Just like a dream

Just like a dream

Still in real life

 

Sakit sekali melihat kalian menangis hanya karena aku. Maafkan aku karena sudah membuat kalian seperti ini. Maafkan aku karena sudah merepotkan kalian selama ini. Dan terima kasih karena kalian mau menjagaku dan merawatku. Terima kasih.

 

"Eomma. Appa. Suho oppa. Bibi Han. Berhentilah menangis.. Kumohon. Aku baik2 saja. Kalian tersenyumlah.. Sungguh aku tidak apa2.. Hehe (^_^) lihatlah aku saja masih bisa tersenyum dan tertawa.. Masa kalian tidak? Memalukan sekali.. " kataku pura2 cemberut dan mengalihkan pandanganku ke hal lain.

"Yak!! Kau bilang apa tadi ?! Memalukan katamu? Menangisi seseorang yang baru saja bangun dari tidurnya yang sangat panjang bahkan seperti mayat itu MEMALUKAN katamu ?! Dan masih sempatnya kau bisa tersenyum disaat keadaanmu yang seperti ini?? Kau ini sudah gila ya?"

Oppaku terlihat sangat marah ketika aku berkata seperti tadi. Aku tidak pernah melihatnya semarah itu. Jujur aku takut. Karna Suho oppa tak pernah sekalipun memarahiku sampai semarah itu.

 

Bibi Han yang berada di dekat oppaku mencoba untuk menenangkannya. Dia terlihat frustasi dan mengacak rambutnya kasar. Aku sungguh tak ingat apapun yang kulakukan sebelum ini sampai bisa membuat Suho oppa semarah ini padaku.

Kulihat ia menghela napas panjang lalu memandangku lagi. Namun kali ini lebih lembut. Tatapannya seolah mulai melemah atau memohon lebih tepatnya.

 

"Berhentilah bermain main.. Ini sudah keterlaluan Kyungsoo-ah.. Oppa mohon berhentilahh.. Apa yang akan kau lakukan setelah ini.. Tidak cukupkah kau menyembunyikan penyakitmu ini dulu dengan segala macam topengmu itu. Kau bahkan masih bersikap seperti tidak terjadi sesuatu sama sekali. Kyungsoo-ah..."

"Kumohon dengarkanlah Oppa.. Berhentilah melakukan hal2 seperti dulu lagi. Jangan melakukan sesuatu hal seolah kau masih sehat. Jangan paksakan dirimu yang hanya akan menyakitimu. Janganlah mempersulit kesembuhanmu."

Aku terus mendengarkan Suho oppa. Tak terasa air mataku sejak tadi keluar dan tak kunjung berhenti. Aku menangis mendengarkan apa yang diucapkan Suho oppa. Aku merasa sangat menyesal. Entahlah walaupun aku tak bisa mengingat apapun yang kulakukan dulu. Tapi hatiku mengatakan seolah aku memang bersalah dan aku menyesal.

Suho oppa yang melihatku menangis segera menghapusnya dengan jarinya. Lalu memandangku sebentar dan kemudian memelukku. Dia juga menangis.

"Maafkan oppa, Kyungsoo-ah. Oppa tidak bermaksud membentakmu atau memarahimu tadi. Oppa hanya takut kehilanganmu Kyungsoo-ah. Aku sayang padamu. Jangan kecewakan Oppa lagi, ne?"

 

Ternyata semuanya memcemau. Semuanya satu per satu juga sudah menemui dan berbicara padaku. Hingga tinggal satu orang. Yaitu dia..

Kini dia berada disamping ranjangku lagi. Ia tersenyum padaku. Menggenggam tanganku. Menciumnya sekilas lalu beralih padaku. Mencium keningku. Lalu mengelus pipiku pelan dan aku memejamkan mataku sekilas merasakannya. Aku tersenyum padanya.

 

"Jadi... Sudah berapa lama aku tertidur?"

"Yakin kau ingin tahu? Lebih baik tanyakan yang lainnya saja. Bagaimana?"

"Contohnya?" tanyaku

"Mungkin. Apa kau merindukanku? Apa kau masih setia? Begitu.. Bagaimana menurutmu?"

"Pertanyaan macam apa itu? Sudahlah katakan saja sudah berapa lama aku tidur?"

"Satu tahun 2 bulan 13 hari. Ada lagi yang ingin kau tanyakan Tuan Putri?"

Seketika kepalaku merasa sedikit pusing. Ada percikan memori yang muncul tapi buram.

"Selama itukah?" dia hanya mengangguk

"Ada yang lain lagi yang ingin kau tanyakan?"

"Siapa kau sebenarnya?"

"Mwo-.." belum sempat dia menjawab pintu ruanganku terbuka. Ada seorang gadis yang membawa sebuket mawar putih lalu menyapa keluargaku sekilas dan sekarang berjalan kearahku.

Dia tersenyum ramah padaku. Lalu pandangannya beralih kearah pria yang tadi belum sempat menjawab pertanyaanku. Pandangannya ituu...

 

"Yak!! Kim Jongin kenapa kau tak memberitahuku kalau Kyungsoo sudar sadar?? Astaga aku baru sadar kalau kau ini sebenarnya jahat sekali !! Aku ini sahabat baiknya Kyungsoo.. Kenapa kau tak mengabariku sama sekali?? Kau membuatku cemas saja!!"

"Ssstt. Ya ampun Byun Baekhyun. Kau itu yeoja sadar tidak? Suaramu itu bisa2 membuat mayat2 itu bangun dari masa hibernasinya tau?!! Lagi pula ini rumah sakit bukan-.."

 

Deg deg..

Arghh..

Aku memekik pelan

 

Sakit kepala itu

 

Sakit hatiku itu

 

Napas yang memberat itu

 

Hadir lagi.

 

 

 ARRGGHHH ....

 

Percikan bayang2 itu muncul.

 

 

Aku menangis ditengah malam. Taman. Lalu bertemu Kris.

 

Cinta pertamaku. Dia bad boy. Dia tampan juga sangat dingin tanpa ekspresi. Tapi dia sangat sayang padaku, aku pun juga. Kris dan Aku berpacaran hampir 2 tahun lebih. Sampai saat itu tiba, ia menghilang tanpa kabar selama 3 bulan. Aku setia menunggunya. Lalu dia kembali dengan keaadaan yang berbeda. Dia memintaku menemani hari2 nya yang tinggal sedikit.

 Dia meninggal 2 tahun lalu karena juga menderita sama sepertiku. Aku kanker paru2. Kris kanker hati. Bedanya racun yang menggerogoti tubuhnya itu lebih cepat. Bahkan aku sakit sebelum dia.

Semenjak kehilangan Kris. Aku seperti orang gila. Depresi. Frustasi. Semua campur jadi satu. Aku hanya ingin bersama Kris. Hanya ingin Kris waktu itu.

Lalu aku pindah ke luar negeri untuk merilekskan pikiranku. Aku bertemu seseorang yang mampu membuatku nyaman berada didekatnya. Dia menyatakan perasaannya padaku. Namun seketika aku teringat Kris. Aku menolaknya. Lalu ia bilang akan menungguku. Seiiring berjalannya waktu aku mulai menyukainya. Tapi sahabatku juga menyukainya.

Dia menyatakan perasaannya lagi padaku. Aku menolaknya lagi. Karna aku juga memikirkan perasaan sahabatku. Tapi kali ini dia tak menyerah terus melakukan sesuatu untuk menarik perhatianku. Aku pun menerimanya.

Hubunganku dengannya tak lama karna aku harus pindah sekolah keluar negeri lagi mengikuti Ortu. Tapi aku menyuruhnya untuk berpacaran dengan sahabatku itu. Aku mengatakannya bahwa sahabatku sangat menyukainya. Tapi dia tidak mau. Lalu aku memohon padanya. Aku katakan demi aku. Lalu dia mau. Tapi dia juga mengatakan akan tetap menungguku.

 

Sedangkan kulihat disebelah kanan ada Sehun.

Dia cinta ketigaku. Dia hanya terpaut sebelas duabelas dengan Kris 'cinta pertamaku'. Sifat mereka sngat mirip. Aku berpikir mungkin dia-lah reinkarnasi Kris di negara lain. Aku pun berpacaran dengannya juga karena ia sangatlah mirip Kris. Aku nyaman dengannya. Entah menganggapnya seorang Sehun atau Kris (?)

Sampai akhirnya aku sadar. Jika aku masih menganggap Sehun adalah Kris itu salah.

Kris dan Sehun mencoba mempengaruhiku.

 

Seorang pria bernama Kim Jongin adalah kekasihku.

 

Dialah orang yang selalu menungguku. Dialah tempatku bersandar. Dia yang selalu menyemangatiku. Dia yang selalu disisiku. Aku mencintainya.

Kata kata itu

 

I need you. Kim Jongin

 

Byun Baekhyun yang tersenyum padaku.

 

Byun Baekhyun sahabatku.

 

Lalu

 

Aku menyerahkan Jongin kepada Baekhyun

 

Lalu semua gelap.

 

 

Semua ingatan itu kembali. Kulihat sekelilingku. Semua khawatir. Aku menarik napas panjang.

 

Ini memang sudah waktunya ternyata.

Aku tersenyum ikhlas.

 

Aku melihat pria itu yang tak lain ternyata Kim Jongin, kekasihku. Lalu ada Byun Baekhyun, sahabatku. Lalu aku melihat keluargaku. Aku tersenyum mengisyaratkan aku tidak apa2. Lalu aku mengisyaratkan keluargaku untuk memberiku waktu untuk bertiga dengan kekasih dan sahabatku.

 

Aku melihat mereka berdua. Sekarang aku ingat dengan jelas.

Ternyata semua itu mimpi. Mimpi yang indah. Berarti tidak lama lagi aku akan bertemu cinta pertamaku lagi. Dan kali ini tidak akan terpisahkan. Tapi aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan namja lain. Sangat cinta malahan. Tapi bagaimana lagi...

Sekilas kulihat bunga mawar putih yang terletak di meja dekat ranjangku. Aku tersenyum lagi.

Bahkan bunga itu mirip sekali dengan pemberian Jongin waktu itu. Apa Baekhyun sengaja mengembalikannya padaku?

 

"Hei.. Bukankah tadi aku bertanya dan kau belum menjawabnya bukan?" aku bertanya pada Jongin.

Jongin tersentak.

"Tidak perlu kau jawab. Biar aku yang mengatakannya. Apa benar kau yang bernama Kim Jongin?"

"Tentu saja. Kau-.." aku memotongnya cepat

"Lalu apakah kau Byun Baekhyun?"

"Ne??.." dia terlihat bingung.

"Tidakkah kalian pernah bermimpi bertemu denganku sebelumnya. Kita bertiga dan ada 2 pria lain juga.. Apa kalian ingat?"

"Kyungie~ apa yang sedang kau bicarakan. Kau baru sadar mungkin obat masih mempengaruhi otakmu saat ini." Jongin mencoba mengalihkan pembicaraan. Atau memang sengaja ia hindari.

"Jongin. Aku tanya padamu. Kemarin malam sebelum melihatku terbangun. Apa yang kau impikan. Apa kau bermimpi tentangku?"

 

Dia terlihat gugup.

 

"Apa benar kau bermimpi tentangku? Tidakkah kau ingat apa yang aku katakan saat terakhir itu?"

Lalu aku mengalihkan pandanganku pada sahabatku.

"Dan kau Baekhyun-ah sahabatku. Apa kau sudah tidak mencintai Jongin lagi?" dia terlihat sangat terkejut.

"Apa maksudmu itu Kyungsoo-ah. Aku tidak pernah mencintainya. Lagi pula Jongin itu sangat mencintaimu.."

"Kalau begitu rebut Jongin dariku. Dan buat dia sangat mencintaimu melebihi aku. Apa kau bisa?" kulihat dia terperangah dengan ucapanku tadi. Dan Jongin mulai menatapku tajam.

"Cukup. Kyungie. Kumohon. Lebih baik kau istirahatlah.."

"Tidak!! Aku tidak akan bisa istirahat dengan tenang jika hal ini belum selesai.." aku menghela napas sejenak lalu memandang Jongin penuh perasaan. Tatapannya mulai luluh lalu menggenggam tanganku lebih erat.

"Jongie-ah~ maukah kau melakukan sesuatu untukku. Sekali saja. Ne??"

"Apapun itu, chagiya." katanya lalu mengecup tanganku berulang ulang.

"Jangan pernah melepaskan pegangan tanganmu dengan baekhyun mulai sekarang. Dan belajarlah untuk melepaskan aku." kataku tersenyum tulus padanya.

"Aku tidak akan melepaskanmu lagi. Never. Dan jangan paksa aku. Aku mencintaimu Kyungie" katanya kukuh dan mulai meneteskan air matanya.

"Baiklah kalau itu mau mu. Aku tak akan memaksamu. Tapi.." aku mengalihkan pandanganku pada Baekhyun yang sudah sangat menangis.

"Baekhyun-ah maukah kau berjanji padaku. Aku janji ini yang terakhir kalinya"

"Baiklah. Tapi aku tidak akan mau jika kau menyuruhku untuk merebut Jongin darimu. Jongin itu milikmu."

"Iya. Tapi bisakah kau membantuku untuk menyembuhkan luka hati seseorang yang kucintai suatu saat nanti. Hatinya akan sangat terluka nanti dan aku tidak bisa mengobatinya lagi. Jadi maukah kau membantuku untuk menghapus luka hatinya itu jika aku tak disampingnya lagi. Aku sudah tidak punya waktu lagi untuk menghiburnya. Jadi  bisakah? Kumohon?"

"Baiklah aku janji. Bagaimana pun juga Jongin ini juga temanku. Jadi aku akan menghiburnya jika dia sedang terluka. Kau tidak perlu cemas." aku tersenyum mendengar jawabannya.

"Terima kasih Baekhyun-ah. Aku menyayangimu." Baekhyun memelukku lembut. Aku menangis sama hal nya dengannya.

"Jagalah dia untukku Baekhyun-ah. Aku percaya padamu. Terima kasih." bisikku lalu dia memelukku semakin erat lalu mencium keningku lembut. Aku tersenyum menyambutnya.

 

"Sekarang giliranmu Pangeran Tampan. Mendekatlah. Aku ingin berduaan denganmu. Hehe (^_^)" kulihat dia tersenyum padaku lalu duduk dikursi dekat ranjangku. Dia menggenggam tanganku lagi dan mengelusnya lembut.

Aku tersenyum padanya. Jongin juga tersenyum padaku.

"Saranghae.. Oppa"

"Nado saranghae Kyungie-ah"

Lalu kita berdua tertawa pelan masih saling memandangi. Aku terus melihat kemanik matanya. Ia benar2 mencintaiku. Aku tak sanggup pergi meninggalkannya. Aku terlanjur sangat jatuh cinta padanya.

 

"Apa masih ada waktu untuk istirahat Pangeran? Sepertinya diluar masih gelap? Aku mengantuk sekali." tanyaku dengan imut berusaha menutupi air mataku yang ingin terus menangis ini.

"Aigoo.. Kau ini imut sekali." katanya sambil mencubit pipiku pelan. Lalu melihat jam tangannya sekilas.

"Masih ada waktumu untuk istirahat malam walaupun ini sudah memasuki waktu pagi. Jadi istirahatlah. Aku akan memanggil semuanya untuk masuk"

"Temani aku dan pastikan aku benar2 tidur. Baru kau boleh memanggil mereka. Arraseo?"

"Baiklah Tuan Putri. Aku akan menjagamu." jawabnya sambil terus tersenyum.

 

Lama kami hanya diam dan hanya saling memandangi satu sama lain. Dan terus tersenyum. Tak lama kemudian Baekhyun masuk sambil membawa coffee hangat untuk Jongin. Lalu Jongin menyuruhnya sekalian untuk memanggil keluargaku untuk masuk. Baekhyun keluar lagi.

 

Dan kini tinggal aku dan dia sendiri lagi.

 

Ini sudah waktunya. Maafkan aku Jongin. Saranghae.

 

"Jongin.. Aku tidak tahan lagi."

 

"Aku sudah lelah.."

 

"Aku ingin tidur sekarang.."

 

"Selamat malam. Jongin-ah"

 

Jongin mengeratkan genggaman tangannya padaku. Matanya mulai merah menahan tangis. Tak lama kemudian keluargaku dan Baekhyun masuk. Seiiring dengan berbunyinya alat itu..

 

TTTTTTTTTIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIITTTTTTTTT.....

 

 

Alat itu menunjukan garis lurus dan tak bergelombang lagi.

 

Jongin mendekat padaku lalu mencium keningku.

 

"Selamat malam, chagiya. Mimpilah yang indah. Aku akan melepaskanmu sekarang."

 

Jongin memelukku erat dan menangis pilu. Lalu membisikkan sesuatu ditelingaku. Sebelum ia pergi entah kemana.

 

"Saranghae. Saranghae. Saranghae Kyungie-ah. Tetaplah disisiku maka aku akan membuka hatiku untuknya nanti. Bantulah aku untuk melupakanmu. Dan menjadikannya menggantikan posisimu. Maafkan aku dan Terima kasih untuk hari hari yang indah bersamamu. Saranghae. Aku janji tidak akan melepaskan genggaman tangannya lagi mulai sekarang. Aku percaya padamu jika memang Baekhyun lah yang terbaik setelah dirimu. Aku akan menjaganya. Terima kasih."

 

 

 

End.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
archiffaowiqlay
#1
Chapter 1: Sedih ceritanya...tapi aku suka alurnya