Pasangan Takdir

Paza Vesnica (WonKyu Vers)

ecieeeee yang senyum Pepsosdents pas liat PAZA VESNICA nampang di TL..

ihiiiirrrrr~

.

.

aku cuma mau bilang aku senang viewersnya makin lama makin bejibun

aku cuma mau bilang aku sedih, dari sebuanyaak viewers,, hanya sedikit readers yang menyempatkan meninggalkan jejak :'(

.

.

curcol dikit..

my piaraan yang berotor dan kecoklatan bentar lagi nyusul si abang buat pergi ke negeri antah-berantah..

gaes-gaes semua kudu ikut project thriller Siwon Army ye.. bisa ikut dari seluruh pelosok indonesia kok. karena kita ngejaringnya via sosmed.

nantikan kabar selanjutnya okeeh!! FREE hehehe..

.

.

balik ke cerita..

Kyuhyun gak bakal hamil. phewwiiss dia cowok kellesss..

terus kapan NC nya? sabaar.. HAHAHAHAH

Siwon, Yunho dan Donghae punya sperma?

nah.. pemirsaah.. seperti yang udah mendasari cerita ini, Paza Vesnica itu adalah orang2 yg dibangkitkan dari kematian utk bekerja meleburkan iblis yang kabur dari neraka dan menggoda manusia ya~

dibangkitkan dari kematian bukan berarti hidup layaknya manusia biasa kembali. mereka hidup sama seperti jiwa manusianya, tapi tidak dengan organnya ya ^^

paza bisa luka tapi cepet sembuhnya. paza gak pernah merasa laper. makan dan minum serta hal-hal keduniaan hanya sekedar formalitas bagi mereka. dan mereka juga g menghasilkan sperma. itulah kenapa meski udah nidurin ribuan wanita di dunia selama umur hidupnya sebagai Paza, mereka g pernah ngehamilin orang hehehe.

lalu Ce Ling?

ya tetap gak akan hamil. Dongek kan dijadikan manusia biasa, maksudnya semua kekuatan PAZA nya diangkat. jadi tubuh itu sama rapuhnya kayak tubuh manusia biasa, meski organnya tetap Paza. kan dia dikasih tenggat hidup 20 tahun. so, selama itu juga jasad itu akan bertahan sebelum tercabik, dan lebur.

buat yang mau tanya2 lagi,, monggo silahkaan author siap melayani kok ^^

bbm 7e869ed0 FB Sri Kencana Mentari Twitter @skmcom

.

.

.

udah dulu nih cuap2nya.. selamat menikmati

dan jangan lupa tinggalkan jejak ya readers baik ^^

.

.

.

PAZA VESNICA

.

.

.

Cho Kyuhyun mengeratkan bolero panjang yang dikenakannya. Sesekali ia menggosok punggung tangannya sendiri, berusaha menghalau dinginnya malam di Guang Zhou, Cina. Kyuhyun berdiri di balkon kediaman Lee Donghae. Balkon itu menghadap langsung ke kolam kecil berisikan ikan-ikan kesayangan sang suami di rumah ini. Waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Harusnya ia sudah berada di kamar nyamannya sekarang, tapi pemuda ini lebih memilih menunggu kepulangan makhluk abadi yang tengah mengadakan perburuan di luar sana. Mengingat tak ada lagi Paza yang menjaga wilayah daratan Cina yang tak bisa dikatakan kecil, Siwon merasa wajib untuk mengamankannya dari komplotan iblis yang berhasil keluar dari neraka. Setidaknya sampai ia kembali ke negaranya, Britania Raya.

"menunggu priamu, Cho Kyuhyun?" sebuah suara membuyarkan lamunan panjangnya. Di sampingnya Lee Donghae tengah menyesap secangkir kopi sambil ikut memandang kolam.

"Tuan Lee"

"Donghae hyung. Kurasa itu lebih baik" senyum menawannya membuat hati Kyuhyun menghangat.

"apa maksudmu dengan 'priamu'?' protes Kyuhyun

"Elden, ahh maksudku Choi Siwon itu"

"aku bukan siapa-siapanya" timpal Kyuhyun sambil menunduk.

"Elden bukanlah orang yang mudah menaruh perhatian pada orang lain, terlebih itu pria. Jangannya kaum adam seperti kita, bahkan wanita pun tak luput dari ketidaksukaannya. Bisa dikatakan ia membencinya. Ah, maksudku lebih ke trauma yang mendalam"

Kyuhyun mengangkat kepalanya, memperhatikan Donghae dengan seksama. Benar juga. Donghae hyung hidup jauh lebih lama dibanding pria setan itu. Dia pasti mengenal betul tabiat sahabatnya.

"aku tak bisa menjelaskannya lebih jauh padamu Kyuhyun, karena Elden sendiri tidak pernah mau terbuka pada kami, sahabatnya sendiri. Tapi aku mengetahui semua yang ia alami di kehidupan pertamanya dulu. Aku mengetahuinya dalam diam"

"apa ini ada hubungannya dengan wanita yang bersama Choi Siwon dulu? Wanita yang bermain kucing-kucingan dengannya di sebuah taman?" celetuk Kyuhyun penasaran. Ya, sebenarnya ia sangat penasaran dengan kehidupan seorang Choi Siwon yang begitu tertutup. Bahkan pria itu kini mulai belajar menutup hubungan telepati mereka, dan Kyuhyun cukup tersinggung akan hal itu.

"kau? Darimana kau tahu hal ini?" Tanya Donghae seduktif. Ia menatap intens pemuda di sampingnya. Tak mungkin jika El berbagi dengannya.

"well, aku melihat bayangannya. Ketika kami berangkat menuju Cina. Aku melihat bayangan wanita itu dan Tuan Choi dalam benaknya"

PRAANGG!

Cangkir yang berada di genggaman Donghae seketika terlepas ketika mendengar penuturan sosok pucat itu. Mulutnya sedikit terbuka menggambarkan seberapa terkejutnya dia saat ini.

"kau! Dapat melihat pikirannya?" Tanya Dongahe terbata.

"kau taka apa-apa, hyung?" Tanya Kyuhyun cemas. Ia khawatir dengan reaksi Donghae yang di luar dugaannya.

"kutanya sekali lagi. Apa kau dapat melihat pemikirannya?" Donghae tak menghiraukan nada cemas Kyuhyun.

"hem." Anggukan itu membuat hati Donghae mencelos. Aku harus mengatakan ini berkah atau bencana?

.

.

.

Lee Donghae, mantan Paza Vesnica yang diberi kemurahan hati oleh Dia Yang Maha Menguasai Malam untuk dapat menjalani kehidupannya sebagai manusia biasa selama 20 tahun sebelum peleburannya terus merasa gelisah di atas tempat tidurnya. Ia terus memikirkan pernyataan tamu manusianya. Percakapan mereka terpaksa harus terputus karena Elden Eldson atau Choi Siwon sudah kembali dari perburuannya. Pria berhati lembut ini tak tentram karena segudang pemikiran berkecamuk di benaknya. Jujur, ia khawatir kini.

"halo Dave, tumben sekali kau menelpon sepagi ini?"terdengar suara berat dari seberang sana. Pria itu memutuskan untuk menghubungi sahabat karibnya di negeri Atlantis.

"Yun. Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Tapi tidak di telepon, Bung!"

"apa terjadi sesuatu di sana, Dave? Kau dan istrimu baik-baik saja kan?"

"ini bukan tentangku, Yun. Ini tentang adik terkecil kita"

"ada apa dengan El? Sesuatu yang buruk menimpanya?" nada khawatir jelas terdengar dari gaya bicara pria sempurna itu.

"aku tak tahu harus menyebut ini anugerah atau musibah, lebih baik kita bicarakan nanti setelah bertemu. Besok ia dan Kyuhyun akan bertolak ke Cichester. Kau datanglah kemari setelahnya. Oh ya, bawalah Rose bersamamu. Aku merindukannya, lagipula ia belum melihat istriku"

"baiklah. Aku akan mengurus keberangkatan kami lusa. Dan kau berhutang segudang pernyataan padaku, Ikan amis"

"yak! Kau! Beruang mesum!" desis Donghae ketus ketika digoda oleh sahabatnya sekaligus mengakhiri pembicaraan mereka di telepon.

Ku harap semua akan baik-baik saja.

Tok. Tok. Tok.

Baru saja ia meletakkan telepon genggamnya di nakas dekat tempat tidur, terdengar ketukan pintu yang membuatnya menunda keinginan untuk segera beranjak tidur. Lee Donghae berjalan malas menuju pintu kamarnya. Siapa sih makhluk kurang kerjaan malam-malam begini?

"El!" seru Donghae. Agak terkejut karena pria di balik pintu itu baru saja menjadi objek pembicaran dirinya dan Paza dari negeri Atlantis.

Siwon menaikkan sebelas alisnya. Dahinya dibuat berkerut. "kenapa ekspresimu begitu? Aku bukan hantu Cina yang melompat-lompat tak jelas, Ikan amis!" timpal pria dingin ini ketus. Namun inilah keistimewaan seorang Lee Donghae dari ribuan tahun lalu hingga masa pensiunnya sebagai Paza Vesnica, pria itu terlalu berpikiran polos. Ia tak sedikitpun tersinggung pada perkataan pedas adik terkecilnya.

"kau tak bisa tidur sampai marah-marah begitu? Maaf El, aku tak bisa menemanimu tidur, istriku akan sendirian nanti" raut wajah Dongahe berubah suram. Di pikirannya, ia menyayangkan Siwon yang merasa tak nyaman tidur sendirian, dan ia tak bisa menemaninya.

"aisshh kau ini!" Siwon mendesis. Pria di hadapannya ini bagaimana mungkin bisa diakuinya sebagai sahabatnya sendiri. Terlebih ia juga menyandang gelar Paza bertangan dingin. Dan yang lebih membuat Siwon menyesal adalah kenapa masalah yang sedang dihadapi Cho Kyuhyun mengharapkan bantuan pria lamban berpikir ini?

"apa?" Tanya Donghae polos. Siwon semakin ingin memakan kepala itu bulat-bulat. Kalau saja kau bukan sahabatku! Arrgggh!

"soal tiga pusaka itu, kurasa aku sudah mendapatkan satu" jawab Siwon datar. Ia memandang dingin sahabatnya. Raut wajahnya berubah serius kini.

"benarkah?" Lee Donghae menutup pintu kamarnya dari luar setelah memandang lembut sosok yang tengah terlelap di ranjang king sizenya. "ikut aku!"

Well, pria yang biasa dipanggil Siwon dengan sebutan ikan amis itu berubah menjadi dingin. Meskipun gelar dan status Pazanya sudah dicabut, aura kepemimpinan yang menuntut masih terasa dalam dirinya.

Dua sosok tinggi tampan berjalan menyusuri koridor sempit di lantai dua. Koridor itu menghubungkan mereka pada sebuah ruang tempat pemilik rumah menyimpan buku dan barang antik koleksinya. Setelah memasuki ruangan yang tak cukup luas bila dibanding ruang lain yang ada di rumah ini, satu pemuda bertubuh tinggi segera duduk di salah satu sofa santai yang tersedia di sana, sedang pemuda lainnya menghampiri jejeran almari kaca yang menjadi tempat bersemayamnya buku-buku bersejarah dunia. Ia baru menghampiri pria yang duduk santai di atas sebuah sofa merah setelah menemukan benda yang dicarinya. Perkamen yang terbuat dari kulit berwarna putih tulang.

"ini" tanpa disuruh, pria yang disinyalir bernama Choi Siwon meletakkan dua benda di atas meja marmer di hadapannya. Sebuah batu berwarna hijau zambrut. Bening seperti kaca sekaligus kelam, karena di tengah bagian dalamnya terdapat gumpalan asap berwarna hitam yang makin membesar saja setiap harinya. Benda satunya adalah sebuah kotak hitam berukiran aneh yang indah.

Lee Donghae memungut salah satu benda yang tergeletak di atas meja marmer itu. Dingin. Batinnya. Diletakkannya batu hijau berkilai itu di atas perkamen kulit yang ada di tangan kirinya. Pendaran cahanya dan tekanan kedua benda itu sangat terasa di ruangan temaram ini.

Sama seperti waktu itu, ketika kedua benda itu bertemu, berbagai siluet aneh bermunculan di atas perkamen. Pria bernama Lee Donghae bergumam pelan, mengucapkan kata-kata yang tak dimengerti Siwon.

Jika menurut Kyuhyun salah satu dari dua pusaka itu adalah belati yang dibawa El, seharusnya kedua benda pusaka itu dapat saling berkontraksi.

Pria berwajah ikan namun tampan luar biasa itu berpikir keras, memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang selanjutnya akan terjadi, atau bagaimana cara membangkitkan kedua kekuatan benda pusaka itu.

"dapat?"

"belum"

"oh ayolah, ikan amis! Aku disini bukan untuk melihat aktingmu yang menawan seperti dalam drama-drama picisan yang sering ditonton Hyukjae"

"apa kau yakin belati itu pusaka Orela yang kita cari?" pria bernama Lee Donghae itu tidak mengindahkan celaan sahabatnya. Ia lebih menyoroti kotak hitam tempat belati berwarna perak terang bersemayam.

"bocah itu mendadak mendapat bisikan lagi ketika kami berada di jewelrely itu. Ia sangat yakin benda yang kita cari ada di sana. Dan satu-satunya benda yang aku yakin merupakan pedang yang dimaksud Kyuhyun adalah belati itu. Belati itu belati beracun dari Britania. Aku pernah melihatnya dulu tapi entah di mana. Aku tak terlalu yakin, tapi yang pasti bukan di Britania. Seseorang pasti telah memindahkannya kesana"

"harusnya mereka dapat saling berkontraksi bukan?"

Siwon terdiam. Ia membenarkan perkataan sahabatnya. Kenapa kedua benda ini tidak memberikan tanda-tanda bahwa mereka saling terikat?

"El, kurasa, tapi ini hanya intuisiku sementara. Benda-benda ini baru akan saling berkontraksi ketika sudah terkumpul semua. berarti kita harus cepat mencari pusaka yang satunya bukan?"

Lagi. Siwon membenarkan perkataan sahabatnya. "Hae, jika benar bocah itu adalah keturunan bangsa Orela, lalu apa hubungannya kita mengumpulkan benda-benda ini menurutmu? Apa di sana tidak ada penjelasan tentang itu?" mata Siwon mengarah pada perkamen kulit yang berada daam genggaman Donghae.

"El, aku sangat yakin bahwa bocah pucat itu, ah, Kyuhyun itu adalah keturunan bangsa Orela. Tak mungkin ia memiliki batu berkat ini. Dan lagi, Markus, nama yang selalu diteriakkan oleh bisikan itu adalah namanya. Dapat ku pastikan itu! Aku sudah meminta Yunho untuk menyelidiki sejarah keturunan Orela. Silsilah bangsa Orela terputus sejak terjadi peperangan dengan iblis dan bangsa Yordan yang ingin merebut kekuasaan bangsa itu. Sejarah mengatakan bangsa itu telah punah seluruhnya. Namun aku yakin pasti ada yang dapat menyelamatkan diri dan bertahan hidup. Mereka diberkati Dewa, El. Tak semudah itu menghabisi mereka. Dan aku yakin bangsa itu tetap bertahan hidup sampai saat ini. Lihatlah batu yang mulai menghitam itu. Waktunya untuk melindungi Tuannya sepertinya tak akan lama lagi." Donghae menatap dalam benda hijau yang ia pegang tadi. Wajahnya berubah sendu.

"El, sebenarnya aku meragukan apakah bocah itu mampu bertahan hidup setelah batu itu kehabisan masanya? Apa maksudnya kehabisan masa? Ia hanya tak akan mampu lagi melindungi tuannya, atau tuannya akan ikut bernasib sama sepertinya?"

"apa yang kau pikirkan, Dave? Apa setelah namamu berubah menjadi Lee Donghae kekuatan dan kepercayaan dirimu juga berubah? Aku tak akan membiarkan itu terjadi. Jika memang benar ketiga pusaka itu dapat menyelamatkan bocah cerewet itu, maka akan kudapatkan dengan segenap kekuatanku. Aku tak akan membiarkan Kyuhyun mati sia-sia di usianya yang belia" geram Siwon. Ia menatap satu-satunya sumber cahaya di ruangan ini dengan mata memanas.

El, tak sadarkah kau, jika kau telah terlibat dalam bahaya yang besar sejak awal? Lee Donghae makin muram menatap tubuh di hadapannya.

.

.

.

Pagi-pagi sekali kediaman Lee Donghae telah disibukkan dengan acara berkemas dua tamunya yang akan bertolak kembali ke Negara asalanya di belahan dunia bagian barat. Kali ini kedua sosok itu tak akan menggunakan yacht lagi seperti ketika keberangkatannya menuju Cina. Choi Siwon, pria yang dikenal sebagai pebisnis sukses di usianya yang muda memanggil Jet pribadinya untuk menjemputnya pulang bersama Kyuhyun.

Ce Ling, wanita yang telah berstatus sebagai istri seorang Lee Donghae memandang takjub pada kapsul besi yang dengan seenaknya berdiri kokoh di halaman depan rumahnya. Oh, sangat disayangkan rumput-rumput Jepang yang ia beli dengan harga mahal langsung dari Negara asalnya kini bernasib naas setelah diinjak oleh raksasa tak bernyawa milik tamunya.

Sebenarnya seberapa kaya Choi Siwon itu? Batinnya.

Tak jauh dibandingkan suami tampanmu ini, sayang. Wanita itu menoleh. Suaminya memandang lurus ke depan, tempat di mana kapsul besi itu berdiri. Sayup-sayup terdengar perdebatan kecil dari dalam rumahnya. Lee Donghae tertawa kecil. Pasti mereka bertengkar lagi.

Siwon itu, apa ia selalu semaunya seperti ini?

Hem, ia memiliki semuanya. Kalau aku lebih tertarik pada hal-hal yang berbau seni dan sejarah, maka ia lebih senang dengan benda-benda bermerk di tiap zamannya. Ah! Kudengar kekayaannya makin bertambah saja setelah usahanya diperluas oleh pemuda bernama Hyukjae itu.

"permisi tuan dan nyonya Lee, tak bisakah kalian membantu membawakan barang-barang ini ke dalam jet pribadiku? Kulihat dari tadi kalian hanya berdiam diri menatap kagum pada kendaraanku" sontak sepasang suami istri itu berbalik menatap pria yang tengah mendengus kesal. "lihat bocah ingusan itu! Kau bertanggung jawab akan hal ini, nyonya Lee!" sungut Siwon pada Ce Ling.

Wanita itu hanya tersenyum miris, pasalnya, ia lah yang menjadi salah satu penyebab pertengkaran kecil di pagi ini. Kemarin ketika mendengar tamunya akan bertolak pada hari ini, ia membelikan banyak sekali buah tangan untuk dibawa pulang ke Chichester. Siwon menyarankan agar Kyuhyun membawa sedikit saja mengingat mereka hanya tinggal berempat di Clianta. Tapi sosok pucat itu bersikeras ingin membawa semuanya. Ia sangat menghargai pemberian istri dari sahabat Paza angkuh itu. Lagipula ia dapat membayangkan betapa bahagianya Hyukjae mendapati banyak sekali makanan dan barang-barang branded.

Bantu dia sayang. Donghae tersenyum manis pada istrinya.

Adik kecilmu itu mengerikan, sayang! Protesnya sebelum berlalu menghampiri Kyuhyun yang masih setia berkicau di dalam rumah.

"kenapa pandang-pandangan begitu? Menjijikan!" cemooh Siwon setelah Ce Ling berlalu. Lee Donghae mengedikkan bahunya, tak mau menanggapi Paza dingin dan tempramen ini.

Sepuluh menit berlalu. Semua barang yang akan dibawa ke kastil Siwon telah tersusun rapi di bagasi jet pribadinya. Tampak kini Kyuhyun dan Ce Ling saling berpelukan erat, menyampaikan rasa rindu dan keengganan untuk berpisah. "kabari aku ketika sampai. Jangan lupa untuk sering datang kemari". Sedikit banyak kata itu yang terdengar dari percakapan mereka. Sementar dua pria lainnya menatap mereka dengan pandangan yang berbeda. Satu tersenyum lembut melihat kehangatan yang berlangsung, sedang satunya memandang dengan air muka keruh. Seenaknya saja memeluk, sudah kutandai, ia milikku! Batinnya.

DRRRRRRR. Suara mesin terbang itu mulai terdengar, pertanda sebentar lagi dua diantara mereka harus segera pergi. Siwon memeluk sahabat tuanya yang masih bertahan hidup walau hanya dalam kurun waktu dua puluh tahun sebagai manusia biasa. Meski ia benci mengakuinya, tapi ia merindukan pria bodoh ini. Ia takut jika sesuatu yang buruk menimpa sahabatnya dan keluarga kecilnya, pria ikan ini sudah tak memiliki kekuatan lagi. Ia hanya manusia biasa yang sewaktu-waktu dapat terserang maut.

"berjanjilah padaku untuk bertahan hidup sampai saatnya tiba, Hae" Siwon berkata lembut di balik pelukannya. Hati Donghae menghangat. Adik kecilnya yang angkuh namun sangat perhatian padanya.

"akan kulakukan jika kau mengizinkanku berlibur di Clianta" timpalnya jahil. Membuat pria bertubuh lebih tinggi darinya itu berdecak kesal. Ditepuknya keras bokong pria ikan itu.

"menyebalkan! Clianta akan berubah menjadi suaka marga satwa jika kau kesana" cibirnya. Lee Donghae tertawa renyah mendengar perkataan pria yang sejujurnya tak kalah polos darinya. Karena Lee Donghae yang terus tertawa, pria arogan itu akhirnya ikut tertawa. Mereka saling menepuk pundak masing-masing.

"tak kusangka  makhluk pemburu Iblis bisa tertawa seperti itu" ujar Kyuhyun takjub pada pemandangan di depannya. Begitupun dengan Ce Ling. Ia membenarkan perkataan Kyuhyun. Suaminya dan pria setan itu tengah bercengkerama dan tertawa bersama layaknya anak kecil. Polos dan menggemaskan.

.

.

.

Mata sipit itu tertutup dalam damai. Wajahnya begitu tenang dengan hembusan nafas yang teratur. Meskipun sedang tertidur kau pasti dapat merasakan jika ada sesuatu yang mengawasimu. Hal ini pun terjadi pada sosok ini. Ia merasa ada yang mengawasi. Merasa tidurnya terusik, perlahan sepasang kelopak matanya terbuka. Hal pertama yang menjadi pokus pandangnya adalah pijaran cahaya lampu yang menggantung di atap kamarnya. Ia memang tak pernah mematikan lampu saat akan tidur. Perlahan fokusnya mulai sempurna, ia terjaga sepenuhnya.

"SIWON!" pekiknya ketika mendapati siluet pemuda yang tengah duduk di kursi seberang tempat tidurnya. Pria itu menggenggam gelas wine di tangan kanannya.

"SIWON! Kau pulang!" pekiknya sekali lagi dan langsung menerjang pria itu dalam pelukannya.

"yakk Hyuk! Lepaskan aku, jelek!" teriak pemuda yang tak lain adalah Choi Siwon. Paza penguasa negeri Chichester.

"kenapa tidak mengabariku dulu kalau kau akan kembali, bocah nakal!" Lee Hyuk Jae mencibir sambil melepaskan pelukan mautnya pada pria jangkung itu.

"kau ini! Aku bukan anak kecil, Hyuk! Dan aku jauh lebih tua darimu!" ingat Siwon mengintimidasi.

"ya ya ya. Baiklah kakek tua. Bagaimana keadaan kalian? Apa semua baik-baik saja? Kau tak apa kan di sana? Apa temanmu itu melayanimu dengan baik?"

"LEE HYUK JAE!" seketika pria yang disebutkan namanya tadi terkesiap, ia langsung menutup mulutnya. "bisakah kau tidak mengajukan pertanyaan beruntun seperti itu? Aku bukan artis dan kau bukan paparazzi!" kecam Siwon. Yang dimarahi hanya mengangguk lucu. "kau! Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu? Bagaimana keadaanmu?" volume suara Siwon kini terdengar memelan. Ah tidak, lebih tepatnya datar dan dingin.

"aku baik. Sangat baik ketika melihatmu berada kembali di sini, Siwon. Aku sangat mencemaskanmu dan Kyuhyun. Dimana bocah itu?" cerocos Hyuk Jae dengan gummy smilenya.

"mianhe Hyuk, karena aku kau celaka" Siwon mengalihkan pandangannya. Lee Hyuk Jae dapat melihat iris mata itu berubah jadi kelam. Lagi, Hyuk Jae merasa pria tua di hadapannya ini terlalu takut untuk berbagi rasa dengannya. Pria bermata sipit ini tahu, sahabatnya yang tak akan pernah menua itu pasti sangat menyesali kejadian tempo hari.

"bukan salahmu, Siwon. Mereka yang mengincar kastil ini. Bukan salahmu aku terluka. Aku, terlalu lemah untuk melindungi Myra dan Kyuhyun."

"jika bukan karena aku seorang Paza, dan kau tidak bersamaku, semua ini tak akan terjadi padamu, Hyuk."

"ssstt! Jangan pernah menyalahkan dirimu, Siwon. Paza atau bukan, aku akan tetap bersamamu. Aku tak pernah menyesal dan takut menjadi sahabatmu, kawan. Dan apa tadi? Kau berencana mengusirku, eh?" raut wajah pria sipit itu tak dapat ditebak.

"Hyuk, dengarkan aku! Aku tak mau kehilangan satu-satunya sahabat yang telah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Tanpa kau, mungkin aku tetaplah seorang Elden Eldson yang tenggelam pada dunia masa lalunya. Karena kau aku bisa merasakan kembali kehangatan keluarga, karena kau aku belajar arti tertawa dan bercanda, karena kau aku menghargai sebuah ketulusan. Dan karena kasih sayang yang kau berikan aku mengerti betapa berharganya sebuah nyawa. Kau sahabat terbaikku, Hyuk. Moza Fedora dan Dave Cliff memang sudah beribu tahun mendampingiku, tetapi yang bisa menemukan hatiku hanya dirimu"

"Siwon.."

"aku. Aku menyayangimu Hyuk. Aku tidak mau kau terluka karena aku. Aku-"

"Siwon"

"dan satu lagi. Apa itu? Kau kira aku akan mengusirmu? Darimana kau mendapat pemikiran itu, bodoh!"

"Siwon"

"tak pernah sedikitpun niatku untuk melepaskanmu"

"Siwon"

"APA?" bentak Siwon. "kau selalu memotong perkataanku"

"apa ini sebuah pernyataan cinta?"

"WHAT?" mata Siwon membulat sempurna, seolah bijinya akan keluar dari kandangnya. Jangan lupakan suaranya yang menggelegar, membuat dua orang di bawah sana berjengit kaget.

"kata-katamu begitu romantic, Siwon-ah! Seperti sinetron yang sering ku tonton. Tapi ini sangat nyata dan menyentuh" ujar Hyuk Jae malu-malu.

"yak! are you crazy, boy?" PLAKK. Na'as bagi Lee Hyuk Jae. Karena tingkah bodohnya, ia mendapatkan jitakan tengah malam. "aiiishh!" Siwon bergidik ngeri memikirkan perkataan sahabatnya tadi. Sementara Lee Hyuk Jae mengusap sedih kepalanya.

"jadi kau tidak akan mengusirku kan, Siwon-ah?" Tanya Hyuk Jae kemudian. Dia memasang wajah terimutnya untuk pria pucat dihadapannya.

"singkirkan wajah menjijikkan itu, Hyuk! Atau kau mau aku cincang hidup-hidup dan kuberikan sebagai umpan phiranha di Amazon!" kecam Siwon. Ia memang sangat membenci wajah imut seperti yang ditunjukkan Lee Hyuk Jae tadi. Terlebih sahabatnya Lee Donghae dan Jung Yunho juga sering bermanja-manja padanya. Memikirkan itu saja sudah membuat mual pria pucat bersurai sehitam malam itu. Benar-benar tidak pantas, menurutnya.

"BIG NO!" pekik Hyuk Jae sambil melompat dari tempatnya. Ia berlari kocar-kacir keluar ruangan. Mencari tempat teraman dari jangkauan Paza gila itu. Oh ayolah Hyuk! Bahkan ia sudah ribuan tahun lebih dulu darimu tinggal di Clianta ini.

"apa mereka bertengkar lagi?" ujar pemuda yang tengah menata gelas di atas nampan.

"bukankah mereka memang the real tom and jery, Kyuhyun?" keduanya terkikik geli menyayangkan nasib seorang Lee Hyuk Jae yang berakhir mengenaskan di tangan Choi Siwon.

.

.

.

"biar ku bantu, sayang" ujar seorang pria tegap bertubuh atletis pada wanita paruh baya yang tetap cantik di usianya. Mereka tengah berjalan menuruni anak tangga burung besi yang beberapa jam lalu mengantarkannya ke tanah tirai bambu. Sang wanita agak menyipitkan matanya, sangat jarang ia merasakan silaunya matahari. "kepanasan, sayang?"

"tidak, Yun. Hanya sedikit silau. Kau tahu kan aku jarang merasakan sengatan matahari?" protes wanita itu ketika sang pria menutupi sebagian wajahnya dengan tangan. Selalu begini, prianya sangat overprotective padanya.

Matahari sangat terik hari ini. Tak heran banyak yang tersengat akan panasnya. Hari yang tenang berjalan di sebuah kota besar di daratan Cina. Setelah menempuh perjalanan puluhan jam, akhirnya Jung Yunho tiba di tanah kediaman sahabatnya, Dave Cliff. Kali ini ia tak sendiri. Ia membawa wanita kebanggaannya, Rose. Wanita yang membuat 60 tahun kehidupannya terasa berwarna. Bukan tak beralasan ia membawa wanita yang sebenarnya sudah tak bisa dibilang muda lagi. Dave sahabatnya, rindu sekali pada wanita anggun itu. Yah, memang sudah sangat lama keduanya tidak bertemu. Mengingat jarak yang memisahkan mereka juga sangat jauh. Lagipula memang sudah lama Paza satu ini tidak mengajak bepergian wanitanya. Ia cenderung melakukan perjalanan sendirian. Pria maskulin ini merasa bersalah pada wanitanya.

Rose, wanita yang tak lagi muda itu berjalan perlahan mengekori sosok tinggi tegap di depannya. Moza Fedora atau nama kecilnya, Jung Yunho, sengaja berjalan mendahului wanita itu karena hendak mengambil barang-barang mereka yang tersimpan di bagasi pesawat. Tak lama beberapa koper bermunculan dari ruang persegi dan bergulir anggun di atas elevate berjalan. Yunho mengambil dua buah koper yang disinyalir adalah miliknya dan wanitanya. Mengangkat benda-benda itu ke dalam troli, kemudian berjalan ke belakang menghampiri sosok yang menunggunya sejak tadi.

"kau lelah, sayang? Haruskah kita membeli sesuatu untuk mengganjal perut?" Yunho meraih telapak tangan yang masih dirasa halus itu.

"Dave pasti sudah menunggu kita, Yun. Sebaiknya nanti saja" jawab wanita itu lembut. Meskipun usianya tak lagi muda, wanita paruh baya ini tetap memancarkan pesonanya yang lembut dan menenangkan.

"tapi wanitaku tak bisa menunggu" Chu! Bibir hati pria tinggi tegap itu menyentuh punggung tangan wanitanya. Membuat si empunya tangan tersipu malu. Tak bisa dipungkiri, meski telah 60 tahun hidup bersama pria tangguh ini, ia masih saja berdebar dan tersipu malu kala sang pria memperlakukannya bak seorang putri.

"hentikan Yun! Kau seperti pecinta bibi-bibi tua!"

"hahahah!" candaan Rose membuat tawa Moza meledak. Ia tidak peduli dengan pandangan sekitar. Sudah lama ia tidak dibuat terpingkal oleh mulut pedas wanitanya.

"baiklah-baiklah, tuan putri. Sekarang kita temui pria manja itu. Dia pasti sudah tak sabar bertemu denganmu" ujar Moza kemudian, setelah ia berhasil meredakan tawanya tentunya. Moza dan Rose berjalan beriringan menyusuri koridor yang akan membawa mereka ke ruang tunggu penumpang.

"Rose!" pekik seorang pria tampan dengan tubuh berotot indah. Ia berlari semangat menyongsong dua orang yang baru saja keluar dari pintu tiga. "gadisku!" ujarnya lagi ketika berhasil merengkuh sang wanita. Diangkatnya sedikit, dan diputar-putarnya pelan tubuh ringkih itu.

"Dave! Turunkan aku! Aku bukan anak kecil lagi!" wanita paruh baya itu nampaknya sedikit bersungut akan perlakuan yang diterimanya dari pria bak pangeran ini.

"hentikan, Dave! Kau bisa membuat Rose pusing! Dia belum makan dari tadi!" sosok satunya, yang tak lain adalah Moza Fedora memperingatkan.

"benarkah? Yakk beruang! Apa saja kerjamu sampai kau tak memberinya makan?" sengit Dave sambil menurunkan wanita itu dari gendongannya. "tenang sayang, di sini kau tak akan kelaparan. Ada aku yang akan selalu menjagamu dengat sangat baik" ujarnya lagi. Kali ini sangat lembut, karena ia menujukannya pada wanita di depannya.

Ck! Dasar ikan amis bodoh! Mana mungkin aku tak mengurus Rose dengan baik. Bahkan dunia ini pun akan ku beli hanya untuk membahagiakannya. Batin Moza. Ia berdecak sebal akan pemikiran polos sahabatnya. Terlalu polos, mendekati bodoh mungkin.

"yaakk beruang mesum! Sampai kapan kau mau berdiri di sana? Cepat, Ce Ling sudah menunggu kita di rumah!" pekik Lee Donghae membuyarkan lamunan pria atletis itu. Lee Donghae sudah beberapa meter mendahuluinya bersama Rose.

.

.

Sebuah Audy hitam terparkir di pekarangan rumah milik pengusaha kertas terbesar di Cina. Siapa lagi kalau bukan Lee Donghae. Pengusaha kaya yang selalu terlihat muda dan menawan. Ce Ling yang notabennya adalah seorang aktris kebanggaan Guangzhou pun harus jungkir balik mempertahankan suaminya itu dari godaan wanita-wanita tak tahu diri. Yah, sebenarnya ia sangat yakin akan cinta Donghae padanya. Tapi tetap saja, ia tak tahan melihat lirikan lapar dari wanita-wanita yang ingin merayu suaminya.

"sayang, lihat siapa yang datang!" oh ternyata pria menawan ini sangat suka berteriak. Mungkin karena tertular kebiasaan si Paza angkuh dari negeri Cichester.

Dari dalam rumah, keluarlah sosok cantik yang begitu dicintai Donghae. Ia tersenyum pada suaminya, kemudian pada dua orang yang ada di belakang suaminya.

"kenalkan ini Rose. Dan sayang, satunya kau pasti sudah tahu" ujar pria itu lagi. Ce Ling menyalami keduanya. Ia sangat terpesona akan semua kesempurnaan yang melekat pada diri Moza Fedora. Pria itu tak pantas berada di dunia fana. Ia terlalu sulit untuk dideskripsikan. Seolah semua yang ada pada dirinya adalah mahakarya Tuhan. Satunya, adalah seorang wanita paruh baya. Ah, mungkin lebih dari paruh baya. Wanita itu nampaknya sudah lewat setengah abad, tapi wajahnya, Ce Ling akui tetap cantik dan menawan. Ketika wanita itu turut tersenyum menyalaminya, Ce Ling berharap ia akan menua seperti wanita di hadapannya. Karena melihat sang istri yang tak kunjung bicara, Lee Donghae mempersilahkan kedua tamunya untuk masuk terlebih dahulu.

Jadi dia wanita yang kau sebut kekasih Moza? Tanya Ce Ling tanpa bersuara pada suaminya.

Ya, bahkan aku dan Elden menyayanginya. Senyuman lembut itu berhasil membuat Ce Ling berdesir cemburu. Ia tak rela suaminya mengatakan suka terlebih sayang pada wanita lain. Sekalipun itu Rose, wanita yang sudah menua dimakan usia.

.

.

.

"APA?"

"pelankan suaramu, Jung!"

"ta- tapi, bagaimana bisa?"

"aku juga mengalaminya, Moza Fedora yang terhormat!"

"mereka-"

Dua orang pria terlibat dalam percakapan serius mengenai seorang Paza. Objek pembicaraan itu tak lain adalah Choi Siwon. Lee Donghae menumpahkan segala kegundahannya pada sahabat yang menurutnya paling dapat berpikir dingin itu. Tapi nampaknya kali ini tidak begitu. Moza meraup mukanya kasar, terlihat raut frustasi tertinggal di sana. Memang diakuinya, sejak awal melihat Elden dan sosok pucat yang menumpang hidup di Clianta itu, Moza melihat sahabat terkecilnya itu menaruh minat pada pemuda itu, begitupun sebaliknya. Namun kesalahan besar baginya, karena tak menyadari apalagi mengetahui bahwa terjadi sesuatu yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Lee Donghae, sejak beberapa menit lalu membeberkan sebuah fakta yang membuat hatinya berdesir. Pasalnya, sosok ringkih yang menurut Moza sangat manis dan periang itu, mengatakan bahwa ia dan Choi Siwon dapat menyelami pemikiran satu sama lain. Mengapa kedua pria ini frustasi jungkir balik? Karena, mereka yang dapat menyelami pemikiran satu sama lain adalah pasangan takdir. Jung Yunho pun awalnya tak mengerti istilah itu, hingga sekian menit lalu Donghae menjelaskan padanya.

"mereka diikat oleh takdir, Yun" lirih Donghae.

"a- aku masih tak bisa percaya ini. Terlalu mendadak, Dave!" pria tegap itu terbata, matanya nanar mencari objek ketenangan di langit sana. "bagaimana mungkin, Dave?!"

"tentu saja mungkin, Jung! Kau ingat ? anak itu pernah beberapa kali menceritakan pada kita bahwa ia melihat sosok wanita yang sama hampir di setiap era. Namun ia tak begitu jelas melihat wajah si wanita, hanya siluet yang sama. Kurasa itu Kyuhyun, Yun!"

"mustahil! Kyuhyun hanya manusia biasa, dan jangan lupakan dia lelaki, Dave! Kau jangan lupakan bentuk fisiknya, meskipun harus kuakui ia terlalu manis untuk ukuran pria. Oh hell, bahkan ia lemah dan membutuhkan perlindungan kita!"

"bukan kah sudah ku katakan, kata 'wanita' hanya menurut pendapat Siwon karena dia selalu melihat sosok itu sekilas di setiap era-nya"

"tap- tapi tak mungkin ia bereinkarnasi kan?"

"Yun. Coba kau pikir kenapa ia butuh perlindungan? Kenapa tiga pusaka Bangsa Orela tertuju padanya? Kenapa iblis-iblis itu sampai berani mengusik ketenangan Clianta?"

Moza Fedora. Paza yang sedari tadi mencoba menampik semua kemungkinan terburuk kini terduduk lemas di sanggahan jendela. Benar. Apa yang dikatakan Donghae semua benar. "apa-, apa yang akan terjadi jika mereka bersatu, Dave?"

"mereka-" pria yang panggil Dave tadi menggantungkan kalimatnya. Bukan bermaksud mengundur waktu, tapi ia sendiri juga butuh kekuatan besar untuk mengucapkannya. "harusnya mereka tak boleh bersatu. Kau tahu Kyuhyun hanya manusia biasa. Kau bisa merasakan sendiri auranya. Sedang Elden adalah Paza Vesnica. Tentunya kita tahu betul apa larangan utama menjadi seorang Paza kan, Jung?! Menikah dengan manusia akan membuat kita lebur. Oh! Beruntungnya diriku, Dia Yang Maha Menguasai Malam memberiku tenggat waktu 20 tahun untuk mengahbiskan sisa hidupku bersama Ce Ling. Bahkan kau sendiri tidak berani menyatakan cintamu pada Rose. Perasaanmu hanya kau tunjukkan dengan perbuatan!"

"El- kenapa.." lirih Moza. Ia tahu kedepannya akan sangat berat untuk mereka.

"harusnya aku menyadarinya lebih dulu. Tentang perubahan sikap anak itu. Ia menjadi lebih hidup kini. Bocah pucat itu memberikan banyak pengaruh baik padanya. Sekaligus pengaruh buruk."

"Kyuhyun tidak bersalah, Dave!"

"ia memang tidak bersalah! Tapi takdir mereka lah yang salah. Kenapa harus kedua anak itu yang terikat benang merah? Oh demi apa pun, Yun! Mereka sepenggalah!" erang Donghae.

"aku tidak ingin El dalam bahaya, Dave! Tidak!" Moza menggeleng frustasi. Semua orang di kalangannya tahu bahwa pria maskulin ini sangat menyayangi Paza angkuh itu. Dialah sosok pertama yang menyambut kebangkitan Choi Siwon dari kematian. Dia jugalah tempat Siwon mengumpat hanya untuk sekedar melepas penat. Rumahnya jualah tempat Siwon selalu kembali ketika ia kehilangan arah. Punggungnyalah tempat Paza itu bersembunyi ketika terlibat pertengkaran dengan Lee Donghae. Meski Paza terkecil itu tak pernah benar-benar membuka diri padanya, ia tahu Paza angkuh itu sebenarnya pria yang berhati lembut dan rapuh. Jauh di balik sikap angkuh dan egoisnya.

"kau pikir aku mau? Tapi kita bisa berbuat apa? Kita tak punya hak melawan takdir, Jung!"

Keduanya terdiam. Tenggelam dalam kekalutan masing-masing. Di satu sisi mereka turut bergembira karena Elden Eldson menemukan kembali hidupnya, tetapi di sisi lain, mereka takut pria itu akan terjebak dalam cintanya sendiri. Memilih hidup bersama pasangan takdirnya, dan lebur. Sungguh dua pria dengan kadar ketampanan di atas rata-rata ini tak menginginkan hal itu terjadi. Lama mereka terdiam, hingga salah satu di antaranya bersuara.

"El berhak tahu hal ini." Donghae memandang tak percaya pada sahabatnya. "biar dia yang memutuskan sendiri jalan hidup yang dipilihnya, Dave. Aku yakin El bukan pemuda yang serampangan dalam memilih tujuan hidup. Aku percaya apapun keputusannya."

Hati Lee Donghae mencelos. Haruskah? Tak bisakah ia menyimpan ini bersama Yunho saja? Ia sangat tidak siap melihat adik terkecilnya memandangnya dengan tatapan luka. Seperti ribuan tahun silam. Ketika cintanya dikhianati. "ya. Segera sebisa kita" ucapnya lemah.

.

.

it's not to be continue gaes,..

just..

.

.

sampai jumpa di chapter selanjutnya ^^

ditunggu reviu dan comment nya

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
junne7 #1
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
junne7 #2
Chapter 19: Semangat ya thor...pembaca baru nih
indira407
#3
Chapter 3: Hhaaa... Dr aq jaman SMA epep ini aq baca. Smpai skarang anak 1 maah jgaa suka baca ini epep. Hahaha
Cynthiagrace #4
Chapter 23: Daebaaaaak author-nim. maaf baru ninggalin jejak di part terakhir. soalnya seru bgt si jd penasaran pingin tau lanjutan nya. terim kasih udah bikin cerita yg unik n menarik ini. semoga author nim tetap menulis kisah2 wonkyu, mengingat byk penulis lain yg berubh haluan ataupun nyerah di tengah jalan...hehehe. ok, last but not least...sekali lagi thank u
novemberist #5
Chapter 1: Author, boleh copast jalan ceritanya buat di remake gak? mau bikin pair member Exo...Boleh gak Thor?
Gammeiwatari #6
Chapter 23: Bagus banget author-nim !!! .. ceritanya nga pasaran ... gaya penulisannya juga rapih .. bahasa yang digunakan juga halus .. totally aku suka banget sama ceritanya .. alurnya keren .. detailnya juga dapet banget !! Thank you for this amazing story .. nulis fantasy story itu nga gampang .. tapi author-nim bener bener berhasil menulia dengan luar biasaaaa
choianakyu #7
Chapter 23: ceritanya keren thor. bikin penasaran. walaupun baca sampai mata pedes. kekasih sepenggalah kapan di lanjut ..
meeKayla #8
Chapter 23: yaah bnr2 happy end.
donghae juga baik2 aja.
kyu juga ternodanya cuma ama siwon.
ditunggu ff wonkyu nya yang lain ya #ngarep.
suka bgt genre action romance bgni.
btw ternyta siwon dulunya jatuh cinta ma istri orang
kyuniiee88 #9
Chapter 23: Yeeaahhh happy ending ^^

Ditunggu next ff nya author^^
Guixian98 #10
Chapter 23: wohooooo happy end!!
hmm, ntah kenapa pas di akhir itu kok aku berasa kayak baca 'kekasih sepenggalah' ya.. wqwq
karna serius, sifat siwon yang suka ngatain kyu sama kyu yang lamban tuh sifat mereka di 'kekasih sepenggalah' banget wakakak
syukur deh ini happy end ya. gak nyangka bgt endingnya begini. padahal uda mikir yang gak2 soal hubungan wonkyu. di tunggu cerita selanjutnya~