, aku menyadari bahwa Dongahe ternyata tidak pernah memiliki perasaan padaku. Aku menyadari bahwa selama ini hanya aku-lah yang terlalu percaya diri dan mengira bahwa dia juga menyukaiku, hanya aku-lah yang mengira bahwa perasaanku padanya akan terbalas. Namun ternyata tidak. Ternyata selama ini, ia sudah memiliki gadis lain yang memenuhi hatinya, gadis yang menurutku sangat menyebalkan, Kim Taeyeon, dan itulah yang membuat hatiku semakin sakit. Tidak, aku tak ingin memperdalam luka hatiku dengan terus berada di dekatnya.

“Terimakasih, tapi aku rasa itu tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri.” Aku berkata sedatar mungkin kemudian berlalu darinya.

Kembali lenganku ditahan olehnya.

“Kau yakin? Ini sedang hujan.”

Ia terlihat khawatir, tetapi aku tidak peduli. Mengapa tidak ia khawatirkan Taeyeon kesayangannya itu?!

“Ya, aku yakin.”

“Tapi hujannya cukup lebat, bajumu akan basah semua.”

“Omong kosong.” Pikirku.

“Tidak, rumahku tidak jauh dari sini. Lagian jika aku pulang denganmu, kau bisa menjamin bajuku tidak akan basah? Memangnya kau membawa payung?”

“Memang tidak… tapi…”

“Ya sudahlah, aku ingin pulang sebelum hujannya bertambah lebat.” Aku melepaskan lenganku dari lingkaran tangannya namun lagi-lagi ia berhasil menahanku kembali.

“Kalau begitu aku akan ikut denganmu!”

Lelaki menyebalkan! Dia membuatku kesal! Tidakkah ia mengerti? Atau kah dia memang gemar mempermainkan perasaanku?

“Kau ini kenapa sih? Aku bisa pulang sendiri.”

“Kau memang bisa melakukan itu, tapi aku ingin mengantarmu!”

Untuk kesekian kalinya, lenganku ditahan olehnya. Mengapa ia menghalang-halangi jalanku seperti ini?

“Lepaskan! Aku ingin pergi!”

“Tidak. Aku tak akan melepaskanmu sebelum kau meng-iyakan permintaanku.”

Dasar egois!

“Yak! Lee Donghae! Lepaskan tanganku!”

Jemari Donghae yang melingkari lenganku sedikit mengendur tapi tidak terlepas sepenuhnya.

“Mengapa kau jadi dingin sekali terhadapku?”

Aku hanya memutarkan bola mataku. Memangnya mengapa jika aku dingin terhadapnya? Apa peduliku? Apa pedulinya? Bukankah ia sudah memiliki Taeyeon yang tentunya sangat ‘hangat’ terhadapnya?

“Sooyoung-ah… kau masih kesal soal latihan drama tadi? Apa kau marah pada Taeyeon?”

“Aku akan marah padamu jika kau tidak melepau sekarang!”

Terpaksa Donghae melepaskan tangannya yang menahan lenganku sedari tadi.

“Maaf, aku tak ingin kau marah padaku... apakah aku melakukan kesalahan Sooyoung-ah?”

Melakukan kesalahan?! Tidak, dia melakukan semuanya dengan benar. Terutama saat memeluk Taeyeon, dia melakukannya dengan sangat benar!

“Sooyoung-ah… jawab aku…” Donghae mencoba menyentuh tanganku namun aku menepisnya. Memangnya aku harus mengatakan apa? Pikiranku masih dipenuhi dengan kekesalan akan bayangan Donghae bersama Taeyeon.

“Ada apa antara kau dan Taeyeon?”

Oh, tidak... mengapa aku mengungkit soal hal itu? Sekarang Donghae pasti mengira bahwa aku sedang cemburu. Aish, ya memang seperti itulah kenyataannya, tapi aku tidak menginginkan Donghae mengetahui hal tersebut. Itu memalukan karena jelas-jelas ia menyukai Taeyeon.

“Apa maksudmu? Kami hanya berteman.”

Aku mendesah. Mengapa ia tidak mau mengakui hubungannya dengan gadis itu.

“Apakah karena Taeyeon memelukku? Karena itu kah kau mengira ada sesuatu diantara kami?” Donghae bertanya.

“Bukan hanya aku... tapi aku yakin setiap orang yang melihat kalian bersama akan mengira bahwa kalian memiliki hubungan lebih...”

“Begitukah? Kalau begitu, perkiraan orang-orang itu benar.”

Aku tercengang. Apa? Apa yang ia katakan? Ia membenarkan hal itu? Jadi Donghae sungguh memiliki hubungan dengan Taeyeon? Aish, aku seharusnya tak bereaksi seperti itu. Seharusnya aku sudah bisa menduga bahwa ia akan membenarkan hal tersebut. Aku juga telah melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana cara ia memperlakukan Taeyeon dan seharusnya itu sudah cukup untuk mengetahui bahwa diantara mereka memang ada hubungan lebih.

“Baiklah, hanya itu yang ingin kuketahui dan sekarang semuanya sudah jelas. Aku akan pulang kalau begitu.”

“Tidak secepat itu Choi Sooyoung!”

Donghae berujar dengan nada rendah namun terdengar tegas. Awalnya aku berusaha untuk tetap bersikap dingin dan tak acuh ketika ia mengakui hubungannya dengan Taeyeon. Aku tak ingin Donghae menyadari kecemburuanku. Namun ketika aku merasakan jemari tangannya yang kembali melingkari lenganku, aku hanya bisa terdiam, tidak sanggup lagi menepis tangannya ketika ia menyentuh kulitku. Aku seakan... menikmati momen ini?

Dan seketika aku tersadar. Aku tak seharusnya begini, tak seharusnya ia melakukan ini terhadapku. Donghae sudah ada yang memiliki dan tidak sepantasnya ia menahanku seperti ini.

“Lepaskan Donghae! Bagaimana jika ada yang melihat kita?”

Oke, itu memang terdengar konyol tapi hal itu memang patut aku khawatirkan. Bagaimana jika Taeyeon melihat kami dengan posisi seperti ini? Bukan apa-apa, tapi aku rasa semua orang pasti akan mengernyitkan dahi jika melihat kekasihnya melakukan bersentuhan kulit terhadap gadis lain.

“Memangnya kenapa jika ada yang melihat kita? Kau takut Baekhyun melihatmu disini denganku?”

Baekhyun? Memangnya Baekhyun kenapa? Apa masalahnya jika Baekhyun melihatku dengan Donghae seperti ini?

“Apa hubungannya dengan Baekhyun? Kau tak perlu membawa orang lain dalam masalah ini!”

“Oh, jadi kau membelanya.”

“Yak! Lee Donghae! Ada apa sebenarnya denganmu?!”

“Kau sendiri? Ada hubungan apa antara kau dan Baekhyun?”

Ah sial, sekarang ia memutarbalikkan pertanyaanku. Untuk apa dia mempertanyakan hal itu? Hubunganku dengan Baekhyun tidak lebih dari persahabatan.

“Itu bukan urusanmu, sekarang lepaskan. Aku ingin pulang!”

Aku kembali menjawab Donghae dengan dingin. Bisa dibilang ketus sebenarnya. Terserahlah, aku tidak peduli lagi padanya. Segera setelah aku berhasil melepaskan tangannya dari lenganku, aku melangkah pergi. Semoga saja ia tidak menahanku lagi. Apakah ia tidak bosan melakukan hal itu?

Sayangnya lagi-lagi harapanku tidak terwujud. Donghae kembali melakukan pergerakannya untuk menahanku. Tak sempat lagi aku merutukinya di dalam hati karena tubuhku membeku seketika. Aku tak mampu bergerak. Tangannya menyelinap melalui celah diantara kedua lenganku, melingkari pinggangku dan mengunci tubuhku dalam dekapannya. Seketika aku membeku di tempat ketika merasakan tubuh bagian depannya mengenai punggungku dan hembusan nafasnya melewati permukaan kulit leherku secara lembut. Ia memeluk ku dari belakang.

“Apa kau berpacaran dengannya?”

Donghae berbisik diddekat telingaku. Merasakan perlakuannya itu, aku merinding dan merasa sedikit geli. Belum lagi jantungku yang berdetak tak karuan seakan mau meledak.

“Berpelukan itu tidak selalu menjadi penanda bahwa seseorang tengah menjalin hubungan. Ataukah kau menganggapnya seperti itu?” Tanya Donghae.

“Eh... ehm... itu tergantung situasi...” Aku menjawab dengan asal. Sungguh saat ini aku tidak dapat berpikir dengan baik.

“Lalu apakah aku dan Taeyeon berada dalam situasi seperti itu?”

“Aku tidak tahu... tapi kalian memang terlihat seperti sepasang kekasih.”

“Kau dan Baekhyun juga, dan apakah kalian berpacaran? Tidak kan? Atau iya?”

“Sudah kukatakan itu bukan urusanmu!”

“Hei! Aku sudah menjawab pertanyaanmu yang tadi, padahal itu juga bukan urusanmu. Sekarang jawab aku! Agar kita impas.”

Aku agak terkejut mendengar volume suara Donghae yang meninggi. Apakah hanya karena dia ingin kami impas lalu ia harus berteriak seperti itu?!

“Kau mau kita impas?! Oke. Ya! Aku berpacaran dengan Baekhyun. Nah, aku sudah menjawab pertanyaanmu, sekarang lepaskan! Aku ingin pulang.”

“Aku menyukaimu…” Ujar Donghae lemah namun masih dapat terdengar jelas olehku.

Aish, sepertinya memang ada yang salah dengan telingaku. Mengapa aku terus mendengar kata-kata yang tidak masuk akal dan aneh? Bahkan kini aku mendengar Donghae menyatakan bahwa ia menyukai ku. Itu tidak mungkin benar bukan? Ia sudah memiliki Taeyeon.

“Aku tahu kau berbohong, Sooyoung-ah. Aku tahu kau tidak berpacaran dengan Baekhyun, aku tahu kau menolak ketika ia hendak mencium mu, aku tahu Baekhyun menyukai Taeyeon, aku tahu kau tidak suka dipanggil Soo karena itu terdengar seperti Sooman. Aku mengerti mengapa kau kesal pada Taeyeon dan aku juga mengerti mengapa kau marah padaku. Apakah masih ada detail yang kulewatkan?”

“Sialan kau! Kau menguping pembicaraanku dan Baekhyun ya?!”

“Aku tidak suka kau memeluk lelaki lain.”

“Lalu mengapa jika kau tak suka?! Apa peduli ku hah?!!”

“Karena aku menyukaimu dan aku akan sangat cemburu jika kau melakukan itu!”

“Lalu hanya karena kau cemburu kau melarangku?! Bagaimana denganku? Kau bahkan tidak memikirkan perasaanku! Kau kira hatiku tidak sakit saat melihat kau memeluk gadis lain?!”

Astaga! Aku segera membekap mulutku yang tak bisa dikontrol ini. Oh tidak! Sekarang Donghae mengetahui segalanya!”

“Maaf… tapi kau tak perlu meng-khawatirkan itu Sooyoung-ah. Taeyeon sudah ada yang memiliki. Yang ku-khawatirkan sekarang hanyalah dirimu.

Apa? Ternyata Taeyeon sudah memiliki kekasih? Siapa? Ya Tuhan, kasihan sekali Baekhyun. Aku harap ia tidak mengetahui hal ini.

“S… siapa orang itu?…” Aku bertanya dengan pelan. Pikiranku kini hanya di dominasi oleh Baekhyun. Aku tak dapat membayangkan betapa hancurnya perasaan dia jika mengetahui hal ini.

“Kau sungguh tidak tahu, Sooyoung-ah? Padahal dia sahabatmu sendiri.”

Karena terkejut, aku segera membalikan badanku dan mengahadap wajah Donghae.

“Apakah itu Key? Astaga! Teganya Key melakukan itu pada Baekhyun! Padahal dia berjanji untuk menjodohkan Baekhyun dengan Taeyeon lalu mengapa malah dia yang menjadi kekasih Taeyeon?!!”

 “Eh?” Donghae terlihat bingung dengan ucapanku.

“Yak, kau tak mengerti? Key berjanji pada Baekhyun bahwa ia akan membantunya agar bisa berpacaran dengan Taeyeon melalui drama ini. Aku tak habis pikir mengapa ia tega sekali merebut Taeyeon dari Baekhyun.

“Hey Choi Sooyoung, memangnya sahabatmu hanya Key, huh?”

“Eh… bukan Key ya? Lalu siapa? Kau?”

Donghae memutarkan bola matanya malas.

“Apa penjelasanku yang tadi itu semuanya percuma, Sooyoung-ah? Kau tak mendengarkanku?!”

“Lalu jika bukan kau… siapa?”

“Baekhyun tentu saja. Baekhyun dan Taeyeon, mereka berpacaran.”

“Sungguhkah?! Sejak kapan?”

“Hari ini, ketika Baekhyun mengantarnya ke rumah Key. Taeyeon mengatakannya padaku. Hanya saja… ehm… aku tidak tau apakah itu hanya penglihatanku saja tapi… Taeyeon terlihat seperti… tidak bahagia dengan hubungannya. Maksudku, aku tak melihat kebahagiaan padanya seperti pasangan lain yang baru saja menjalin cinta.”

“Sungguhkah? Mengapa? Ia tidak bahagia bersama Baekhyun?”

Donghae mengendikkan bahunya pertanda ia tidak tahu.

“Ehm… Sooyoung-ah… boleh aku menanyakan sesuatu?”

“Ya.”

“Apa maksudmu ketika kau mengatakan bahwa aku tak memikirkan perasaanmu?”

“Oh itu... ehm... itu...” Aku menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal, kusadari bahwa wajahku sudah berubah warna menjadi semburat kemerahan.

Donghae tersenyum.

“Sooyoung-ah, jujurlah. Kau juga menyukaiku bukan?”

“Hah? Apa katamu? Aku tidak… tidak...”

Tiba-tiba Donghae memelukku.

“Aku menyukaimu Sooyoung-ah… kau mau kan, menjadi kekasihku?”

Aku membelakakan mata. Donghae… sungguhkah yang ia katakan?

Pelukan Donghae terasa lebih erat ketika aku mengalungkan lenganku disekitar pinggangnya.

 Baiklah… Ya, aku mau…”

Ia melepaskan pelukan itu. Kulihat ia menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman.

“Terimakasih Sooyoung-ah.’

Lalu ia kembali membawaku masuk kedalam pelukannya yang hangat.

≈≈≈

“Kita sudah sampai!” Ujar Baekhyun ceria.

“Terimakasih Baek-ah…” Taeyeon berterimakasih lalu turun dari sepeda Baekhyun. Ia menutup payung yang ia gunakan untuk melindungi tubuh mereka dari guyuran hujan.

“Lho, Taeyeon-ah… kenapa bajumu basah sekali? Bukannya kau memakai payung?” Baekhyun bertanya dengan heran ketika melihat tubuh Taeyeon yang basah kuyup.

 “Payungnya hanya muat satu orang saja Baek.”

“Jadi kau hanya memayungi aku saja kah?”

Taeyeon mengangguk malu.

“Astaga, Taeyeon-ah. Mengapa kau melakukan itu? Bagaimana jika kau sakit?”

“Kau juga bisa sakit jika aku tidak memayungimu Baek-ah.” Taeyeon berkilah.

“Tidak, itu tidak benar. Aku laki-laki, kau tak perlu meng-khawatirkan aku.”

“Ah, kau ini. Aku sudah merepotkanmu terlalu banyak. Rumahku itu sangat jauh jaraknya dan kau rela mengantarku seperti ini bahkan ketika hujan. Jadi anggap saja ini tanda terimakasihku.

Baekhyun tersenyum, ia senang sekali memiliki kekasih sebaik Taeyeon.

“Terimakasih Taeyeon-ah.”

Taeyeon membalas senyumannya.

“Aku juga berterimakasih padamu Baek.”

Baekhyun mengangguk.

“Masuklah, Taeyeon-ah. Ganti bajumu, aku tidak ingin kau sakit.”

“Oke, kau juga. Pulang dan istirahatlah Baek. Hujannya sudah reda.”

“Kau mengusirku ya?” Tanya Baekhyun.

“Tentu saja tidak. Aku hanya menyuruhmu pulang dan beristirahat. Ini sudah sore.”

Baekhyun  menangguk.

“Kalau begitu sampai bertemu besok ya.”

“Iya...” Taeyeon berujar sembari melambai pada Baekhyun yang juga tengah membalas lambaian tangannya. Ia memandangi punggung Baekhyun yang semakin menjauh dari hadapannya dan ketika bayangan Baekhyun akhirnya menghilang di kejauhan, Taeyeon pun menutup pintu.

-To Be Continued-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
snowyautumn
#1
Chapter 3: Kkkkk lucu banget mereka. Aku baekyeon shipper loh Tapi di ff ini sooyoung-baekhyun lebih gereget. Gereget banget!
CardGames #2
I can't wait for the update.