Part 3 (End)
Because Of MeHari ini tepat seminggu sebelum ulang tahun Sica unnie. Aku takut kehilangannya, salah satu saudara kandungku yang sangat aku sayangi. Dokter bilang bahwa ginjalnya sudah benar-benar rusak. Yang aku tahu, kini ginjalnya hanya satu setelah setahun yang lalu satu ginjalnya sudah diangkat. Sedangkan aku masih mempunyai dua ginjal.
“hanya saudara perempuannya yang ginjalnya cocok dengan Jessica. Jadi usahakan dengan secepat mungkin diadakan pencangkokan ginjal” beritahu dokter pada Appa.
Setelah itu, aku menjadi sasaran semua orang yang menyayangi Sica unnie. Semuanya memintaku untuk mendonorkan satu ginjalku padanya. Niatku memang sudah bulat bahwa aku akan mendonorkan kedua ginjalku pada Sica unnie, tapi aku tak ingin ada yang tahu semuanya. Karena aku tidak mau mereka akan menyayangiku karena bersimpati denganku yang telah memberikan satu ginjal pada saudaraku. Aku hanya ingin kasih sayang tulus dari mereka, entahlah bagaimana caranya agar aku mendapatkannya.
“ah sudahlah Soojung, kamu memang saudara yang kejam. Hanya menyumbangkan satu ginjal saja tidak mau. Untunglah ada seseorang yang baik hati yang mau menyumbangkannya pada Sica.” Ucap Appa
“aku kecewa padamu Soojung, tega ya kamu pada saudaramu sendiri.” Ucap Minho oppa dengan kecewa padaku.
“siapa yang mendonorkan ginjalnya Pa?” Tanya Yonghwa oppa.
“entahlah, pendonor itu tidak mau diberitahu namanya. Bahkan ia memberikan dua ginjalnya dengan gratis pada Sica. Dia benar-benar berhati malaikat.” Jawab appa.
“andaikan kalian tahu kalau itu aku? Apakah aku akan diberi penghargaan dari Appa?” gumamku dalam hati.
****
Beberapa jam sebelum operasi pencangkokan dilakukan, aku menulis sebuah surat untuk semua orang yang aku sayangi. Entahlah, aku merasa akan meninggalkan mereka semua. Rasanya, aku sudah sangat lelah dengan hidupku sendiri. Sesudah selesai ku tulis, surat itu kutitipkan pada Min ahjumma. Akupun berangkat menuju rumah sakit untuk segera menjalani operasi.
@ ruang operasi
Ruang ini terasa begitu menakutkan. Semua benda yang kulihat hanyalah jarum suntik dan gunting. Alat-alat yang terlihat menakutkan bagiku. Aku dibawa lebih dulu keruang ini, agar tidak ada yang tahu siapa aku sebenarnya. Posisiku dan Sica unnie dipisahkan oleh dinding pembatas. Hingga akhirnya aku dibius, dan kurasakan semuanya gelap.
****
Seminggu kemudian. . . .
“akhirnya kamu sembuh juga sayang. Omma khawatir sekali denganmu sejak kamu dioperasi. Untung ada pendono
Comments