Chapter 6

Dirty Little Secret
Please Subscribe to read the full chapter

Tell me all you’ve thrown away
Find out games you don’t wanna play
You are the only one that needs to know

 

Amber Pov

Setengah jam kemudian Amber sudah ada di dapur, mencoba membuat pancake. Tepat pukul 08.00 dia mendengar langkah menuruni tangga dan tidak lama kemudian Eric muncul masih mengenakan piamanya. Tapi wajahnya kelihatan fresh, yang berarti dia sudah mencuci muka dan menggosok gigi sebelum turun.
“Pagi, Sayang. Tidur nyenyak tadi malam?” Tanya Amber sambil menunduk untuk mencium kepala Eric.“Pagi, Mommy,” balas Eric sebelum berjalan menuju lemari es untuk mengeluarkan susu. Amber memperhatikan gerakan Eric yang sistematis. Kebiasaannya setiap hari Minggu adalah mengeluarkan susu dari dalam lemari es, meletakkannya di atas meja, kemudian mengambil tiga gelas dari dalam lemari sebelum meletakkannya di atas meja juga. Dan pagi ini tidak
terkecuali. Amber meletakkan pancake di atas tiga piring, sebelum menghiasnya dengan buah -buahan. Pisang sebagai mata dan mulut, sedangkan stroberi sebagai hidung dan rambut. Special untuk Kevin, dia membuat tanduk dengan dua potong stroberi, sesuai permintaannya.
“Kalo kamu mau, hari ini kita bisa berenang. Gimana?”
Wajah Eric langsung ceria mendengarnya dan dia mengangguk antusias. Semenjak insiden di rumah Min, Amber mendapati bahwa Eric dan Kevin ternyata terobsesi dengan kolam renang. Mungkin karena di sanalah mereka bisa main air sampai puas tanpa kena omel karena basah.
“Mommy?”
“Mmmhhh?”
“Mom lagi sedih, ya?”
What? Kenapa Eric menanyakan hal ini? Apa wajahnya sebegitu bengepnya? Mencoba mengontrol kepanikannya, Amber memutuskan menghindari menjawab pertanyaan itu, memilih bertanya dengan suara setenang mungkin, “Kenapa kamu Tanya begitu, Sayang?”
“Karena aku denger Mom nangis tadi malem,” ucap Eric dengan polosnya.Dan Amber hampir saja menjatuhkan piring yang baru saja diangkatnya. Mampus gue!!!
Gimana dia bisa denger gue nangis sih? Gue udah nutupin muka pakai bantal. Apa yang harus dia katakana sekarang? Dia tidak mau berbohong, tapi dia juga tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Mungkin kalau dia berdiam diri selama beberapa menit lagi, Eric akan melupakan pertanyaan itu. Dia mnoleh dan mendapati Eric sedang menatapnya penuh ingin tahu, menunggu jawaban darinya. CRAP! Akhirnya dengan susah payah Amber berusaha menjawabnya. ”Mom…”
Kata-kata Amber terpotong oleh kemunculan Kevin yang seperti badai. “Pagi, Mommy. Pagi Eric.Waaahhh pancake, aku mau pancake. Mom kasih tanduk nggak ke pancake-ku? Oh ya, Mom, kemaren aku sama Eric main Twister sama helmoni . Terus helmoni sakit pinggang, jadi mesti berhenti. Tapi helmoni janji kita bisa main lagi hari ini. Kita bisa nggak ke rumah helmoni hari ini untuk main Twister, Mom? Mommy, aku punya tebak-tebakan baru, mau denger nggak?”
Tanpa menunggu jawaban darinya, Kevin langsung memulai tebak-tebakannya, dan Amber tidak tahu apakah dia harus mengembuskan napas lega karena terlepas dari menjawab pertanyaan Eric atau menggeram pasrah karena harus mendengarkan Kevin, yang kalau sudah ngomong nggak ada remnya.

Mereka baru saja memasuki rumah setelah menghabiskan hamper seharian di kolam renang ketika ponselnya berbunyi. Amber meminta kevin dan Eric untuk segera membawa peralatan renang mereka ke atas dan mandi sebelum menjawab panggilan itu.
“Halo.”
“Amber?”
“Ya?”
“Ini Yifan.”
Amber yang sedang mencoba melepaskan sandalnya tidak betul-betul memproses nama ini
dan bertanya, “Yifan siapa?”
“Wu Yifan , mantan pacar kamu di lowa state yang ketemu tadi malam. Masih inget?”
Amber hampir saja jatuh terjerembap, tersandung sandalnya sendiri saking kagetnya. Hal pertama yang terlintas di kepalanya adalah “Hah???!!!”, diikuti oleh “Dari mana dia dapet nomor ini?” dan “DAMN, DAMN, DAMN!!!”
“Am?”
“Dari mana kamu dapet nomor ini?”
“Oh, aku kenal orang, yang kenal orang, yang kenal kamu.”
Meskipun seharusnya Amber ingin membunuh orang yang telah memberikan nomornya kepada Yifan. Dia juga merasa “sedikit” tersanjung karena Yifan sudah bersusah payah mendapatkan nomornya. Cuma sedikit. God, dia betul-betul menyedihkan.
“Hey listen. Just wondering, sebagai kenalan lama yang baru ketemu lagi, gimana kalo kita keluar makan? Sekalian catch-up. Tadi malam kita nggak sempat ngobrol banyak. Kamu udah keburu kabur duluan.”
NO WAY! Yifan sudah gila kalau dia pikir Amber mau ngapa-ngapan dengannya. Jangankan makan, berada di dalam satu ruangan dengannya lagi saja Amber nggak mau. Yifan  yang menganggap diamnya Amber sebagai persetujuan melanjutkan, “Gimana kalo makan siang? Sabtu depan mungkin kalo kamu free? Kamu bisa bawa suami kamu. I would like to meet the guy.”
KAMPREEETTT!!!! Semua ketakutannya menjadi kenyataan. Dia seharusnya tidak pernah menyebut-nyebutkan kata suami di hadapan Yifan. Punya suami saja nggak, gimana mau bawa suami? Amber mulai panas-dingin memikirkan cara terbaik untuk menolak. “I don’t think that’s a good idea, Yifan,” ucap Amber akhirnya sambbil berjalan menuju sofa.
“Kenapa?”
“Aku nggak bisa… datang sama… suamiku. Dia lagi ada… tugas di luar kota.”
Hah??!! Itu alasan datang darimana lagi? Omel Amber dalam hati sambil mengempaskan tubuhnya ke sofa dan menampar keningnya. Dia menggali kubur lebih dalam lagi dengan kebohongan ini.  
“Ah,” ucap Yifan.
Entah kenapa, dia merasa Yifan sedang menahan tawa dan ini membuatnya kesal. “Are you laughing at me?”
“Tentu saja nggak.”
“Kamu kedengaran kayak lagi ngetawain aku.”
“Sumpah…” Yifan tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena kini dia sedang tertawa terbahak-bahak. Amber harus menjauhkan ponselnya dari daun telinganya karena suara tawa itu hampir membuatnya tuli saking kerasnya.
“Kalo kamu nggak berhenti ketawa sekarang juga, telepon aku tutup,” ancam Amber.
“Am, tunggu… hahaha… tunggu…” Yifan menarik napas panjang sebelum melanjutkan, “Maaf, bukan maksud aku ngetawain kamu. Tapi sumpah, kamu harus lebih banyak belajar bohong. Karena apa yang kamu katakan barusan sama sekali nggak meyakinkan.”
“Aku nggak bohong!!!”
“Am, kamu emang berbakat di banyak hal, tapi ada satu hal yang nggak pernah bisa kamu lakukan, yaitu bohong sama aku.”
“Oh baby, I’ve been lying to you for years,” ucap Amber dalam hati, tapi yang dia katakan hanya, “Well, aku udah banyak berubah, Fan. Dan sekali lagi, terimakasih atas undangannya, tapi sayangnya aku dan suamiku nggak bisa hadir.”
“You wanna play this game, baby? Oke. Siapa namanya?”
Amber mencoba mengusir kupu-kupu yang mulai beterbangan di dalam perutnya mendengar Yifan memanggilnya “Baby” dan kembali focus pada percakapannya dengan Yifan. “Nama siapa?” Tanyanya pura-pura nggak tahu.
“Suami kamu. You know, laki-laki yang udah kamu nikahi dan bangun di sebelah kamu tiap pagi?”
“Stop being an , Yifan.”
“Kamu masih belum jawab pertanyaan aku.”
, , . Dia bahkan belum memikirkan kebohongannya sampai sejauh ini. Amber mencoba memikirkan sebuah nama, terserah apa, yang penting nama.
“Namanya… Br

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Stefyasan
#1
Chapter 7: Chapter 7 : Lanjutin lagi dong thor.... Sumpahnya ini cerita bagus sekali
LapisLegit #2
Chapter 7: Update vleaaeeee
ajol_fxonee
#3
TT.TT
Mongmong27 #4
Chapter 7: Author please lanjut dong, please, jeballlll, greget banget. Ini pertama kalinya aku komen diantara ribuan fanfic yang aku baca... Please thor... ????
ajol_fxonee
#5
Chapter 7: Lanjutan donk...
Ini udah kelamaan... Kangen n penasaran banget nih..
youngii_25 #6
Chapter 7: Mana lanjutannya T.T
_llamace97 #7
Chapter 7: Update plsss! Ini ASDFGHJKLL sekali. Gue sukaaaa <3 <3
yunida #8
Chapter 7: Update thor update
ratih_ps #9
Chapter 7: update update :D
liuliuyifan #10
Chapter 7: byun baekhyun siapa?? bb singkatan apa? yang lucu apa???