kebenaran

Paza Vesnica (WonKyu Vers)

ekhemm.. halo~

apa kabar?

author disini- kembali membawa Paza Vesnica

dan___

inilah CHAPTER PENENTU alias TABIR SURYA

misteri siapa Kyuhyun sebenarnya.

semoga dengan adanya Chapter ini readers menemukan satu Puzzle yang hilang pelengkap gambaran acak kisah ini ya ^^

.

.

mianhe kalo aku gak bisa mereview satu-satu review kalian ya, jadi kujawab global aja, okehh ^^

.

.

Paza Vesnica akan berakhir sekitar 2 sampai 3 episode lagi !!

hiks sediih~

tapi tetap berikan cinta utuh untuk cerita ini ya, dan berikan kekuatan utk Kyuhyun agar menjadi apa yang diinginkan sosok penting dalam hidupnya di Chapter ini ^^

reviews, komentar, dan dukungan kalian sangat membantu menyemangati author. trims ^^

.

.

ah, satu lagi!

bagi yang merasa takut kehilangan Siwon dan Kyuhyun karena perbuatan author (ini apaaah??!) JANGAN KHAWATIR!!

sudah ada kisah baru yang mengantri untuk show up di hadapan kalian. syaratnya? mudah kok,, tetap jadi readers dan mencoba menjadi readers yang budiman  ya ~ ^^

.

.

klu nya??

bukan bermaksud modus, tapi author hanya ingin terus menghidupkan tokoh2 yang mungkin sedang dan sebentar lagi akan menghilang di layar kaca, dan internet utk beberapa waktu. Siwon-Kyuhyun-Jaejoong-Changmin-Yunho-Donghae-Eunhyuk.

siapa dan bagaimana mereka?

nantikan dalam serial "SULUR"

muahahahaha..

..

.

.

PAZA VESNICA

.

.

.

Bunyi kecipak air menggema di malam gelap yang terasa pengap. Kecipakan itu semakin keras tatkala beberapa pasang kaki menghantam keras permukaannya. Langkah-langkah itu sangat cepat dan tak beraturan. Sekitar empat orang yang tengah berusaha melarikan diri dari sesuatu. Keempat tubuh itu memakai jubah sebatas mata kaki dan tudung yang menutupi hampir seluruh kepalanya. Sepatu boot berat seolah tak kentara karena dipaksa berlari dalam genangan air di sepanjang hutan belantara. Entah ini di belahan bumi bagian mana. Suasana kala itu sangat gelap dan mencekam.

BLARRR.

Terdengar ledakan sayup-sayup dari arah mereka berasal tadi. Salah satu di antara keempat orang itu menoleh ke belakang. Pandangan terluka tersirat dari sorot mata itu. Ia ingin kembali, namun gerakannya terhenti ketika sebuah tangan menggenggamnya erat. Gelengan kepala itu menandakan mereka tak bisa kembali. Mereka harus menyelamatkan diri. Dengan sangat terpaksa sosok itu mengikuti rekannya yang lain. Mereka harus berlari sejauh mungkin melewati sungai kecil ini agar tak meninggalkan jejak.

BRUGH.

Sosok yang berlari paling terakhir itu terjatuh. Ia lelah. "kita harus cepat!" ujar seseorang di antara mereka sambil memapah tubuh itu bangun.

"aku tak kuat!"

"mereka bisa menangkap kita!"

"naiklah ke punggungku, Putri!"

Sosok yang terjatuh tadi segera di bopong menaiki punggung salah satu pemuda yang merunduk di dekatnya. Mereka kembali berlari. Pemuda dan sosok yang dipanggil putri tadi berjalan paling depan, sedang dua orang lainnya mengekor di belakang. Mereka membentuk formasi untuk melindungi tubuh lemah itu. Bersiap jika makhluk-makhluk mengerikan itu mendapatkan pelarian mereka.

"AAARRGGGHH!" teriakan itu membahana di tengah letupan api yang membakar sebuah perkampungan. Rahangnya menggeretak geram. Ia kehilangan buruannya. Beberapa makhluk yang serupa dengannya berlalu lalang di sekitaran tempat berpendar cahaya api itu. Memastikan tak ada lagi kehidupan yang tersisa disana.

"Tuanku! Pendeta tua dan seluruh bangsa Orela telah hangus terbakar. Kami tak menemukan cairan bertuah itu!" ujar salah satu di antara mereka tertunduk hormat menghadap makhluk berjubah hitam yang menjuntai sampai ke tanah.

"aku tak membutuhkan cairan itu. Yang aku butuhkan adalah putri penguasa Orela!" ujarnya pelan namun menuntut. Suaranya berat, penuh penekanan.

"mungkin putri itu juga sudah te-"

"Tidak! Aku tak mencium keberadaannya di sekitar sini. Mereka telah melarikan putri itu lebih dulu rupanya" seringaian mengerikan tercetak di bibir joker miliknya. Ia menatap makhluk yang tengah menunduk hormat padanya. "kita akan mendapatkannya"

.

.

.

"tuan putri, makanlah ini. Kau akan jatuh sakit jika menyiksa diri seperti ini" seorang pria tinggi kurus menghampiri makhluk indah bersurai keemasan yang tengah memeluk lututnya sendiri. Sudah semingguan ini ia berperilaku sama. Tertutup dan takut melihat orang sekitar.

"mimpi itu- mimpi itu datang lagi, Jae!" ia meremas kasar surai halus yang melekat indah di kepalanya.

"kami ada disini melindungimu, Putri! Kau tak sendiri. Kita akan terus berlari!"

"tapi sampai kapan? Sampai kapan kita harus bersembunyi, Jae? Mereka telah membumi hanguskan bangsa keturunan terakhir kita!" teriak wanita itu frustasi. Bayang-bayang kobaran api yang terpantul di langit malam selalu menghantui pikirannya.

"tidak Putri!" potong seorang lagi yang masuk ke gubuk mungil yang dibuat secara dadakan untuk melindungi Putri mereka. "selagi kau masih hidup, bangsa Orela tak akan pernah punah. Kami akan terus berada di sisimu!"

Wanita yang sedari tadi dipanggil Putri oleh dua orang di hadapannya termenung. Haruskah mereka berada dalam pelarian yang tak berujung seperti ini? Mereka berhasil melewati satu purnama. Namun hal itu tak menyurutkan ketakutanya terhadap sesuatu yang mengejarnya. Mengerjar mereka.

Daisy. Nama yang diberikan kakek buyutnya yang bertahan hidup dari peperangan kaum penyihir dan peramu ratusan tahun silam. Pria tua itu berhasil mempertahankan dan kembali melestarikan keturunan bangsa Orela, setidaknya sampai satu purnama lalu. Sebelum makhluk mengerikan itu membumi hanguskan perkampungan para peramu yang hidup sejahtera berdampingan. Wanita yang kini meringkuk itu adalah keturunan kandung dari pria tua yang menjadi pemimpin di Orela. Ia gadis yang diberkati dewa. Gadis yang memiliki kemurnian jiwa, dan tak pernah tersentuh oleh tangan manusia. Sama seperti namanya. Daisy adalah anggrek gunung yang sangat indah namun tak dapat dimiliki dan sangat jarang dijumpai. Itu karena tempatnya tumbuh adalah tepian jurang atau puncak gunung yang terjal. Sejak lahir gadis itu telah membawa berkat bagi bangsa Orela, sekaligus petaka. Dari rahimnya akan lahir seseorang yang memiliki kekuatan abadi warisan para dewa. Oleh karena itu, jika wanita ini jatuh pada tangan yang salah, maka akan membawa petaka bagi dunia. Banyak dari kaum penyihir maupun paranormal yang ingin mempersunting gadis cantik ini, tetapi hal itu selalu ditolak oleh petinggi Orela. Mereka tahu betul bahwa setiap orang yang hendak melamar putri mereka hanya menginginkan keabadian yang tertanam di rahimnya. Itulah sebabnya sang Putri tak pernah muncul di khalayak ramai.

"Jae!" suara lantang membuat wanita bernama Daisy ini terperanjat dari duduknya. Dari kejauhan seorang pria berlari dengan nafas terengah menghampiri mereka. " kita harus lari! Mereka ada di sekitar sini!" wajah ketiga orang yang berdiam di gubuk itu memutih.

"sial!"

"ayo Putri! Kita harus cepat!"

Tanpa membenahi apapun yang ada di tempat ini, keempat manusia itu melenggang pergi meninggalkan tempat yang baru mereka diami selama tiga malam. Mereka menerobos hutan pinus yang sangat lembab dan miskin cahaya. Daisy, gadis itu tak tahu apa yang terjadi. Kejadian itu begitu cepat. Yang ia tahu beberapa sosok berjubah menghentikan pelarian itu dan tubuhnya limbung. Gelap.

.

.

BRUGH!

Dentuman benda keras membangunkan sosok yang kini terbaring lemah di tanah. Benda keras itu tak lain adalah dirinya sendiri. Kornea matanya terasa perih karena terpaksa menerima cahaya yang begitu menusuk. Sekitaran tempat itu dipenuhi oleh kobaran api. Api hijau yang entah kenapa tidak terasa panas.

"JAE!" pekiknya melihat sosok yang tak berdaya terpasung di dinding batu yang menjadi pelindung tempat ini. Daisy, gadis itu beringsut dari tempatnya dengan susah payah menuju tempat pelindungnya yang paling setia dipasung.

"Jae!" isakan itu semakin kencang ketika tangan halusnya untuk pertama kali bersentuhan dengan tubuh manusia lain selain keluarga kandungnya. Ia meremas baju yang dikenakan pria yang kini kesulitan bernafas itu. Wajahnya sudah tak berbentuk karena luka lebam dan darah segar yang mengucur di mana-mana, namun Daisy masih dapat melihat guratan manis tercetak di wajah menyedihkan itu.

"Putri" ujarnya tersengal. Bersusah payah pria ini mengumpulkan segenap suaranya untuk berbicara dengan putrinya. "ambillah benda yang ada di balik jubahku"

Daisy menurut. Ia menyingkan jubah panjang yang menjadi ciri khas kesatria bangsanya. Di dalam pakaian pria itu terdapat sebuang bungkusan kecil dari kain yang menyimpan benda pipih dan dingin.

"belati itu setidaknya benda terakhir yang dapat kuberikan untuk melindungimu"

"tidak! Kau tak akan kemana-mana, Jae!" gadis itu menggeleng frustasi. Ia tak ingin mendengar kalimat itu keluar dari pria kepercayaannya. Sosok yang telah melindunginya bahkan sejak mereka balita.

"Putri" lirih suara berat itu. Ia tersenyum lembut pada sosok yang terisak di bawahnya. Ingin sekali ia menggapai sosok itu. Namun tangannya yang terpasung rapi menjadi penghalang utama baginya. "Daisy!"

Wanita itu termangu. Didongakkan kepalanya menatap sosok mengenaskan itu. Untuk pertama kalinya sosok itu memanggil namanya. "aku mencintaimu. Sampai akhir." Wanita itu membatu. Jae adalah yang paling dekat dan mengerti akan dirinya. Dan pria itu ternyata mencintainya. Terlambatkah ia? "teruslah hidup! Orela ada di tanganmu" guratan tipis terakhir itu menjadi penutup riwayat hidup kesatria Orela yang mempertahankan kesucian putrinya, setidaknya sampai detik ini.

"tidak Jae! TIDAAK!" wanita itu meraung keras. Tak dirasakannya bengkak yang timbul di bibir indahnya akibat terhantam sesuatu.

"sudah cukup melodramanya?" suara rendah berat menghantam gendang telinga gadis yang tengah menangisi kematian kesatria pelindungnya. Tangisan itu seketika berubah menjadi isakan-isakan kecil. Ia mengeratkan pegangannya pada kantung hitam yang ada di tangannya. Secara sembunyi-sembunyi menyimpannya dalam balik jubah agungnya yang kini tampak lusuh.

Daisy masih enggan membalikkan tubuhnya menatap siapa yang berada beberapa meter di belakangnya. Gadis itu menyadari perubahan yang drastis pada ruangan ini. Tekanan udaranya sangat berat, membuatnya susah bernafas.

Tap. Tap. Tap.

Langkah itu terdengar tegas dan mengintimidasi. Sangat pelan. Seperti mau tak mau menyentuh permukaan lantai pualan hitam di bawahnya. Daisy makin mengkerut. Ia tak tahu apa yang akan terjadi berikutnya.

"jangan palingkan wajah indahmu dariku, kekasihku" ujarnya pelan. Terdengar lembut sekaligus membunuh. Seringaian mengerikan kembali tercetak di bibir jokernya ketika sosok berjubah putih lusuh di dekat dinding batu itu berbalik menghadapnya.

Tampan. Membunuh. Kebahagiaan. Hasrat. Gairah. Kotor. Darah. Pengkhianatan dan dosa adalah kata yang dapat diungkapkan gadis itu ketika melihat sosok yang kini berdiri tegas tak jauh darinya. Seringaian jahat tercetak di wajah panjangnya. Rahangnya tegas. Mata itu tajam dengan iris caramel yang mampu membuat manusia meleleh akan pesonanya. Tanduk keras entah terbuat dari apa menghiasi kepalanya, dan surai berwarna merah pekat nyaris hitam melayang lembut menumbuhi kepalanya. Tubuhnya besar tertutup jubah hijau zamrud. Dilihat dari mana pun dia bukanlah manusia, namun menawan dan hina sekaligus.

"k- kau" suara manusia satu-satunya yang ada di tempat ini terdengar parau. Ia terintimidasi oleh sosok angkuh ini.

"Balqan. Raja iblis." Jawabnya singkat, masih mempertahankan senyum mematikannya. Tapi bagi Daisy hal itu lebih mirip seringaian ketimbang senyuman.

"mau apa kau? Lepaskan aku!" gadis itu mengumpulkan segenap keberaniannya untuk berbicara lantang.

"menikahimu, ku kira" ujar makhluk itu santai. Membuat si wanita tercengang hebat.

"aku?" ujar Daisy terbata. Sesungguhnya dari awal gadis itu menyadari bahwa ia menjadi incaran, termasuk makhluk ini. Yang membuatnya tak habis pikir adalah mereka iblis. Tidak! Aku tak mungkin menikah dengan makhluk ini!

"mungkin saja!" celetuk suara berat itu, membuat Daisy berjengit.

Dia bisa membaca pikiranku?

"Tuan, semua sudah dipersiapkan!" suara berat memotong pemikiran Daisy. Langkahnya tak terdengar sama sekali, sehingga gadis itu tak mengetahui kapan sosok baru itu datang.

"apa yang kau tunggu, nona?" ujar sosok yang mengaku raja iblis itu tersenyum lembut.

"apa? Akh tidak! Lepaskan, aku tak mau menikah denganmu! Lepaskan!" lagi-lagi gadis itu dikagetkan dengan beberapa sosok berjubah yang menyeretya keluar ruangan.

.

.

.

"Hidup yang Mulia Balqan! Hidup yang Mulia Balqan!" sorak sorai membahana ketika Daisy berhasil diseret keluar. Disinilah ia sekarang. Di tanah lapang tak berujung, karena seluruhnya tertutup kepekatan malam. Entah itu malam atau apa, yang jelas tempat ini seperti tak bertepi dan beratap. Hanya pendaran-pendaran api biru yang melenggok indah di beberapa titik menjadi penerangnya. Dapat dilihat oleh mata telanjang gadis ini ratusan sosok berjubah memadati aula besar. Sedang ia berdiri di mulut ruangan batu yang nampak seperti mulut gua bersama beberapa sosok berjubah lainnya. Sorak sorai itu terus dielukan berkali-kali kepada satu-satunya makhluk yang dianggap layak masuk kategori menawan di antara ratusan mereka. Sosok itu terduduk angkuh di singgasananya. Ia berdiri dan seketika sorak soraian itu menghilang.

"hari ini, setelah ratusan tahun aku menunggu, pengantinku datang membawakan berkat keabadian pada bangsa kita" ujarnya pelan, tak ada tenaga disana, namun berhasil membuat seruan kemenangan membahana bahkan lebih keras dari sebelumnya. Semua makhluk disini bergembira, membuat darah Daisy berdesir hebat. Ia takut. Sangat takut. Dirinya telah jatuh ke tangan yang tak semestinya. Ini akan mengakibatkan mala petaka.

"wanita itu adalah pengantinku!" seruan lantang itu menyentak Daisy. Kini semua mata menatap pada arah telunjuk raja mereka. Bulu kuduk gadis itu seakan rontok satu persatu karena ditatap penuh hasrat oleh sekian banyak makhluk bernama iblis. Ini mengerikan.

"HAHAHAHA" gelak tawa tercipta seolah meremehkan sekaligus mengagumi sosok ringkih yang tengah ditawan beberapa rekan mereka. Daisy semakin mengkerut ketakutan.

"pengantinku akan melahirkan keabadian untukku. Untuk kita!" tambah sosok penguasa itu. Seringaian khas miliknya menjadi pengiring sorak sorai dielukan namanya kembali membahana.

Malam itu adalah hari berakhirnya segala kesucian yang selama ini dijunjung oleh bangsa Orela. Gadis bersurai keemasan itu dilemparkan dalam api ungu yang menyerupai api unggun di tengah aula besar. Ia tak merasakan panas sama sekali, tapi ia tahu api ini merontokkan setiap inci kemurnian yang ada dalam dirinya. Batin gadis itu serasa dicabik cabik oleh kutukan dosa. Itu adalah ritual pernikahan mereka. Gadis itu menjerit sejadinya diiringi tawa kemenangan para pengikut Balqan. Sang penguasa kegelapan dan dosa tersenyum angkuh menatapi pengantinnya yang tengah menjalani ritual. Perlahan api itu berubah warna menjadi hijau zamrud dan menyisakan sosok ringkih yang kini limbung dari tempatnya. Api itu menyerap kemurnian bangsa Orela yang terkenal sebagai peramu handal sepanjang masa. Balqan, raja iblis itu beranjak dari singgasananya. Berjalan mantap menuju pengantinnya dan membopong tubuh tak berdaya itu ke sebuah sisi gelap ruangan ini. Selepas kepergiannya, kembali terdengar sorakan kegembiraan para iblis itu menyerbu api hijau yang tak akan pernah padam. Api itu serupa dengan warna keagungan bangsa Orela, yang di dalamnya mengandung kemurnian. Tentu saja para iblis itu berjejalan untuk merasakan hangatnya, karena dapat menyembuhkan luka mereka. Satu keberkatan awal yang diterima kaum ini.

"akh.. akh.. leph phas.. akh.." selanjutnya sisa malam dihabiskan oleh sang pengantin pria untuk melucuti kesucian yang melekat pada tubuh wanitanya. Wanita yang akan melahirkan keabadian untuknya.

.

.

.

Tempat itu masih sama. Gelap tak bertepi. Walau Sembilan bulan telah berlalu, satu-satunya manusia yang memiliki hati murni meski kesucian telah direnggut paksa darinya tetap saja tak dapat meloloskan diri dari tempat ini. Ia tak tahu di waktu normal sekarang menunjukkan siang atau malam hari. Semua gelap. Semakin ia menyeret langkah lemahnya, semakin rasa putus asa meracuni otaknya. Ia lelah. Dengan kaki bengkak dan perut membuncit, tubuh lemahnya itu harus dipaksa memacu lebih cepat mencari tempat persembunyian yang tepat.

"aarrggggh"jeritan tengah malam itu menggema di sekitar jalanan gelap tempatnya kini berpijak. Cairan bening mengalir di sela kaki mulusnya. Apakah sudah waktunya ?

"tidak ! anakku!" pekik wanita itu ketika ia terbaring lemah di jalanan sepi itu, sesuatu dalam perutnya dipaksa keluar oleh tenaga yang luar biasa dahsyat. Seperti halnya semilir angin, benda bernyawa itu keluar dengan mudahnya. Wanita itu tak sempat mencerna pemikirannya. Yang ia tahu ia harus segera menyembunyikan anaknya.

"jangan kau tutupi wajah cantiknya, kekasihku" bisikan lembut itu mengagetkan sang ibu baru. Tubuhnya mengejang. Tubuh mungil yang masih telanjang dan terdapat beberapa bercak darah itu ia kepit sekuatnya dalam jubah panjangnya.

"ah, apa dia laki-laki? Khe khe khe aku bahkan salah mengenali titisanku" suara itu terdengar mengerikan, penuh akan hasrat. Daisy, wanita yang kini berstatus pendamping sosok gelap itu mengkerut mundur.

"bukankah dia mirip sekali denganmu? Dan denganku, tentunya" lagi, suara itu memekik tertahan. Wanita ini pastilah menyadari bahwa kemudahan ketika ia melahirkan terdapat campur tangan sosok di depannya.

"jangan.. jangan.. dia tidak berdosa!" wanita itu terbata, ia beringsut frustasi dari tempatnya terkapar, berusaha menjauhi sosok itu.

"berikan padaku, sudah saatnya ia mengabdi kepada ayahnya!" sosok itu tersenyum penuh maksud. Perlahan ia berjalan menghampiri wanita lemah, istrinya.

"tidak! Biarkan dia hidup! Hukum aku! Bunuh aku, tapi jangan sakiti anak ini. Dia berhak hidup!" wanita itu meraung frustasi. Ia meracau sejadinya.

"tapi aku tak membutuhkanmu lagi" desis sosok berjubah hijau zamrud dengan senyuman lembutnya. Membuat kedua mata Daisy, nama wanita itu, melotot horror.

"tidak! Kumohon berikan dia hidup! Jangan ambil anak ini!" sosok itu mulai menggeram. Kedok lembut miliknya masih tak dapat meluluhkan istrinya ini. Ingin sekali ia merebut anak itu dan langsung membuat upacara pemberkatan, menyingkirkan wajah memelas wanitanya, dan menyambut keabadian. Saat tubuh menawannya melangkah maju, sebuah tangan mencekalnya.

"tuan!" rahang makhluk itu mengeras. Ia menatap nyalang pada makhluk kepercayaannya. "biarkan anak itu hidup beberapa saat. Ia harus menjaga dan mengembangkan sebanyak mungkin kemurnian dalam dirinya. Hingga saatnya tiba, engkau pasti akan mendapatkan keabadian yang sempurna"

Senyuman. Ah, lebih tepatnya seringaian sejuta makna terpatri di wajah menawan sekaligus mengerikan milik pemimpin komplotan iblis itu. Panglimanya, memberikan pilihan yang menyenangkan baginya, juga wanitanya. Ia mengatur mimik wajahnya dan kembali berbalik menghampiri dua manusia tak jauh dari tempatnya.

"dua puluh tahun. Kuberi ia hidup dua puluh tahun. Dan setelahnya dia akan kembali memenuhi kewajiban dengan sendirinya padaku." Ujarnya seduktif

Daisy. Wanita itu mencelos. Tangannya bergetar memeluk erat bayi mungilnya. Bayi itu tertidur dengan tenang di pelukannya. Sekuat tenaga ia kumpulkan sisa-sisa kekuatan yang masih terdapat didirinya, meski ia tak yakin itu akan bekerja. Mengingat makhluk yang dengan seenaknya menjadikannya istri itu dapat membaca pikirannya.

Markus. Kuberi kau nama Markus. Kau cantik seperti namamu. Tumbuhlah kuat! Dan hancurkan makhluk itu! Kau harus hidup lebih panjang lagi nak. Lebih dari batas yang telah ditentukan! Jadilah penanda, sama seperti namamu, tunjukan pada dunia bahwa bangsa Orela tetap hidup di bawah garis tanganmu!

"kau harus berjanji padaku!" jerit wanita itu sambil tersengal. Tatapan amarahnya berubah menjadi sendu. Melihat reaksi wanitanya, tentu saja raja iblis itu memekik senang dalam hati.

"aku berjanji. Janji seorang raja!" senyuman yang untuk kesekian kalinya masih tak dapat dibaca oleh Daisy terukir indah di bibir joker miliknya.

Sekali lagi, wanita itu memeluk erat tubuh mungil di dekapannya. Menyalurkan kekuatan cinta tiada tara. Kasih sayang dan perlindungan seorang ibu, yang hanya beberapa menit memiliki anaknya. Tanpa gerakan mencurigakan, wanita itu mengambil kesempatan mencopot kalung yang selama ini dipakainya, dan menyisipkannya pada carikan kain yang ia dapat dari sobekan jubahnya sendiri untuk membungkus bayinya.

Semoga ini melindungimu. Teruslah hidup anakku!

"pastikan tak ada iblis lain yang mengincar bayi itu" bisik sang raja pada panglima yang berjalan melaluinya. Mengambil bungkusan bernyawa yang masih belum rela diserahkan oleh ibunya.

SSSHHHUT.

Sosok itu menghilang bersama bayi mungilnya. Bayi yang tak pernah berdosa dan tak tahu apa kesalahannya.

"Markus-" lirih wanita itu. Wajahnya semakin tertekuk menyembunyikan tatapan kelamnya. Sang Raja tersenyum meremehkan memandang wanita yang tengah terpuruk itu.

"ayo, wanitaku" tangan itu terjulur ramah hendak menggapai tangan lembut yang selama ini dijamahnya. Wanita itu benar-benar tempat melampiaskan hasrat yang tiada duanya. Semakin sosok ini masuk ke dalamnya, semakin besar sengatan-sengatan kemurnian yang didapatnya. Membuat sosok berkuasa dan dingin ini semakin menggila dalam persenggamannya.

ZRASSHH.

"TIDAAAK!" makhluk itu menjerit. Ia terperangah mendapati pemandangan tepat di wajahnya. Wanita itu, yang telah memberinya kenikmatan tiada tara dan berkat abadi, menghunuskan benda pipih mungil ke perut yang baru saja melindungi anaknya selama Sembilan bulan. Tak sampai di situ, wanita itu tersenyum lembut menatapnya, tatapan kasih dari seorang istri semestinya. Ia mencabut benda pipih perak dari perutnya dengan tangan bergetar hebat.

"pegang janjimu!" ujarnya lirih menggenggam jemari dingin milik penguasa iblis di depannya. Tangan satunya dengan sukses menusuk satu-satunya sumber pompa kehidupan dalam tubuh ringkih itu.

"TIDAAAKK!" sekali lagi, dunia iblis itu bergetar mendengar lolongan pilu penguasanya.

BLAARRR.

Dentuman keras memekakkan telinga siapa saja yang mendengarnya. Seketika semua nampak hijau.

.

.

nah, udah tau kan?

haha anneyong,, jangan lupa jadi readers budiman kkk

gumawuuuu

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
junne7 #1
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
junne7 #2
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
indira407
#3
Chapter 3: Hhaaa... Dr aq jaman SMA epep ini aq baca. Smpai skarang anak 1 maah jgaa suka baca ini epep. Hahaha
Cynthiagrace #4
Chapter 23: Daebaaaaak author-nim. maaf baru ninggalin jejak di part terakhir. soalnya seru bgt si jd penasaran pingin tau lanjutan nya. terim kasih udah bikin cerita yg unik n menarik ini. semoga author nim tetap menulis kisah2 wonkyu, mengingat byk penulis lain yg berubh haluan ataupun nyerah di tengah jalan...hehehe. ok, last but not least...sekali lagi thank u
novemberist #5
Chapter 1: Author, boleh copast jalan ceritanya buat di remake gak? mau bikin pair member Exo...Boleh gak Thor?
Gammeiwatari #6
Chapter 23: Bagus banget author-nim !!! .. ceritanya nga pasaran ... gaya penulisannya juga rapih .. bahasa yang digunakan juga halus .. totally aku suka banget sama ceritanya .. alurnya keren .. detailnya juga dapet banget !! Thank you for this amazing story .. nulis fantasy story itu nga gampang .. tapi author-nim bener bener berhasil menulia dengan luar biasaaaa
choianakyu #7
Chapter 23: ceritanya keren thor. bikin penasaran. walaupun baca sampai mata pedes. kekasih sepenggalah kapan di lanjut ..
meeKayla #8
Chapter 23: yaah bnr2 happy end.
donghae juga baik2 aja.
kyu juga ternodanya cuma ama siwon.
ditunggu ff wonkyu nya yang lain ya #ngarep.
suka bgt genre action romance bgni.
btw ternyta siwon dulunya jatuh cinta ma istri orang
kyuniiee88 #9
Chapter 23: Yeeaahhh happy ending ^^

Ditunggu next ff nya author^^
Guixian98 #10
Chapter 23: wohooooo happy end!!
hmm, ntah kenapa pas di akhir itu kok aku berasa kayak baca 'kekasih sepenggalah' ya.. wqwq
karna serius, sifat siwon yang suka ngatain kyu sama kyu yang lamban tuh sifat mereka di 'kekasih sepenggalah' banget wakakak
syukur deh ini happy end ya. gak nyangka bgt endingnya begini. padahal uda mikir yang gak2 soal hubungan wonkyu. di tunggu cerita selanjutnya~