Kedatangan Kaisar Wu beserta keluarganya memberikan dampak yang berbeda terhadap rutinitas keluarga di istana. Jika, biasanya acara sarapan pagi, makan siang, ataupun makan malam anggota keluarga kerajaan dilakukan di masing-masing paviliun saja, untuk kali ini seluruh anggota keluarga berkumpul di salah satu ruangan untuk melakukan makan malam bersama, untuk menyambut tamu penting mereka tersebut.

Makanan terbaik dari koki istana telah tersaji rapi di meja makan, menggugah selera siapapun untuk mencicipinya. Raja Zhang selaku tuan rumah tidak ingin menunda lagi, mempersilahkan para tamu untuk membuka jamuan makan tersebut, selain karena dirinya juga telah merasa lapar, ia juga melihat gelagat gelisah dari putra sulungnya yang tampak ingin menghabiskan semua jamuan yang terletak di hadapannya.

" Baiklah Kaisar Wu, silahkan cicipi masakan terbaik dari kami, semoga anda menyukai"

Selama beberapa menit kedepan hanya ketenangan yang menyelimuti ruangan berukuran 4×6 meter tersebut, sampai suara dari Kaisar Wu terdengar memecah keheningan tersebut.

" Terimakasih atas jamuan yang anda berikan, sungguh ini adalah makanan terbaik yang saya cicipi"

" Anda terlalu berlebihan memuji, tapi sungguh suatu kehormatan bagi Kami karena anda merasa puas dengan jamuan yang kami berikan"

Sementara kedua petinggi kerajaan tersebut saling berbincang satu sama lain, para Ratu mereka sudah saling tersenyum penuh arti satu sama lain.

Kaisar Wu yang menyadari keadaan tersebut, segera bertanya kepada Ratu Zhang yang duduk diseberangnya.

"Apa ada sesuatu yang aneh, sehingga yang mulia Ratu terus tersenyum aneh sedari tadi ? "

Ratu Zhang menganggukan kepalanya singkat, sehingga memancing rasa ingin tau dari Kaisar Wu.

" Apakah gerangan hal yang aneh tersebut, apakah saya telah melakukan sesuatu yang salah ? "

Sang Ratu terkekeh pelan, sehingga memunculkan kerutan didahi sang kaisar, tanda ia semakin binggung. Dan karena tidak ingin sang suami terlihat bodoh dalam rasa keingintauannya, Ratu Wu mau tak mau angkat bicara juga.

"Bisakah kalian tidak menggunakan banmal lagi didalam percakapan kita ? , bahkan di dalam ruangan ini hanya tersisa kita saja, apa mulut kalian tidak pegal berbicara seperti itu terus menerus ? "

Raja Zhang yang sepertinya telah mengerti apa yang terjadi, segera angkat bicara. "Tampaknya sedari tadi yang mereka tertawakan adalah kita berdua Hangeng ah ~ " , lalu setelahnya terdengar tawa dari Raja Zhang, setelah ia menyadari kebodohan yang telah ia buat.

" Wah ternyata sedari dulu, kau tetap lebih pintar dari suamiku Yun "

"Tentu saja, Wu Hankyung tidak akan bisa mengalahkan Zhang Yunho", Raja Zhang tersenyum mengejek kearah Kaisar Wu.

"Yah, Zhang Yunho! , aishh kau sombong sekali hah?, ya Jaejoongie, kenapa kenarsisan suami mu tidak berkurang sedari dulu? " , tanpa Kaisar Wu sadari ia sendiri kini telah berbicara dalam bahasa non formal.

"Mianhae Hankyung~a , tetapi justru karena kenarsisannya lah aku bisa jatuh cinta kepadanya"

"Aish kalian sedari dulu memang tidak pernah membela ku" , Kaisar Wu memasang wajah pura-pura kesalnya, yang menghasilkan dengusan dari sang istri akibat ekspresinya.

"Jangan memasang ekspresi seperti itu, apa gege tidak sadar dengan umur? , dan malu dengan anak-anak kita? "

Hankyung menggaruk tengkuknya canggung, untuk menutupi rasa malunya dimarahi sang istri dihadapan sahabat beserta anak-anaknya, "Changmin~a, aku dengar kau baru saja lulus dari Universitas Sungkyunkwan dengan nilai terbaik, benarkah? "

"Ne, kaisar"

"Changmin~a, panggil ahjussi saja, aku tidak ingin lagi menjadi bahan tertawa mereka"

"Baiklah ahjussi"

"Wah kau memang cocok jadi penerus ayahmu kelak, dan aku rasa kau bahkan bisa melampaui kesuksesannya nanti