Call Oppa

Call Oppa

Langit Seoul mulai berwarna jingga.Menandakan bahwa sang bulan akan menggantikan teriknya sang mentari.Seorang namja tampan  berpipi chubby berjalan di atas  rumput di lapangan bola.Latihan baru saja usai.Ia akan beranjak pulang.

                Namja tampan berpipi chubby itu mengedarkan pandangan ke seluruh lapangan.Mengecek bahwa sudah tidak ada orang di lapangan itu.Setelah yakin, ia mengunci gerbang dan menyimpan kuncinya di saku celana.

                “Kajja hyung,” ajak namja berambut pink disebelahnya.

                “Ne, kajja Luhan,” mereka berdua berjalan beriringan menuju gerbang sekolah.Sekolah sudah nampak sangat sepi.Para murid sudah pulang kerumah masing-masing.Hanya menyisakan kesunyian

                Tap tap tap

Suara hentakan sepatu dengan aspal terdengar dari belakang mereka.Otomatis kepala kedua namja itu menoleh kebelakang.Seorang yeoja tengah berlari.Rambut bergelombangnya terhempas kebelakang karena berlari.Wajahnya seperti bersinar terkena sisa cahaya sang mentari.Seketika jantung namja itu berdetak kencang.Yeoja itu sempat melirik ke arah namja itu.

                “Siapa dia?” tanya namja chubby itu setelah si yeoja berlalu dari mereka.

                “Dia Hana murid tingkat 2,” jawab Luhan.

                “Mengapa aku tidak pernah melihatnya? Padahal kan aku juga tingkat 2.”

                “Kau saja yang tidak pernah peduli Xiumin hyung”

                “Benarkah?”

                “Sudahlah hyung.Kajja kita pulang,”

 

  •  

 

                Xiumin—namja tampan berpipi chubby—tengah menggoyang-goyangkan pensil ditangannya.Ia tengah mencoba mengerjakan pekerjan rumah yang diberikan oleh guru.Namun, pikirannya tidak dapat berkonsentrasi.Wajah yeoja tadi sungguh telah terikat di otaknya.Ia tidak bisa melupakan wajah itu.

                “Ha—na,” ujarnya pelan.”Argghh...” Xiumin membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang berada disamping meja belajarnya.Mungkin tidur akan menghilangkan wajah yeoja itu.

                “Tidak.Ini tidak berhasil,”

Namja itu menghadapkan dirinya ke tembok.Menuliskan nama yeoja itu dengan jarinya.Ia akan melihatnya besok.Tentu saja besok.Semakin cepat tidur semakin cepat melihatnya.

 

Xiumin POV

                Aku segera mengikat tali sepatuku.Memastikan sudah cukup kencang.Lalu segera berangkat ke sekolah.Sekolahku tidak jauh dari rumah.Tidak perlu memakai kendaraan.Hemat.

                “Hyung,”

Sahabatku.Luhan.Namja China yang juga masuk ke dalam klub bola bersamaku.Dia kapten tim.Kemampuan sepak bolanya memang harus diacungi jempol.Karena dia juga, klub bola sekolah kami sering memenangkan kejuaraan.

                “Hai,” balasku.

                “Sudah mengerjakan pekerjaan rumahmu?”

                “Mwo? Aku lupa mengerjakannya Lu, ayo cepat berangkat,” aku berlari meninggalkan Luhan dibelakang.Aku akan mengerjakannya dikelas sebelum bel masuk.Oh, ini karena tadi malam aku tertidur setelah memikirkan gadis itu.Ngomong-ngomong tentang gadis itu.Lariku semakin lambat dan sekarang aku berjalan pelan.Menatap pada satu sosok yang ingin aku lihat sejak kemarin aku melihatnya untuk pertama kali.

                Yeoja cantik itu sekarang mengikat rambutnya diatas kepala.Membuat wajahnya semakin jelas terlihat.Ia tengah berbincang dengan temannya.

                “Yeoppo...” ujarku pelan tanpa sadar.Aku berhenti di tempatku.

                “Hyung, kenapa meninggalkanku? Eoh— hyung,itu Hana.” Luhan sudah berada di sampingku.

                “Iya aku tahu,”

                “Hyung kau harus mengerjakan pekerjaanmu dulu” Aku membulatkan mataku.Lalu kembali berlari.Saat melewati yeoja itu aku melihatnya tersenyum ke padaku.

                Dan disinilah aku.Berakhir diluar kelas karena belum mengerjakan pekerjaan rumah.Sialnya diriku, pelajaran itu jam pertama membuatku tidak selesai mengerjakannya.Tapi tak apa.Aku dapat berjalan-jalan keliling sekolah.Atau aku akan ke kantin.

                Aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sekolah.Sebaiknya aku membaca buku daripada ditanya sana-sini mengapa aku berada di luar kelas saat jam pelajaran.aku mengambil satu buku dari sebuah rak dan membawanya ke salah satu tempat duduk di perpustakaan.

                Tunggu dulu.Sepertinya aku mengenal seseorang yang sudah duluan duduk di tempat duduk didepanku.Rambut dikucir satu.

                “Hana—“nama itu tiba-tiba keluar dari mulutku.Aku segera merutuki diriku sendiri.

                “Apa aku mengenalmu?” yeoja itu meletakkan bukunya dan menatapku.

                “Eumm,mungkin tidak.A-aku hanya tahu namamu,” jawabku gugup.Aku berusaha membaca bukuku.

                “Aku Kim Hana,” yeoja itu mengulurkan tangannya.Aku menatapnya tidak percaya.

                “Kim Minseok.Kau bisa memanggilku Xiumin oppa,”aku membalas uluran tangannya.Lembut,halus,hangat.Xiumin,lihatlah senyumnya!

                “Dalam khayalanmu” wajah yeoja itu berubah datar.Aku langsung melepaskan tangannya dan kembali membaca.Apa-apaan yeoja ini? Aku hanya menyuruhnya memanggilku oppa.Aku merutuki diriku sendiri.

                “Kenapa kau disini?” kudengar yeoja itu bertanya.”Ya...”

                “Ya, disini perpustakaan kau tidak boleh berteriak.” Ujarku pelan.Agar penjaga perpustakaan tidak menghampiri meja kami.

                “Aku bertanya padamu.”

                “Oh,aku.”

                “Siapa lagi?”

                “Oh,mian.” Kuletakkan bukuku.”Aku tidak mengerjakan pekerjaan rumahku,”karena kau.” Tambahku dalam hati.

                “arasso arasso,” yeoja itu menganggukkan kepalanya.Manis.Tanpa sadar, aku terpaku melihatnya.Matanya bening seperti bayi berbentuk setengah lingkaran, hidungnya terbentuk sempurna, bibirnya mungil dan berwarna seperti cherry.

                “Apakan aku secantik itu? Sudah kuduga, aku memang tidak perlu operasi plastik,” yeoja itu tersenyum sendiri.Lalu aku menyadari bahwa baru saja aku terpaku melihat yeoja didepanku.

                “Kenapa kau ini?” aku berusaha menutupi kebodohanku.

                “Kau terpaku melihatku.Apa aku sangat cantik?” yeoja ini punya kepercayaan diri yang tinggi.

                “Tidak.Tidak  juga,” jawabku berusaha sedatar mungkin.

                “Aku memang tidak perlu operasi plastik.” Yeoja itu mengangguk-anggukan kepalanya lalu menatap pantulan wajahnya di layar smartphone nya.Aku hanya memutar bola mataku malas.Narsis sekali.

 

Xiumin POV end

 

  •  

 

                Namja berpipi chubby tengah berjalan menuju kantin.Wajahnya terlihat tidak baik.Tapi ia terus berjalan menuju tempat yang ditujunya.Kantin.Ia menyapu seluruh isi kantin dan berhenti pada satu titik dimana sahabat-sahabatnya sudah berkumpul.

                Xiumin mendudukkan dirinya disebelah kanan Luhan.Mengacak rambutnya yang telah rapi karena disisir pagi tadi.

                “Ada apa denganmu hyung?” tanya salah seorang temannya yang berkulit agak gelap.

                “Kau tampak buruk,” ujar seseorang didepannya.

                “Kau sakit?” tanya seorang di sebelah kirinya.

                “Mau kupesankan minum?” tanya seorang dengan tinggi diatas rata-rata.

                “Aku tak apa Kai.Benarkah Chen? Aku merasa baik, Baek. Tak perlu Chanyeol.Hey aku tak apa.” Jawab Xiumin sebelum ada yang membuka mulut menanyainya lagi.

                “Dia sedang memikirkan seorang yeoja beberapa minggu ini.” Ujar Luhan sambil terus menyedot bubble teanya.Xiumin menghela nafas.Ia tidak ingin orang-orang mengetahuinya.

                “Jinjja? Whoa... nugu? Nugu?” tanya Chen.

                “Min, ini bukunya.Gomawo telah meminjamkannya padaku,” Seorang yeoja dengan rambut bergelombang menepuk bahu Xiumin dan menyerahkan sebuah buku.

                “Ya, panggil aku oppa!” ujar Xiumin.

                “Apa itu sebuah masalah bagimu Tuan?” jawab yeoja itu lalu berlalu.Xiumin mendengus pelan.Yeoja itu lebih muda darinya.Walaupun mereka seangkatan.

                “Dia orangnya,” kata Luhan tenang.Semua menatap Xiumin tidak percaya.

                “Aigo, neomu kyeopta...”

                “Kalian tahu? Xiumin hyung telah membuat surat cinta untuknya,”  Xiumin menatap horor kepada Luhan yang telah membeberkan rahasianya.

                “Mana hyung?” tanya Baekhyun.Xiumin menunjukkan surat berwarna biru muda yang diambil dari saku jas sekolahnya.

                “Kau kira kau masih sekolah dasar hyung? Katakan saja langsung.Pasti lebih romantis.” Chanyeol mengomentari.

                “Kau kira semudah itu?” Xiumin menatap surat nya.Tiba-tiba tangan seseorang mengambil suratnya.

                “Apa ini?”

                “Ya, itu milikku.Kembalikan!” teriak Xiumin.

                “Inikan surat cinta.Untuk siapa? Kau sedang jatuh cinta Min?”

                “Kembalikan padaku Hana.Itu milikku.” Xiumin mencoba mengambilnya.Namun gerakan Hana lebih cepat.Sahabat-sahabat namja chubby ini hanya menatap dengan diam.Tidak tahu harus melakukan apa.

                Xiumin terus mencoba merebut amplop berwarna biru muda itu.Beruntung yeoja ini hanya memainkan tangannya.Jadi ia tidak perlu berlari mengejar yeoja ini.Mata Xiumin bertatapan dengan Hana.Tapi Hana masih menyembunyikan tangannya dibelakang tubuhnya.Menatap Xiumin dengan senyum manisnya.Membuat Xiumin terpaku.

                Tiba-tiba yeoja ini tersenyum licik.Ia membalikkkan badannya dan membaca surat yang telah diambil dari dalam amplop biru muda itu.

                “Apa ini? Aku tidak tau apa yang terjadi, Sore itu aku tengah menikmati perjalanan pulang bersama seorang temanku, Sang Bulan nampak bersiap menggantikan sang mentari, Akan tetapi sang mentari masih menyisakan sedikit cahayanya, membuat seseorang yang tengah berlari didekatku terlihat lebih bersinar, Mataku diam menatapnya, Melihat sisa sinar sang mentari yang mengenai wajahnya, Melihat kibasan rambutnya yang tertiup angin, Saat melewatiku waktu seakan berhenti, Matanya sangat bening, Kutanya siapa dia kepada temanku, Dia mengatakan bahwa yeoja itu setingkat dengan kami, Lalu dia bilang bahwa aku tidak pernah peduli dengan sekitarku, Karena itu aku merasa bahwa baru saja melihatmu, Dan itulah kau....” Hana terdiam tidak melanjutkan membaca surat itu.Wajahnya merona.Hana menatap Xiumin dengan wajah yang tidak dapat diartikan.Xiumin merebut surat itu lalu berlalu pergi.

                “Xiumin hyung,” Luhan mengejar Xiumin.Sedangkan sahabatnya yang lain menatap Hana.

                “Oh, Hana.Padahal itu kejutan untukmu,” ceplos Kai lalu mengelus kepala yeoja itu pelan.

                Xiumin merutuki kebodohannya yang tidak segera mengambil surat itu dari tangan Hana.Rasanya namja ini ingin marah, tetapi ia juga malu.Bagaimana mungkin suratnya berada di tangan yeoja itu dan ia membacanya di depan seluruh siswa.

                Namja itu menendang bola sepak yang berada didekat kakinya.Ya, dia sedang berada di lapangan bola.Untung saja pelajaran tengah kosong.Sehingga ia dapat berdiam diri disini.Ia merasa tidak ingin menemui yeoja itu lagi.

 

----------------------------------------------------XIUMIN----------------------------------------------                          

                Hari-hari selanjutnya berlalu seperti semula.Xiumin tidak pernah melihat Hana lagi.Atau mungkin tidak peduli? Entahlah.Xiumin juga bingung dengan perasaannya kepada yeoja itu.Apakah ia harus senang atau marah.Tetapi ia berusaha untuk bertingkah senormal mungkin.Sahabat-sahabatnya hanya diam tidak mengungkit kejadian di kantin itu.Mungkin Xiumin agak malu mendengar bisikan bebarapa orang disekitarnya yang melihat kejadian tempo hari.

                Xiumin berjalan menuju lapangan sepak bola.Kelas sudah berakhir.Saatnya berlari di lapangan hijau.Sesekali ia menyapa beberapa murid yang berpapasan dengannya.Ia melihat yeoja yang ia kenal berjalan dengan banyak buku ditangannya.Yeoja itu nampak terkejut.Wajahnya merona merah.Dan...

                Bruk...

                Xiumin berlari menghampiri yeoja itu.Hana menundukkan kepalanya karena menjatuhkan buku-buku yang ia bawa.Ia terkejut melihat sepasang tangan membantunya mengumpulkan buku-bukunya.

                “Min,tidak perlu repot-repot,”

                “Ani,ayo aku bawakan.Kau mau kemana?” ujar Xiumin datar.

                “Perpustakaan,”

                “Kajja,” Xiumin membawa semua buku-buku itu dan berjalan tanpa melihat kebelakang.Yeoja itu hanya diam mengikuti.Wajahnya nampak lebih merona.Xiumin pun juga diam dengan pikirannya sendiri.Ia masih peduli dengan yeoja ini.Bahkan Jantungnya masih berdebar seperti waktu ia melihatnya pertama kali.

                “Gomawo,” Xiumin menolehkan kepalanya melihat yeoja disampingnya.”Mian, aku merepotkanmu Min,”

                “Hem,tidak masalah” Xiumin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.Mengapa menjadi canggung seperti ini?

                “Kau mau kemana?”

                “Latihan,”

                “Aku boleh melihat?”

                “Asal tidak mengganggu,”

                “Itu mudah,” yeoja ini tertawa senang.Mereka berdua berjalan beriringan menuju lapangan hijau.

                Hana duduk di bangku penonton di pinggir lapangan hijau nan luas ini.Ia sengaja duduk di bangku paling atas.Manikmati semilir angin dan melihat anak-anak klub bola berlari kesana-kemari.

                Sejujurnya ia sangat senang saat tahu bahwa surat itu untuknya.Hana sudah menaruh perasaan pada Xiumin semenjak sore hari disaat pertama kali bertatap mata dengan Xiumin.Tetapi ia berpikir bahwa Xiumin marah karena ia membacanya di depan semua murid.Maka ia memilih untuk menjauh.Dan ia beruntung buku yang ia bawa tadi terjatuh sehingga sikap dingin mereka agak mencair.

                Hana memasang earphone nya dan mengeluarkan ponselnya.Mendengarkan musik untuk menghilangkan rasa bosan.Ia menutup matanya menikmati setiap lirik lagu yang masuk ke telinganya.Saat ia membuka matanya, yeoja itu tampat mencari seseorang.

                “Aku disini.Kau mencariku kan?” yeoja itu kaget.Ia memalingkan wajahnya.

                “Tidak,”

                “Aneh,” Xiumin duduk disebelah yeoja itu.”Saat ini aku sangat gugup berada didekatmu.” Hana menatap namja disebelahnya.

                “Ada apa denganmu,Min?”

                “Panggil aku oppa! Aku lebih tua darimu,” ujar Xiumin dingin.

                “Kau masih satu tingkat denganku,”

                “Yang lain memanggilku oppa,”

                “Aku pengecualian,”

                “Baiklah.Pulang sana.Ini sudah sore.” Xiumin berjalan pergi.Hana menatap kepergian Xiumin.Ia hanya terdiam.Lalu beranjak pergi keluar dari sekolah itu.

 

                Hana duduk dibangkunya sambil mencoret-coret sebuah buku.Ia ingin bertemu dengan Xiumin.Sudah berhari-hari tidak melihatnya.Tapi kecanggungan akan muncul diantara mereka saat bertemu.

                ‘Apa Xiumin jadi membenciku karena aku membaca surat itu?’ batin Hana.

Ia segera menggelengkan kepalanya.Lalu mengingat isi surat yang ia baca saat dikantin dulu.Awal mula Xiumin menjadi dingin.

                Aku tidak tau apa yang terjadi, Sore itu aku tengah menikmati perjalanan pulang bersama seorang temanku, Sang Bulan nampak bersiap menggantikan sang mentari, Akan tetapi sang mentari masih menyisakan sedikit cahayanya, membuat seseorang yang tengah berlari didekatku terlihat lebih bersinar, Mataku diam menatapnya, Melihat sisa sinar sang mentari yang mengenai wajahnya, Melihat kibasan rambutnya yang tertiup angin, Saat melewatiku waktu seakan berhenti, Matanya sangat bening, Kutanya siapa dia kepada temanku, Dia mengatakan bahwa yeoja itu setingkat dengan kami, Lalu dia bilang bahwa aku tidak pernah peduli dengan sekitarku, Karena itu aku merasa bahwa baru saja melihatmu, Dan itulah kau....Hana <3

                Saat itu Hana memang terkejut.Ternyata surat itu untuknya.Ia jadi menyesal telah membacanya.Sekarang ia tidak tahu harus melakukan apa.Ia tidak suka seperti ini.Hanya diam satu sama lain.

                Tiba-tiba Hana menegakkan badannya.Sekarang ia tahu harus melakukan apa.Ia segera beranjak dari tempat duduknya.

 

                Xiumin sedang duduk dibangkunya.Wajahnya lurus menatap kedepan.Sudah beberapa hari ia menghindari yeoja itu.Tidak tahu mengapa.Kenapa hanya karena surat ia menjadi seperti ini?

                “Kenapa hanya karena surat kau menjadi seperti ini?” Bingo.Luhan duduk disebelah Xiumin.Memang benar.Kenapa? Ia menjadi bingung dengan perasaannya sendiri.

                “Apakah kau menunggu Hana menjawab? Itu mungkin kalau Hana menyadari.Kalau tidak? Datanglah padanya dan katakan ‘Saranghae’ selesai.Kalian tidak perlu seperti ini lagi.” Xiumin tetap diam.Mencoba mencerna kalimat Luhan barusan.

‘Apakah mungkin ia menunggu Hana menjawab suratnya?’

Xiumin berdiri dari tempat duduknya.Ia berjalan keluar.

“Gomawo Lu,”

                Xiumin menuju ke kelas Hana.Di sisi yang lain Hana juga sedang berjalan ke arah yang berlawanan dengan Xiumin.Dan mereka pun berhenti di tengah.Saling menatap satu sama lain.

                “Aku ingin mengatakan sesuatu padamu,”

                “Aku ingin mengatakan sesuatu padamu,” Mereka mengatakannya bersama.Xiumin mengangguk mempersilakan Hana mengatakannya dahulu.Meskipun hatinya sedikit takut.

                “Apakah aku harus menjawab suratmu? Jika iya maka aku akan menjawab bahwa itu juga terjadi padaku,” Hana masih tetap berdiri di tempatnya.Tersenyum manis.Xiumin tanpa sadar tersenyum.

                “Tidak baik kita diam-diaman seperti ini.Aku menyesal tidak melakukan ini langsung saat kau membaca suratku.” Xiumin menarik nafas lalu mengeluarkannya perlahan.

                “Saranghae, Kim Hana...”

                Hana menatap Xiumin dengan pandangan terkejutnya.Ia tersenyum.Matanya berkaca-kaca.Akhirnya Hana menganggukkan kepalanya.

                “Nado,Min Oppa,”

                Xiumin menatap tidak percaya pada Hana.Oppa? Hari ini ia sangat senang.Segera Xiumin merengkuh Hana dalam pelukannya.

 

TAMAT

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet