luka luar-dalam

Paza Vesnica (WonKyu Vers)

to readers who reads my stories

Hello- Sorry- and Thanks

.

.

Hello~ untuk kalian para pembaca setia cerita-ceritaku, khususnya Paza Vesnica, dan selamat datang untuk readers baru yang mengaku tertarik dengan semua jalan ceritanya

.

Sorry~ untuk kalian yang merasa sakit mata dan terganggu dengan update.an ku karena tak menyukai pairing ini ataupun jalan ceritanya. Sorry juga karena aku ingin mengeluh perkara sikap 'PASIF' yang diterapkan, well mungkin hampir mencapai 90% pembaca di akunku ^^ yang sepertinya 'sangat sulit sekali' untuk meninggalkan sejak dan supportnya untuk cerita-cerita yang kutulis ^^

yah,, kemarin juga sempat diceramahin sama salah satu penggemar pairing ini sih,, kalau author itu congkak dan memaksa untuk selalu di puji.

well, aku minta maaf ya kalo kalian merasa seperti itu, tapi g ada niatan sedikitpun utk merasa congkak kok ^^. vote, favorite, dan komentar kalian adalah bentuk interaksi kita sebagai author dan readers kan ^^

ada baiknya dipikirkan kembali..

.

Thanks~ ya... selalu tak pernah ketinggalan kata ini utk menghargai support dan antusias yang kalian berikan untuk author dalam menyelesaikan cerita ini..

selamat menikmati..

.

.

.

Paza Vesnica

.

.

.

Langit yang menguning pertanda siang akan segera berlalu dan sang malam akan menggantikan kehangatannya. Cho Kyuhyun baru saja keluar dari kamar mandi setelah membasuh badannya. Ia mengusap pelan rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil. Sofa santai di kamarnya sedikit berantakan akibat ulah dua wanita, termasuk dirinya yang beberapa jam lalu asyik bercengkerama sambil menonton serial drama kesukaan Erica. Kini di ruangan itu hanya tersisa dirinya sendiri. Sementara ia membersihkan tubuhnya, Myra meyiapkan makan malam untuk mereka dan kedua pemuda yang masih melakukan perjalanan bisnis di luar sana. Sedang Erica turut membantu Myra di bawah sana.

"nak" suara lembut menghangatkan itu memecah kesunyian kamar. Kyuhyun menolehkan kepalanya ke sumber suara.

"bibi"

"sebenarnya sedari tadi aku ingin berbincang empat mata denganmu. Tapi aku tak enak jika mengusir Myra." Wanita paruh baya itu mendekat dengan segelas susu di tangannya. "minumlah. Kau harus banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi. Kudengar kau sedikit nakal untuk hal itu" ujar nya lagi. Sedikit memprotes kebiasaan keponakan satu-satunya.

"hehehe.. baiklah bi. Aku akan makan banyak mulai sekarang" Kyuhyun terkikik geli melihat raut wajah Erica yang dibuat-buat. Ia menerima gelas susu itu, dan mengajak Erica kembali duduk di kursi santai dalam ruang kamarnya.

"Kyuhyun" panggil Erica sambil mengusap surai bergelombang yang kini agak melurus karena efek basah. "bagaimana dengan pusaka pelindungmu, nak? Apa kau telah mendapatkannya?"

"hem. Kami mendapatkan satu lagi bi. Selain batu hijau ini, kami juga mendapatkan pusaka kedua" cerocos Kyuhyun tanpa pikir panjang.

"apa itu?"

"Belati. Tuan Choi yang menemukannya ketika kami bepergian ke Cina kemarin." Kyuhyun menyeruput susu vanilla kesukaannya. Enaknya! "menurut buku dari bangsa Orela, benda pusaka itu terdapat tiga jenis. Kurasa itu yang bibi sebut sebagai pelindungku kelak jika mereka, er- iblis-iblis itu maksudku, mengejarku"

"buku bangsa Orela?" Tanya wanita tua itu penuh selidik. Yang disambut anggukan tanpa curiga oleh Kyuhyun. "dimana? Dimana buku itu, nak?" tanyanya penuh penekanan.

"itu buku milik Donghae hyung, bi. Jadi aku tak mungkin membawanya. Nilai sejarahnya sangat besar hehe" lagi, pemuda pucat itu menimpali dengan santai perkataan bibinya. Ia merasa sangat nyaman berada di dekat Erica. Seperti mendapatkan kembali kehangatan yang dulu diberikan ibu angkatnya. "bibi Erica?"

"eungh. Dimana belati itu? Aku ingin memeriksanya, maksudku- apa benar itu pusaka yang kita cari"

"oh, tunggu sebentar!"

Sosok pucat itu menghilang di balik pintu. Jika ditanya kemana? Kyuhyun pergi menuju kamar sang pemilik kastil, karena disanalah pusaka kedua itu bersemayam. Siwon memang tak mengizinkan nona manisnya itu menyimpan sendiri pusakanya. Terlalu berbahaya. Tapi bagi Kyuhyun, tak ada salahnya menunjukkan itu pada bibinya sendiri. Lagipula dari bibinyalah mereka mengetahui masalah terbesar dan bagaimana cara menanganinya.

Tak sampai lima menit, Kyuhyun telah tiba kembali di kamar tidurnya. Ia melihat Erica berdiam diri disana. "bibi! Ini dia"

Mata wanita tua itu menatap nyalang kotak hitam berukiran yang kini berada di tangannya. Ia menatap penuh hasrat pada benda di dalamnya.

Auranya sangat berat. Benda ini-

"bibi? Kau baik-baik saja?" seru Kyuhyun, membuat wanita itu terpaksa mengalihkan fokus pandangnya dari benda berharga di tangannya.

"ssttt! Kau akan membangunkannya kalau terlalu berisik" ujar Erica sangat pelan, setengah berbisik.

"apa maksud bibi?" jujur saja, Kyuhyun merasakan aura aneh disini. Ia bergidik melihat gelagat aneh dari bibinya.

"benda ini, akan terbangun jika kau terlalu berisik nak, khe khe khe" bulu kuduk Kyuhyun meremang. Ada apa dengan bibinya?

"bibi-"

"heemmm.. sudah lama. Sangat lama aku menanti momen seperti ini" wanita itu mengesapi aroma yang terkuar di balik kotak hitam, seolah benda itu membuahkan aroma yang sangat lezat. "Satu lagi! Dan aku akan mendapatkan kekuatan yang tiada tara!" suara wanita itu melengking ngeri. "dan kau- keponakanku yang manis, kau akan membawaku ke pusaka terakhir!"

Kyuhyun melangkah mundur menjauhi sosok bibinya yang seperti hilang entah kemana. Di hadapannya kini adalah wanita berwujud bibinya dengan sifat yang luar biasa berbeda.

"bibi- jangan bercanda!" Kyuhyun ketakutan setengah mati ketika sosok itu mengambil alih belati perak dari wadahnya. "kau! Siapa kau sebenarnya?" pekik Kyuhyun.

"tentu saja aku bibimu, sayang! Bibi yang sangat menyayangimu dan akan membantu melindungimu dari ancaman iblis-iblis keji itu" ucapnya lembut. Tapi kali ini terdengar sangat mengerikan dengan seringaian tercetak jelas di wajah tuanya. " tapi itu bohong. Khe khe khe!"

Tawanya membahana ke seluruh penjuru ruangan. Kyuhyun hendak berlari keluar ruangan ketika sebuah tangan mencekalnya. Dengan segenap keberanian pemuda pucat itu menerjang tubuh renta yang mencekalnya. Ia berhasil lolos dan berlari kencang menuju tangga yang akan membawanya ke lantai satu.

"noona! Myra noona!" pekik Kyuhyun berusaha mencari pertolongan. Nihil. Ia tak mendapati aura kehidupan disana.

"khe khe khe! Berteriaklah! Berteriaklah sekencangnya, anakku sayang! Tak akan ada yang mendengarmu. Gadis bodoh itu telah ku lenyapkan!" suara itu melengking tinggi. Berjalan pelan namun pasti, menapaki satu demi satu anak tangga. "sekarang hanya tinggal kita berdua, sayang. Berikan batu itu" ujarnya melembut penuh dengan hasrat.

"tidak! Pusaka ini tak pantas untukmu! Kau makhluk keji! Kau hanya menginginkan kekuatanku!" bentak Kyuhyun. Ia berusaha kuat meski gemetar di tangannya tak mampu meyembunyikan ketakutannya.

"khe khe khe. Percuma anak manis. Cepat atau lambat, kau akan menyusul nasib kedua orang tuamu yang malang itu! Karena aku telah mencampurkan racun ke dalam minumanmu"

APA? Oh tidak! Betapa bodohnya aku!

Kyuhyun merasakan panas menjalar di perutnya. Ada apa ini?

"mulai bekerja, eh? Khe khe khe" ucapan Erica memperjelas apa yang sebenarnya terjadi.

Markus! Gunakan kalung itu nak! Gunakan kekuatan itu nak!

Bisikan entah darimana itu kembali terngiang di telinga Kyuhyun.

Benar juga! Tuhan! Selamatkan aku dari racun yang menjalari tubuhku-

"berikan batu itu, bodoh!" pekikan wanita tua itu tak lagi didengar oleh Kyuhyun. Ia sibuk merapalkan doa agar terbebas dari racun yang mulai menggerogoti tubuhnya. Perlahan pendaran cahaya hijau terkuar dari benda yang menggelayut di lehernya.

Benda itu- berpendar? Mungkinkah? Mungkinkah bocah itu adalah pusaka ketiga? Wanita tua itu menyeringai buas. Jika benar dugaannya, maka dengan membunuh Kyuhyun menggunakan tangannya sendiri, ia akan mendapatkan kekuatan abadi. Persetan dengan bulan purnama yang didapatinya dalam penerawangan waktu itu. Ia menginginkan pemuda pucat itu sekarang. Darahnya mendidih menginginkan kekuasaan yang tiada tara.

"rupanya kau harus mati ditanganku, bocah!" ujarnya seduktif. Memegang kuat belati berat yang sedari tadi terkungkung posesif dalam genggamannya. Kyuhyun melangkah mundur hingga membentur meja pantry. Langkahnya terkunci oleh racun yang mulai membius kedua kakinya. "selamat tinggal keponakan-"

DUAGGHH!

Kyuhyun mendengar hantaman benda keras menimpa benda lainnya. Bukan kepalanya, karena saat ini ia tidak merasakan sakit dimanapun. Dengan takut-takutan pemuda itu membuka matanya. Bibinya yang berubah sangat buas kini terkapar tak berdaya dengan darah yang mengucur deras di kepalanya.

"Siwon!" seru Kyuhyun lemah.

Siwon memandang Kyuhyun dengan raut wajah yang tak bisa ditebak. Ia merengkuh tubuh yang bergetar itu penuh kasih. Ditenggelamkannya wajah bulat indah itu dalam ceruk lehernya.

"dia-"

"tenanglah. Aku disini" tak ada kata yang terucap lagi dari bibir keduanya. Siwon lebih memilih untuk mengusap punggung dan puncak kepala Kyuhyun dibanding harus menanyakan apa pemuda ini baik-baik saja. Begitupun Kyuhyun. Ia tak ingin bertanya lebih jauh mengapa pria ini bisa berada disini sekarang. Yang terpenting ia membutuhkan kehangatan pria dingin ini untuk menenangkan diri.

"Tuan Choi, Myra-"

"Hyuk Jae sudah membawanya ke rumah sakit."

" dia-"

"maafkan aku. Maafkan aku meninggalkan kalian berdua. Harusnya aku lebih waspada." Siwon bergetar menyesapi harum lembut milik Kyuhyun. Ia takut. Sangat takut jika terlambat sedetik saja, nyawa pemuda dalam dekapannya entah akan tertolong atau tidak.

"maafkan aku. Harusnya aku yang lebih berhati-hati" ujar Kyuhyun lirih. Ia dapat merasakan kegundahan prianya. Paza satu ini pasti tak akan memaafkan dirinya sendiri jika Kyuhyun celaka di tangan Erica.

"kita ke rumah sakit sekarang!" ajak Siwon sambil menggendong tubuh ringkih itu.

"aakkh!" sosok itu merintih kesakitan. Kakinya terasa berat ketika Paza ini mengangkatnya.

"kau?"

"antar aku ke kamar. Aku tak butuh rumah sakit, Siwon! Bandul ini akan menyembuhkanku." Ucap Kyuhyun mutlak. Ia tak ingin beradu argumen sekarang. Beruntung Siwon tak membantah, dan berjalan membawanya ke lantai dua.

Hati-hati sekali Siwon merebahkan tubuh rengkuh itu di atas pembaringannya. Ia menatap sendu tubuh lemah yang sibuk merapalkan do'a agar benda hijau itu bekerja. Sesaat kemudian pendaran cahaya hijau menguar dari batu bertuah itu. Siwon masih menatapi tubuh itu dengan sorot mata yang kini tak bisa dijelaskan. Jika Kyuhyun tengah berperang melawan racun yang bersarang di tubuhnya, maka pria ini perperang dengan batinnya sendiri.

.

.

Waktu menunjukkan pukul empat pagi. Sosok pria bertubuh tegap dengan otot otot indah menghiasi tubuhnya masih setia terjaga dari tidurnya. Kegiatannya sejak sepuluh jam yang lalu masih sama. Mengamati tubuh pucat yang kini tertidur pulas setelah berhasil menetralkan seluruh racun yang menggerayangi tubuhnya. Siwon, nama pria itu, merebahkan dirinya di atas kursi santai yang ditariknya mendekat ke tepi ranjang. Ia tak berani mendekat lebih dari ini. Akan terasa sakit dan cinta bersamaan. Selama sosok pucat ini tak sadarkan diri, selama itu juga dirinya bergelut dengan pemikirannya. Tak ayal membuat penampilan pria dengan kadar ketampanan di atas rata-rata ini berantakan.

Drtt. Drtt.

Sebuah benda pipih di saku celananya bergetar. Dengan malas diambilnya benda itu. Membaca pesan singkat yang tertera di dalamnya.

From : Mr. Anchovy

Myra sudah sadar. Lukanya berhasil ditangani oleh dokter, Siwon.

"bodoh!" gumam sosok berbibir tipis ini. Bagaimana mungkin ia sampai melupakan Myra. Gadis yang berarti baginya, dan juga bagi sahabatnya, Lee Hyuk Jae. Siwon menatap sekilas pada Kyuhyun. Ia tak mungkin meninggalkan pemuda ini sendirian. Tapi ia juga merasa bersalah jika mengabaikan kedua keluarganya yang lain. Butuh waktu satu menit untuk menemukan jalan tengah.

.

.

"yakk Choi Siwon! Apa yang kau lakukan?" pekik pria bermata sipit karena keterkejutannya mendapati pemandangan heboh di depannya.

Choi Siwon, dengan santainya mendobrak masuk ke ruang ICU dengan membopong seorang pria yang tertidur pulas dalam dekapannya. "tentu saja menjenguk Myra. Apa dia tertidur lagi?" tanyanya tanpa dosa.

Rahang Hyuk Jae hampir terjatuh dari tempatnya mendengar ucapan teman abadinya itu. Gila! Bagaimana bisa pria setan ini membawa Kyuhyun yang masih lemah kemari hanya untuk menjenguk Myra!

"yak Hyuk! Kau tidak mendengarku?"

"eungh?"

"kubilang cepat perintahkan perawat disini untuk membawakan satu lagi tempat tidur yang paling bagus untuk bocah cerewet ini tidur. Harus yang paling bagus! Aku tak mau dia merasa tak nyaman dalam tidurnya"

Oh Tuhan! Makhluk ini ada-ada saja. Selalu semaunya. Hyuk Jae berjalan gontai ke luar ruangan. Menjalankan perintah dari tuannya.

Sepeninggal Hyuk Jae, kelopak mata wanita berkebangsaan Inggris yang kini tengah terbaring lemah itu terbuka. Sayup-sayup ia memandangi sekitar. Setelah mendapatkan kesadaran sepenuhnya, ia kembali menyipitkan mata melihat sosok yang kini berada di sisi ranjangnya.

"Tuan" bisiknya lemah.

"tidurlah. Kau pasti lelah, Myra. Maaf aku baru datang sekarang"

"Kyuhyun-" lirik wanita itu melihat sosok yang kini terkulai dalam pangkuan Tuannya.

"dia hanya tertidur. Hyuk Jae sudah meminta tempat tidur untuknya juga"

"Erica?"

"jangan berpikir terlalu banyak, Myra. Kau tak perlu mencemaskan wanita tua itu. Dia sudah berkecimpung bersama makhluk-makhluk hina di neraka" perkataan yang dingin dan kejam itu sontak membungkam pita suara Myra untuk kembali menyahut. Gadis itu mengenal betul tabiat tuannya. Tujuh tahun bukan waktu yang singkat untuk menghapal kebiasaan seorang Choi Siwon. Kedatangan Hyuk Jae dan beberapa perawat mencairkan suasana dingin di tengah mereka.

"tempat tidur untuk Tuan Putrimu sudah tersedia, Tuan muda. Silahkan menempati singgasana ala kadarnya ini" ejek Hyuk Jae.

"tskk!" Siwon berdecak sebal karena digoda oleh pria ikan teri ini. Awas kau anchovy! Sedang yang dituju hanya meringis.

Siwon beranjak dari pinggiran tempat tidur Myra, membopong Kyuhyun menuju tempat tidur yang telah disiapkan. Diletakkannya dengan hati-hati tubuh itu. Menyelimutinya dengan lembut, dan menatap sayang wajah menawan itu lama.

"ekkhmm" Hyuk Jae terbatuk. Entah itu benar atau hanya sekadar sindiran belaka. Karena disini bukan hanya ada Siwon dan Kyuhyun saja. Ini kan ruang inap Myra. Batinnya. Kembali ia harus tersenyum kecut kala mendapati tatapan membunuh dari pemburu iblis itu.

.

.

"eungh" lenguhan pelan keluar dari bibir sintal milik seseorang.

"Kyuhyun-ah!"

"hyung!?"

"kau sudah sadar? Haaah syukurlah! Aku sangat khawatir dari tadi kau tak kunjung membuka mata, bocah"

"isshh hyung! Aku bukan anak kecil! Sebentar lagi aku berusia 22 tahun!"

Pemuda yang baru saja tersadar dari tidur panjangnya mendengus kesal. Tapi bukan Lee Hyukjae namanya jika tak mampu membuat sosok itu kembali ceria, bahkan kini mereka tertawa renyah bersama. Pemuda asal negeri Ginseng itu sangat mengkhawatirkan keadaan pemuda ini. Sejak kecil hidupnya tak bahagia. Sekarang ia harus menghadapi ancaman iblis-iblis yang berkeliaran di luar sana. Hyukjae masih menyimpan sejuta pertanyaan dalam benaknya. Kenapa harus Kyuhyun? Kenapa harus pemuda ceria ini?

"hyung, dimana Myra noona?" kepala Kyuhyun celingukan mencari sosok yang dimaksud.

"Myra sedang melakukan pemeriksaan lebih lanjut, Kyu. Kau tak perlu cemas. Jja.. aa-" Kyuhyun hanya mengangguk sambil menerima suapan buah apel yang disodorkan oleh pria sipit itu.

"Tuan Choi?"

"kemana lagi kalau bukan berkencan dengan sahabat sejatinya? Kkkk"

"hehehe" pemuda itu terkikik mendengar celotehan pria yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri. Namun sesaat kemudian wajahnya tampak murung, ia tersenyum getir.

"hei, ada apa?" Tanya Hyukjae ketika mendapati air muka sosok yang kini disuapinya berubah.

"maaf. Karena aku- kalian semua dalam bahaya"

"hei! Apa yang kau bicarakan, bocah? Kami sangat senang memilikimu. Terutama aku! Kyuhyun, hei- lihat hyung!" Hyukjae menarik dagu ranum itu agar memandang tepat di matanya. "hyung sangat senang bertemu denganmu. Kau mengingatkan ku pada adik perempuanku dulu. Senyum dan keceriaan yang kau bawa mampu membuat kastil itu terasa lebih hidup." Hyukjae terdiam sesaat. Senyum paling lembut coba ia tunjukkan pada pemuda ini. "dan karena kau jugalah aku melihat sahabat abadi ku luluh. Ia jauh lebih hidup bahkan setelah aku bertemu dengannya sejak tujuh tahun lalu, sayang. Kau anugerah bagi kami semua. Kau mampu menunjukkan sikap lembut seorang Choi Siwon. Seorang makhluk abadi yang berperangai dingin dan angkuh."

"tapi hyung-"

"sudahlah Kyuhyun, aku tak mau kau mengungkit lagi masalah ini. Terutama di depan Siwon. Dia pasti akan terluka."

"eungh? Terluka?" Kyuhyun menatap heran pada pria yang tadi menangkup kedua pipinya erat. "kenapa?"

Aigoo.. anak ini polos atau pura-pura bodoh? Sudah jelas kalau Choi jelmaan setan itu menyukainya! Lee Hyukjae membatin. Ia pusing sendiri dengan keadaan dua orang terdekatnya itu. Pemuda ini yang terlalu polos, dan Siwon yang terlalu angkuh mengakui perasaannya.

"Kyuhyun!" sapa seseorang dari mulut pintu.

"noona!" pekik Kyuhyun, namun langsung di bekap mulut lancang itu oleh pria di sampingnya.

"yak! kau mau mengagetkan semua orang di rumah sakit ini, eh?" protesnya

"noona maafkan aku! Karena aku kau-" malang bagi Hyukjae karena ucapannya tak digubris oleh pemuda itu. Ia malah langsung beringsut dari tempatnya dan menghambur ke pelukan wanita yang kini berjalan tertatih seraya dipegangi suster.

"aku yang seharusnya minta maaf, sayang. Harusnya aku sudah waspada sejak pertama kedatangannya." Timpal wanita yang tak lain adalah Myra. Ia mengelus pelan punggung ringkih itu. Dan percakapan dua manusia itu berlarut hingga tengah malam. Sesekali satu-satunya pria dewasa di antara mereka menimpali percakapan yang dikiranya membosankan itu, sehingga membuat kedua sosok lainnya tertawa geli.

"kau belum tidur, Kyu?" ujar Hyukjae, sekembalinya dari ruang dokter perihal menanyakan kondisi terkini Myra. Ia melihat sosok berambut gelombang itu berdiri melamun menghadap jendela ruang inap. Yang ditanya hanya tersenyum tipis dan kembali melakukan aktifitasnya menghadap jendela lagi.

"Choi Siwon itu-, kenapa belum datang hyung ? apa terjadi sesuatu di luar sana ?"

"jangan terlalu dipikirkan. Dia pasti akan baik-baik saja. ingat! Dia bahkan sudah hidup ribuan tahun lamanya untuk pekerjaan seperti ini"

.

.

.

BLARRR.

Sementara itu di tempat lain, seseorang tengah terseok menyusuri hutan mangrove. Langkahnya terasa berat melewati rawa-rawa yang suatu waktu dapat menelannya hidup-hidup. Namun bukan itu yang membuat langkahnya terasa berat dan lamban. Salah satu kaki jenjangnya terkena anak panah. Darah pekat itu masih saja merembes di balik celana putih yang kini berubah menjadi coklat lusuh akibat campur tangan rawa-rawa sialan itu.

SIAL! Pria itu merintih. Sebelumnya ia tak pernah seperti ini. Luka separah apapun masih dapat di tahannya, bahkan terkadang tak terasa sama sekali. Pasti mata panah itu telah bercampur racun, batinnya. Sekuat tenaga ia memacu langkahnya agar bergegas mengamankan diri.

Tunggu! Mengamankan diri? Seorang Choi Siwon? Bukankah dalam kamusnya tak ada kata lari dari musuh?

Oh ayolah! Jika aku jadi dia, aku bahkan sudah pura-pura mati sejak tadi. Malam ini pria itu merasakan keanehan yang tak biasa. Ia tak mendapati tanda-tanda keberadaan makhluk yang selama ribuan tahun menjadi buruannya berada disekitar kota Chichester, hingga mengharuskan pria tegap ini melangkah semakin jauh meninggalkan daerah kekuasaannya. Dan disinilah ia sekarang, jauh di pelosok hutan Alnwick, terjebak bersama sekawanan iblis yang siap mencincangnya. Sepanjang pelariannya, pemuda ini mengutuk keteledorannya karena mudah saja dijebak oleh makhluk terkutuk itu. Mereka sengaja menghilang dari Chichester dan kota-kota kecil yang mengitarinya. Memancing Paza ini bergerak semakin jauh, dan BANG! Menjebaknya di tengah rawa Mangrove yang terkenal mematikan.

Choi Siwon. Ia sama sekali tak gentar melihat setidaknya ada tujuh makhluk dengan warna serupa, merah darah, mematikan jalannya. Ia seorang Paza, dan di tangan Paza lah seharusnya iblis-iblis yang kabur dari neraka itu mengakhiri hidupnya. Hal itulah yang selalu menjadi cambuk Siwon untuk menumpas siapa dan berapa pun buruannya. Tapi malam ini, ia hanya berhasil melukai tiga diantara mereka dengan taruhan kaki kanannya sendiri. Yang ada di benaknya kini bagaimana caranya menyembunyikan diri dari aksi kejar mengejar itu. Setidaknya sampai lukanya menutup dengan sendirinya.

Cihh! Karena darah ini, mereka jadi mudah mencium keberadaanku! Siwon menatap singkat kakinya yang terluka. Hanya ada satu cara untuk bersembunyi sementara waktu. Pria dengan sorot mata tajam namum indah itu menceburkan dirinya ke dalam rawa-rawa berbau busuk di bawahnya. Ia tertelungkup menyembunyikan tubuh besarnya. Hanya dengan begini aroma tubuhnya dapat tersamarkan. Semoga saja.

"cepat sekali Paza itu melarikan diri!" suara itu terdengar mengerikan ketika kaki telanjangnya mendarat beberapa centi di atas permukaan rawa, disusul oleh beberapa pergerakan lain yang turut mendarat di dekatnya.

"tak mungkin! Kakinya terluka oleh busurku! Ia tak akan bisa kabur dari tempat ini, apalagi dengan ilusi yang kita buat" sanggah iblis yang tadi mendarat bersama rekan lainnya. Ia menatap congkak pada busur kesayanganya.

"apa kau lupa? Dia seorang Paza! Musuh bebuyutan kaum kita. Tak mungkin ia kalah begitu saja"

"benar! Dia pasti ada disekitar sini. Siker, gunakan kemampuanmu untuk melacak bau Paza itu!" perintah makhluk yang pertama kali tiba di kawasan rawa hidup itu.

Celaka! Jangan sampai keparat itu mencium bauku! Siwon mematikan napasnya. Sebisa mungkin ia membeku sejenak untuk menghapus jejak kehidupan selain iblis-iblis itu di tempat ini.

"aku mencium bau darah di sekitar sini" ujar iblis yang dipanggil Siker tadi. Ia menyeringai melangkah perlahan mendekati bau khas itu.

Terkutuklah kau Choi Siwon!

"tunggu!" suara serak dari kawanan itu menghentikan langkah makhluk yang beberapa meter lagi mendapati sosok Siwon terbaring lemah di dalam rerawa hidup. "lihat itu!" sontak semua mata, milik makhluk-makhluk itu tentunya, mendongak menatap langit malam. Mengikuti arah tunjuk iblis yang menginterupsi.

"Panglima memanggil kita!"

"apa waktunya sudah semakin dekat?"

"kita harus bergegas jika tidak ingin berakhir sia-sia!"

"bagaimana dengan Paza itu? Aku ingin sekali mematahkan lehernya!"

"lupakan dia! Pasti ada hal penting yang ingin disampaikan Panglima!"

"cihh!"

WUSH. WUSH.

Satu per satu iblis-iblis itu meninggalkan hutan Mangrove. Terakhir, hanya iblis yang bernama Siker yang masih menatap minat pada rerawa hidup di bagian tenggara. Rerawa itu juga dipenuhi semak belukar yang tumbuh tinggi di atasnya. Sehingga sangat mudah menjadi sasaran pencarian buruan yang melarikan diri. Dengan berat hati ia menghentakan kaki telanjangnya, menyusul kawanannya yang telah dulu pergi.

Sekitar sepuluh menitan Siwon masih bertahan di posisinya. Sampai ia yakin kawanan itu telah sepenuhnya meninggalkan hutan ini. Dengan cepat ia bangkit dari rawa yang sebenarnya tak terlalu dalam itu. Memandang sekitar, yang kini tampak lebih jelas dari sebelumnya. Ya, karena ilusi makhluk-makhluk itu, pria ini tak dapat melihat dengan pasti apa yang ada di hadapannya. Semua nampak sama, sejauh apapun ia berlari.

Perlu diketahui, butuh waktu berjam-jam bagi manusia biasa agar dapat kembali ke Chichester dengan menggunakan kendaraan bermesin. Begitupun bagi Paza ini, selain ia harus menempuh perjalanan jauh tanpa kuda mesin kesayangannya, ia juga harus mencari jalan keluar dari hutan rawa ini.

"Aku tak akan melupakan makhluk keparat yang telah melukai kaki indahku dan Jaguar kebanggaanku. Huh!" geram pria itu sambil menyeret kaki kanannya agar melangkah lebih cepat. "mobilku itu hanya ada dua di dunia! Aaaarrggghh!" ia semakin mengerang frustasi akan kebodohannya, kehilangan mobil berharganya, kaki indahnya, dan segala apapun yangdapat dijadikan alasan untuk membereskan iblis-iblis tadi jika ia telah pulih.

.

.

.

Malam telah berganti. Kicauan burung kenari mengantarkan sang Surya memancarkan sinarnya untuk menghangatkan bumi. Mulai awal bulan ini Britania Raya memang tengah berada di musim semi. Musim yang sangat dinanti-nanti oleh setiap keluarga, tentunya kaum muda. Mereka bebas berekspresi tanpa perlu memikirkan pakaian tebal yang memberatkan tubuh untuk bergerak. Suasana negeri ini tentunya akan semakin nyaman dengan bunga-bunga yang bermekaran dan bau angin yang khas akibat percampuran tanah dan tumbuhan menerpa tubuh mereka. Cho Kyuhyun kembali menginjakkan kaki di pekarangan bangunan megah ini, diiringi oleh sepasang kaki jenjang yang menapak pasti di bebatuan pualam sebagai jalur pijakan menuju aula kastil. Lee Hyuk Jae tak mengizinkannya lebih lama lagi tinggal di tempat berbau obat itu. Apalagi kondisi Myra yang kian membaik membuatnya bersikeras mengajak pemuda yang kini di tuntunnya berjalan memasuki rumah mereka.

Bangunan itu nampak sepi, pertanda bahwa pemilik sah nya tak kunjung pulang.

Siwon kau dimana ? apa telah terjadi sesuatu padamu ?

"Hei nona! Mau sampai kapan kau mematung disana? Cepat masuk!" suara pria bermata sipit menginterupsi pikirannya. Dengan langkah gontai Kyuhyun memasuki bangunan indah sekaligus megah itu. Bahkan untuk memprotes panggilan yang diberikan Hyukjae pun, ia tak sempat.

"bangunan ini benar-benar mengerikan ketika tak berpenghuni!" gerutu Kyuhyun sambil menyajikan sepiring wafel dan dua cangkir cokelat panas sebagai sarapannya dan Lee Hyukjae di meja makan. Pria yang secara tak langsung diajak bicara oleh sosok ini hanya melirik malas, kemudian kembali melanjutkan aktifitasnya membaca berita harian.

"bangunan ini berpenghuni, Kyuhyun. Kau pikir kita ini apa? Pajangan?" jawabnya santai tanpa mengalihkan fokus dari berita harian yang dibacanya.

"tapi rasanya berbeda ketika hanya ada kita berdua di bangunan seluas ini, hyung!" protes pemuda bermata bulat tak terima.

"begitulah yang kurasakan bersama Myra ketika kalian berbulan madu ke negeri Cina." Celetuk Hyukjae tanpa perasaan. Membuat pipi gembil si pucat merona.

"kami tidak berbulan madu, hyung! Yaakk aku ini namja" pekik Kyuhyun menahan malu. Yang dituju hanya terkikik geli di balik berita harian yang menutupi wajahnya. Oh betapa menyenangkan menggoda si pucat ini. Pantas saja Siwon selalu mencari masalah dengannya.

Tap. Tap. Tap.

Langkah kaki tegas menapaki ruangan besar di lantai satu kastil anggun bernama Clianta. Dua orang yang tengah bergelut di ruang makan serempak menoleh. Mereka sama-sama mengenali langkah itu. Choi Siwon, Paza Vesnica dengan ketampanan luar biasa, tubuh yang bisa dibilang tanpa cacat, penampilan berkelas dengan barang-barang mahal yang selalu berada di sekitarnya. Jangan lupakan sikapnya yang dingin, angkuh dan arogan, semakin meningkatkan eksistensinya untuk dipuja manusia biasa maupun di kalangan Paza Vesnica sendiri. Tapi tunggu! Nampaknya ada yang berbeda dengan sosok itu pagi ini.

"Siwon-" Hyuk Jae melongo menatapi makhluk tinggi tegap itu. Pasalnya penampilannya yang selalu rapih dengan segala benda branded mengitari hidupnya kini berubah seratus delapan puluh derajat. Pria itu tampak berantakan. Kemeja baby blue nya yang tampak lusuh dan keluar sembarangan dari jeratan sabuk celana, serta celana yang tadinya berwarna putih kini berubah cokelat pekat persis seperti cokelat panas yang diminum Hyuk Jae pagi ini. Rambut gelap yang biasanya bergaya kini berubah acak-acakan seperti anak sekolah sehabis berkelahi. Hanya pedangnya yang masih tampak baik-baik saja.

"yak! kau habis bermain lumpur, eh?" teriak Lee Hyuk Jae memarahi makhluk yang dianggapnya adik sendiri meski umur mereka berkhianat. Yang dituju hanya diam tanpa ekspresi, masih setia berada di tempatnya. "yak! aku bicara padamu Choi Siwon!"

"kau berisik, Hyuk!" bentak Siwon. Suara bass nya menggelegar memenuhi ruangan. Tahulah Hyuk Jae bahwa makhluk yang dianggapnya adik sendiri ini baru saja melewatkan malam yang tak mengenakkan.

"Tuan Choi!" pekik Hyun Mi ketika menyadari ada sesuatu yang janggal di kaki jenjang makhluk abadi itu. Ia menghambur menghampiri Siwon dan menyentuh bagian berwarna pekat itu.

"arrgh!" erang Paza itu ketika lubang yang sejak semalam telah mengalirkan banyak darahnya yang berharga disentuh jemari panjang Kyuhyun.

"omoo! Kau terluka, Siwon!" ujar Hyuk Jae tak kalah panik. Ia berlari cepat menghampiri sahabatnya. Memapahnya berjalan menaiki undakan tangga menuju lantai tiga tempat peristirahatan makhluk abadi ini. Siwon tak menepis tangannya seperti waktu lalu. Berarti lukanya sangat parah, batin Hyuk Jae. Kyuhyun hendak mengambil tangan Siwon yang satunya, tapi Hyuk Jae dengan lembut menepisnya. Pemuda itu akhirnya memilih menuju ruang kecil yang terletak paling sudut dekat taman belakang, tempat Myra biasanya menyimpan obat-obatan dan beberapa alat kesehatan.

.

.

"kenapa bisa sampai seperti ini, Siwon?" ujar Lee Hyuk Jae sesampainya di kamar megah pemilik kastil ini. Dipapahnya pria dalam rangkulannya itu menuju tempat tidur beralaskan sutera, membaringkannya dengan perlahan dan sangat hati-hati. Sampai detik ini Paza yang kini bernama Choi Siwon itu masih saja tidak membantah semua perlakuan Hyuk Jae. Bahkan ia menurut saja ketika pria asal negeri Ginseng itu menyuruhnya meluruskan kaki dan mencopot sepatunya.

"ada apa?" akhirnya pria angkuh itu bersuara juga. Ia merasa terusik dengan Hyuk Jae yang tiba-tiba terbengong-bengong melihatnya.

"kau benar Siwon ku?"

"yak! aakkh!" Siwon meringis memegangi kaki kanannya. "kau pikir aku apa? Iblis?" tatapan membunuh ia layangkan pada pria bermata sipit itu.

Lee Hyuk Jae menggeleng cepat. Seperti biasa, nyalinya ciut jika mendapat aura membunuh dari sahabat abadinya. "kau pemburu iblis!" ujarnya polos. Menimbulkan efek ceria bagi Siwon. Lihat saja senyuman khas miliknya yang kini bersemi indah di wajah kerasnya

"tentu saja" ujarnya

"tapi kalau kau pemburu iblis, kenapa bisa sampai separah ini? Apa mereka begitu hebat?"

"mereka berani main keroyokan, Hyuk! Apanya yang hebat? Cihh, pengecut!" Siwon mencibir.

"jadi kau dikeroyok? Owaahh! Apa kau berhasil mengalahkan mereka semua? berapa banyak? Atau kau malah kabur?"

Siwon termangu. Tak mungkin aku ceritakan pada Hyuk Jae kalau aku bersembunyi karena kejaran mereka.

"dia kabur, hyung!" celetuk Kyuhyun sambil membawa kotak berisi obat-obatan. Sebenarnya pemuda itu sudah berdiri di ambang pintu sejak semenit yang lalu. Namun ia tak tega mengganggu suasana hangat yang tercipta antara Siwon dan Hyuk Jae.

"mwo? Bagaimana kau bisa tahu, Kyuhyun-ah?" Tanya Hyuk Jae bingung. Sementara yang dituju malah berlalu dan menghampiri pinggiran ranjang Siwon. Ia bersiap mengobati luka itu.

Tentu saja aku tahu. Batin Kyuhyun, ia tersenyum manis pada pria yang tengah terbaring di atas tempat empuk itu, dan beralih pada pria yang berdiri di dekat nakas. "aku hanya menebak, hyung Hehehe" tawanya membuat Hyuk Jae mencelos. Padahal jika yang dikatakan Kyuhyun benar, ia akan mati-matian menggoda pria angkuh yang katanya abadi itu.

"huft, ku kira itu benar, Kyu" ujarnya lesu, membuat mata Siwon berkilat tajam. "apa tidak sebaiknya kita ke rumah sakit saja? Myra sedang tidak ada. Tak ada yang bisa mengobati lukamu, Siwon. Ku lihat itu sangat parah!"

Raut wajah pria berkebangsaan Korea itu berubah khawatir ketika mendapati lubang yang cukup dalam terdapat di kaki sebelah kanan Siwon. Sekitaran kulit tempat lubang itu menganga telah berubah warna menjadi kebiruan. Wajar saja jika pria abadi itu meringis kesakitan. Hyuk Jae menduga pasti sesuatu berupa besi atau apa yang telah menancap disana.

"tidak perlu, hyung! Biar aku saja yang merawatnya. Kau tak lupa kan jika Tuan Choi ini berbeda dengan kita?"

Hyuk Jae menepuk dahinya. Ia hampir melewatkan hal yang satu itu. Pigmen Siwon berbeda dengan manusia biasa. Akan sangat gawat jika hal itu diketahui khalayak ramai. Choi Siwon, seorang pebisnis muda yang sukses dan memiliki gudang uang dimana-mana ternyata bukan manusia normal.

"kau tenang saja, Hyuk. Luka ini akan sembuh dengan sendirinya. Aku ini seorang Paza." Ujar Siwon seolah menjawab kegundahan hati sahabatnya. "kembalilah ke rumah sakit. Aku khawatir jika Myra ditinggal sendirian. Biar bocah ini disini, aku yang menjaganya" ujar Siwon datar. Namun kedatarannya kali ini membawa aura sejuk bagi Hyuk Jae. Terdengar tulus.

"huft, aku bisa apa jika kau sudah seperti ini." Ujar Hyuk Jae setengah hati. Ia tak bisa berkutik jika sahabatnya berhasil membuat hatinya menghangat. "kalian berdua, baik-baiklah di rumah. Jangan bertengkar, arraseo?!" ujarnya kemudian.

"hem"

"siap hyung!"

Selepas kepergian Lee Hyuk Jae dari Clianta, dua orang yang tersisa di kamar besar itu berjibaku dalam keheningan. Cho Kyuhyun menatap lekat iris mata onyxmilik seorang pria yang kini bersender di sanggahan tempat tidur. Sedari tadi, sebenarnya pemuda itu berusaha menyelami pemikiran sosok abadi itu. Namun nihil, yang ia dapat hanyalah kabut hitam yang menutupi pemikiran seorang Choi Siwon. Pemuda itu menyerah. Ia akhirnya kembali terfokus pada luka yang ada di kaki Siwon.

Sepasang mata indah itu tertutup. Mulutnya berucap pelan, merapalkan doa untuk kesembuhan pria abadi yang kini tengah terluka. Benda hijau yang menggantung di leher jenjangnyanya berpendar. Cahaya yang serupa dengan warna bandul itu sendiri. Siwon merasakan hangat di sekitar kaki kanannya, tempat kedua telapak tangan Kyuhyun berada sekitar lima centy di atasnya. Pemuda yang hanya terlihat dari fisiknya saja itu meringis menahan sakit yang menggerogoti lubang lukanya. Ia tahu panas itu akan menutup lubang lukanya. Cukup lama kegiatan itu berlangsung, sampai akhirnya sepasang mata indah itu kembali terbuka bersamaan dengan hilangnya kehangatan yang menjalar di sekitar kaki jenjangnya. Kyuhyun tersenyum lembut, membuat hati siapa saja yang melihatnya menghangat, termasuk pria abadi itu.

"apa lawanmu kali ini cukup tangguh, Siwon?"

Pria yang dipanggil tadi menggangguk pelan. Sejujurnya ia bingung harus bersikap bagaimana dengan sosok indah di hadapannya. Pria itu juga tersiksa tentang kebenaran yang didapat dari sahabatnya.

Kau dingin, Tuan Choi. Batin Kyuhyun. Pemuda itu menatap sayu pada sosok abadi yang menyibukkan diri menatap kakinya yang terluka. "istirahatlah. Aku ada di kamarku jika kau butuh sesuatu" Kyuhyun memaksakan senyumnya dan beranjak keluar dari kamar megah itu. Bahkan kau tak mencegahku, Siwon.

Pintu kamar itu tertutup. Menyisakan seseorang yang terluka baik hati maupun kakinya.

.

.

.

Malam pekat menyelimuti kota indah bernama Chichester. Tak nampak di langit sana pendaran rasi bintang yang biasa menghiasi bumi Britania ini. Dari atas balkon lantai dua, dapat dilihat hamparan rerumputan yang bergoyang indah diterpa angin malam. Malam di musim semi memberikan kesejukan tersendiri bagi penduduk kota ini.

Seseorang yang kini menatap kosong pemandangan malam di bawah sana mengeratkan pelukannya pada diri sendiri. Ia mencari kekuatan untuk menopang tubuh ringkih itu.

Sebentar lagi.

Degh! Hatinya tertohok. Untuk pertama kalinya ia mendengar bisikan asing. Suara berat dan dingin penuh penekanan. Cho Kyuhyun, nama pemuda berambut gelombang itu, menatap sekitarnya, berusaha mencari sumber suara. Nihil. Di tempat ini hanya ada dia seorang. Mendadak bulu kuduknya meremang. Hanya dua kata yang terdengar dan berhasil membuat tubuhnya bergetar seperti sekarang. Kyuhyun takut. Ingin sekali ia mencari pertolongan. Tapi pada siapa?

Belati.

Kyuhyun berlari menjauhi balkon dan bergegas menuju lantai tiga, tempat dirinya berdiam. Pemuda itu tahu meskipun beberapa hari yang lalu belati itu dan dirinya sempat terancam oleh kedatangan Erica, Siwon tak mungkin memindahkannya dari lemari itu. Kyuhyun sedikit limbung ketika menaiki undakan tangga yang menghubungkannya ke lantai atas. Entah mengapa suara yang singkat itu mampu membuatnya gemetaran sampai sekarang. Dengan susah payah ia mengayuhkan kakinya menuju ruangan besar di ujung koridor lantai tiga. Kyuhyun menerobos sembarang kediaman Choi Siwon, berlari menghampiri lemari kayu yang terletak tetap di dekat kamar mandi ruangan ini.

"akh!" kepalanya semakin berat. Ia merasakan pusing yang teramat. Sedikit kepayahan Kyuhyun membuka kotak hitam berukiran antik itu, walau sesaat kemudian ia berhasil menggenggam erat benda perak yang disinyalir adalah pusaka kedua milik bangsa Orela. Kyuhyun dapat merasakan dingin dari benda pipih yang digenggamnya. Menurut Lee Donghae, benda pipih itu dapat melindunginya.

"akh!" kembali terdengar rintihan. Sakit di kepalanya makin menjadi. Sekilas dilihatnya pantulan dirinya di cermin besar yang berdiri angkuh di ruangan itu, entah itu hanya halusinasi atau apa, tapi Kyuhyun melihat tiga benda yang melekat di dirinya bersinar. Sesaat kemudian pandangannya menghitam dan tubuh ringkih itu limbung.

.

.

sampai jumpa_

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
junne7 #1
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
junne7 #2
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
indira407
#3
Chapter 3: Hhaaa... Dr aq jaman SMA epep ini aq baca. Smpai skarang anak 1 maah jgaa suka baca ini epep. Hahaha
Cynthiagrace #4
Chapter 23: Daebaaaaak author-nim. maaf baru ninggalin jejak di part terakhir. soalnya seru bgt si jd penasaran pingin tau lanjutan nya. terim kasih udah bikin cerita yg unik n menarik ini. semoga author nim tetap menulis kisah2 wonkyu, mengingat byk penulis lain yg berubh haluan ataupun nyerah di tengah jalan...hehehe. ok, last but not least...sekali lagi thank u
novemberist #5
Chapter 1: Author, boleh copast jalan ceritanya buat di remake gak? mau bikin pair member Exo...Boleh gak Thor?
Gammeiwatari #6
Chapter 23: Bagus banget author-nim !!! .. ceritanya nga pasaran ... gaya penulisannya juga rapih .. bahasa yang digunakan juga halus .. totally aku suka banget sama ceritanya .. alurnya keren .. detailnya juga dapet banget !! Thank you for this amazing story .. nulis fantasy story itu nga gampang .. tapi author-nim bener bener berhasil menulia dengan luar biasaaaa
choianakyu #7
Chapter 23: ceritanya keren thor. bikin penasaran. walaupun baca sampai mata pedes. kekasih sepenggalah kapan di lanjut ..
meeKayla #8
Chapter 23: yaah bnr2 happy end.
donghae juga baik2 aja.
kyu juga ternodanya cuma ama siwon.
ditunggu ff wonkyu nya yang lain ya #ngarep.
suka bgt genre action romance bgni.
btw ternyta siwon dulunya jatuh cinta ma istri orang
kyuniiee88 #9
Chapter 23: Yeeaahhh happy ending ^^

Ditunggu next ff nya author^^
Guixian98 #10
Chapter 23: wohooooo happy end!!
hmm, ntah kenapa pas di akhir itu kok aku berasa kayak baca 'kekasih sepenggalah' ya.. wqwq
karna serius, sifat siwon yang suka ngatain kyu sama kyu yang lamban tuh sifat mereka di 'kekasih sepenggalah' banget wakakak
syukur deh ini happy end ya. gak nyangka bgt endingnya begini. padahal uda mikir yang gak2 soal hubungan wonkyu. di tunggu cerita selanjutnya~