02. Takut..

Gyuji Story Collection.

TAKUT

By : D_Noviangyus

 

Main Cast:

Kim Sungkyu & Jung Eunji

 

Support Cast

Jang Dongwoo, Nam Woohyun, Son Naeun

 

Happy Reading^^

 

Tap...tap..tap...

Suara pertemuan antara jari-jari lentik dengan keyboard laptop itu terdengar begitu kasar. Tampak sekali pemilik jari seolah terburu-buru mengetiknya. Bukan hanya jari-jari itu, bahkan ekspresi lelaki muda ini terlihat tak menentu. Rahangnya mengeras kadang-kadang. Peluh siap meluncur kapan saja.

Di sebelah laptop yang ia pandang bertumpuk beberapa file case berisi dokumen penting yang siap untuk dilahap hari itu juga. Ini bukan hal baru baginya, sudah menjadi rutinitas sehari-hari untuk memakan semua.

Drrtt....drrtttt...drrtttt...

I-phone putih yang berada diatas salah satu file casenya bergetar. Sebuah nama dengan tanda ‘love’ di pinggir huruf terpampang jelas. Mengundang lelaki ini untuk mengangkatnya.

Eoh, Chagiya... Ada apa?” tanyanya pelan.

“Apa kau akan pulang malam ini Oppaya?” tanya sosok diseberang dengan nada penuh harap.

Lelaki itu mendesah pelan. “Maaf Eunjiyie sayang.. Aku harus menyelesaikan ini segera. Besok harus diserahkan kepada clien sebagai bahan tandingan...” Jawabnya merasa bersalah.

“Begitu? Baiklah, jaga dirimu baik-baik Oppa... Jangan lupa makan dan minum vitaminmu...”

“Pasti Eunji-ya... Aku akan makan dan minum vitamin.. Cepat tidur chagi... Jangan menungguku...”

“Aku mengerti.. Saranghae..”

Nado Saranghae...” lantas Sungkyu menutup ponselnya dengan wajah merasa sangat bersalah.

Ini bukan keinginannya, kalau saja rekan kerjanya untuk proyek besar itu tak memberikan waktu singkat dalam menyelesaikan sample pasti dia akan pulang dan kembali dalam pelukan istrinya yang sangat dia rindukan.

Sudah dua hari ini Sungkyu menghabiskan malamnya di ruangan kecil dalam kantornya. Sebuah ruangan yang memang disediakan apabila Sungkyu harus benar-benar lembur dan mengerjakan pekerjaannya. Seperti saat ini, dia harus menyelesaikan sebuah project selama tiga hari. Sehingga mau tak mau Sungkyu kembali bermalam di kantor.

Beruntung sang istri tak pernah mengeluh dan mau mengerti tentang keadaan suaminya. Ia selalu mengirimkan makan siang dan vitamin untuk sang suami. Meskipun Sungkyu sama sekali tak menginjakkan kakinya di rumah, Eunji dengan senang hati mengantarkan makan siang untuknya.

Sempat Eunji menawarkan diri untuk menemani Sungkyu bermalam di kantor. Namun ditolak Sungkyu. Alasannya, suasana kantor sangat tidak nyaman. Sungkyu tak mau Eunji akan merasa tak nyaman di sana. Mau tak mau Eunji menerima penolakan Sungkyu.

Masih bersama dokumen-dokumen yang berserakan, Sungkyu merebahkan sejenak kepalanya yang sedikit pening. Dipijatnya pelan kedua pelipisnya. Sekedar menghilangkan pusing yang mendera. Mata sayunya telah lelah terus berkutat dengan beberapa tulisan-tulisan yang tercetak disana.

Waktu telah menunjukkan pukul dua pagi. Sungkyu memutuskan untuk mengakhiri permainannya dengan laptop dan file-file itu. Ia melangkah menuju kamar kecil dan beranjak tidur.

“Selamat malam Eunji sayang... Maaf aku harus meninggalkanmu lagi..”

Setelahnya hanya terdengar deru nafas teratur dari Sungkyu menandakan lelaki bersurai cokelat madu ini telah tertidur pulas dan menyelam kealam mimpi.

Mentari telah lama meninggi dan berada di atas Kota. Menyinarkan panasnya yang tak pernah puas membakar apa saja yang berada di bumi. Suara-suara bising yang ditimbulkan makhluk Tuhan paling sempurna itu telah memenuhi ruangan Sungkyu. Bukan hanya suaranya yang bergema melainkan juga suara yang berasal dari beberapa koleganya.

Lagi-lagi Sungkyu harus berhadapan dengan pekerjaan yang entah kapan selesai membelenggunya. Mereka seolah tak memberi kesempatan kepada Sungkyu untuk bernafas. Meski hari telah menunjukkan waktu makan siang, Sungkyu masih saja bersama dengan koleganya membahas project yang akan dimulai esok hari.

Hari ini rasanya ada yang berbeda bagi Sungkyu. Ia mencoba berpikir diantara perbincangan membosankan antar koleganya. Ah, ia ingat..

Ia sama sekali belum melihat Eunji berkeliaran di kantor. Biasanya, saat jam makan siang. Sosok cantik itu akan muncul tiba-tiba di antara puluhan pegawainya. Tapi kali ini, ia belum menampakkan sosoknya.

Entah karena pekerjaan yang benar-benar menyita seluruh pikirannya atau memang sengaja melupakannya, Sungkyu tak terlalu memikirkan hal itu. Ia telah larut dalam obrolan bisnis dan tak terlintas sedikit untuk mencoba menghubungi Eunji.

Beberapa saat terlewati, para kolega Sungkyu telah menghilang dari kantornya. Ada sedikit waktu untuk Sungkyu beristirahat. Kali ini ia gunakan untuk mengisi perut yang telah memaksanya agar segera dipasok.

Lelaki bermata sipit itu menikmati makan siang setengah sore bersama dengan teman sekantornya. Ia hanya membeli di kantin kantor yang tak jauh dari sana, agar menghemat waktu dan tak membutuhkan energi banyak.

Hyung... Tumben sekali kau makan di kantin..” celetuk Woohyun setibanya mereka di kantin dan bersiap memilih makanan.

Sejenak tampang bingung menghiasai wajah manis Sungkyu lalu ia menjawab. “Eunji tidak mengirimiku makan siang..”

Woohyun menangguk-angguk mengerti, tapi ia juga masih memiliki pertanyaan yang mengganjal dihatinya. “Tapi kenapa Eunji tidak memberimu makan siang?” pertanyaan singkat Woohyun namun penuh makna.

Sungkyu terhenyak kaget. Benar, ia baru sadar. Ada apa dengan Eunji sehingga ia tak datang dan memberikan bekal makan siang kepadanya? Apa terjadi sesuatu kepadanya?

Lantas ia merogoh ponsel dan mencari nomor Eunji. Detik berikutnya, ia menelpon istrinya.

Sekali ia menelpon tak diangkat.

Dua kali ia menelpon masih tak diangkat..

Tiga kali ia menelpon kali ini bukan tak diangkat tetapi direject..

Sontak hal itu membuat Sungkyu cemas. Ia khawatir dan berulang kali mencoba menelpon tapi semuanya gagal. Keringat dingin mengucur deras dari dahi Sungkyu. Ia sangat khawatir dan cemas.

Woohyun yang tahu perubahan ekspresi Sungkyu lantas bertanya. “Kau baik-baik saja hyung?” tanyanya heran

Sungkyu mendesah pelan. “Aku tidak bisa menghubungi Eunji... Aku takut terjadi apa-apa..”

“Oh.. coba telepon temannya, mungkin dia sedang bersama seseorang.” Saran Woohyun.

“Benar juga...” tak menunggu Sungkyu segera mencari nomor yang mungkin saja pemiliknya sedang bersama dengan Eunji.

Beberapa detik, sambungan telepon itu diterima lawannya.

“Eoh, Naeun-ah.. Kau ada dimana?” tanya Sungkyu tak sabaran.

“Aku ada di rumah Oppa.. Kenapa?”

“Apa Eunji bersamamu?” jelas sekali nada gelisah dan tak tenang memburu diantara untaian kata Sungkyu.

Sebelum ia mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, terdengar kekehan pelan yang membuatnya semakin khawatir.

“Iyaa, dia bersamaku... Ah iya, katanya ponsel Eunji eonni drop. Sehingga dia tidak bisa menghubungimu..”

Pertama kali yang terdengar dari bibir Sungkyu adalah sebuah desahan lega. Ia lega sangat lega. Eunji kesayangannya tak terjadi apa-apa..

Sungkyu telah mengembalikan jiwa tenangnya yang sempat hilang. Ia melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Menikmati makan siang dan kembali ke dalam dunia yang telah memisahkannya dengan orang yang ia kasihi.

Sebenarnya Sungkyu merasa sangat bersalah atas tindakannya yang mungkin bisa dibilang lebih memilih pekerjaannya daripada Eunji. Namun ia bisa apa? Ini semua tanggung jawabnya sebagai pewaris perusahaan keluarga Eunji yang diberikan kepadanya. Mengingat Eunji seorang wanita tidak suka berkutat dengan pekerjaan yang menurutnya membosankan dan lebih memilih bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga. Walaupun ia belum memiliki anak.

Selesai dengan makan siangnya, Sungkyu beranjak dari kantin dan melangkah menuju ruangannya. Setumpuk file yang sempat dibahas dengan beberapa koleganya tadi telah menyambuk Sungkyu untuk segera dijamah. Sesaat wajah manis Sungkyu terlihat muram ia merindukan sosok Eunji. Rasanya tak bertemu dengannya sehari bagaikan setahun mereka berpisah. Lantas ia mengambil sebuah benda persegi berisikan gambar di tengahnya. Sesosok cantik dengan senyum mengembang lebar membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa tenang. Apalagi jika orang itu sangat menyayanginya.

“Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat chagi... Supaya aku bisa bertemu denganmu...” gumamnya lirih seraya memeluk dalam foto itu.

Setelahnya ia meletakkan kembali foto itu dan memandang sayu dokumen di meja kerjanya. Desahan berat terdengar memburu dari bibir tipis Sungkyu. Ia berdecak pelan lalu memulai kembali rutinitas menjenuhkan itu.

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam berlalu begitu saja hingga mentari telah menghilang dari balik cakrawala dan berganti rembulan sabit yang siap menyinari kehidupan di bumi. Sadar mentari telah berganti, Sungkyu melepaskan dokumen yang membelenggunya dan berniat keluar ruangan mencari makan serta minuman. Lagi dan lagi ia harus berkeliaran sendiri di kantor besarnya. Meski sebenarnya ada beberapa karyawan yang sengaja ia suruh untuk bekerja lembur membantunya.

Sesaat ia kembali dari mencari makan, ia berhenti di sebuah ruang yang menyihirnya untuk menghentikan langkah. Bukan ruangan itu, namun sebuah tayangan yang sedari tadi jadi bahan obrolan para pegawainya.

“Seorang psikopat kembali berulah siang tadi.. Korbannya adalah seorang wanita tua didaerah Itaewon Yongsang-gu Seoul. Saat ini korban dilarikan ke rumah sakit namun tidak bisa diselamatkan.”

Sejenak darah Sungkyu mendesir. Pikirannya melayang, kejam sekali orang itu.

“Kami himbau kepada seluruh warga Seoul, apabila kalian berada diluar rumah ataupun didalam rumah, jangan lupa untuk selalu waspada dan hati-hati. Terima Kasih.”

Sungkyu bergidik ngeri mendengar berita seperti itu. Sebelum itu ia pernah mendengar tentang hal itu namun sepengetahuannya pelaku telah ditangkap. Tapi hari ini? nyatanya masih ada. Lantas ia kembali kedalam ruangan.

Sesampainya di ruangan, Sungkyu segera meletakkan minuman yang ia bawa. Pandangannya teralih pada sebuah ponsel yang berbunyi kala ia masuk ke dalam ruangan. Langsung ia mengambil dan membaca pesan yang ia terima.

“Ah... Dari Eunji....” gumamnya lirih seketika matanya membaca rangkaian huruf yang tercetak di layar sentuhnya.

Ia tak mengiriminya balasan dan meletakkan kembali di atas meja. Setelahnya ia membuka satu file case dan mengambil dokumen itu. Memperhatikan sekilas lalu menggeluti dengan fokus yang tajam.

“Yaa! Kau tahu, kemarin psikopat itu berulah lagi... dan sekarang korbannya didaerah Seoul. Mengerikan bukan...”

“Iyaa... Aku jadi takut kalau harus tinggal sendiri..”

Sayup-sayup suara itu melewati telinga Sungkyu, memberikan sedikit dorongan kepadanya untuk sedikit penasaran. Rasa ingin tahunya tentang pembunuhan itu tiba-tiba muncul seiring seringnya telinga itu menangkap percakapan tentangnya.

Pikirannya masih bertanya-tanya tentang hal itu, namun iris segarisnya tetap fokus membaca deretan huruf-furut yang tertata rapi di atas sebuah kertas putih. Detik berikutnya, pintu ruangannya terbuka karena kehadiran Dongwoo di ruangan itu.

Dongwoo duduk di meja sebelah Sungkyu dengan ekspresi bergidik ngeri. Dahi Sungkyu berkerut melihat ekspresi tidak biasa dari sang rekan kerja. Lantas ia bertanya kepadanya.

“Ada apa denganmu Dongwoo-ya?”

“Apa kau sudah mendengar berita tentang pembunuh itu hyung?” bukannya menjawab, Dongwoo malah mengajukan pertanyaan.

Sesaat Sungkyu mengalihkan fokus dari dokumen itu. “Eum, aku baru dengar kemarin malam. Memangnya kenapa?”

“Yaa! Apa kau tahu korban meninggal tadi pagi?” tanyanya lagi dengan wajah serius.

Lelaki tampan itu menggeleng tak mengerti, raut mukanya mengatakan ia benar-benar tak tahu dan penuh rasa penasaran.

“Korbannya kali ini berasal dari daerahmu... Korbannya dari Samseongdong distrik Gangnam.” Balas Dongwoo masih dengan ekspresi yang sama.

“Kau yakin?” tanya Sungkyu seolah tak percaya.

Eung, dan katanya.. Dia seorang wanita, cantik juga manis, berusia sekitar 23 tahun tinggal sendiri dirumahnya kemarin.. Bahkan katanya ada luka disekitar selangkangannya.. Wihhh... mengerikan...” Ekspresi wajah Dongwoo tampak sangat meyakinkan dengan ungkapan kata-kata serius yang seolah memompa pikiran Sungkyu untuk berpikir negatif.

Reflek, Sungkyu bangkit dari duduknya dan berlari keluar ruangan. Ia tak menanggapi pertanyaan ataupun sapaan yang ditujukan kepadanya. Kakinya masih melangkah cepat berharap ia segera sampai pada tempat yang ingin ia datangi. Tak memperdulikan lagi segala kesibukan yang akan menghampirinya hari ini. Juga janji pada kolega yang telah direncanakan jauh-jauh hari.

Dari raut muka manis itu tercetak jelas bagaimana perasaan gusar tengah menyelimutinya. Ekspresi tak tenang bersatu dengan erangan kuat rahang Sungkyu juga langkah yang semakin cepat. Ia menyambar mobilnya yang terparkir rapi dan segera melajukan dengan kecepatan penuh. Tujuannya hanya satu. Rumah. Sebuah rumah yang hanya berhunikan satu Makhluk Tuhan paling cantik di hati Sungkyu. Jung Eunji.

“Eunji-yaaaa.....” Seru Sungkyu setibanya ia di rumah besar itu. Perasaannya semakin tak menentu ketika pintu rumah itu tak terkunci. Namun sedikit rasa lega singgah di hatinya mana kala ia tak mendapati kerumunan yang identik dengan sesuatu hal buruk jika memang kejadian kemarin menimpa keluarganya.

Ya, selama itu Sungkyu khawatir jika korban kali ini adalah istri tercintanya Jung Eunji. Semalam Eunji berkata dalam pesannya bahwa ia akan menunggu Sungkyu dan tak menutup pintu. Otomatis hal itu semakin membuat Sungkyu takut setelah mendengar kabar dari Dongwoo.

“Eunji-yaa...” kakinya melangkah dalam ruang kamar namun tak ada sosok cantik di sana. Ia keluar dan berteriak dengan nama yang sama. Sempat ia merutuki memiliki sebuah rumah yang besar. Ini cukup sulit membuat suaranya terdengar di penjuru ruangan. Selain ruang yang besar, setiap ruang di beri peredam suara.

Satu persatu ruangan dijelajahi oleh Sungkyu tetapi hasilnya nihil. Eunji tak berada di sana. Lantas ia menuju satu-satunya tempat yang belum ia jamah. Dapur. Hatinya semakin tak karuan dengan gemuruh yang sedari tadi menemani kegelisahan jiwanya. Dalam hati ia terus berdo’a semoga istri tercintanya itu ada di sana dengan senyum mengembang atau keadaan yang baik-baik saja.

“Eun-Eunji-yaaa...” Pekik Sungkyu senang melihat sosok terpantul di lensa sipit miliknya. Sosok itu tengah tenggelam dalam aktivitasnya memasak.

Op-Oppaya..” seru Eunji setelah merasakan sebuah pelukan erat dari Sungkyu tiba-tiba. Ia terlonjak bingung dengan sikap Sungkyu yang menurutnya aneh. Tak hanya sekali bibir tipis Sungkyu mengucap syukur juga nama Eunji dengan perasaan campur aduk.

Eunji mencoba melepas pelukan Sungkyu namun tak mampu. “Oppa, Oppa kenapa?” tanya Eunji bingung.

Sungkyu tak menjawab, ia masih memeluk erat tubuh sang istri yang sangat ia rindukan juga ia khawatirkan. Tak tahu harus berbuat apa, Eunji terdiam membisu merasakan tangan Sungkyu semakin erat memeluknya dengan hati penuh tanya.

Setelah cukup lama Sungkyu memeluk Eunji, ia melepaskannya. Eunji tersentak melihat aliran bening yang jatuh dari sudut mata sipit Sungkyu.

“Ke-kenapa Oppa menangis? Ada apa oppa?” tanya Eunji lirih seraya mengusap jalur bening itu.

Sungkyu menggeleng, tangannya meraih tangan Eunji dan menggenggamnya erat. “Kau baik-baik saja ‘kan? Aku minta maaf Eunji, aku minta maaf sayang..” ucapnya di tengah-tengah isakan yang seolah terpacu untuk lebih keras lagi. Sungkyu mengecup berulang kali tangan Eunji yang digenggamnya.

Wanita muda itu heran dengan tingkah Sungkyu. Ada apa sebenarnya?

Oppa minta maaf karena apa? Kenapa oppa minta maaf?” nada bicara Eunji terdengar melirih dengan sedikit rasa khawatir bercampur. Baru kali ini ia melihat suaminya yang selalu tegar, tenang dan tegas menangis di hadapannya dengan bibir menggumam kata maaf.

Sungkyu memeluk kembali tubuh Eunji. “Maaf karena membiarkanmu sendiri setiap malam. Maaf karena tak ada di dekatmu saat kau membutuhkanku. Maaf karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Maaf kare—.”

Oppa..” suara lembut Eunji menghentikan ucapan Sungkyu.

Eunji melepas pelukannya dan menangkup wajah basah Sungkyu. Senyum yang sangat dirindukan Sungkyu melengkung manis. “Kau tidak perlu minta maaf oppa, aku mengerti dengan pekerjaanmu. Kalaupun harus ada yang minta maaf bukan oppa yang seharusnya minta maaf. Melainkan Appaku yang seenaknya saja memberikan pekerjaan melelahkan untuk oppa.” sahutnya dengan suara seimut mungkin disertai pipi yang menggembung dan bibir yang mengerucut.

“Aku hanya takut kau akan pergi dariku Eunji-ya... Oppa takut kau tak lagi ada untukku Eunji-yaa.. Kau tahu ‘kan betapa berharganya kau untukku? Aku takut kau harus meninggalkanku Eunji-yaa..”

Eunji menyatukan alisnya. Sinar teduh dari bola matanya memandang sayang Sungkyu seakan mengatakan ‘Jangan mengatakan hal seperti itu’.

“Aku tidak akan pergi kemana-mana oppa-yaa... Aku akan selalu menunggumu disini. Aku tidak akan pernah melakukan apa yang kau takutkan. Kau kenapa sih oppa? apa kau terlalu lelah bekerja?” tanya Eunji heran seraya mengecek suhu di kening suaminya.

Akhirnya Sungkyu mampu mengulas sebuah lengkungan dari bibir tipisnya setelah berjuang dengan rasa khawatir dan kecemasan serta air mata yang tak tahu mengapa jatuh begitu saja. Ia mengusap puncak kepala Eunji.

Oppa sayang kepadamu Eunjiyie sayang..” tutur Sungkyu lalu ia mengecup pelan kening Eunji.

Kedua pipi mulus Eunji merona merah. “Aku juga menyayangimu, Oppa-yaa....” sahutnya seraya menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Sungkyu.

“Aku tidak akan meninggalkamu sendiri Eunji. Aku akan menjagamu. Aku tidak mau orang lain mengambilmu.”

“Maksud oppa apa?” Eunji melepaskan pelukannya dan menatap heran sang suami.

Sungkyu mengecup pelan bibir Eunji. “Kau tahu? Aku takut kau dibunuh oleh psikopat itu saat aku tidak ada di rumah. Aku tidak akan meninggalkamu sendiri lagi Eunji-ya..”

“Ng? Psikopat? Hey, jangan bilang oppa melihat tayangan itu?” Senyum Eunji merekah manis sekali. “Pelakunya sudah ditangkap oppa. Kau tak perlu khawatir.” Sungguh, hanya melihat senyuman itu Sungkyu merasa senang kembali.

Sungkyu meraih tubuh itu dan memeluknya.

“Kalau boleh memilih aku akan di rumah tidak usah bekerja.”

“Heishh, Oppa! Kalau kau tidak bekerja bagaimana dengan kita nanti?”

“Ah.. iya... Hhh, aku sangat beruntung memiliki istri pengertian sepertimu Eunji.”

Eunji mengeratkan pelukannya. “Aku juga oppa. Aku bersyukur bisa memilikimu.”

“Aku tidak bosan mengatakan ini. Aku mencintaimu Eunji-ya... Aku mencintaimu sayang..”

“Aku juga oppaya.. Aku juga mencintaimu..”

Beberapa menit dibiarkan berlalu dengan keheningan tanpa ada pergerakan dari tautan tubuh itu. Keduanya begitu menikmati pelukan yang sangat mereka rindukan. Sudah beberapa hari mereka tak merasakan hangatnya suhu yang mengalir dari masing-masing tubuh itu.

“Apa kau merindukanku Eunji-yaa?” tanya Sungkyu pelan masih dalam pelukannya.

 “Aku sangat merindukanmu oppa..” Senyum malu-malu Eunji tenggelam di dada bidang Sungkyu. “Kau lapar oppa? Aku harusnya sudah selesai memasak untukmu..” ocehnya ketika tak sengaja ia mendengar suara yang muncul dari perut sang suami.

Sungkyu terkekeh pelan. Ia melepas pelukannya lalu mengecup singkat bibir Eunji.

“Ada yang aku lakukan lebih dulu sebelum makan.” Jawabnya dengan kerlingan mata.

“Apa oppa?”

“Ada deh...” sahutnya menggoda Eunji yang tengah penasaran.

Eunji mengerucut. Melihat membuat Sungkyu tak sabar ingin memakan benda kenyal dengan warna merah muda yang menggodanya. Bibir yang sangat sangat sangat ia rindukan. Segera ia meraih wajah Eunji. Menghapus jarak yang tersisa dan berakhir pada bertemunya bibir mereka. Sehangat dan selembut mungkin bibir tipis Sungkyu bermain di atas bibir Eunji. Melumat pelan dan menyapu bersih warna merah muda yang menempel disana. Eunji mengikuti apa yang dilakukan sang suami dengan mengimbangi juga melingkarkan lengannya agar memperdalam pagutan bibir mereka.

Setelah merasa puas, Sungkyu melepas ciumannya dan berbisik di telinga Eunji. “Selanjutnya kita selesaikan di dalam kamar sayang~~. Ah atau disini saja?” bibir Sungkyu membentuk senyum menyeringai penuh nafsu.

Oppa~~.....”

 

END

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
bluesjuice
#1
Chapter 1: Damn, this such heartbreaking story!
But I do love your dedication to gyuji!!