ii / ii : tidak akan kubantu ( tunggu, apa? )

Membantumu ( Pergi, sana! )

Kadang, ada hal yang menjengkelkan di dalam hidup kita.

 

Contohnya, adalah bahwa hal-hal yang kita inginkan tidak berjalan sesuai realita-nya. Jadi disinilah Sulli, menatap kedua orang itu- ia pikir ia adalah pasangan hidup salah satu dari kedua orang itu- ia pikir-

 

"A-apa- Tapi in-"

 

Sehun berhenti berbicara, kenapa ia harus menyetop Sulli sekarang? Ia yang selalu menginginkan Sulli untuk menjauh darinya kan? Selama ini Sehun yang ingin parasit itu menghilang darinya kan? Luhan menyipitkan mata, ke arah Sehun- kemudian ke gadis itu. Apa hubungan gadis itu dengan penyelamatnya? Mungkinkah mereka- 

 

"Apa kau- uh- pacarnya?"

 

Sehun tidak tahu bagaimana me-respon pada hal itu. Tapi kalau misalnya ia bilang ia bahkan tidak tahu apa-apa tentang laki-laki di depannya ( kecuali tentang sifatnya yang pengecut, Sehun nilai ) maka Sulli akan masuk ke hidupnya dan mengganggunya lagi.

 

Yang Sehun inginkan itu sendiri kan? Jadi kenapa ia bahkan mempertanyakan hal ini sekarang?

 

"Tidak. Aku- bukan siapa-siapanya kok,"

 

Sehun bersumpah ia melihat mata gadis itu berkaca-kaca, sebelum ia lari dan pergi dari gang itu. Harusnya, harusnya, Sehun itu bahagia- karna ini tandanya Sulli akan berpikir ia tidak bisa mendapatkan Sehun karna lelaki yang di depannya ini ( yang sebenarnya bukan siapa-siapa ) dan yang artinya- Sulli bakal stop bilang 'kau pasti kesepian' dan berhenti menjadi 'teman'-nya serta berhenti mengikutinya.

 

"Apa aku- merusak hubungan kalian?"

 

Ya Luhan, kamu PHO. "Tidak," Sehun menatap Luhan, yang entah kenapa- tatapan mata laki-laki itu sekarang sangat lunak dan memberi tanda-tanda akan- rasa sayang? "Dia memang- bukan siapa-siapa ku,"

 

Tapi pada akhirnya- ( Sehun juga tidak tahu kenapa, jangan tanya dia ) ia duduk di bangku di depan rumah sakit, Luhan mengistirahatkan tangan ke dagunya. Sementara Sehun menceritakan siapa gadis yang salah paham ( dan ia biarkan salah paham ) itu. Mungkin Sehun bingung apa yang seharusnya ia lakukan- tidak- mana mungkin? Sehun yang independent yang terbiasa sendiri minta pendapat orang lain? Entah. Mungkin saja karna Luhan terlalu memaksa- walaupun sebelumnya ia terlihat sangat lemah di hadapan para bully. ( "Bukan siapa-siapa kok matanya berkaca-kaca, ayo cerita! ) 

 

"Tapi seriusan, kenapa kau kesini, lagipula?"

 

Sehun menimbang-nimbang pilihannya untuk menjawab. "Untuk bertanya apa ia membuat burger-nya itu sendiri atau beli?"

 

Luhan menyipitkan mata dengan tatapan apa-kamu-sedang-bercanda-sekarang dan Sehun menghela nafas, "Oke, sebenarnya aku sendiri juga tidak tahu kenapa," Sehun semakin mengeratkan pegangannya pada bangku kayu itu. "Tapi yang dikatakan Sulli itu tidak benar, aku tidak pernah kesepian dan-"

 

"Yang dikatakan Sulli mungkin benar,"

 

Sehun memandang ke arah teman- bukan- orang di sampingnya dengan pandangan penasaran. Luhan menunduk, bermain-main dengan jaket yang barusan ia dapatkan, Sehun tidak pernah tahu banyak tentang orang-orang ( karna ia menolak untuk dekat dengan spesies yang sama dengannya yang disebut manusia ) tapi yang Sehun tahu mata Luhan terlihat sangat- muram.

 

"Aku selalu kesepian karna tidak ada yang mau bermain denganku,"

 

Sehun tidak menjawab tapi ia ingin tahu lebih banyak- sebenarnya, tapi kelihatannya Luhan tidak punya niatan untuk berhenti, lagipula. "Tapi kenapa kau, yang sebenarnya mampu punya teman, malah mengusir mereka semua dan bilang kalau kau tidak merasa kesepian?"

 

Kata-kata Luhan bukan palu godam, tapi sialan sesuatu yang ada di dada Sehun- kenapa rasanya seperti baru dipukul oleh kata-kata orang asing ini? Kenapa? Kenapa ya Sehun bilang ia tidak kesepian? Tapi memang benar kan? Ia memang tidak dan tidak akan pernah kesepian. Tipe orang itu beda-beda! Ada yang suka orang-orang dan yang-- tidak suka. Tapi-

 

"A-aku--"

 

Dan Sehun hampir meloncat menjauh ( untung tidak, kalau iya ia pasti terjungkal dari tempat duduknya sekarang ) karna mata Luhan hanya beberapa centi dekat dengan wajah Sehun- mengamatinya seperti ia adalah makhluk paling aneh di dunia.

 

"Aku tahu dari matamu, kau sebenarnya butuh teman, dan gadis itu orang yang tepat,"

 

Sehun menelusuri rambutnya dengan jarinya- membuat poninya tidak berada di dahinya lagi kemudian ada di dahinya lagi dengan menyisirnya ke belakang- frutasi. Ini tidak ada gunanya. kata-kata orang di sampingnya itu tidak membantu sama sekali. Sehun berdiri sambil membawa tasnya, dan Luhan membelalakkan mata. Baik orang ini maupun Sulli sama-sama memberikannya sakit kepala. 

 

"Hoho! Kau akan pergi ke gadis itu kan?"

 

Sehun menyipitkan mata pada Luhan, kalau saja pandangan mata bisa membunuh- tamatlah riwayat Luhan. Kenapa lagipula nada bicara Luhan semenjengkelkan Sulli? Dan mereka terus berkata kalau ia kesepian padahal tidak? "Aku seharusnya tidak usah membantumu tadi,"

 

 

Luhan cemberut. "Tapi aku tidak bohong soal apa yang aku katakan tadi! Kau tahu alasan lain kenapa mereka menganggapku berbeda?" dan dengan kata-kata itu, Sehun berhenti berjalan. Sementara Luhan tersenyum. "Aku bisa membaca orang dari matanya, dan matamu mengatakan-"

 

Oh geez, ternyata orang ini juga bukan manusia normal? Bagus. Katakan saja kalau matamu mengatakan kau sedang kesepian- Sehun mendengus. Ia tidak tertarik lagi. Kemudian berjalan pergi-

 

"-kalau kau jatuh cinta pada gadis itu!"

Sehun pikir ia akan kehilangan kewarasannya. "...Bisa kau pergi atau kuambil lagi jaket yang kuberikan kepadamu?"

 

Luhan tersenyum dengan gigi dirapatkan- tipe senyum yang orang yang gampang marah ( seperti karakter kita yang berinisial S ini ) menganggap itu sebagai senyum kurang ajar, dan senyum yang sebenarnya bersifat main-main. Luhan mendekapkan jaket Sehun yang ia berikan untuk menutupi tubuhnya- berkata 'terimakasih!' ( nada ceria- terlalu ceria dan itu mengingatkannya pada nada-nya Sulli, Sehun meringis mendengar itu ) lalu ngibrit pergi. Dan Sehun berharap ia tidak akan bertemu orang itu lagi padahal orang itu mengenali seragam yang Sehun pakai.

 

---

 

"Kakak seperti... mayat hidup,"

 

Dua mata bulat itu mengamati Sulli yang barusan turun dari tangga. Aneh. Sedangkan Sulli tersenyum lemah- seperti senter yang cahaya-nya redup- biasanya senyuman Sulli itu seperti sinar matahari. Tapi ini, apa-apaan ini, senyumannya hari ini cuma seperti--

 

"Senter,"

"Huh?"

"Kakak tidak tersenyum secerah kemarin,"

 

Sulli menguap dan membenarkan rambutnya yang berantakan- padahal kakak biasanya akan menyisir itu dulu sehabis bangun. "Aku cuma-- lelah kok,"

"Apa itu karna ibu?"

 

Sulli mengamati pancake yang adiknya buat di meja makan. Ah, jago, jago sekali adiknya ini. Ia cuma bisa memasak roti bakar-- gosong, dan telur-- yang membuat pasangan hidup Sehun tersedak ( ya, Sulli mendengar itu dari sisi pintu kemarin. Dia merasa bersalah dan minta diajari membuat makanan oleh ibunya setelah itu. Dan ibunya mengajarinya membuat burger. ) Sulli menggeleng pelan pada pertanyaan adiknya itu.

 

"Tidak, ibu baik-baik saja kemarin,"

Jisu mengangkat alisnya saat kakaknya ( dengan lemas, tidak ada bedanya dengan zombie ) menumpahkan sirup ke pancake itu- dan meringis saat sirup yang kakaknya itu niatkan untuk dibeberkan ke makanannya malah meluber tumpah dari piring ke meja. Jisu semakin menyipitkan matanya dan berpikir tentang sesuatu-

 

 

"Kakak bertengkar dengan pacar kakak ya?"

 

 

Sulli hampir tambah menumpahkan sirupnya itu. 

Pacar? Apa sih, Sehun itu bukan pacar Sulli. Sulli menggelengkan kepala dengan cepat. "Tidak! Kamu itu-" Sulli menggenggam garpu dan menunjukkan ujung garpu itu ke arah wajah Jisu. Jisu hanya tetap dengan wajah polosnya dan tidak takut pada ancaman garpu yang tidak terlalu tajam ( dan sekarang terpoles sirup ) itu. "-tidak tahu apa-apa soal pacar-pacaran! Darimana kamu tahu itu? Jangan asal ngomong!"

 

Jisu itu baru 4 SD, mana mungkin Sulli membiarkan adiknya menyentuh topik ini. "Tapi temanku pernah cerita soal itu!" Jisu cemberut. dan Sulli memberi tatapan jengkel pada Jisu walaupun adik laki-laki nya itu tidak melakukan apa-apa ( tapi tetap saja! Kata-katanya itu loh, membuat hati nya seperti terperas bagaikan baju basah yang akan dijemur dan otaknya mengingakan pada laki-laki tam- ehem- bodoh itu. )

 

"Kakaknya seperti- zombie- setelah ia putus dengan pacarnya, dan ia kakaknya itu terus-menerus bertanya bagaimana cara move-on pada So-Ah padahal So-Ah sudah pasti tidak tahu apa-apa. Jadi So-Ah malah bertanya padaku,"

 

Move-on ya, kenapa pula Sulli perlu move-on dari Sehun. Konyol sekali. Mereka kan dari awal tidak pacaran. Lalu Jisu tetap bercerita melihat kakaknya terus melihat dia. "Lalu aku menjawab, benci saja dia, bilang kalau dia orang terbodoh sedunia dan jangan sudi liat mukanya lagi!"

 

Hubungan ya. Sulli memikirkan hal lain kali ini. Apa benar hubungan Sulli dan Sehun sudah berakhir? Walaupun Sulli tidak yakin kenapa Jisu bisa tahu soal hal seperti itu, ia tersenyum pada Jisu. "Terimakasih tapi a-aku- tidak pacaran Jisu, tapi cuma ada satu orang ini yang bodoh--"

 

Sehun itu bodoh. "Ah, mata kakak berkaca-kaca,"

 

Dan karna ia bodoh mungkin Sulli harus melupakan dia, mungkin kali ini akan jadi yang terakhir, "Jisu, kau bisa bantu aku membuat sesuatu?"

 

--

 

Kali ini, di loker Sehun ia menemukan hal yang sama seperti kemarin. 

 

Bungkusan seperti nasi tapi bukan nasi. Sehun memikirkan sesuatu sebentar sebelum ia mengambil makanan itu, ia berpikir untuk mengambil makanan itu dan menaruhnya pada loker orang lain tapi--

 

"Rasanya, oh tuhan, seperti surga!"

 

Membuka bungkusan itu, ia agak meringis melihat warna hitam yang ada di roti itu ( sangat sedikit sih, setidaknya lebih baik daripada roti di apartemennya kemarin ) dan ada selada- daging juga di dalamnya- saus yang di blber dengan tidak rapi dan agak keluar dari roti itu- dan oh tuhan, apa itu telur?

 

Menyingkirkan sesuatu yang hitam-hitam itu, ia juga tidak mau mengambil resiko karna ia mungkin sudah kena penyakit trauma-pada-telur-Sulli jadi ia hanya menggigit sedikit- sangaaat sedikit dari roti itu- mungkin kalau digmabarkan lewat pecahan sehun hanya menggigit 1/35 nya dari roti itu. Ia berdoa pada tuhan yang maha kuasa agar ia tidak mati atau hal sejenisnya setelah makan.

 

1 detik dari menutup mata, 2 detik dari menggengam makanan itu. 3 detik dari meneguk roti itu. Dan Sehun membuka mata, tidak, ini tidak buruk. Tapi tidak seperti surga pula, memang orang itu pernah pergi ke surga. dan Sehun bilang ia hanya akan makan sedikit dan menyisakan banyak dari roti itu padahal pada akhirnya ia makan tidak-sedikit dan cuma menyisakan kertas pembungkus dari roti itu.

 

Sambil mengunyah, ia melihat ada- semacam tulisan di kertas itu.

 

Ini yang terakhir. Coba kalau kau bilang dari awal kalau kau itu gay. Kau tahu berapa lama aku menghabiskan waktu bersama ibu untuk membuatkan burgermu kemarin senin? Ibu bilang aku tukang masak yang buruk dan kalau aku punya suami kita harus ke restoran setiap hari karna aku bisa membunuh suamiku itu dengan masakanku. Tapi hey, pada akhirnya aku berhasil membuat burger ini karna prosesnya gampang!

 

Iya memang. Sehun memang laki-laki tapi ia tidak cukup bodoh untuk tahu kalau roti yang dari burger itu tinggal dibeli di supermarket terdekat- menteganya juga tinggal diolesi ke rotinya saja- dagingnya tinggal dimasak di wajan berminyak dan selada nya cuma tinggal di cuci- lalu crot-crot dari saus dan selesai. Ia hampir mau membuang bungkusnya sebelum ia melihat- tulisan lain.

 

"Heey!"

 

Sehun hampir mengeluarkan makanan yang ada di mulutnya karna ada yang mendorongnya ke depan. Ia buru-buru meneguk makanannya dan melihat siapa sialan yang mendorongnya itu- wajahnya mengerutkan alis dan kalau Sehun tidak salah- laki-laki ini orang yang bilang burger buatan Sulli itu seperti surga kemarin.

 

"Kau- dapat burger itu dari mana?"

 

Mungkin laki-laki ini suka sekali pada masakan Sulli, dan Sehun menggelengkan kepala. Apa laki-laki ini tidak pernah makan burger sebelumnya atau apa? "Dari tempat sampah. Kenapa kau bertanya pertanyaan tidak berguna? Dari tasku, tentu saja,"

 

Laki-laki itu mengerutkan dahi pada jawaban kasar Sehun. Dan cemberut. "Tapi aku dapat sesuatu yang sama dari lokerku kemarin! Bungkusnya persis seperti itu! Kau mau bisa membuktikan itu benar-benar milikmu?"

 

Tulisan lain selain pesan panjang dari Sulli, yang ditulis cukup besar memang mebuat Sehun meringis. Tapi ternyata bisa berguna juga untuk situasi seperti ini, jadi dia mengambil kertas yang ditulis dengan tulisan besar-besar itu dan menaruhnya pada tangan lelaki yang tidak ia pedulikan itu, biar dia paham.

 

'Oh Sehun, kamu orang paling bodoh sedunia!'

 

---

 

Sehun tidak tahu kenapa topik yang kemarin ia terus pertanyakan- apa aku harus menjelaskan pada gadis itu kalau aku ini tidak bengkok? Tapi habis itu dia bakal jadi parasit lagi kan? Padahal kalau ia normal- ia akan membiarkan gadis itu salah paham kan? Ini memang Oh Sehun dan Oh Sehun terlahir seperti ini, sendirian, kan?

 

Menghela nafas, ia tidak sadar bel sudah berbunyi. Dan begitu teriakan murid-murid atas kebahagiaan mereka karna sekolah berakhir masuk ke telinga Sehun- ia diam-diam menengok ke sebelah. salah satu murid berdiri dan melambai pada orang lain.

 

"Hey, Baekhyun, kau mau ke rumahku hari ini? Aku punya CD bajakan baru yang kubeli di toko kemarin loh!"

"Woah, man, kau gila! aku ikut!"

 

Sehun hanya menatap mereka dari jauh. Teman ya. Lalu saat ia terus melihat murid-murid yang berdiri dan menuju pintu keluar menuju kesenang mereka karna sekolah sudah berakhir atau menuju- surga. Sehun melihat gadis berambut hitam tertentu, Sulli menatap Sehun sebentar dan Sehun pikir ia akan segera memalingkan muka jengkel atau apa-

 

"Weeek!" 

 

Dan dengan jurus menjulurkan lidah dari Sulli dan satu tangan menarik salah satu kelopak mata ( membuat wajah aneh, mata lebar sebelah yang memiliki pesan jelas 'wajahku ini mngejekmu!' ) Sehun rasanya ingin menjedotkan kepalanya ke dinding sebelah- Berapa umur gadis itu? Bisa-bisanya-- Tapi kemudian gadis itu lari keluar kelas, dan Kai, yang berada di samping Sehun sambil beres-beres menatap laki-laki yang kelihatan kalah telak itu aneh. 

 

"Kau- bertengkar dengan Sulli?"

Sehun memalingkan muka dan mengambil tas-nya. "Bukan urusanmu,"

 

Kai menatap Sehun yang pergi darinya sambil cemberut lalu menghela nafas, sepertinya, ia perlu melakukan sesuatu hari ini.

 

--

 

Ohhh jadi ini sekolahnya laki-laki itu?

 

Mata laki-laki itu kelihatan takjub. Ia memang pernah kesini sebelumnya- dan karna alasan itu ia tahu seragam yang dipakai penyelamat itu kemarin adalah seragam dari sekolah ini. Dan ia tidak begitu ingat terakhir kali ia kesini- ia cuma ingat kata-kata orang tuanya dan Luhan menunduk mengingat kata-kata ibunya itu.

 

"Luhan, kalau kau besar nanti sekolahmu adalah disini,"

Ayahnya tertawa mendengar kata-kata istrinya, dan mata Luhan yang seperti tidak mau melepaskan pandangannya dari gedung di depannya, "Tentu, salah satu sekolah terbaik di Seoul, cocok untuk anak kita bukan?"

 

Tapi itu hanya masa lalu. Luhan tersenyum sedih pada fakta bahwa ia akhirnya tidak ke sekolah ini. Uangnya mana cukup untk pergi ke sini? Dan lagipula orang tuanya sudah-- Mata Luhan membelalak melihat sesuatu-

 

"Sehun!"

 

Ehem- Koreksi, seseorang. Sehun mendongak mendengar suara yang sepertinya pernah ia dengar hari-hari lalu. Sementara Sulli, yang tepat di belakang Sehun ( tidak tepat sih, ada beberapa murid berjalan yang membatasi mereka ) mengerutkan dahi mendengar  suara yang memanggil Sehun- tidak mungkin selain Kai ( lelaki itu juga kelihatan berusaha mendekati Sehun, alasan apa, Sulli tidak tahu ) dan Krystal ( yang juga tidak akan memanggil Sehun kecuali Sulli menyuruhnya ) dan menyesal untuk mendongak dan mencari tahu.

 

"Kau-- sedang apa disini?"

"Mengembalikan jaketmu, tentu saja!"

 

Sulli entah kenapa, berhenti berjalan dan melihat kedua pasangan itu dari jauh. Mereka romantis sekali. Sulli melihat Sehun menjitak kepala laki-laki di depannya dan laki-laki cantik itu ( Apa ia bahkan lebih cantik dari aku? ) nyengir sambil mengusap kepalanya. Apa ini? Bukannya aku sudah move-on? Aiish Sul-

 

"Sulli!"

 

Sulli menoleh kebelakang dan menemukan Kai terengah-engah berlari menuju ke arahnya. "Ada yang ingin-- hh- kubicara-- hh- kan-- denganmu,"

 

---

Sehun sebenarnya kaget sekali melihat Luhan disini, ia pikir kemarin itu pertemuan terakhirnya dengan Luhan? Bagaimana--

 

"Bagaimana kau bisa kesini?"

"Hmph! Aku tahu sekolah ini dengan baik, tahu!"

 

Kepalan tangannya ia pukulkan ke dadanya ( yang membusung ) dan ia tersenyum bangga. Sementara Sehun tidak terlihat kagum akan kata-kata Luhan, "Kalau cuma itu urusanmu, kembali sana," dan dengan itu, Sehun pergi dari laki-laki itu. Luhan melihat Sehun berjalan pergi, sebelum-

 

"Tunggu, Sehun! Apa kau sudah membereskan urusanmu dengan gadis itu?"

 

Sehun langsung berhenti. Genggamannya pada tasnya mengerat, kenapa-- kenapa semua orang tetap melakukan hal yang sama? Membuatnya bingung pada perasaannya dan membuatnya marah? Kenapa-- kenapa ia seperti ini? "Bagaimana kalau aku tidak mau, Luhan?" 

 

Luhan tersentak. Ia-- tidak mau? Tapi jelas-jelas ia membaca di matanya-- "Aku membaca matamu dan itu bilang kau ingin kembali dengan gadis itu!"

 

Kembali? Hah. Lucu sekali. Si Luhan ini pembohong atau apa? Ia menggertakkan giginya dan memutar badannya mengarah ke Luhan. "Aku tidak ma--"

 

"Ohho, jadi ini ya orang itu?"

 

Suara gemeletuk tulang terdengar dan Sehun merasakan perasaan bahaya- benar saja, saat ia berbalik ia melihat ada 5 orang- tatapan mereka tidak ramah sementara satu yang di depan menggemeletukkan tangannya, ia tahu tanda-tanda ini. Sehun menyipitkan matanya. Karna terbiasa, ia selalu tahu. Mata Luhan membelalak ketakutan melihat mereka, Sehun melihat lengan baju mereka dilipat ke atas dengan tidak rapi. Gesekan sepatu ke terdengar di telinga Sehun dan Sehun bisa tahu itu suara sepatu Luhan yang mundur ketakutan. Dan seragam mereka- 

 

"Kau orang yang menghabisi 3 dari anak buahku kan?"

 

-itu seragam yang dipakai orang-orang yang merobek baju Luhan kemarin.

 

---

"Kemarin-kemarin saat pak Park memanggilku, sumpah aku takut setengah mati. Aku pikir aku akan dihukum atau ditegur karna nilai-nilai ku turun- iya sih aku terlalu banyak main game online akhir-akhir ini. Hah? Apa? Game online itu seru tahu! Tapi ternyata Pak Park menyuruhku untuk berteman dengan Sehun, karena--

 

'Sehun itu datang dari keluarga yang uh- agak berantakan-

Ayahnya pemilik perusahaan Oh Company, kau tahu perusahaan itu? Eh? Tidak? Hah, hidup dimana selama ini kau Jongin? Di bawah batu? Itu perusahaan yang populer. Dan keluarga Sehun lumayan kaya- tapi kemudian perusahaan ini bangkrut beberapa bulan lalu,'

 

'Bangkrut?'

 

 

'Seseorang menawarkan untuk bekerja sama pada Mr Oh, mengatakan ia akan menghasilkan banyak uang jika mereka bekerja sama. Ternyata- yah- dan terlanjur setengah dari saham perusahaan itu diberikan, uang banyak juga sudah diberikan ke orang itu yang katanya mau meng- 'investasikan' tapi tidak pernah di kembalikan pada akhirnya. Plus, orang itu menghilang ditelan bumi.

Karna bangkrut itu, Mrs Oh tiba-tiba minta cerai pada ayah Sehun, bilang ia tidak tahan akan keadaan itu padahal sepertinya bapak pikir orang itu mau uangnya Oh Company saja. Heh. Untung istriku bukan orang seperti itu. Setelah itu, anak dari Mr Oh itu berubah. Ia dikirim ke apartemen untuk hidup sendiri sementara ayahnya merantau ke Amerika dan berjanji akan kembali suatu hari lalu membangkitkan Oh Company dan-'

 

 

"--O-Oi? Sulli? Kau mau kemana!?"

 

Ternyata itu masa lalunya. Sulli tidak peduli pada murid-murid yang memberinya tatapan aneh tentang kenapa-gadis-ini-lari-di-tengah-hall-yang-jelas-penuh-orang tapi karna gadis itu lari seperti kesetanan- murid-murid segera minggir dan mepet ke tembok dengan mata membelalak. Seperti Musa yang membelah laut! Cuma ini sekarang Sulli membelah laut- an- manusia.  

 

Jadi setelah ia melihat ayahnya jatuh karna percaya pada seseorang, Sehun jadi tidak percaya pada orang-orang. Sulli mengepalkan tangannya, menghiraukan teriakan Luna yang pokoknya intinya tentang- pelan-pelan! kalau kau tertabrak sayang nanti mukamu! Tidak peduli Sehun sudah punya pacar atau dia gay, aku akan buktikan tidak semua orang tidak bisa dipercaya!

 

"Sulli!"

 

Sulli mengerem mendadak saat Krystal tiba-tiba muncul di depannya- tangan seperti membentuk isyarat untuk stop sementara ia tunduk- terngeah-engah dan satu tangan memegang lutut. Sulli mengerutkan dahi paa gadis itu dan saat itu juga Kai menyusul Sulli- dia juga kelelahan di belakang Sulli dan menatap Krys bingung.

 

"Sulli kau harus lihat kesini! Si Sehun--"

 

--

 

Sehun sebenarnya tidak sebodoh dan senekat itu untuk melawan mereka. Kalau 3 ia bisa melawan- dan ia biasanya melawan tidak lebih dari 4 kalau ia dalam mode bertengkar- itupun, murid-murid biasa. Tapi ini? Sehun tidak yakin mereka murid-murid biasa.

 

Sehun hampir mau menggenggam tangan Luhan dan mengajaknya kabur- tapi begitu ia menoleh ke belakang ia malah melihat kedua tangan Luhan diapit siswa yang berseragam sama dengan 5 orang di depannya, apalagi ekspresi Luhan yang ketakutan seperti ia mau mati tidak membantu sama sekali. 

 

 

Dan tanpa sadar yang ia tahu ke 5 orang tadi mengelilinginya, dan bilang kalau aksi mereka terhadap Luhan kemarin akan berhasil kali ini kalau sehun kabur dan ia tidak bisa kabur sekarang lagipula. Melawan mereka berlima langsung itu bodoh, dan aku tidak punya pijakan seperti dinding atau apapun untuk meloncat seperti kemarin. Murid-murid mulai berhenti dan mengamati scene itu, hanya untuk ketakutan dan ngibrit pergi. 

 

 

"Ada apa bocah? menciut sekarang menyadari siapa kami?" Sehun tidak mendengarkan, ia fokus pada celah-celah antara orang itu dan orang satunya, celah untuk jalan keluar. Lalu ia memberi glare pada orang yang bicara itu dan membuat orang itu merasa tersinggung. Kalau saja aku bisa lari dari celah itu dan mengambil Luhan-- Pft. Ya aku tau siapa kalian dan aku tidak menciut.

 

 

Orang pertama menunduk kebelakang saat kaki Sehun hampir menendang wajahnya, membuat badannya condong ke depan dan kepalanya ke belakang, orang itu buru-buru menumpukkan tangannya ke dan melakukan hand-stand sekalian dengan kakinya terangkat untuk menendang dagu Sehun- hanya untuk meleset saat Sehun mundur kebelakang. ia merasakan ada yang menggenggam bajunya dari belakang dan ada derapan kaki dari arah samping.

 

 

Ia melirik pada orang di samping dan segera menggeser tubuhnya hingga orang di belakang ikut berubah posisi karna masih menggenggam baju Sehun.Tinju dari orang yang dari samping ( yang niatnya akan ia daratkan ke Sehun ) malah kena ke orang yang di belakang Sehun dan ketika Sehun melepaskan diri, mereka berdua jatuh.

 

 

Sekarang! Sehun pikir melihat celah yang lebar karna dua orang baru saja jatuh. Ia tidak bisa meresikokan murid-murid yang pelan berhenti dan melihat mereka ( sepertinya label bahwa mereka berlima adalah troublemakers yang paling besar dari sekolah yang sepertinya dihadiri Luhan menakuti mereka, dasar payah ) lalu lapor ke para guru- ( yang untungnya, sekarang sedang rapat ) dan membuatnya kena detensi- lagi.

 

 

Jadi ia berlari, mengabaikan "Hey!" dari orang belakangnya, ia tahu dengan kemampuan mereka yang di dobel 5 tidak akan menang melawan dirinya yang cuma satu- jadi ia menuju Luhan. Sedikit lagi, ia meraih tangannya ke tangan Luhan- hanya untuk jatuh ke bawah dan merasakan bobot di atasnya. Sial. Sial. Sial. Mengumpat juga tidak berguna sekarang dan rasa sakit menyerang kepalanya saat ia merasa rambutnya akan ditarik.

 

"Ini saja huh, kemampuanmu? Tidak seru. Anak buahku bilang kemarin kau benar-benar hebat,"

 

 

Sehun menyuruh dirinya- dengan susah payah- untuk tidak berteriak dengan menggigit bibirnya, tapi rasa sakit di tangannya itu terus menjadi-jadi dengan pegangan laki-laki di atas-nya yang memelintir tangannya. "Tapi yang kaulawan kemarin sih, cuma anak buahku yang lemah-lemah, coba tebak sekarang aku bawa siapa," orang diatasnya itu menyeringai. Dan Sehun mengenali suara orang itu sebagai orang yang tadi di awal menggemelutukkan tangannya.

 

 

"Dan lagipula, sekarang aku bosnya disini," Dan akhirnya Sehun berteriak karna tidak tahan, Luhan meneriakkan namanya keras-keras. Murid-murid mulai panik.

 

 

"Oh, tidak! Seseorang selamatkan dia!"

"Dia Oh Sehun kan? Laki-laki penyendiri seperti itu sudah pernah bertengkar kan?"

"Siapa tahu dia cari gara-gara dengan mereka kemarin, aku tidak mau ikut campur ah!"

"Iya benar, lagipula kau gila? Mereka berlima troublemakers terbesar di Sekolah Jung-Hee!"

 

 

Yah, biarlah, ini semua salah Sehun dari awal kan? Andai dia tidak memilih untuk sendirian dari awal, andai dia membiarkan orang-orang masuk kehidupnya. Orang yang ada diatas Sehun menaikkan alis ketika tangan Sehun melemah- ia tidak berusaha lepas lagi dari genggamannya. Tapi Sehun hanya tersenyum.

 

 

"SEHUN! APA YANG KAULAKUKAN?" Luhan berteriak saat ia melihat orang yang- ia kenal kemarin- akan secara sadis melawan kini terlihat menyerah. Ada apa dengannya? Tapi Sehun hanya mengabaikan kata-kata Luhan dan tersenyum. Ini menyedihkan. Ia melihat ke arah langit, dan ia menyadari apa yang selama ini ia lakukan. Ini ya rasanya kesepi--

 

"SEHUUUN!"

 

Sehun membelalakkan mata karna  ada suara perempuan-- yang sepertinya ia kenal-- tidak, tidak jangan dia. Dan orang yang berada di atas Sehun terjungkal ke belakang karna ada tas yang berisi banyak buku-buku menghantam mukanya.

 

Luhan membelalakkkan matanya melihat itu, dan membelalakkan matanya lagi melihat Sulli menendang dagu orang yang tadi menduduki Sehun ke arah atas."Gadis yang kemarin!"

 

"Jangan sakiti Sehun-ku!"

 

Sehun seperti orang berubah menjadi orang bodoh yang bengong secara otomatis mendengar kata itu. Sejak kapan ia jadi milik Sulli?

 

"Dan kalian! Apa yang kalian perbuat! Mau menonton disana sampai kiamat datang hah!?" 

 

Tiba-tiba sunyi. Murid-murid hanya melihat ke arah Sulli dengan ekspresi kaget. "Sehun memang bukan teman kalian! Tapi ia masih bagian dari Sekolah ini! Kalian rela melihat laki-laki tidak dikenal, jelek seperti mereka mengganggu ketenangan di sekolah kita!?"

 

Hening lagi. Dan Sulli berkedip sebentar, a-apa yang barusan ia katakan? Darimana ia mendapatkan keberanian mengatakan hal-hal seperti itu? Apa bahkan yang dikatakannya salah, cih, tidak ada salahnya melindungi orang yang ia sayang kan? Tapi keberanian Sulli menyusut- seperti balon berisi air yang ditusk jarum- lalu air keberanian keluar ari situ, karna murid-murid masih berdiri disana. Tentu saja, yang dikatakannya itu konyol sekali. Ditambah lagi dengan orang-orang di depan mereka yang tertawa terbahak-bahak.

 

"Yah, sepertinya teman-teman setiamu disana memang akan tetap menonton sampai kiamat," Salah satu dari mereka tertawa dan tersenyum licik ke arah Sulli. "Lagipula kau tidak sadar apa yang kelihatan saat kau menendang ke arah atas?" Eh-- apa? Sulli melihat kebawah dan sadar kalau ia- sedang- menggunakan- rok-

 

"Lalu memangnya gadis sepertimu bisa apa!?" salah satu dari mereka kemudian berlari ke arah Sulli. Sulli sempat takut sebelum Sehun tiba-tiba berdiri- menggesernya kebelakang nya dan siap untuk menyerang laki-laki yang berlari ke arahnya sebelum-

 

PLAK

 

"Hoho, lemparan bagus bae! Lagi, lagi!"

 

Entah kenapa, tiba-tiba ada buku melayang lagi ke arah para bully- dan saat Sehun menoleh ke arah lemparan- Itu Krystal membukakan tas- dan Kai tangannya ada di posisi sambil melempar. Sehun berkedip saat Sulli tersenyum ke arah mereka,

 

"Pergi dan jangan buat gara-gara disini lagi!"

"A-Ap--"

 

Dan kali ini kamus, tebal- orang yang tadi berhasil mendapatkan Sehun itu menghindar dari lemparan itu karna ia yakin- ia sudah pingsan kalau terkena- ( A-apa- apaan mereka-- ) dan kaget saat buku-buku tidak hanya berasal dari kedua lelaki tersebut tapi kemudian dari samping- kali ini salah satu dari murid yang tadi hanya diam dan menonton yang melemparnya. "Ya! Pergi dari sini!"

 

Salah satu dari anak lain yang melihat mengarahkan pandangan ke temannya, yang kemudian tersenyum dan mengangguk, kemudian mengambil sampah kertas di bawah dan yang satunya mengambil batu-

 

"Iya, kalian pergi!"

"Pergi! Pergi! Jangan pernah kesini lagi!"

 

Kemudian yang berawal dari satu atau dua buku jadi hujan buku- sesuatu yang disebut sampah- dan- parahnya batu ( salah satu bully melihat temannya terlempar batu dan menggigil ketakutan setelah itu ) tidak mau terlibat lebih lama dari hujan tidak jelas ini- ( serta teriakan-teriakan marah para murid ) salah satu bully lari- menghiraukan 'Hei! Mau kemana kau!?' dari bosnya. Menangkis salah satu buku dan menggeram sambil menutup satu mata, si 'bos'- yang ternyata- orang yang menindih Sehun- melihat ke-5 anak buahnya lari dan kemudian ikut lari sambil berteriak

 

 

"Sekolah Si-Cheon! Lihat saja suatu hari kalian akan menyesali ini!"

 

 

Hujan- buatan- berhenti- dan Sehun sepertinya perlu lebih banyak waktu mencerna ini- bagaimana bisa- mereka ikut- membantunya? Tapi-- "Kita tidak akan menyesali itu," Sehun berbalik dan melihat Kai memegang handphone. "Kami merekam apa yang mereka lakukan disini, kalau ini sampai ke kepala sekolah mereka, siapa tahu bagaimana tamatnya riwayat mereka," Krystal yang datang di sebelah nya ikut tersenyum dan mengangguk.

 

 

Semuanya bersorak saat para bully sudah- secara official- pergi- sebelum tertawa dan mengambil kembali buku mereka.Sehun melihat Luhan menawarkan diri untuk meberikan rekaman itu pada kepala sekolah- bilang kalau ia satu sekolah dengan para bully itu- dan bercerita sedikit tentang kondisinya. Kai dan Krystal yang kelihatan kaget lalu menawarkan untuk berteman dengannya, dan bilang kalau mereka membuat masalah pada Luhan. Luhan bisa lapor ke mereka berdua dan mereka bisa membantu membereskannya. Sehun lega- masalah sudah selesai kalau begit-

 

 

"Wow! rasanya menabjubkan bisa bekerja sama!" salah satu anak berkata pada yang lain, kemudian nyengir pada Sulli, kemudian Sehun- "Man, kau harus berterimakasih pada kami," lalu matanya memutar ke arah Sulli, "Dan pacarmu,"

 

 

Sehun- pada normalnya- akan cuek dan pergi- tapi ia tidak memilih untuk melakukan itu dan menarik ujung bibirnya, "Terimakasih-" dan anak di depannya membulatkan mata- seperti ia baru saja menemukan keajaiban dunia ke-8- Oh Sehun- tersenyum dan berterimakasih? Sulli hanya berkedip pada perubahan drastis itu dan- "-teman-teman,"

 

 

Sulli pikir - ia tidak tahu harus berpikir apa lagi. apa mereka barusan memanggil mereka teman-teman? "Kau- bilang kami apa?"  Salah satu anak- temannya orang yang berbicara pertama pada Sehun ternyata- bertanya.

 

 

Sehun menggaruk- bagian belakang lehernya, melihat kebawah- ia tidak biasa dengan hal ini- sungguh- "Kalau tidak ada kalian aku tidak tahu apa yang akan terjadi dan--" sesorang menepuk bahunya. "Tidak apa! Kita juga sekalian melindungi sekolah kita, dan kami sendiri, lagipula," Orang itu tersenyum, dan semua anak mengangguk. "Berarti artinya kau harus lebih ramah, ya kan Sehun?"

 

 

Sehun tidak yakin apa jawaban untuk pertanyaan itu. "Tentu saja Sehun akan lebih ramah! Dan dia tidak akan mengabaikan cewek-cewek yang menyatakan cinta seperti sebelumnya!"

 

 

Gasp. Terdengar dari seluruh penjuru. Tapi Sehun lebih kaget pada fakta bahwa Suli membolehkan 'cewek-cewek menyatakan cinta-' "Tunggu, Sulli, apa?"

 

 

Sulli menghadap ke Sehun setelah malu-malu menarik-nari bajunya. "Aku sadar, Sehun, walaupun kau sudah ada yang punya-- Dan aku sudah dengar dari Kai--" Sulli menggigit bibir, sebelum berani menghadap ke Sehun lagi. "Tapi walaupun kau sudah ada yang punya! Bukan artinya aku akan meninggalkanmu! Aku harusnya tetap jadi temanmu dan menghargai pilihan orang yang akan jadi pasangan hidupmu! Tapi aku malah meninggalkanmu karna cemburu aku--"

 

 

"Sulli, dengar ,"

 

"Tidak! jangan potong aku dulu! Jadi saat kau dan laki-laki cantik itu berpacaran- aku akan tetap ada di sampingmu, ak-aku berjanji tidak akan merusak hubungan kalian atau sejenisnya! A-"

 

"Sulli,"

 

"Anggap saja aku berteman denganmu sebagai balas budi aku sampai memohon Kai dan Krystal bekerjasama dengan urusan membantumu ini! Sebagai balasan karna menyelamatkanmu! Aku cuma mau jadi temanmu!"

 

Suasana terdengar aneh karna tiba-tiba hening sekali. Tapi Sehun mengabaikannya dan melihat Sulli menatap - matanya meahan nair mata- Dan Sehun mendesah. "Jadi lebih dari teman juga tidak apa kok,"

 

Sulli langsung menatap ke atas mendengar itu. Saking cepatnya menatap ke atas, ia pikir ia bakal kena kram- Oh Sehun tadi bilang apa?

 

 

"Aku tertarik dengan lawan jenis- dan aku tidak gay- kau itu salah paham," desahan lagi. "Baju Luhan robek karna-- yang jelas bukan aku yang merobeknya dan faktanya malah, aku baru bertemu orang itu barusan kemarin jadi-"

 

 

Sehun tidak tahu tapi tiba-tiba ia merasa ada bobot menggantung di depan badannya- tangan Sulli menggantung di leher Sehun- dan Sehun hampir jatuh ke belakang karna Sulli tiba-tiba tertawa lega dan secara praktis loncat ke Sehun- ehem- teman- ehem- bukan-. 

 

 

"Kalau begitu aku tidak apa jadi pasangan hidup Sehun!?"

"...Yah, terserah,"

 

 

Lalu saat itulah keheningan pecah, dan Sehun sadar mereka hening karna mereka mendengarkan percakapannya antar Sehun dan Sulli. kemudian ada tepuk tangan dan-

 

"HOREEE! PAJAK JADIAN! PAJAK JADIAN!"


aku akan selalu membantumu! ( terimakasih ) - end


 

TUHAN AKU PUASS LOL. mungkin aku bakal nulis bonus chapter karna dangg tapi yup, hope you like it tbh.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
aulia-
weeheeee bonus pertama sudah keluar? ( entahlah, mungkin aku bakal nulis bonus kedua tapi gak yakin ada yang gak capek sama fic ini OTL )

Comments

You must be logged in to comment
doraemon27 #1
Chapter 3: aaaaah, sehun nyium sulli
suka banget sama ff ttg sesul
makasih thor :)
sehapark #2
Fanfiction yang kabur bersamamu kok gak bisa dibuka thor?
winanti #3
Chapter 3: Kyaaaa sulli gak jasi marah donkk,, dapet ciuman dari sehun,ehememmmmmm... Tapii iya nih thor krg panjang,hehehe pdhal suka bgt moment romantisnya sesull. Bikin ff sesull lagi ya thorr
winanti #4
Chapter 2: Yeeyyyy akhienyaaaa sehun sadar kalo mulai suka sulli san akhirnyaaa meewka jadiannnn,,, aaah senengnyaaa
winanti #5
Chapter 1: Selalu ya karakter sulli yg ceriaaa,, lucuuuu,, tapi sehunnya dingiinnn bgt.. Awwwww sulli salah paham.. Ehemm rapi sehun mulai agak gimanaaa gitu ke sulli...
winanti #6
Sesull yess,, lanjut bacaaaa
sehapark #7
Chapter 3: Duh, bikin lagi dong sequelnyaaaa;;; kalo bisa sampai mrk nikah yahaaaay. Ini kereen
sehapark #8
Chapter 2: Suka banget sama jalan ceritanya. ringan tapi menarik. Apalagi karakter sehun yg gak mau ngakui perasaanya. Bikin gereget. Daebbk
babbychoi
#9
Chapter 3: aaaqh kok cocuitt sih :D