►01

I'm your Byun!
Please log in to read the full chapter

|Kediaman Byun

 

Pagi yang cerah dan bersahabat, bertarung dengan mendung dan petir yang dibawa oleh Baekhyun. Dan hari ini mungkin pertarungan sengit akan dimulai.

Baekhyun keluar dari kamarnya dan bersiap-siap pergi. Sejenak, ia berdiri mematung dari depan pintu kamarnya di lantai atas. Mata gelapnya yang tajam menyisir ke segala sisi rumahnya, menatap satu persatu orang di bawahnya dengan lekat. Beberapa detik kemudian, badannya berbalik ke arah kanannya dan mulai berjalan menuruni tangga. Sempat terdengar sesaat, suara hembusan napas lega yang keluar dari mulut kerumunan orang yang ditatap Baekhyun tadi. Mereka berhembus pelan, lega akhirnya tatapan itu baralih dari mereka. Kaki Baekhyun terkayuh cepat dan menimbulkan suara gemuruh. Tidak membebaskan semua kelegaan yang masih terkubur di dada kumpulan orang-orang tadi. Mereka masih gelisah.

Pasalnya, Baekhyun membawa mendung dan petir. Ungkapan yang menakutkan untuk mereka -para pelayan di rumah Baekhyun.

Baekhyun marah besar hari ini.

Tak lama setelah Baekhyun keluar dari kamarnya, menatap para pelayannya dan melangkah menuruni tangga, Baekhyun kini berdiri di ambang pintu rumahnya dengan beberapa pelayannya yang masih berdiri kaku di belakang tubuhnya. Mereka sadar, ada sesuatu yang mengganggu majikannya kali ini -lagi.

“Ku tanya sekali lagi!” ucap Baekhyun sedikit keras pagi itu. Pelayannya hanya bisa bergidik ketakutan. Entah apa yang harus keluar dari mulut mereka, tanpa mendapat cacian dari Baekhyun.

“Siapa yang mengusir tamuku kemarin, huh?” Baekhyun kembali diam dan menatap para pelayannya. “Kenapa tidak menjawab! Kalian semua ingin-” perkataan Baekhyun tiba-tiba berhenti. Pelayannya yang semula menunduk dalam, sedikit demi sedikit terangkat untuk mengintip majikannya. Ya, majikannya tiba-tiba berhenti bicara dan membuat mereka gelisah dan sedikit penasaran.

Baekhyun saat berbicara tadi tiba-tiba menghentikan ucapannya dan menaruh titik pandangnya ke satu arah, fokus pada satu orang di barisan belakang. Orang yang ditatap Baekhyun menurunkan tangannya yang dia angkat tadi, yang membuat mulut Baekhyun berhenti berbicara. Pelayannya yang satu itu menunduk takut mendapati dirinya menarik perhatian teman-teman pelayannya yang lain dan ditambah Baekhyun yang menghujamnya dengan tatapan membunuh.

“Jadi kau? Kau orang yang tidak memperbolehkan tamuku masuk, hm?” Baekhyun kembali berbicara, kali ini dengan suara lebih kecil dan pelan daripada tadi. Bukannya Baekhyun membuat pelayan-pelayannya lega karena suaranya tidak lagi bergema di telinga mereka, tapi justru membuat mereka makin gemetar. Suara Baekhyun pelan tapi menakutkan dan membuat mereka tetap menunduk di hadapan sang majikan.

“Menjawablah nona..” jeda, “Kau tentu tidak mau membuatku berbicara sendirikan?” Dan Baekhyun melanjutkan. “Karena aku-” “Maafkan dia Tuan, dia anak baru.” Baekhyun kembali terusik dan ucapannya kembali terpotong. Sontak semua pandangan kembali beralih ke suara yang baru saja terdengar. “Oh yeah? Dan haruskah aku tahu itu?.. Tentu aku tahu! Huh. Aku akan memaafkan orang yang meminta maaf, bukan begitu?, Dan berhenti memotong ucapanku!” desis Baekhyun geram dengan penekanan di kalimat terakhirnya. Matanya kembali menatap orang-orang di hadapannya. Satu detik, dua detik, dan mata Baekhyun kembali tertuju kepada gadis yang menjadi tersangka pertamanya pagi itu.

“Dan kau nona!” gadis tadi mendongak dan menatap Baekhyun. Mencoba memberanikan diri menerima hukuman atas apa yang ia telah perbuat. Tapi ketakutan tetap menyelimutinya. Tatapan tajam Baekhyun saat marah benar-benar menyiksa.

“Bedakan orang-orang penting yang mencariku dan orang biasa yang hanya ingin melihatku. Apa kepala pelayan tidak mengajarimu dengan baik, hm? Ck, karena ini pertama kalinya, kau kubiarkan bebas dan melanjutkan pekerjaanmu.” Baekhyun kembali berbicara padanya. Baekhyun juga manusia dan punya hati, tidak mungkin dia menghukum pelayan barunya yang masih harus menyesuaikan diri. Ia juga laki-laki yang masih tahu batas-batas, sebisa mungkin menahan amarahnya dan berbicara pelan pada seorang gadis yang ia hadapi.

“Maaf Tuan..” adalah kata terakhir yang Baekhyun dengar sebelum melangkah dari tempatnya berdiri. Ia tidak ingin memperpanjang argumennya lagi. Banyak yang harus ia kerjakan.

Akan menjadi hari yang melelahkan untuk orang-orang di sekitar Baekhyun hari ini -terutama yang akan berurusan dengannya. Pelayan-pelayan Baekhyun tadi hanya berharap, semoga yang mereka terima hari ini hanya tatapan dingin nan tajam dari Baekhyun pagi tadi dan beberapa perintah nantinya. Tanpa mengundang lebih banyak petir yang dibawa Baekhyun atau sebut saja murka dari Baekhyun. Mereka tentu tidak mau.

“Cepat Mr. Lee, aku bisa terlambat.” Dan dengan begitu sopirnya langsung berlari kecil menuju mobil dan memposisikan dirinya untuk menyetir. Salah satu dari mereka membuka pintu belakang mobil untuk Baekhyun, majikan yang harus hati-hati mereka hadapi hari ini. Sebelumnya, seluruh pelayannya yang ikut menyaksikan pidato singkatnya tadi membungkuk hormat pada Baekhyun dan ia membalasnya dengan anggukan dan berakhir duduk tenang.

Byun Baekhyun, Tuan muda mereka yang penuh kejutan. Baik tapi galak. Seperti semut yang berjalan tenang, tapi jika diganggu akan menggigit. Itu mengapa Baekhyun harus diwaspadai. Moodnya berubah tanpa diprediksi. Tidak seperti tsunami yang diprediksi bisa saja datang setelah air laut surut dan gempa bumi hebat. Prediksi untuk Baekhyun harus lebih akurat. Semua tanda-tanda datang bersamaan. Bisa dibilang air laut yang surut dan gempa bumi hebat tadi datang bersamaan dengan tsunaminya. Atau justru tanpa tanda-tanda, Baekhyun kadang tiba-tiba marah tanpa orang tahu apa alasannya. Tentu mengejutkan.

--

Baekhyun masih bersekolah. Tingkat terakhir sebelum menuju gerbang kuliah.

Dan sekarang Baekhyun menuju ke sekolahnya. Duduk di kursi belakang mobilnya dan hanya sibuk memandangi gedung-gedung di kota tempatnya tinggal, ikut berjalan semu berlawanan arah dari posisinya sekarang. Mobilnya bergerak cepat namun tetap tenang. Sopir yang bekerja untuk mengantarnya ke sekolah itu tentu ahli mengendalikan mobil dan tetap membuat majikannya duduk tenang meskipun waktu menipis dan tetap berjalan tanpa menunggu mereka. Sebisa mungkin Baekhyun cepat sampai di sekolah kalau tidak, mood Baekhyun bisa memburuk dan dia akan bergemuruh lagi. Yeah, memang perumpamaan yang aneh. Siapa peduli.

<
Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet