Chapter 7 (Final Chapter)

Gloomy Winter Wish

Awal minggu yang buruk bagi Taehyung. Bagaimana tidak, izin praktek dokternya dicabut sementara. Sebelum dia dinyatakan tidak bersalah, dokter muda itu tidak diizinkan memeriksa pasien—apalagi melakukan operasi.

Sudah lama sejak penangkapan Taehyung di rumah sakit, juga Yui yang tiba-tiba ikun andil dalam kasus tersebut, Kim sama sekali tidak berkontak dengan sepasang kekasih itu. Kepercayaan yang Kim berikan kepada orang yang dianggap sebagai satu-satunya sahabat terbaik di dunia ini retak. Guru muda itu mengombang-ambingkan perasaan Kim. Bagaimana mungkin dia ikut serta dalam pembunuhan mantan suaminya? Ia bahkan yang mengeluarkan Kim dari lubang kesengsaraan, dan sekuat tenaga tidak mengingatkannya pada Seok Jin.

Aku siap dihukum jika memang aku bersalah. Kalimat yang Yui lontarkan beberapa waktu silam terus berputar di kepala Kim. Dia tidak mungkin senekat itu memenjarakan dirinya. Tapia da pepatah yang mengatakan huku bisa dibeli, Kim jadi sedikit khawatir kalau Yui memang benar tidak bersalah.

“Kau yakin tidak ingin menemui mereka? Hari ini rumah Taehyung diperiksa polisi.” Yoongi menyesap cappuccino-nya. Melihat lawan bicara tidak merespon, ia melanjutkan. “Penulis Choi?”

Kim tersentak. “Ya?”

Yoongi membuang napas pendek. “Apa aku harus selalu menggoyangkan tanganku di depan wajahmu, agar kau menghilangkan kebiasaan melamunmu itu?”

“Ah… tidak begitu,”

“Baiklah. Samapai di mana pembicaraan kita tadi—oh, Taehyung. Rumahnya diperiksa polisi.”

“Apa?”

“Kubilang hari ini rumah Taehyung diperiksa polisi.”

“Untuk apa?”

Yoongi mengangkat bahu. “Entah, mungkin untuk mencari petunjuk.”

Gadis itu mengangkat cangkir, lalu menyesap teh hijau di dalamnya. “Yoongi, apa kau punya pikiran yang sama denganku? Kalau ya, aku yang traktir hari ini.”

“Memangnya apa?”

“Menurutku, Taehyung dan Yoongi tidak bersalah.”

*

“Terimakasih, lain kali aku yang traktir.”

Kimberly hanya tersenyum sejenak sebelum membuka pintu dan keluar dari mobil—kemudian diikuti Yoongi. Gadis itu menghirup udara dalam-dalam sebelum melangkah beriringan masuk menuju gedung di depannya, kantor polisi.

Baru saja masuk, mata Kim sudah disuguhi pemandangan mengejutkan. Maniknya meyipit melihat seorang pria dengan topi hitam yang sedang duduk di sebuah bangku. Pria itu menyadari ada orang yang menatapnya, mata mereka bertemu sejenak lalu—pria itu lari ke dalam.

“Tunggu, Kim—“

“Anda mengenal orang itu?” Tanya seorang polisi, sepertinya pria tadi dijaga ketat dan tidak diizinkan bertemu sembarang orang.

Kim masih melihat ke mana arah pria itu berlari sambil menjawab, “Ya, dia teman satu SMA-ku dulu, Kim Myung Soo—oh, Polisi Kim Namjoon?”

Namjoon mengerti kekagetan Kim tentang kehadirannya yang secara tiba-tiba, tapi ia lebih kaget dengan jawab Kim tadi. “Kim Myung Soo? Kau tidak salah?”

Pandangan Kim beralih pada Namjoon. “Tentu saja, aku tidak katarak.”

“Tunggu sebentar.” Polisi itu berjalan ke mejanya dan mengambil selembar foto. “Orang ini?”

“Ya, dia Kim Myung Soo. Tunggu, kenapa dia ada di sini? Dan kenapa dia lari saat melihatku, kemarin kemarin juga begitu saat aku bertemu dengannya di toko buku.”

“Toko buku?”

Kim mengangguk.

“Nona Choi, Apakah Anda bersedia menjadi saksi? Kebetulan Anda sendiri adalah istri mendiang Direktur Kim Seok Jin.” Pertanyaan Namjoon yang tiba-tiba itu membuat Kim dan Yoongi tersentak.

“Apa? Tapi Kenapa?!” Tanya Yoongi, seraya tidak rela Kim akan terseret dalam kasus pembunuhan itu.

Napas Namjoon terbuang panjang. “Ikut aku.” Ucapnya sambil berlalu ke sebuah ruangan, diikuti Kim dan Yoongi.

“Tunggu, kau siapa?” Tanya Namjoon pada Yoongi.

Kim merasa tidak sembarang orang bisa mengetahui pembicaraannya dengan Namjoon nanti. Kemudian dengan spontan ia berkata, “Dia pacarku.”

“Baiklah, kau boleh ikut.”

Selebriti itu tidak langsung ikut duduk dan bergabung dengan mereka. Jawaban Kim tadi membuat dada Yoongi berdebar tanpa alasan yang jelas.

Namjoon mengeluarkan beberapa lembar ketas dari sebuah map, lalu memberikannya kepada Kim. Betapa terkejutnya gadis itu melihat data-data yang Namjoon kumpulkan.

“Itu yang aku dapatkan setelah memeriksa rumah Taehyung pagi tadi. Yang membingungkan, Ibunya bilang mereka memang punya tiga anak laki-laki. Tapi anak pertamanya sudah hilang sebelum anak kedua lahir. Ibunya mengira Kim Tae Soo—anak pertamanya, sudah meninggal dunia.”

“Kim Tae Soo… tidak mungkin. Tidak-mungkin. Aku yakin yang aku lihat tadi adalah Kim Myung Soo.” Ujar Kim tak percaya saat melihat foto Myungsoo sebagai tersangka yang bernama Kim Tae Soo.  “Polisi Kim, Anda bisa menanyakan ini kepada Shin Yui. Myungsoo itu cinta pertamanya.

Leher Namjoon tercekat. “Myungsoo?! Maksudku—orang ini, yang kusebut Kim Tae Soo, dia cinta pertama Shin Yui?!”

Kim Mengangguk.

“Ada kemungkinan Kim Myung Soo menyamar jadi Kim Tae Soo. Tapi apa hubungannya dia dengan Kim Tae Soo kalau anak itu sudah hilang bahkan sebelum Taehyung lahir?” Sambung Yoongi yang ikut-ikut menyimpulkan.

Ketiganya hening. Larut dalam pikiran masing-masing.

Bingo!” Seru Namjoon tiba-tiba, membuat dua manusia di depannya kaget. “Jadi, itu alasan dia selama ini menolak untuk bertemu Shin Yui dan Kim Taehyung? Karena dia cinta pertama gadis itu. Ah… aku mengerti sekarang.” Ia tersenyum bangga, lalu menghubungi seseorang dengan ponselnya.

“Kim Taehyung, datang ke kantorku sekarang. Aku ingin bicara.”

*

Dada Taehyung sesak. Ia tidak sendiri, Yui di sebalahnya juga merasakan hal yang sama. Kaget. Tidak percaya. Bingung. Dan sakit.

“Lalu bagaimana dengan tes sidik jari itu? Hasilnya Kim Tae Soo, bukan Myungsoo.”

“Aku sudah bertanya, ternyata Kim Myung Soo mengubah namanya menjadi Kim Tae Soo sejak setahun yang lalu. Entah, mereka tidak mau menyebutkan alasannya mengapa dia mengganti nama.” Jelas Namjoon. “Nona Choi bersedia menjadi saksi kalau memang dibutuhkan.”

“Kimberly Choi?” Tanya Yui memastikan.

Namjoon mengangguk.

Gadis itu bernapas lega. “Aku tahu dia percaya padaku.”

“Bagus, kita bisa sidang lusa. Aku sudah menghubungi pengacara Park, dia bisa melakukan yang terbaik.”

*

Hari-H sidang. Semua orang gugup, termasuk orang tua Kimberly yang datang bersama Yoongi untuk melihat Kim bersaksi. Masing-masing dari Taehyung dan Yui merasa sangat kaget melihat Kim Myungsoo benar-benar berdiri bersama mereka di ruang sidang. Terlebih Yui, mengingat Myungsoo adalah masa lalunya. Sekretaris Jung datang— dengan kursi roda—sebagai satu-satunya korban kecelakaan yang masuk hidup. 

Sidang dimulai. Pertarungan sengit antara jaksa dan pengacara korban berlangsung sengit. Yang menarik di sini adalah, biasanya korban akan menang dan tersangka akan kalah, atau sebaliknya. Tapi dalam sidang kali ini, pengacara dari tersangka Kim Taehyung malah membawa masalah baru yaitu: tersangka Kim Myung Soo mengkambinghitamkan Kim Taehyung sebagai tersangka lain, dan tersangka Shin Yui tidak bersalah.

Suasana semakin memanas. Akhirnya hakim memberi waktu jeda selama satu jam.

*

“Kim Myungsoo!”

Pria itu menoleh, tapi tidak bisa lari seperti kejadian yang telah berlalu. Kali ini ia tetap duduk di tempatnya.

“Kau masih mengingatku?”

Myungsoo menatap gadis itu dengan tatapan tajam membunuh. Tapi sayang yang ditatapnya tidak takut sama sekali. “Kimberly Choi. Gadis cerewet yang selalu menyendiri. Menjadi pemeran utama sebagai putri di perpisahan sekolah—bersama Taehyung sebagai ang buruk rupa. Berteman baik dengan empat orang sekawan, tapi hanya Shin Yui yang dianggapmu setia.”

Gadis itu tertawa kecil. Meski disaat seperti ini, Myungsoo masih bisa melawak. Ia senang Myungsoo masih mengingatnya dengan baik. “Kau mau berbagi cerita denganku?”

“Apa?”

“Kau ingat Yoongi? Yang dulu menyanyi dan menjadi panitia drama perpisahan. Aku tidak percaya wajahnya berubah begitu banyak. Kami bertemu lagi beberapa bulan yang lalu. Takdir yang mengesankan, bukan?” Kimberly langsung saja nyerocos tanpa memedulikan Myungsoo akan memberinya izin untuk berceloteh atau tidak. Tapi sepertinya pria itu tidak keberatan.

Myungsoo mengangguk. “Tapi sepertinya dia tidak mengingatku. Aku tidak sering bertemu dengannya dulu. Oh, dia jadi artis. Dan kau?”

“Penulis.” Kim tersenyum. “Aku menjadi penulis. Sama seperti yang aku impian dari dulu.”

“Ah, aku membaca novelmu. Waktu itu di toko buku.”

Kening Kim mengeriyit. “Waktu itu, kenapa kau lari saat melihatku? Juga di kantor polisi. Kau tahu, setelah aku menceritakannya pada Yui bahwa aku bertemu denganmu di toko buku, dia benar-benar terkejut dan sangat penasaran dengan ceritaku.”

Myungsoo membuang napas panjang, lalu menyandarkan punggungnya. “Aku cemburu.” Jeda sejenak. “Memang kedengarannya sangat kekanaan. Tapi aku cemburu dengan Taehyung. Kau tahu, Taehyung menyukaimu sejak kalian terlibat dalam drama itu.”

“Apa?”

Pria itu tersenyum, paham akan keterkejutan sang gadis. “Kau tidak tahu? Gosip itu—mungkin bukan gosip karena memang benar, sudah beredar dan hampir semua siswa tahu. Tapi sayang kita sudah dalam tahap akhir, lalu semuanya berpisah. Jadi itu tidak terlalu heboh.”

“Yui juga tahu?”

Myungsoo mengangguk.

Sejenak, Kim tenggelam dalam pikirannya. Mungkin kalian berdua berbicara tentang hal yang tidak aku tahu. Kalimat itu, sekarang Kim mengerti kiranya Yui mengucapkan kalimat itu. Terbesit rasa bersalah dalam hatinya, selama ini ia benar-benar tidak tahu Taehyung pernah menyukainya ketika ia tahu dari dulu Yui menyukainya—mereka sudah bersahabat sejak kecil.

“Tapi Taehyung mengidap Hypopituitarism. Itu sindrom dimana seseorang tidak bisa merasakan cinta—setidaknya rasa suka terhapa lawan jenis.” Kenang Kim terhadap masa lalu Taehyung.

Myungsoo mengangkat bahunya. “Entah. Waktu itu dia hanya bilang kalau dia menyukaimu. Selebihnya aku tidak pernah berhubungan lagi dengannya.”

“Oh, kau pernah dekat dengan Taehyung? Itu sebabnya kau tahu dia punya kakak laki-laki yang bahkan dia sendiri tidak tahu?” Simpul Kim.

Myungsoo mengangguk.

“Lalu kenapa kau mengganti namamu? Kenapa kau menarik Taehyung dalam kasus ini, dia tidak bersalah, kan? Satu lagi, tadi kau bilang kau cemburu. Cemburu tentang apa?”

Segaris senyum tersungging pada bibir Myungsoo. “Sengaja.” Ia berhenti sejenak untuk menarik napas. “Aku menyukai Yui sejak sekolah menengah pertama. Kami berteman sangat baik, hingga gadis itu mengatakan bahwa aku adalah cinta pertamanya. Kukira hari itu adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidupku karena gadis yang aku suka menyatakan perasaannya padaku.

Kami menjalin hubungan kurang lebih satu tahun, lalu bertengkar saat kelas sebelas hanya karena perdebatan kecil. Saat itu kami saling menjauh. Hingga kudengar Yui menyukai Kim Taehyung, lelaki aneh yang benar-benar idiot. Saat itu aku berniat mendekati Taehyung untuk melihat apa kelebihannya dariku hingga bisa merebut perhatian Yui.

Aku mencari cara untuk balas dendam—pada Taehyung karena cemburu. Sungguh, aku menyesal telah membiarkan Yui pergi. Tapi aku tidak pernah dapat kesempatan bahkan sampai lulus. Hingga aku mendengar dia jadi dokter, Yui menjadi guru, dan kau akan menikah dengan seorang direktur bank…..”

Kim menelan salivanya. Ia sudah siap dengan segala perkiraan negative dalam pikirannya yang mungkin akan terwujud oleh ucapan Myungsoo.

“… kukira itu waktu yang terbaik untuk balas dendam pada Taehyung. Aku mengganti namaku menjadi Kim Tae Soo, setelah tau Tae Soo adalah kakak Taehyung yang hilang dan meninggal. Aku sengaja menabrak mobil Direktur Kim, dan menyeret Taehyung dalam kasus ini. Kukira aku akan bebas dan Taehyung dipenjara. Tapi ternyata detektif sialan itu berhasil mencium jejakku.”

Cerita Myungsoo yang panjang lebar memunculkan banyak reaksi pada Kimberly. Gadis itu takut, kaget, tidak percaya, dan lemas tiba-tiba mendengar pelaku pembunuh mantan suaminya yang mengaku secara terang-terangan di hadapannya.

“Jadi, Taehyung dan Yui tidak bersalah sama sekali? Mungkinkah… kau pegawai baru Seokjin oppa yang membuat keributan di hari pernikahan kami?”

Myungsoo mengangguk pelan. Seperti dihipnotis, ia mengakui segalanya di depan Kim.

“Myungsoo, apa kau siap untuk kalah di sidang nanti?”

“Apa?”

*

Pertarungan sengit dalam ruang sidang kembali berlangsung.  Saat Kimberly dimintai keterangan sebagai saksi oleh hakim, ia diam sejenak. Beberapa butir air mata menetes di pipinya.

“Tuan Hakim, Saya punya bukti yang kuat untuk menyatakan saudara Kim Taehyung dan Shin Yui tidak bersalah, dan hanya Kim Myungsoo—maksudku Kim Taesoo yang bersalah.”

Sontak saja semua orang terlihat kaget. Terlebih Myungsoo.

“Silahkan.” Ujar sang hakim.

Kim mengeluarkan ponsel dari sakunya. Mata Myungsoo terbelalak begitu mendengar suaranya terekam dalam ponsel Kim. Jadi selama pembicaraan mereka tadi, gadis itu merekam semuanya. Rekaman selama kurang lebih empat puluh lima menit itu mengagetkan semua orang di ruang sidang. Bagian tentang Taehyung yang pernah menyukai Kimberly, lebih mengagetkan untuk beberapa pihak—Taehyung, Yui, dan Yoongi. Taehyung sendiri tidak percaya Myungsoo juga akan mengatakan itu.

Jaksa yang membela Myungsoo terlihat marah kepadanya. Mungkin ia berkata, ‘Mengapa kau mengatakan semuanya kepada dia? Dia itu saksi yang membuktikan kau bersalah di sidang ini!’

Setelah perdebatan panjang, akhirnya hakim mengetuk palu tiga kali dan menyatakan hanya Kim Myungsoo yang bersalah. Ia dituntut oleh tiga gugatan: pembunuhan berencana, pelanggaran lalu lintas, dan pencemaran nama baik.

Udara segar masuk menjadi napas lega dalam dada Kim. Ia menangis haru melihat Taehyung dan Yui yang akhirnya bebas dari kasus ini.

“Kau melakukannya dengan baik, Penulis Choi.” Suara Yoongi menggema pada telinga kanan Kim.

Tanpa aba-aba, gadis itu tiba-tiba memeluk Yoongi dengan spontan. “Min Yoongi, aku tidak ingat kalau kau yang waktu itu selalu memberiku minuman. Kita bertemu di atap untuk pertama kalinya, bukan?”

Yoongi yang masih kaget dengan posisi ini lantas mencoba bersikap sewajarnya. “Itu….”

Tapi kalimatnya terpotong oleh kedatangan orang tua Kim. “Yoongi-ssi, kami sangat berterimakasih padamu.” Ujar Ibu Kim ambil senyum.

Kim yang mendengar suara Ibunya tersentak kaget, lalu melepaskan pelukannya. “Ibu? Ayah? Kalian mengenal Yoongi? Aku tidak sadar kalian duduk bersama dan saling berbincang.”

“Yah, kami bertemu beberapa kali.” Tambah Ayahnya.

“Apa?”

Yoongi jadi kikuk sendiri, ia menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. “Eh, itu, eh—“

“Waktu itu kau melihat Yoongi di televisi, kau bilang suaranya bagus. Ibu kira kau menyukainya. Jadi Ibu bertemu dengannya dengan bantuan pemilik stasiun televisi itu yang kebetulan teman Ayahmu.” Jelas Ibunya.

“Kami meminta Yoongi untuk menolongmu move on dari Seokjin. Dia mau asal jadwalnya di televisi bisa dipermudah. Kami membuat kesepakatan. Beruntung, kau menerimanya dengan baik.” Sahut Ayahnya.

“Jadi kencan buta waktu itu… Ibu sengaja… dan Yoongi, kau sudah tahu….”

Mereka bertiga mengangguk mengiyakan semua pertanyaan Kim yang tidak berwujud pertanyaan.

Kim memandangi ketiga orang di depannya dengan tatapan tak percaya. Selama ini mereka menyimpan rencana itu dengan apik. Kali ini bukan rencana busuk seperti yang Myungsoo buat, melainkan sebuah rencana indah.

*

“Jadi, kau sudah tahu aku pernah menyukai Kimberly?”

Yui mengangguk, wajahnya datar. Sangat datar.

“Kau bilang kau menyukaiku setelah kau putus dengan Myungsoo?”

Gadis itu mengangguk lagi.

“Shin Yui, aku—aku benar-benar tidak tahu bagaimana situasinya. Mengapa aku bisa mengidap Hypopituitarism, tapi aku lupa pernah menyukai Kimberly. Kenapa aku tidak menyadari kita selalu bersama sejak kecil, dan aku baru tahu kalau aku ‘suka’ padamu jauh bertahun-tahun setelahnya, bahkan saat aku hampir menjadi mahasiswa abadi?” Taehyung bicara sediri. Sungguh, Yui pun tidak begitu menganggapi omongannya. Ia memilih sibuk membalik-balikkan halaman tabloid.

“Kenapa ya?” Tanya Taehyung sekali lagi, entah pada siapa.

“Kim Taehyung, kau ini berisik sekali.”

Kepala Taehyung miring sedikit, matanya menyipit menganggapi komentar Yui. “Kau… tidak cemburu? Tidak takut aku masih menyukai Kim—atau semacamnya?”

Yui menghela napas panjang, lalu menutup tabloidnya. “Kalau kau memang masih menyukai Kimberly, kau akan mencampakkanku dan berlari padanya. Tapi kau sudah terlalu jatuh padaku, Kim Taehyung.”

Diam. Taehyung tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah mendengar tanggapan kekasihnya. Ia hanya bisa tersenyum semanis mungkin sebagai balasan.

*

Mei, bulan terakhir menikmati indahnya musim semi. Sebentar lagi musim panas akan tiba. Orang-orang bersiap dengan liburan mereka. Musim yang paling dicintai sebagaian besar masyarata dunia yang menikmati empat musim dalam setahun itu dapat dipastikan akan menyenangkan untuk Kimberly.

“Kau sudah siap?” Tanya Yoongi yang bersandar pada mobilnya. “Yah, berapa banyak barang kau bawa?” Lanjutnya ketika melihat Kim menggeret koper besar.

“Tidak banyak,” Jawab Kim dengan napas ngos-ngosan. “Hanya beberapa pakaian, alat mandi, alat make up, alat….”

“Sudah kubilang, kau sudah cantik tanpa make up. Dan, oh please—kita tidak akan pindah rumah.” Kata Yoongi sambil memasukkan koper Kim ke dalam bagasi mobilnya.

Setelah berpamitan dengan orangtua Kim, mobil Yoongi melaju perlahan meninggalkan Seoul.

“Ngomong-ngomong, kenapa kau setuju dengan rencana orangtuaku?” Tanya disela-sela keheningan perjalanan mereka, sambil menikmati angin segar yang masuk melalui jendela mobil.

“Aku tidak mungkin menyetujuinya begitu saja kalau tidak ingat kau adalah Kimberly Choi, gadis yang suka menyendiri dan teriak-teriak tidak jelas di atap gedung sekolah.” Jawab Yoongi, pandangannya tidak lepas dari jalan raya.

“Tapi kenapa aku tidak mengingatmu, ya?”

“Ingatanmu kan buruk.” Gurau Yoongi.

“Ngomong-ngomong, ada yang bagus di sini.”

“Apa?”

“Musim dingin lalu, beberapa hari setelah kematian Seokjin oppa adalah hari ulang tahunku. Aku terlalu malas untuk merayakannya. Bahkan Yui tidak berhasil membujukku. Saat itu aku tersadar, aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Jadi aku berdo’a di tengah butiran salju yang turun.”

Yoongi diam, tidak berniat menyela cerita Kim.

“Saat itu aku berharap tidak akan terus terperangkap dalam lubang kesedihan itu. Aku berharap dapat bertemu cinta pertamaku yang aku sendiri lupa nama dan wajahnya.”

Yoongi menoleh sejenak, “Cinta pertama?”

“Lucu memang kedengarannya, berharap dalam keadaan suram seperti itu di tengah musim dingin.” Kim tertawa kecil. “Tapi harapanku benar-benar terkabul.”

Kali ini Yoongi kaget dengan ucapan Kim. Kalau boleh percaya diri, gadis itu sedang membicarakan dirinya.

“Min Yoongi, terimakasih telah datang. Sekarang aku benar-benar menyukaimu. Kau harapanku ditengah musim dingin yang kelam.”

Yoongi berhenti melajukan mobilnya. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Kimberly Choi, gadis itu baru saja bilang kalau ia adalah cinta pertamanya. Gadis itu berharap bisa bertemu dengannya lagi meski ia tidak mengingat wajah—bahkan namanya. Dan gadis itu juga baru saja menyatakan kalau ia benar-benar menyukai Yoongi.

“Hidup memang indah.” Ujar Yoongi setelah kembali menemukan suaranya.

Sejenak, mereka bertatapan dalam diam. Sama seperti beberapa tahun lalu saat Yoongi mengatakan bahwa ia menyukai Kimberly yang tersenyum kepadanya daripada Kimberly yang hanya tersenyum. Kemudian keduanya sama-sama tersnyum manis, lalu menundukkan kepala dengan semburat merah jambu pada pipi.

“Kimberly,” Jeda sejenak. “Aku tahu kau sudah pernah menikah. Kau adalah janda—yah walau pun hanya beberapa jam. Tapi bahkan jika kau sudah punya anak, hal itu tidak masalah bagiku.”

Kim yang bingung dengan kata-kata Yoongi hanya mengerutkan kening tidak mengerti. Perlahan, Yoongi mendekat. Semakin dekat dengan wajah Kim, hingga jarak diantara mereka semakin sempit. Jantung gadis itu berdebar hebat, ia menutup matanya. Tapi yang aneh adalah pria itu tidak segera melakukan apa yang ada di pikiran Kim hingga—

“Kimberly,”

Sontak saja Kim membuka mata, kemudian yang terjadi adalah Yoongi mengecup keningnya secara tiba-tiba hingga membuat tubuh gadis itu memanas. Sungguh, ini lebih manis dari yang Kim bayangkan.

“Kaget?” Tanya Yoongi setelah menyelesaikan kecupannya.

Gadis itu tertawa malu lalu membenamkan tubuh mungilnya dalam dekapan Yoongi. Yoongi membalas pelukan itu dengan hangat.

Saranghae, Min Yoongi.”

 

-end.

Terimakasih untuk siapapun yang sudah membaca FF ini :D
Tanpa kalian pun FF saya ini nothing /apalah/ hahahaha

Maaf ya jika banyak typo dan salah kata. Juga kalo misal jalan ceritanya tak sesuai yang diharapkan/? XD
Once again, thank you very much! You guys so amazing :)

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 7: wah ini udah berarhir aja...tapi lumayan gk nyangka lho tiba-tiba aja myungsoo muncul and jdi tersangka...dan satu lg aku gk pernah tau lho klo yoongi itu first lovenya kim^^ nice job authornim,,
luvelydream #2
Chapter 6: waaahh jadi siapa ini yang ngebunuhnyaaa >< kepo sama pembunuhnya nih author-nim >< haha
keyhobbs
#3
Chapter 6: Ahh....kok taehyung bisa ikut terlibat sih?? Dia cuman d fitnah aja kan ? :(
keyhobbs
#4
Chapter 4: Aku suka cara yoon gi manggil kim dengan sebutan "gadis prancis" hihi :)
hooneymoon #5
I think I'm going to enjoy this story. It looks well written and is great!
luvelydream #6
Chapter 3: wow penuh misteri banget ini ceritanya xD kirain ceritanya bakal terus mellow, soalnya dari awal nyesek banget T_T tapi ternyata ngga haha lanjutkan author-nim! ^^