Unexpected Visitors

Unexpected Visitors

FF ini aku tulis dari hp dan tanpa edit jadi maaf kalo ada kesalahan penulisan atau ada kata-kata yang kurang pas. Hehe... selamat membaca! xoxo


 

Malam ini Yixing merasa sangat bahagia karena sekali lagi ia dapat berkumpul dengan keluarganya di Changsha. Obrolan hangat dan tawa canda memenuhi rumah keluarga Zhang yang cukup sederhana itu. Berkumpul kembali bersama mama, papa, nenek dan kakeknya selalu menjadi obat rindu bagi Yixing yang beberapa tahun ini sangat jarang dapat bertemu dengan mereka. Perusahaan yang menaunginya menunututnya untuk tetap tinggal di negeri Ginseng selama ia menjadi trainee. Setelah ia debut, ia selalu disibukkan dengan kegiatan promosi yang padat.  Walau hanya sekali dua kali ia dapat kembali ke rumah, ia tetap bertahan di perusahaan yang kini telah membesarkannya sebagai artis tingkat dunia melalui grupnya, EXO. Namun setelah kehilangan dua member asal Tiongkok, perusahaan itu sepertinya menjadi cukup baik hati untuk mengizinkannya pulang walau itu tak lepas dari  urusan pekerjaan. Kali ini ia kembali ke tanah kelahirannya untuk menjadi MC pengganti di acara kegemarannya sejak kecil, Happy Camp.

 

“Ma, biarkan Yixing yang memasak untuk makan malam kali ini.”

 

Anak laki-laki semata wayang Mama Zhang itu berujar sambil berjalan menuju dapur. Baru setengah jam yang lalu ia tiba di rumahnya dengan diantar oleh manager hyung yang langsung menuju ke hotel.

 

“Kamu nggak kecapean habis naik pesawat? Besok kamu ada jadwal loh sayang…”

 

“Jangan khawatir, Ma. Yixing nggak capek kok.” Ia tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang manis. “Lagian Mama nggak kangen sama masakannya Xingie?”

 

Putranya itu kalau sudah beraegyo siapa juga yang tahan, Mama Zhang saja langsung menatapnya dengan gemas.

 

“Yaudah, kamu yang masak untuk hidangan utama malam ini. Mama akan menyiapkan puding untuk hidangan penutup.”

 

“Yay!” seru Yixing. Ia pun segera mencuci tangannya dan mengumpulkan bahan makanan yang akan ia olah.

 

Selain berniat untuk meringankan pekerjaan mamanya, Yixing menawarkan diri untuk memasak karena ia ingin menyibukkan diri dari pikiran tentang seseorang yang beberapa tahun terakhir ini selalu menginvasi ruang hati dan pikirannya. Siapa lagi kalau bukan mantan leader EXO-M yang kini sibuk mempromosikan film terbarunya.

 

Ngomong-ngomong tentang film terbaru Yifan, malam ini adalah malam premiere film tersebut. Yifan pasti sedang sibuk sesi berfoto di atas red carpet bersama lawan mainnya saat Yixing sedang mengiris daun bawang. Yixing yang dulunya hanya berjarak sehelai serabut kain dari Yifan saat red carpet kini mereka terpisah bermil-mil jauhnya.

 

Hmmph… pikiran itu lagi.

 

Tok!

 

Yixing memotong terlalu keras sampai Mamanya menoleh.

 

“Ada apa sayang? Kamu nggak kenapa-napa kan?”

 

Mamanya sangat khawatir sampai ia mendekati Yixing untuk memastikan putranya itu baik-baik saja.

 

“E-eh? Iya, ma, Yixing gak apa-apa kok.”

 

Mama Zhang menatapnya dengan khawatir. Tapi ketika Yixing dengan tenangnya membubuhkan beberapa bahan ke dalam kaldu yang mendidih, ia tidak mencoba untuk mempertanyakannya lebih jauh lagi.

 

***

 

Kesempatan berkumpul bersama keluarga membuat dirinya cukup terhibur dari perasaan gelisah yang menauingi hatinya selama seharian penuh. Pagi itu,  ia ingin memberitahu Yifan kalau ia dalam perjalanan ke Changsha sekaligus mengucapkan selamat atas premiere filmnya, tetapi ia malah menemukan semua panggilannya selalu masuk dalam voice mailbox. Mungkin Yifan sedang sangat sibuk dan tidak dapat diganggu. Ia sendiri pun sering mematikan handphonenya saat ada jadwal tampil. Namun seharian handphone Yifan tidak aktif dan mereka juga sudah tidak berkomunikasi selama tiga hari terakhir.

 

Apa Yifan ganti nomor?

 

Ah, kalau ganti nomor pasti sudah mengabari Yixing.

 

Apa Yifan sudah tidak sayang lagi?

 

Tidak. Itu tidak mungkin. Kalau ada di antara mereka yang terkadang berlebihan dalam mengungkapkan rasa sayang sampai menyerempet ke tinggkatan mesum, itu pasti dari Yifan.

 

Apa Yifan menemukan kekasih baru yang bisa memberinya anak perempuan?

 

Huh -_____-

 

Yifan sedang sering menyebutkan hal itu di berbagai interview belakangan ini; efek menjadi single-parent dari seorang anak perempuan di film perdananya itu.

 

Bayangan tentang Yifan menemukan seorang wanita untuk dijadikan kekasih membuat wajahnya semakin muram. Lalu video di mana Yifan mencium lawan mainnya kembali berputar di kepalanya. Ia sudah berjanji pada diri sendiri dan ia juga telah mengatakannya pada Yifan kalau ia tak akan sedikitpun merasa cemburu. Kenapa pula ia harus cemburu? Ia adalah kekasih Yifan yang sesungguhnya walau hal ini tidak diketahui oleh publik. Ia tahu kalau Yifan melakukan adegan ciuman karena itu adalah tuntutan peran. Ia juga sadar kalau adegan tersebut bukan untuk terakhir kalinya. Yifan mungkin akan melakukan hal-hal yang lebih berani di filmnya mendatang.

 

Tapi tetap saja saat ia melihat video ciuman tersebut, terbersit satu keinginan untuk mendorong jauh Wang Likun jie dari cowoknya itu. Ya, cowoknya!

 

Ah, sinetron banget. Sejak kapan Zhang Yixing jadi posesif gini? Biasanya juga dia yang jaim dan sok cuek ke cowok tiang listrik itu. Menjadi posesif dan pecemburu itu cukup tugas Yifan saja di hubungan mereka.

 

“Yixing sayang, supnya jangan ditinggal sambil melamun…”

 

Suara mamanya sedikit membuatnya kaget namun cukup efektif untuk mengembalikan alam pikiranannya ke bumi.

 

"Oh? Hehehehehehe enggak kok ma…”

 

Mamanya menggeleng-geleng. Instingnya sebagai seorang mama membuat dirinya tahu kalau putranya sedang ada beban pikiran.

 

“Sudah kamu kasih garam belum?”

 

“Sepertinya sudah, ma” Yixing mengambil sedikit kuah dengan sendok pengaduk dan menyeruputnya. “Yup, sudah pas.”

 

“Ding dong!”

 

Bel pintu depan berbunyi dan sepertinya satu-satunya anggota keluarga yang belum berkumpul datang tepat pada waktunya untuk makan malam.

 

“Yixing, kamu buka pintu untuk papa. Mama akan siapkan sup ini di meja dan kita bisa mulai makan malam.”

 

“Baik, ma.”

 

Yixing setengah berlari menuju pintu depan, tak sabar untuk menyambut papanya yang bekerja seharian di restoran keluarga mereka. Ia tak sadar kalau ia berlari dengan masih mengenakan apron milik mamanya.

 

Yixing membuka kunci pintu depan dan mengayunkannya terbuka.

 

“Selamat datang papa! Yixing sudah pulang.”

 

Yixing langsung memeluk papanya, tanpa sadar kalau ada orang lain yang berdiri di belakang pria paruh baya itu.

 

“Yixing, anakku. Papa senang sekali kamu bisa pulang secepat ini. Sering-seringlah pulang seperti ini, heum?”

 

Papa Yixing pun melepas pelukan anaknya setelah beberapa saat karena ingin menunjukkan sesuatu kepada putranya itu.

 

“Oh, ya. Papa bawakan orang spesial untuk kamu. Kebetulan kami tadi berpapasan saat berjalan ke rumah.”

 

Yixing mendongak untuk melihat orang yang papanya maksud dan ia kini menatap lurus pada sosok jangkung, bersetelan baju serba putih bak seorang pangeran, dan di wajahnya yang cukup mengintimidasi kini berhiaskan senyum lebar yang selalu dirindukan oleh Yixing.

 

Ini tidak mungkin.

 

“Hai, Xing.”

 

“YIFAN??!!!”

 

***

 

 

 

Suara dentingan sumpit bertemu porselen dibarengi dengan percakapan sederhana terdengar sangat hidup di ruang makan keluarga Zhang. Suasana malam ini sedikit berbeda karena mereka kedatangan “teman baik Yixing” –atau begitulah asumsi keluarga Zhang tentang hubungan di antara putra semata wayang mereka dengan mantan ketua EXO-M, Wu Yifan.

 

Yifan sudah beberapa kali berada di rumah Yixing, jadi dia sudah cukup akrab dengan keluarganya. Namun ini baru pertama kali ia berkunjung sendiri karena sebelumnya ia datang bersama anggota EXO-M lainnya atau EXO secara keseluruhan. Ini juga pertama kalinya ia merasakan hangatnya keluarga yang utuh, karena dari kecil ia tak pernah merasakan makan bersama papa, mama, kakek, dan neneknya. Ia tidak merasa iri, justru ia ikut merasa bahagia karena Yixing dapat merasakan ini semua.

 

“Yifan tampan sekali ya?” komentar nenek Yixing. “Seperti pangeran-pangeran jaman dulu.”

 

Yifan merona. “Terima kasih nek. Nenek juga masih terlihat cantik.”

 

Dasar tukang gombal, batin Yixing.

 

“Nenek sudah tua masak kamu bilang masih cantik,” nenek Yixing mengelak sambil tertawa kecil.

 

“Tetepi kau memang masih terlihat cantik di mataku, Lin Zhao,” ucap kakek Yixing yang kemudian mengecup pipi istrinya.

 

Anggota keluarga Zhang lainnya beserta Yifan terkekeh melihat kemesraan kakek-nenek itu.

 

“Nak, Yifan, bagaimana tadi premiere filmnya?” tanya Mama Zhang.

 

“Berjalan dengan lancar, tante.” Yifan tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

 

“Kok tante sih? Mama ini sudah menganggap nak Yifan anak sendiri lho…”

 

Yixing tersedak. Yifan yang berada di samping Yixing mengulurkan gelasnya dan Yixing langsung meneguknya.

 

“Baik, ma,” jawab Yifan menurut.

 

"Yixing kamu baik-baik saja?” tanya Yifan khawatir.

 

“Heum” Yixing mendengung dari gelasnya.

 

“Kalau baru sibuk premiere, kenapa nak Yifan bisa kemari? Apa Yixing memintamu untuk datang?” tanya Mama Zhang.

 

“Ah, ini bukan karena permintaan Yixing kok, ma. Hanya saja waktu tau Yixing pulang ke Changsha, saya menyempatkan waktu untuk bertemu sebelum perjalanan saya besok ke Shanghai. Yixing kangen, katanya.”

 

Wajah Yixing kini semerah kepiting rebus dan ia sengaja menginjak kaki Yifan keras-keras, menimbulkan jeritan yang nggak manly dari naga berbulu serigala itu.

 

“Dasar sok tau,” komentar Yixing dengan sebal.

 

“Kalau kamu kangen wajar kali, Xing.” Mama Zhang menengahi. “Kan kalian sudah jarang bisa bertemu lagi.”

 

“Tapi Yixing nggak bilang gitu, ma.”

 

“Hitung saja ini caraku meminta maaf karena tidak bisa mengangkat teleponmu seharian, Xing,” ujar Yifan dengan cool.

 

Papa dan Mama Zhang saling bertukar pandang namun tidak mengatakan apa-apa.

 

Mama Zhang berdeham. “Kalau begitu kamu datang di saat yang tepat, Yifan, karena makanan yang kamu santap itu adalah masakan Yixing. Kamu pasti juga merindukan masakannya.”

 

“Benarkah?” Mata Yifan berbinar-binar. “Pantas saja selezat seperti yang aku ingat. Yixing memang yang paling jago memasak di dorm. Dan aku ingat seseorang mengatakan kalau laki-laki bisa memasak itu ketampanannya menjadi berlipat ganda.”

 

Yifan memang paling kampret. Setelah Yixing merona karena marah kini ia merona malu karena dipuji. Kepak kupu-kupu seperti menggelitiki perutnya dan Yixing jadi tidak bernapsu untuk makan lagi.

 

“Yixing ambil puding di kulkas dulu ya,” ucap Yixing saat ia bangkit berdiri dari kursinya.

 

Lah, dipuji tampan malah kabur. Yifan tidak mengerti dengan sifat Yixing malam ini. Yifan berharap bakal disambut dengan bahagia oleh kekasihnya itu—atau dengan sedikit mengomel manja Yifan pun terima. Tetapi Yixing yang dingin itu bikin ngeri. Ia perlu mencari tau alasan dibaliknya. Tentu setelah makan malam ini berakhir.

 

 

“Yifan, coba gulai ikannya. Itu papa bawa dari restoran lho…” saran papa Zhang sambil menyodorkan piring gulai ikan ke hadapan Yifan.

 

Yixing yang berjalan kembali menuju meja makan sambil membawa puding pun menahan tawanya ketika melihat Yifan yang menjumput sedikit dari gulai itu dan meringis saat mencicipinya.

 

“Enak kok pah, hehe”

 

“Ayo ambil lagi. Ambil yang banyak.”

 

Melihat wajah Yifan yang pucat pasi membuat Yixing tidak tega untuk tidak menyelamatkan kekasihnya itu.

 

“Pa, Yifan jangan dipaksa makan ikan, dia nggak doyan.”

 

“Kamu nggak suka ikan?”

 

Yifan tersenyum malu.

 

“Yah, sayang sekali. Padahal ini favorit Yixing sejak kecil.”

 

Yixing melirik ke arah papanya karena barusan papanya hanya mengarang.

 

“Kamu suka gulai ikan?” tanya Yifan yang menemukan fakta baru tentang Yixing.

 

“Aku nggak pernah terlalu suka gulai karena bagiku itu terlalu pedas. Walau begitu aku memang suka makan ikan sejak kecil soalnya mama bilang ikan bisa bikin aku pintar dan tinggi. Aku cuma nggak pernah makan di depan kamu karena kamu nggak suka ikan” jelas Yixing.

 

“Oh…” Yifan manggut-manggut. Yifan ingin berkomentar tentang ‘tinggi’ tetapi ia menahan lidahnya karena ia sedang berada di hadapan keluarga Zhang dan ia harus menjaga sopan santunnya. Pernyataan terakhir dari Yixing justru lebih menarik baginya. Ternyata pacarnya selama ini sangat perhatian padanya dan telaten dalam bertindak. Ia jadi makin cinta dengan Yixingnya. Pikiran itu membuatnya menyengir lebar.

 

“Stop grinning, Wu” ucap Yixing dari sudut bibirnya.

 

“I wasn't” balas Yifan santai sambil melahap sepotong puding.

 

Yixing yang kesal hanya memutar bola matanya.

 

***

 

Setelah makan malam selesai, kakek dan nenek Yixing undur diri untuk beristirahat. Papa dan mama Yixing bersantai di ruang tengah dan menonton siaran televisi. Yifan dan Yixing bergabung sesaat dengan orang tua Yixing, tetapi Yifan yang masih lengkap dengan setelan jas premierenya merasa tidak nyaman dan meminta izin untuk berganti pakaian.

 

“Silakan, nggak usah malu-malu,” ujar mama Zhang. “Anggap saja rumah sendiri. Nak Yifan bisa berganti pakaian di kamar Yixing. Yixing bisa mengantarmu ke sana.”

 

Yifan membungkuk sambil mengucapkan terima kasih. Ia dan Yixing pun bangkit dari sofa mereka.

 

“Oh ya, mama sarankan agar kalian langsung istirahat karena besok kalian masih ada jadwal.”

 

“Baik, ma” jawab mereka hampir berbarengan.

 

“Selamat malam, ma, pa,” ucap Yixing sambil mengecup kedua pipi orang tuanya.

 

“Selamat malam tuan dan nyonya Zhang,” ucap Yifan.

 

Lalu keduanya berjalan menuju tangga yang membawa mereka ke kamar Yixing. Yifan sudah mengetahui letak kamar Yixing tetapi ia membiarkan pemiliknya untuk memimpin jalan.

 

Kamar Yixing seperti yang Yifan ingat. Tidak terlalu rapi tetapi juga tidak berantakan; cukup pas untuk menggambarkan jiwa artistik seorang Zhang Yixing. Dindingnya bercat ungu dan bertempelkan poster penyanyi favorit Yixing, di antaranya JJ Lin dan Jay Chou. Di kepala tempat tidurnya bertumpukkan plushie yang menjadi teman Yixing untuk tidur. Sebuah gitar tua terletak di sudut kamar bersama dengan setumpuk kertas yang Yifan yakini sebagai aransemen lagu ciptaan kekasihnya yang jenius dalam hal musik itu.

 

“Katanya mau ganti baju?”

 

Suara Yixing menyadarkan dirinya dari kesibukan melihat-lihat sekitar. Ia pun berbaik menghadap cowok yang 11cm lebih pendek darinya itu dan berjalan mendekatinya. Yifan yang mendekat melebihi batas normal membuat Yixing secara reflek mundur. Apalagi ia ditatap dengan tatapan yang ia hapal sebagai pertanda ‘buruk’ baginya.

 

Punggung Yixing kini telah menempel pada daun pintu yang tertutup dan tangan kiri Yifan berada di atas kepalanya sedangkan tangan kanan Yifan mengunci pinggangnya agak tidak bergerak.

 

Oh no…

 

Yixing dapat merasakan napas mereka bertubrukan dan detik berikutnya Yifan sudah menyambar bibir tebalnya dan melumatnya dengan kuat. Yixing ingin mengerang protes namun ia takut terdengar oleh orang tuanya yang masih terjaga di lantai bawah.Ia pun berakhir pasrah dan memilih untuk membalas ciuman itu dengan perlahan. Tindakannya justru membuat dirinya sadar kalau ia begitu merindukan ciuman dari kekasihnya itu. Ia lalu membuka bibirnya dan memiringkan kepalanya, mengundang Yifan untuk menjelajahi rongga mulutnya yang manis dan hangat bahkan sebelum Yifan memintanya. Lidah Yifan dengan senang hati mengabsen gigi-giginya dan menggelitik dinding atas rongga mulutnya sebelum bersua dengan lidahnya. Lidah keduanya lalu saling mendorong dan mengait, menggoda satu sama lain. Kedua tangan Yixing yang sudah setengah menjambak rambut Yifan kini menekan kepala kekasihnya itu agar lebih memperdalam ciuman mereka.

 

Mereka berdua seperti membuat kesepakatan tanpa kata untuk menjaga lenguhan mereka agar tidak lolos dari kamar berukuran 4x4 itu. Mereka bertahan tanpa suara di menit-menit pertama, namun ketika Yixing mulai kesulitan mengontrol desahannya, Yifan tahu ia harus mengakhiri ciuman itu. Yifan menghisap kuat bibir bawah Yixing lalu menarik bibirnya menjauh, menciptakan benang saliva di antara mereka. Yixing yang ternyata masih belum puas tanpa sadar berjinjit untuk mengikuti bibir Yifan yang makin jauh dari jangkauannya. Yifan yang sudah berdiri tegap menaruh kedua tangannya di pundak Yixing untuk mencegah pergerakan dari yang lebih pendek.

 

“Katanya tadi nggak kangen?” goda Yifan.

 

Yixing memanyunkan bibirnya, membuat pertahanan Yifan hampir goyah untuk tidak mengklaim kembali bibir yang membengkak itu. “Habis kamu bikin malu aja di depan mama papa. Masak aku harus ngaku di depan mereka?”

 

Yifan terkekeh.

 

“Lagipula ngapain kamu sok PDKT di depan mama papa?”

 

“Loh kan mereka calon mertuaku besok.” Yifan mengangkat-angkat kedua alis ulat bulunya.

 

“Jangan harap,” ujar Yixing yang berusaha ketus, tetapi semburat merah di pipinya tak bisa berbohong.

 

“Kamu nggak bener-bener lagi marah kan?”

 

Yifan memang nggak peka jadi dia harus memastikannya sendiri.

 

Yixing berpikir sejenak sebelum berkata “well, sedikit.”

 

Yifan menghela napas. “Maaf karena aku tidak bisa mengangkat teleponmu seharian. Aku terpaksa mematikan handphoneku karena entah mereka tahu dari mana tentang nomorku tapi para wartawan itu terus mengontakku. Aku berencana untuk mengganti nomorku besok itu dan kamu bakal jadi orang pertama yang tahu, okay baby?”

 

Yixing mengangguk. “Sebenarnya aku nggak terlalu mempermasalahkan tentang teleponku hari ini. Aku cuma mau ngucapin selamat atas premiere filmmu dan mengabarkan kalau aku sudah sampai di Changsha.”

 

“Well, kamu bisa langsung ngucapin ke orangnya sekarang. Haha…”

 

“Um… selamat ge buat film perdanamu… maaf nggak bisa ngasih bunga atau kado atau semacamnya…”

 

“Aish, you silly!” Yifan menyentil hidung Yixing dan kemudian merengkuh kekasihnya itu dalam pelukannya. “Aku punya kamu yang selalu mendukungku saja sudah cukup, Xing.”

 

“Hmm,” Yixing mendongak. “By the way, kok kamu bisa langsung sampai sini? Kamu tadi premierenya di Beijing kan?”

 

“Kamu lupa punya pacar superman? Aku bisa kapan saja terbang buat menemui pangeran cantikku.”

 

“Jangan bercanda! Dan mana ada pangeran cantik, adanya pangeran tampan.”

 

“Hahahaha… aku serius, Xing. Aku terbang ke sini.”

 

“Kamu booking tiket pesawat dan pergi secepat itu?”

 

“Enggak. Sutradaraku mencharter pesawat pribadi dan aku yang mengendalikannya.”

 

“Seriusan?”

 

“Yup. Aku besok pagi berangkat ke Shanghai dengan pesawat itu juga. Hehe… pacarmu keren kan?”

 

“Terserah kamu saja,” ucap Yixing sambil melepas pelukan mereka. “Sana buruan ganti baju gih.”

 

“Bantuin lepas baju," pinta Yifan manja.

 

“Dasar naga mesum!” Yixing mendorong tubuh Yifan mundur ke arah kamar mandi. “Ganti di dalam kamar mandi sana.”

 

“Nyonya Wu galak amat.”

 

Komentar itu dibalas oleh Yixing dengan melemparkan tas Yifan ke tangan pemiliknya dan menutup pintu kamar mandi dengan keras. Ia masih dapat mendengar Yifan tertawa di dalam sana.

 

Ia menggigit bibir bawahnya dan berharap orang tuanya di bawah tidak mencurigai apa-apa.

 

***

 

Pasangan fanxing kini berusaha menyesuaikan tubuh mereka untuk dapat berbaring di tempat tidur berukuran queen itu. the Yang lebih besar dan tinggi memeluk yang lebih kecil dan pendek dari belakang. Mereka saling bertukar cerita karena kantuk belum menguasai keduanya. Yixing mendengar Yifan bercerita sambil bermain jari kekasihnya yang panjang itu.

 

“Kamu suatu hari harus bertemu Sophia, Xing. Dia itu imut sekali dan sangat enerjik. Aku jadi pengen punya anak perempuan suatu hari.”

 

Yixing berhenti bermain dengan jari-jari Yifan. Ekspresinya sejenak membeku sebelum memutar tubuhnya untuk menghadap kekasihnya itu.

 

“Kamu serius pengen punya anak perempuan?”

 

Yifan melongo. “Iya lah, aku—”

 

“Kalau begitu ngapain buang-buang waktu pacaran sama aku? Kamu tau kan aku nggak bisa ngelahirin anak buat kamu.”

 

Yixing melepaskan diri dari pelukan Yifan lalu menjauh ke pinggir tempat tidur sambil memunggunginya.

 

Stupid, Wu Yifan. Sekarang ia sepertinya sudah menemukan akar persoalan yang membuat Yixing suka sewot akhir-akhir ini. Memang dasarnya Yifan tidak peka atau Yixing terlalu berlebihan dalam bersikap.

 

“Aku tahu itu, sayang,” Yifan merajuk sambil memcoba mengembalikan Yixing dalam pelukannya. Jarak di antara mereka membuatnya kedinginan.

 

“Aku pengen kita suatu hari bisa punya anak perempuan dengan mengadopsi mereka.”

 

“Oh ya?” Yixing belum merasa yakin.

 

“Iya, masak aku harus seperti Ze Yang yang menghamili perempuan di luar nikah untuk mendapatkan seorang anak perempuan?”

 

“Mungkin,” balas Yixing dengan pahit.

 

Yifan membalikkan tubuh Yixing agar menghadapnya dan mengunci mata Yixing dengan tatapannya.

 

“Tidak, Xing. Kisah hidup karakter fiktifku itu terlalu rumit sedangkan aku sendiri menginginkan kisah cinta yang sederhana. Cukup ada aku dan kamu. Kalaupun kamu nggak ingin ada anak akupun terima asal kamu tetap mau bersamaku.”

 

Yixing mencoba mencari kebohongan di mata Yifan tetapi ia tidak menemukannya. Wu Yifan sialan. Saat ia ingin marah ia justru  makin cinta dengan pacarnya itu.

 

“Aku suka anak-anak,” ucap Yixing sambil tersenyum.

 

“Yes!” mata Yifan langsung berbinar-binar. “Aku ingin sekali bisa mengadopsi Sophia dan adiknya, Elena.”

 

“Mana mungkin orang tua mereka mengizinkannya?” gelak Yixing.

 

“Siapa tahu.”

 

“Don't be stupid, Wu. Impianmu untuk mengadopsi anak masih lama untuk dicapai dan saat tiba waktunya mungkin mereka sudah jadi gadis remaja.”

 

“Selama itu kah?” Yifan menunjukkan wajah termelasnya. “Aku ingin segera bisa menjadikanmu seorang Wu, Xing.”

 

Yifan memeluk erat tubuh mungil Yixing seperti koala memeluk sebatang pohon sambil mulai terlelap. Napasnya yang teratur dan kehangatan yang ia salurkan ke dalam pelukan mereka membuai Yixing untuk menyusulnya ke alam mimpi.

 

“Hanya di mimpimu, Fan.”

 

.

.

.

.

.

 

FIN

 

Selamat buat kamu yang tahan baca semua ke-absurd-an di atas sampai akhir. Hahahhahaha. FF ini jadi lebih panjang dari yang aku rencanain -___-wkwkw

 

Trima kasih semuanya yang sudah mau baca!

 

Kisskissmuahmuah

Awesomepearlescent

 

p.s. Semoga Yifan/Yixing nggak lupa buat ngunci pintu kamar siapa tahu orang tua Yixing ngecek dan ngelihat mereka tidur berpelukan kan bisa berabe hahhaha

p.s.s. Ini ff pemanasan sebelum author ngepublish ff berikutnya. Siapa yang kangen sama 'berawal dari instagram'? xD

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chamii704 #1
Chapter 1: akhr'a ad ff fanxing jg T.T
aky sakau kmrn2 g ad ff fanxing...
cptlh dipublish it ff berwl dr instagram thor...tak tunggu sangat lho...
ReiSama #2
Chapter 1: \(^w^)/ HUWAAAAAAAA!!!! BERAWAL DARI INSTAGRAM??!!!! .....
aku kangennn banget ama ff ituuuu!
.·`(=▂=)´ ·.
aku slalu nungguin kelanjutannya...kangeeeeeeennn banget nihhhhh..
afindaxoxo #3
thor, akhirnya buat ff fanxing lg #tebarkisseu
eh, itu adegan terakhir knp g dilanjut, masa cuma cupcup aja T.T dan apaan wu pke nge gombal sama nenek zhang hahha..

aku beneran kangen fanxing T.T
ditunggu ff yg lain yah thor, sama itu tuh berawal dr instagram kpn lanjut?? hehe
wollen #4
Chapter 1: awww.. *cubit pipi tembem wufan
Wu gombal banget itu deh..
kak, fanfic yang lain kapan dilanjut? Kangen sm fanficnya author-nim, sekangen saya sama fanxing :-(
Julianeka
#5
Chapter 1: Usaha ya fan, biar pas ngelamar jadi gampang.
Mesem-mesem aja bacanya, ngebayangin kalau yifan beneran dateng ke rumah yixing trus pdkt sama ortu yixing
eridanuspyxie #6
Chapter 1: jadi kangen fanxing.....huhuhu~~~......
applelays #7
Chapter 1: huuuu yifan dateng2 langsung ngegombal huuuu dasar raja gombal.
dateng2 juga langsung cium bibir yixing....ish gak tahan banget ya? wkwk
btw sophia cantik banget lucu juga gemesin, adiknya apalagi. nyolnyol gemes gitu ><

darisini aku bisa tau gimana filmnya yifan >___________< mau nonton tapi males euy, ada om yifannya yang cium2 cewek gitu wkwk asa gak rela..

eh.eh

BERAWAL DARI INSTAGRAM?

AKU KANGEN BANGET SAMA FANFIC ITU YA AMPUN KAPAN DI UPDATENYA? AKU TUNGGUIN LOH DARI KAPAN TAU T______T
sorahsorah
#8
Chapter 1: Bagus.... Bagus banget sampe bikin nangis...
Keren euy jalan ceritanya nggak bikin bosen.
Pas banget porsinya haha
Duh ada sendal nggak sih dirumah Yixing? Siapa tau neneknya Yixing lagi istirahat keganggu ketawa Yifan yg berisik biar digetok sandal tuh palanya naga.
Sukses buat karir per-ffan mu!!!
Makasih udah sharing. Smooch!
llalallala #9
Chapter 1: Ya kan.. Hmm.. Si yifan segala neneknya yixing lah digombalin -_- ga puas sama tante2 sekarang nyari nenek2 ye, fan *geret pulang xing*
Seriusan aku ga tau apa-apa soal jalan cerita filmnya yifan cuma beberapa kali liat foto dia dicium anak kecil cewe super unyu, aduh aku jadi kesian sama bibir tuh anak yang terkontaminasi kulit ga keurus yifan hehehe
Terus aku sukaaaa beneran berdoa dia ke changsa, nemuin keluarga yixing sambil bawa roti buaya buat seserahan/? Urusan hamil-menghamili gausah ya om yifan, nikmatin aja yixing aku yang kaya gitu ^^
Actually I don't know you start to write again hiks, thank you buat tulisan2nya yaaaa~ aku ijin baca yang instagram2 itu hohoho
pollydimples
#10
Chapter 1: Awww! Bener2 ya si naga itu gombalnya gak ketulungan. Bisa banget bermulut manis trus kasih surprise sowan ke Changsa pula. Pantesan si Yixing tambah klepek-klepek. Hihihi :D
Someday, aku juga berharap Yixing bisa ketemu Sophia. Si Sophia pasti bakalan demen poke dimple-nya Yixing. Kekekekek!