Chapter 2

SPY

Kim Myungsoo…

Pemuda itu tengah bersandar pada tembok. Pakaiannya sangat lusuh dan menutupi hingga sebagian wajahnya. Aku hanya dapat melihat matanya yang seakan memancarkan kesedihan. Ia terlihat tidak fokus, seperti orang linglung. Namun tidak berselang lama, tatapan itu berubah dingin, sangat dingin. Seakan ia sedang melihat sesuatu yang sangat dibencinya. Aku tersentak kaget saat ia melirik kearah mobil kami. Apakah ia dapat melihatku? Apakah ia menyadari bahwa aku memerhatikannya? Itu tidak mungkin bukan? Kaca mobil ini sangat gelap, tidak mungkin orang dari luar dapat melihat kedalam.

Namun entah mengapa aku merasa pandangan mata kami bertemu...

“Sudah saatnya Krys…”

Jonghyun membuka pintu mobil. Aku melangkah keluar dengan susah payah. Seluruh tubuhku kaku setelah duduk di mobil selama beberapa jam, belum lagi jantungku yang berdebar semakin kencang seiring mendekatnya langkahku menuju pemuda itu. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Apa yang akan kukatakan saat berhadapan dengannya? Apakah aku harus langsung menembak mati dirinya? Hmmm... itu tidak mungkin kulakukan. Aku hanya ditugaskan untuk menyamar dan mengikutinya sekaligus mencari tahu mengenai beberapa informasi penting lalu mengungkap kasus di FBI yang menyangkut dirinya. Sebenarnya, aku tak tahu bagaimana caraku untuk mendekatinya? Apakah ia tidak akan hanya menganggapku orang gila yang sok akrab dengannya? Ini membingungkan. Aku rasa aku akan gagal mengerjakan tugas ini. Sungguh menyebalkan.

Pikiranku berputar-putar, aku terlalu sibuk memikirkan apa yang akan kulakukan atau katakan padanya hingga aku tidak memerhatikan langkah kakiku. Sialnya, aku tersandung sebuah batu dan jatuh tersungkur tepat dihadapan Myungsoo.

“Bodoh!” Aku mengumpat pelan. Tak kupedilukan rasa perih di telapak tanganku yang lecet akibat terjatuh. Aku mengangkat kepalaku. Kini pandanganku kembali bertemu dengan mata Myungsoo.

Hanya satu kata yang dapat kugunakan untuk melukiskan tampangnya...

Sempurna...

Aku terbius akan rasa kagum. Bagaimana mungkin seseorang bisa seindah ini?

Berbeda denganku, Myungsoo menatapku dengan pandangan jijik seakan aku ini mahkluk rendahan yang tengah bersujud didepan kakinya. Ia lalu berjalan meninggalkanku begitu saja, menganggapku bahkan tidak ada.

“Dasar sombong!” Aku kembali mengumpat, namun aku segera menyadari bahwa aku telah melepaskan targetku. Oh tidak. Aku tidak ingin menggagalkan tugas ini!

“Hei, kau!” Aku berusaha untuk bangkit sambil meneriakkan beberapa kata untuk menghentikan langkah Myungsoo.

“Hei! Berhentilah! Aku perlu berbicara denganmu!”

“Hei!”

Sosok Myungsoo semakin menjauh. Ini menyebalkan. Aku terlihat seperti orang bodoh namun tak kupedulikan. Segera aku mengejar Myungsoo, mencoba menyamai langkahnya yang semakin cepat.

“Hei! Bisa kau berbalik sebentar?!”

“Halo! Aku sedang bicara padamu!”

“Hei! Kau ini tuli ya?!”

“Yak! Kim Myungsoo! Aku mohon berhentilah!”

 

...

Myungsoo berbalik seketika dan menatapku dengan pandangan dingin. Kebencian terpancar jelas di wajahnya. Aku bodoh. Sangat sangat sangat bodoh! Tidak seharusnya aku langsung memanggil namanya. Ia pasti akan langsung mengira bahwa aku mengetahui identitasnya yang sebenarnya.

“Kau...”

"Darimana kau tahu namaku?”

Suaranya terdengar begitu dingin. Aku terdiam, tidak mampu menjawab apa-apa. Ini mengerikan. Apakah ia marah? Apa yang akan terjadi padaku?

“AKU TANYA DARIMANA KAU TAHU NAMAKU?!”

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Tidak... aku tidak mampu menjawab. Seluruh tubuhku kini bergemetar. Aku sudah sangat bodoh menempatkan diriku di posisi ini.

“Kau... ikut aku...” Tiba-tiba aku merasakan tanganku dicengkram dengan kuat. Aku ingin melawan namun entah mengapa aku tak mampu melakukannya. Ia menarik tanganku begitu kuat, memaksa tubuh ini mengikuti langkahnya. Aku pasrah... apapun yang akan ia lakukan padaku sekarang... aku pasrah...

“DUG!”

Ia menghantamkan punggungku pada tembok. Kami kini berada didalam sebuah gang sempit. Disini sepi sekali... jika ia membunuhku, aku bahkan tak yakin ada yang dapat mengetahuinya...

“Sekarang katakan... darimana kau mengetahui namaku?”

“Engg... aku... aku... aku....”

“CEPAT JAWAB!” Ia membentak.

“Dari kakakku!” Aku refleks meneriakkan jawaban.

Myungsoo hanya memandangku dengan tatapan aneh. Ya, aku sendiri juga tidak mengerti jawabanku.

“Bukan… maksudku… aku punya seorang kakak… ia sudah lama meninggalkan rumah…. Berbulan-bulan… bertahun-tahun… bahkan… bahkan hingga kini aku menunggu… namun ia tidak pernah kembali…” Mataku mulai terasa hangat dan aku sukses menitikkan air mata.

“Sudah lama tidak berjumpa... rindu ingin bertemu dan mengetahui keadaannya... Aku hanya datang kesini untuk mencarinya... dan saat melihatmu... aku berpikir kaulah dirinya... tapi ternyata aku salah... maafkan aku...”

“Ya... tapi tetap, darimana kau tahu namaku?”

“Lho, jadi namamu Myungsoo, ya? Kim Myungsoo? Apa aku benar?” Aku berusaha untuk menatapnya sepolos mungkin. Tidak kusangka bahwa aku ternyata pandai ber-akting, padahal aku hanya menggunakan kutipan sebuah novel yang pernah kubaca.

“Apa maksudmu? Kau hanya menebak?”

“Maafkan aku... aku tidak tau kau sungguh-sungguh bernama Myungsoo...”

Myungsoo mendengus kesal.

“Tidak mungkin itu bisa terjadi. Kau pasti berbohong!”

Aku segera menggeleng.

“Tuan Kim. Hal seperti ini mungkin saja terjadi, walaupun satu dibanding sejuta kemungkinan dan aku telah menjadi bagian dari satu kemungkinan ini. Harap percaya padaku bahwa aku tidak sedang berbohong.”

“Terserahlah.” Myungsoo tidak terlihat peduli dan kembali berjalan meninggalkanku.

“Ehm... tuan Kim! Tuan Kim, kumohon tunggu sebentar!”

Ia menatapku kesal.

“Ada apa lagi?!”

“Ehm… jadi begini… aku rasa aku sedikit tersesat…” Ujarku pelan.

“Bukan urusanku.” Ia meneruskan langkanya.

“Pria sialan!” Pikirku. Tidak, kali ini aku tidak berdiam diri. Aku segera mengejarnya dan menahan lengannya seperti yang ia lakukan padaku.

 “Lepaskan!” Ia menatapku marah.

“Tuan Kim... kumohon... aku tidak mengenal siapa-siapa disini... tidakkah engkau bersedia memberikanku tempat tinggal?”

“Tidak.”

“Tuan Kim, aku mohon... aku sungguh-sungguh memohon... izinkanlah, aku ikut denganmu… aku tidak tahu lagi harus kemana… jika kau mengizinkanmu, aku berjanji akan melakukan segalanya untukmu… aku bisa membersihkan rumahmu... aku bisa membantumu melakukan apapun... aku bisa...”

“Melayaniku?” Ia bertanya dengan datar.

Aku hanya menatap Myungsoo tak percaya. Oke, aku tidak menduga ia akan meminta hal ini dariku.

“Bodoh.” Ujarnya. “Berjanjilah kau akan melakukannya untukku... semuanya...”

Aku menelan saliva ku kasar. Ini untuk melaksanakan tugasku. Ingatlah tugas dari kantor dan tawaran menggiurkan jika aku berhasil melakukannya.

“Baiklah... aku berjanji...”

¤¤¤

-To Be Continued-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
half-baked
#1
Chapter 4: I seriously can't wait for the update. hehe <3