1. Flower Power

Gyuji Story Collection.

Flower Power

By : D_Noviangyus

 

Main Cast:

Kim Sungkyu & Jung Eunji

 

Other Cast:

Nam Woohyun, Park Chorong & Kim Namjoo

 

Happy Reading~~

 

Berbaring di atas ranjang putih tak melakukan apa-apa hanya akan menimbulkan rasa bosan. Seperti halnya pemuda bermata segaris ini, rasa bosan telah menyerangnya sedari tadi. Ia harus terus berada disana dengan tangan dialiri infus. Seminggu berada di rumah sakit membuatnya terus menghela nafas berat dan bergelut dengan bosan yang mendera.

Tangannya menekan berulang kali remot itu. Berusaha menemukan channel yang sesuai dengan keinginannya. Namun sepertinya helaan nafas itu terus memburu dalam bibir tipisnya tak menemukan apa yang ia inginkan. Akhirnya ia memilih acara musik yang sedang berlangsung.

“Heyyy!!” serunya sejurus dengan pintu yang bergerak itu. Dari lensa kelamnya ia menangkap seseorang akan masuk dalam kamarnya namun tidak jadi. Ia ingin melihat siapa itu tetapi infus yang menancap disana tak memberikan ijin.

Satu desahan lolos percuma dari bibir tipisnya. Lantas ia kembali menikmati acara musik itu.

Beberapa menit berlalu, seseorang masuk ke dalam kamarnya. Mata sipit itu bisa melihat siapa yang datang. Dokter muda dengan tangan membawa seikat bunga yang tak asing baginya.

Bunga? Iya, bunga seikat mawar putih yang selalu ia dapatkan setiap hari.

“Selamat pagi Sungkyu-sshi.. Kau sudah bangun? Ah iya, ini bunga mawar aku temukan di depan pintu.” Ucapnya seraya memberikan bunga itu kepada Sungkyu.

Sungkyu menggelengkan kepalanya. “Letakkan itu di meja saja dokter, aku tidak suka bunga mawar putih.” Tolaknya halus.

“Oh? Kau tidak suka? Bukannya setiap hari aku melihatnya di atas meja?”

“Benar, tapi bukan aku yang membelinya. Semua pemberian.”

“Ah, baiklah! Sekarang aku check dulu keadaanmu ne.” Sungkyu mengangguk, lantas Dokter muda memeriksa Sungkyu dengan teliti. “Sepertinya kau boleh pulang beberapa hari lagi. Eum, sekitar dua hari lagi mungkin.” Lanjutnya seraya memperhatikan catatan-catatan di jurnal yang ia bawa.

Sungkyu mendesah pelan. “Yahh, masih lama.” Keluhnya.

“Tidak! Kalau kau rajin minum obat dan makan yang banyak, kau akan cepat sembuh. Saya permisi dulu ne..” tukas dokter muda itu sebelum melangkah keluar kamar.

Iris segaris milik Sungkyu memperhatikan dengan seksama bunga mawar putih itu. Hatinya selalu bertanya setiap kali setangkai bunga itu berada di atas meja. Siapa sebenarnya sang pengirim? Kalau saja lengannya tak diletakkan infus. Pasti ia tahu siapa pengirimnya.

“Wahh, bunga ini cantik sekali~” Seru Namjoo setibanya ia di ruang milik Sungkyu. Dengan cepat ia mengambil bunga itu dan menghirupnya pelan.

“Kau tidak sekolah?” tanya Sungkyu setelah Namjoo meletakkan kembali bunga itu.

Ia duduk di sebelah kakaknya. “Hari ini hari minggu oppa! Wah, lama tidak sekolah kau jadi lupa hari.” Tutur Namjoo.

Sungkyu melirik sekilas kalender yang menggantung di dinding. “Ah benar!” gumamnya lirih.

Oppa~, sebenarnya bunga itu dari siapa?”

Oppa juga tidak tahu itu dari siapa. Kalau kau suka bawa saja pulang! Aku tidak menyukainya.”

“Sayang sekali, padahal bunga ini cantik sekali loh oppa.”

Sungkyu menghela nafas panjang. “Maka dari itu, simpan saja denganmu.” Sahutnya. Lalu ia merogoh ponsel di meja sebelah, memasang earphone dan memainkan musik di dalamnya.

Gadis manis itu hanya memandang heran sang kakak. Ia memang mengetahui kalau kakaknya tidak menyukai bunga. Namun mengapa ia terlihat sangat membenci bunga mawar putih? Bukankah bunga ini sangat cantik. Atau karena ibu mereka? Sungkyu teringat dengan sang ibu saat melihat bunga mawar itu.

Ibu mereka meninggal dalam kecelakaan ketika sepulang dari Jepang. Saat di tempat kecelakaan sempat terlihat bunga mawar putih yang diduga barang bawaan sang ibu. Setelah itu, rumah keluarga Kim jarang sekali menanam bunga. Alasannya sedikit meragukan. Sungkyu bilang itu akan mengingatkannya kepada sang ibu. Akhirnya, ayah dan Namjoo mengikuti keinginan Sungkyu. Karena sepertinya Sungkyu merasa terpukul dengan kepergiaannya.

∞∞∞

“Cepat sembuh oppa. Rasanya sepi sekali sekolah tanpamu.” Tutur gadis cantik bersurai cokelat panjang dengan tawa cantiknya.

Sungkyu tersenyum lalu mengangguk mantap. “Pasti, aku sudah lelah terus berada di rumah sakit.” balasnya disertai senyum melengkung.

“Kenapa hyung bisa kena typus sih?” pertanyaan itu terdengar entah seperti rasa heran atau mengejek yang dilontarkan dari pemuda tampan kekasih Chorong. Nam Woohyun.

“Mana aku tahu, aku telat makan mungkin. Akhir-akhir ini aku terlalu lelah.”

Chorong mengusap pundak Sungkyu. “Yang sabar.. Oppa sih sibuk organisasi lalu lupa makan.” Sambung Chorong.

“Andai saja ada yang mengingatkan makan pasti tidak akan sakit.” celetuk Woohyun dengan cengiran khas yang mengembang dari bibir penuhnya.

Pemuda sipit itu mengerutkan dahinya bingung. Iris segarisnya menatap Woohyun dengan pandangan minta untuk dijelaskan. Lantas Woohyun duduk di sebelah Sungkyu dan menghela nafas pelan sebelum berbicara.

“Kekasih hyung! Kau terlalu lama menjomblo! Susah kan? Makan tidak ada yang mengingatkan.”

“Hey! Kata siapa?” sungut Sungkyu tak suka.

Woohyun memutar bola matanya malas. “Lalu siapa coba yang mengingatkanmu makan? Namjoo?”

Sungkyu tak menjawab. Ia hanya mengangguk ragu.

“Tapi kan berbeda kalau seorang kekasih yang memperhatikan.”

“Terserah kau sajalah!” tanggap Sungkyu malas.

Setelahnya, mereka bertiga terus bercanda. Sesekali tawa terdengar renyah di telinga, senyum mengembang lebar. Bahkan Sungkyu lupa rasa bosan yang beberapa hari ini mengganggunya. Mereka tampak berbaur dalam balutan cerita menarik hingga menimbulkan suasana senang dan bahagia. Sosok Woohyun yang periang juga Chorong yang tak jauh berbeda dari sang kekasih memberikan energi tersendiri bagi Sungkyu. Ia beruntung memiliki hoobae sekaligus teman yang begitu periang.

Di balik senyum dan tawa yang terjuntai dari bibir tipisnya, Sungkyu kembali mengingat pernyataan Woohyun beberapa saat yang lalu. Sebuah kalimat yang sebetulnya juga motivasi bagi Sungkyu. Sudah hampir tiga tahun Sungkyu menjomblo setelah perpisahan dengan mantan kekasih ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Setelah itu ia tak lagi menjalin hubungan. Apalagi dengan peristiwa yang menimpa sang ibu membuatnya sedikit berpikir lebih untuk merubah statusnya. Sempat ia heran dengan dirinya. Sebenarnya apa hubungannya antara enggan memiliki kekasih dengan kehilangan sang ibu? Ia juga bingung dan belum mendapatkan jawaban yang jelas. Lalu saat ini, ia ingin sekali seperti Woohyun berbagi cinta dengan kekasih namun entah mengapa rasanya ada yang menahannya.

Ketika ketiganya asyik dalam candaan mereka, pintu kamar Sungkyu kembali bergetar layaknya dibuka seseorang. Reflek Sungkyu mendongakkan kepalanya mencoba mengintip dari kaca pintu. Lagi-lagi ia tak mampu menjangkaunya. Lantas ia meminta Woohyun untuk melihat.

“Tidak ada siapa-siapa hyung! Tapi aku menemukan ini?” ucap Woohyun sekembalinya ia dengan tangan membawa bunga mawar.

Mata sipit Sungkyu membelalak heran. Ia hampir geram dengan ulah sang pengirim yang sama sekali tak berniat memberikan kejelasan.  Bahkan sepucuk surat ataupun inisial juga tak diberikan. Tangan Sungkyu mengulur untuk menerima bunga itu. Kali ini ia mau untuk menyentuh dan menghisap pelan aroma mawar putih yang ternyata cukup menenangkan dirinya. Detik berikutnya, ia meletakkan di meja dekat ranjang.

“Dari siapa oppa?” tanya Chorong.

Sungkyu menggelengkan kepalanya. “Aku juga tidak tahu.” Sahutnya pelan. “Ini sudah terjadi semenjak aku berada di rumah sakit.”

“Fansmu mungkin?” ucap Woohyun.

“Entahlah!”                               

Woohyun dan Chorong hanya saling melempar pandang. Setelahnya, mereka berpamitan untuk pulang. Mengingat waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Sungkyu mengangguk setuju. Beberapa detik berlalu, ia tinggal sendiri dalam kesepian kamar yang lumayan luas itu.

Bosan kembali menyerang Sungkyu. Ia tak tahu apa yang harus ia perbuat. Sebentar ia memperhatikan infusnya. Ah, sebuah ide melintas di otak kelabunya. Ia berencana untuk jalan-jalan sebentar dengan membawa serta infus itu. Tidak terlalu susah bukan?

Kakinya melangkah antusias di setiap ubin yang menempel pada permukaan tanah. Wajahnya terlihat jauh lebih cerah. Mungkin segar udara di luar mampu membangkitkan aura positif dalam diri Sungkyu. Sejenak ia berdiri di pelataran belakang rumah sakit yang menghadap pada sebuah taman kecil. Ia bingung mau kemana lagi. Lantas ia memilih untuk duduk pada salah satu bangku kayu yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Sesekali kristal kelamnya mengedar, memperhatikan betul setiap suasana yang tercoreh di taman kecil itu. Senyumnya melengkung manis kala mata sipitnya memonitori gerak lucu seorang anak kecil yang tengah bermain-main. Namun sesaat ia kembali menyapu taman itu dengan pandangannya, seseorang terpantul pada lensa beningnya. Gadis cantik tengah memainkan sebuah bunga di taman. Dari raut mukanya, Sungkyu sempat dibuat tenang. Gadis itu cantik, dengan senyum tenang yang mengembang. Cukup lama mata sipit Sungkyu terpaku kepadanya sebelum gadis itu meninggalkan tempatnya.

Senja oranye yang sempat menebar di langit Kota Seoul berubah warna. Memaksa tubuh Sungkyu untuk segera beranjak dari sana. Tak ingin mendengar omelan dari dokter muda itu, Sungkyu bangkit dan kembali ke kamar untuk kembali istirahat. Setidaknya masih ada sehari lagi dalam kubangan aroma obat-obatan yang cukup menyengat.

∞∞∞

Ketika dentuman musik klasik yang mengalun pelan terdengar di penjuru kamar Sungkyu, sayup-sayup suara tertangkap gendang telinga Sungkyu. Ia menoleh ke sumber suara dan mendapati sosok Woohyun dengan raut muka yang tak mampu Sungkyu tebak. Namun sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Lantas Sungkyu mematikan musik yang beberapa saat lalu menggema sebelum menghampiri Woohyun yang tertegun di depan pintu.

“Kenapa Hyun?” tanya Sungkyu heran.

Woohyun menggelengkan kepalanya. “Bukankah itu Eunji? Tapi kenapa ia ada disini?” bukannya menjawab, Woohyun malah kembali bertanya.

“Eunji?” alis Sungkyu bertaut. “Siapa Eunji?”

“Kau tidak tahu?” Woohyun balik bertanya seraya duduk di salah satu kursi. Sungkyu menggeleng. “Dia hoobae di sekolah kita. Tingkat satu. Jung Eunji..” Jawab Woohyun.

Hoobae? Aku tidak tahu siapa saja hoobae kita. Terlalu banyak.” Ucapnya enteng lalu kembali ke tempat tidur.

“Aku memergokinya sedang berdiri di depan kamarmu dengan tangan membawa sesuatu yang sepertinya tidak asing di mataku.”

Mulut Sungkyu terbuka dengan raut muka penuh tanya. “Maksudmu?” tanyanya bingung.

“Ah, iyaa! Bunga itu!” Woohyun menunjuk pada seikat mawar putih yang sedikit layu di atas meja. “Aku melihatnya membawa bunga seperti itu.” Sahutnya mantap setelah benar-benar meyakinkan ingatannya.

Sontak Sungkyu terkejut dengan perkataan Woohyun. Kalau dicerna lebih dalam dan dipikir ulang, selama ini pemberi bunga itu adalah Eunji? Jung Eunji yang ia sendiri tidak tahu siapa dia.

Woohyun mampu membaca apa yang ada di pikiran Sungkyu saat ini. Ia menepuk pundak Sungkyu pelan lalu tersenyum. “Kalau memang dia yang memberikan bunga itu, berarti dia menaruh hati kepadamu. Bukan hal yang aneh, kau adalah sunbaenya hyung!”

“Aku ingin tahu wajahnya. Bisakah kau memberikanku foto dirinya?” pinta Sungkyu setelah rasa penasaran dalam dirinya tak mampu dibendung lagi.

“Maaf hyung, aku tidak punya fotonya. Ah tapi tunggu, sepertinya Chorong cukup kenal baik dengannya.” lantas Woohyun merogoh ponsel miliknya dan mengetikkan pesan untuk Chorong. Cukup lama sebelum sebuah getaran singkat diterima Woohyun. Segera ia membuka pesan itu. Sebuah foto dikirim oleh Chorong.

Senyum manis mengembang di wajah Woohyun setelah menyimpan foto itu. Detik berikutnya ia memberikan kepada Sungkyu. Saat itu juga Sungkyu tercengang. Wajah cantik yang tercetak di lembaran kertas itu terasa Sungkyu kenal. Ia memperhatikan betul setiap inchi wajah itu. Benar, memang ia mengenal siapa gadis itu. Ah bukan mengenal dalam artian mengetahui betul gadis itu, melainkan mata sipitnya bahkan bibir merah mudanya sempat bereaksi ketika secara tidak sengaja lensa kelam miliknya memonitori wajah cantik itu. Gadis itu adalah gadis yang menarik perhatiannya ketika ia tengah mencari udara segar kemarin sore.

“Gadis itu...” gumam Sungkyu lirih.

“Kenapa hyung? Kau mengenalinya?”

Sungkyu menggeleng ragu. “Aku tidak kenal siapa gadis itu, hanya saja aku pernah melihatnya di taman belakang kemarin sore.” Ucapnya sedikit tidak yakin. Ia takut salah walaupun lebih dari setengah hatinya meyakini tentang gadis itu.

“Sungguh? Berarti benar dia hyung! Ini bukan kebetulan. Perlu aku mencarikannya untukmu?” tawar Woohyun.

“Buat apa?”

“Yaahhh buat jelasin ini semua.”

“Yaa! Kalau memang ini dia tidak masalah, nah kalau bukan? Malu sendiri ‘kan nanti?” tolak Sungkyu.

Woohyun mengangguk setuju. Sebentar ia berpikir tentang cara bagaimana agar bisa mengungkap ini. Entah mengapa ia begitu yakin jika pelakunya memang Eunji. Ah ia ingat. Chorong pernah bercerita jika gadis pemilik suara merdu itu menganggumi seseorang. Namun saat itu ia tidak terlalu peduli. Kemungkinan besar sosok yang dimaksud adalah Sungku. Lantas ia membisikkan tentang cara yang akan dilakukannya. Sungkyu masih bertahan di rumah sakit hingga esok hari. Sehingga ia bisa melancarkan aksinya nanti malam.

Setelah memceritakan apa rencananya, Woohyun pamit undur diri untuk menemui Chorong dan menghasut sang kekasih. Sunggyu hanya mengangguk setuju meski sedikit berat ia melepas Woohyun. Mengingat akan sepi dan membosankannya tinggal sendiri di sana.

∞∞∞

Malam hampir menjelang. Seperti apa yang dikatakan Woohyun, Sungkyu mendapatkan sebuah pesan darinya untuk menunggu Chorong. Namun rasanya bosan terus menunggu disana. Lantas ia melakukan hal yang sama seperti kemarin demi menghilangkah kepenatan yang mengerubunginya.

Sebelum ia meninggalkan kamar, lebih dulu Sungkyu melepas infus yang ia rasa sudah tidak diperlukan lagi lalu mengambil jaket dan mengenakannya. Selanjutnya ia keluar kamar dengan tangan memegang ponsel. Berjaga-jaga jika Chorong akan menghubunginya.

Sedikit berat hati akibat rasa penasarannya, Sungkyu mengelilingi rumah sakit. Ada sedikit harapan di hatinya bahwa ia ingin bertemu kembali dengan sosok yang telah menarik hatinya. Tak ia pungkiri bila sosok itu telah membekas di pikiran Sungkyu. Setidaknya wajah cantiknya tidak langsung hilang apalagi dengan foto yang ia terima dari Woohyun membuatnya susah untuk menghilangkannya.

Mungkin Tuhan memang telah menuliskan takdir keduanya. Sungkyu bertemu lagi dengan gadis itu. Sejenak ia memperhatikan gadis itu yang memakai pakaian untuk pasien. Sungkyu tertegun, apakah gadis itu juga pasien disini?

Raut mukanya terlihat sangat gelisah. Tangannya memainkan sebuah boneka kecil yang sesekali dipeluknya. Cukup lama Sungkyu memperhatikan, akhirnya ia mengalah untuk mendekatinya.

“Hey...” seru Sungkyu seketika ia terkejut melihat aksi tiba-tiba gadis itu yang sepertinya tak mengetahui ada orang lain di belakangnya. Ia hampir menabrak Sungkyu.

Gadis itu tersentak lalu membalikkan badannya. Detik berikutnya, raut muka cantik itu berubah lebih terkejut saat tahu siapa yang ada dibelakangnya. Ia gelagapan lalu berusaha menghindari. Namun tangan Sungkyu lebih dulu menariknya.

“Kenapa kau pergi?” tanya Sungkyu pelan.

Gadis itu tampak semakin terkejut. “Eung.. Eh.. A-aku minta maaf.” Ucapnya gugup seraya membungkukkan badanya.

“Kita tidak saling kenal bukan? Kenapa kau gugup seperti itu? Apa aku menakutkan?”

Uh? Eung..” Gadis itu menggelengkan kepalanya dan berusaha untuk pergi. Tangan Sungkyu dengan cepat menariknya hingga tubuh mereka hampir saja bersentuhan.

Sungkyu tersenyum manis. Mata sipitnya mengunci pandangan gadis itu. Bisa ia lihat jika wajah itu tampak sangat terkejut dengan sedikit ketakutan menambah kesan lucu di wajahnya. Bahkan Sungkyu bisa merasakan bagaimana detak jantung gadis itu berpacu.

Gadis itu mengalihkan pandangannya dan berusaha melepas cengkraman Sungkyu.

“Aku aku menakutimu Jung Eunji?” tanya Sungkyu lembut.

Reflek, mata indah gadis itu kembali melirik Sungkyu dengan eskpresi yang sama. Terkejut.

“A-aku minta maaf seonbae..” tuturnya menyesal dengan menundukkan kepalanya.

Sungkyu hanya tersenyum lalu menggandengnya agar ikut dengannya.

∞∞∞

“Kenapa kau tidak bilang dari dulu kalau kau menyukaiku? Kau tidak perlu bertindak seperti ini bukan?” tanya Sungkyu dengan lembut. Ia tak ingin menyakiti hati Eunji yang tampak gugup di depannya.

Eunji menunduk, sisa air mata itu masih membekas disana. “Aku terlalu takut kepadamu sunbae.” Jawabnya lirih.

“Tidak ada yang perlu ditakutkan Eunji-ya. Kau berhak mengatakan itu.” Sungkyu mengusap punggung Eunji ketika ia melihat kembali air mata turun dari mata cantiknya.

Gadis cantik itu sedikit demi sedikit merasa tenang. Mungkin mengakui semuanya bisa membuatnya lebih lega.

“Apa kau sangat menyukaiku?” tanya Sungkyu.

Eunji mendongak. Lalu mengangguk lemah.

Sungkyu tersenyum. “Apa kau mencintaiku?”

Ng?” Eunji sempat ragu namun ia mengangguk. “A-aku mencintaimu sunbae.. Tapi maaf telah lancang untuk mencintaimu.” Sesalnya.

“Hey, tidak ada yang salah saat kau mencintai seseorang. Apa kau menyesal mencintaiku?”

Kristal kelam Eunji menyorot teduh sosok manis itu. Ia terdiam dan terpaku dengan kata-katanya. Lantas ia menggeleng pelan. “Aku tidak menyesal mencintai sunbae..” ucapnya dengan kepala tertunduk. Beberapa detik kemudian, ia bangkit dari ranjang Sungkyu hendak kembali ke kamarnya.

“Aku harus kembali.” Ucapnya pelan.

Sungkyu tak menjawab, ia membiarkan Eunji meninggalkannya.

Saat Eunji akan memutar kenop pintu itu, suara Sungkyu terdengar nyaring di telinganya.

“Aku akan pulang besok.”

Sontak tangan Eunji membeku sekejap. Ia tak kembali membuka pintu lalu dengan sedikit ragu berbalik menatap Sungkyu. Dari sepasang lensa beningnya, ia bisa melihat sedikit ada rasa berat di wajahnya.

“Apa kau tidak ingin menghabiskan malam ini bersamaku?” tanya Sungkyu tiba-tiba. Ia sendiri tidak tahu mengapa kata-kata seperti itu bisa keluar dari bibir tipisnya. Rasanya memang ada yang hilang saat Eunji memilih untuk pergi. Ataukah Sungkyu mulai jatuh cinta kepadanya? Tidak..tidak.. Sungkyu tidak merasakan itu. Tapi rasanya...

Eunji berbalik dan duduk di tempat semula. “Aku harus istirahat sunbae.. Suster akan memarahiku nanti.” ucapnya lirih.

“Kau sakit apa?”

“Ginjal. Ini salah satu alasanku untuk tidak mendekatimu secara langsung. Aku takut jika nanti sunbae menyukaiku akan merasa sedih saat mengetahui kenyataan bahwa aku tidak akan lama lagi tinggal di dunia.” Jelasnya pelan. Air mata yang sempat terhenti kembali jatuh di pipi mulusnya.

Sungkyu terkesiap mendengar penjelasan Eunji. Ia tak pernah menyangka bahwa gadis yang diam-diam di pujanya itu mengalami hal pelik. Penyakit yang kata orang susah untuk dihilangkan. Reflek ia mendekati Eunji lalu memeluk tubuhnya. Ia memberikan sandaran bagi Eunji untuk menuangkan semua kesedihan yang selama ini ia pendam. Terutama mencintainya dalam diam. Awalnya Eunji merasa kaget dengan tindakan Sungkyu. Namun ia mulai mengikuti apa yang dilakukan Sungkyu. Hatinya merasa tenang saat indera penciumannya menghisap lembut wangi tubuh Sungkyu. Sosok yang ia idamkan selama setahun ini.

∞∞∞

Akhirnya, Sungkyu bisa bebas dari belenggu aroma obat-obatan yang menyengat juga keheningan yang ada dalam rumah sakit. Ia bisa bebas dari kebosanan yang selama lebih dari seminggu menggelayutinya. Ia senang bisa pulang ke rumah.

Dengan bantuan Namjoo, Sungkyu mulai mengepak pakaiannya. Sesaat ia akan ke kamar mandi, sebuah pesan ia terima. Lantas ia membuka pesan itu yang ternyata ia dapat dari Chorong.

From : Chorongie

Maaf oppa, aku tidak ke kamarmu kemarin.

Sepertinya kau sudah menemukan jawabannya.. :)

Figthing oppa.. ^^,

Sungkyu hanya mengulas senyum lalu pergi ke kamar mandi. Tak lama, hanya kurang dari lima menit ia kembali ke kamarnya. Raut mukanya tak tenang, ia tengah menunggu seseorang yang berjanji untuk datang. Namun sampai detik ini belum menampakkan batang hidungnya. Lantas ia pamit kepada Namjoo untuk pergi keluar sebentar.

Hatinya terasa sangat tak tenang. Ada gemuruh yang seolah tak berhenti mengusik ketenangan batinnya. Ia tak tahu apa itu, namun perasaan gelisah itu terus menarik dan memaksanya untuk tetap melangkah. Memberikan kendali akan apa yang ia lakukan.

Ia tak tahu harus kemana. Karena memang ia tak mengetahui dimana kamar yang akan dituju. Bodohnya ia tak meminta nomor ponsel yang bisa dihubungi. Sedikit frustasi ia mendatangi resepsionis dan bertanya dimana Eunji di rawat.

Kegelisahan yang berada dibenak Sungkyu adalah akibat dari pikiran tak tenang tentang Eunji. Gadis manis itu berjanji akan mendatanginya sebelum Sungkyu pulang. Namun kenyataannya? Sosok itu datang.

Langkahnya terasa sangat tergesa-gesa dengan bibir yang terus menggumam nomor kamar Eunji. Cukup lama berputar, akhirnya Sungkyu tiba pada kamar itu. Tubuhnya membeku, pandangannya terpaku pada sosok yang tengah terbaring ringkih di atas ranjang. Sosok itu sama sekali tak bergerak. Sungkyu tak tahu harus berbuat apa.

Sedikit ragu ia mulai mendekati sosok itu, mata sipitnya menyapu tubuh yang tampak sangat lemas. Jauh berbeda saat mereka bersama kemarin malam. Atau jangan-jangan...

Sesaat ia akan menggenggam tangan itu, sebuah suara menghentikannya.

“Siapa kau?” Sungkyu berbalik dan mendapati wanita paruh baya dengan wajah sayu sedikit pucat.

Sungkyu membungkuk dalam, memberikan hormat kepada seseorang yang ia duga ibu Eunji. “Annyeonghaseyo, Eomoni. Saya Kim Sungkyu, teman Jung Eunji..” sapanya ramah.

Wanita itu tersenyum manis. “Ah, kau Sungkyu? Senang bisa bertemu denganmu nak!”

Sungkyu tersentak dengan respon positif yang diberikan eomma Eunji. “Ah, i-iya. Saya juga senang bisa bertemu dengan eomoni.” Sahutnya pelan.

“Eunji sering bercerita tentangmu.” Tanggapnya kemudian seolah bisa membaca raut bingung di paras manis Sungkyu.

“Bercerita? Lalu Eunji?” arah pandang Sungkyu beralih pada sosok lemah itu.

Eum, dia terlihat sangat sumringah ketika menceritakanmu. Penyakit Eunji kambuh lagi. Mungkin karena kecapekan. Sudah sering dokter memarahinya untuk tidak keluyuran saat di rumah sakit. Tapi dia susah dibilangi.” Ucapnya dengan suara dibuat setegar mungkin. Sungkyu tahu, dibalik ketegaran suara itu ada rasa kesedihan yang berusaha untuk ditutupi. “Dan sepertinya ia sedang tidur sekarang.”

Hati Sungkyu mencelos ketika mendengar penjelasan dari eomma Eunji. Berarti secara tidak langsung penyebab Eunji berbaring disini adalah dirinya yang memaksanya untuk ikut dengannya. Nafas Sungkyu tiba-tiba tercekat. Dadanya sesak. Bahkan kakinya seakan bergetar dengan perasaan gamang. Ia merasa bersalah telah membuat Eunji harus menderita.

Setelahnya, eomma Eunji bercerita banyak tentang anaknya. Bagaimana Eunji selama ini bertahan dalam penyakit yang ia derita. Juga tentang dirinya yang seolah menjadi penyemangat bagi Eunji. Sungkyu mengetahui jika Eunji berbohong kepada sang Eomma yang mengatakan bahwa dirinya adalah kekasih Eunji. Senyum Sungkyu seolah meluntur perlahan kala gendang telinganya terus mendengarkan untaianu-untaian kata yang menjuntai dari bibir tipis eomma. Dadanya sesak, nafasnya tercekat. Bahkan hampir saja Sungkyu lupa caranya bernafas. Terlalu menyedihkan bagi Sungkyu untuk mendengar kisah pilu dari Eunji.

Selain itu semua ada sesuatu yang menarik bagi Sungkyu. Bunga mawar putih. Eunji tidak pernah bercerita kepada sang eomma bahwa ia telah mengirimi Sungkyu bunga itu setiap hari. Namun eomma Eunji cukup tahu bahwa Eunji sangat menyukai bunga itu dan alasannya apa. Kata Eomma Eunji, bunga mawar putih memberikan ketenangan baginya. Ia bisa bertahan dalam pesakitan yang ia terima selama mata cantiknya memandang indah jejejaran bunga itu. Aromanya mampu membangkitkan semangat di dalam dirinya.

Sungkyu terhenyak kaget dengan penjelasan Eomma. Ia tak mampu bersuara. Sedari tadi ia hanya mendengarkan dan mencoba untuk menahan lelehan air dari matanya agar tak jatuh. Cukup lama sang eomma bercerita sebelum sebuah suara menginterupsi.

Eo-eomma.” Pelan sekali, suara itu terdengar pelan dan lemah.

Reflek, keduanya berbalik dan melihat ke sumber suara. Sempat terselip sebuah senyum di wajah manis Sungkyu sebelum raut mukanya terlihat khawatir. Sungkyu terpaku saat akan mendekati tubuh itu.

Sang eomma tersenyum lalu memberikan waktu kepada Sungkyu untuk berbicara dengan anaknya. Setelahnya, eomma keluar.

“Eunji-ya..” panggil Sungkyu dengan suara tercekat.

Sun-sunbae.. Kenapa sunbae bisa ada disini?” tanyanya sedikit bingung.

Sungkyu duduk di kursi sebelah ranjang. “Kau tidak datang ke kamarku, aku khawatir.” Ucap Sungkyu singkat.

“A-aku minta maaf sunbae.” Sesalnya dengan gerakan akan bangkit dari tempat tidur. Sungkyu menahannya lalu menggeleng.

Tangan kekar Sungkyu menggenggam erat tangan Eunji. “Eunji-ya.. Kau tahu kalau kita itu ditakdirkan untuk bersama?” tukas Sungkyu pelan.

“Maksud sunbae?” kening Eunji berkerut.

Sungkyu mengusap lembut tangan Eunji. “Panggil aku oppa, Eunji-ya. Ku rasa ini bukan suatu kebetulan. Kau boleh percaya atau tidak! Aku lebih dulu mengagumimu sebelum aku tahu kau lah orang yang telah memberiku bunga mawar.” Jelas Sungkyu seraya mengeratkan genggamannya.

Mata cantik Eunji membelalak sempurna. Namun ekspresinya mengatakan ia tak paham. Senyum manis diberikan Sungkyu sesaat ia melihat wajah bingung Eunji.

“Aku mengagumimu saat tak sengaja melihatmu di taman belakang rumah sakit. Saat itu aku tidak tahu siapa kau Eunji. Bukankah itu suatu takdir? Bahwa kita memang dipertemukan untuk bersama?”

Kata-kata Sungkyu membuat hati Eunji berdesir dan mencelos. Tiba-tiba saja suatu rasa perih mendominasi disana. Bukan karena efek dari penyakitnya. Melainkan rasa bersalah yang akan menimbulkan kesakitan dan kekecewaan dalam diri Sungkyu.

“T-Tapi sun, ah oppa.. Bukankah takdir itu ketika kita saling mencintai lalu tidak bisa dipisahkan?” elak Eunji lirih.

Sungkyu mengusap pipi Eunji. “Hey, ini juga takdir untuk kita memulai semuanya. Benar aku belum mencintaimu, tapi aku yakin bahwa aku akan jatuh cinta kepadamu sebentar lagi.” Sahutnya.

Eunji membelalakkan matanya bingung. Ia memandang aneh Sungkyu.

“Ah, terlalu cepat yaa? Aku minta maaf deh, tapi aku berjanji untuk selalu menjagamu nanti. Aku janji akan terus menjengukmu saat kau di rumah sakit. Aku tidak akan membiarkanmu kesepian disini. Kau sudah memberikanku semangat, meski awalnya aku tak menyukai bunga mawar. Tapi aku bisa merasakan ketulusanmu disana.”

Tiba-tiba saja tanpa ada ijin dari sang empunya, setetes air hangat turun dari sudut mata indah Eunji. Ia menggerakkan kelopak matanya pelan untuk menghalau air mata itu. Namun yang terjadi malah semakin deras.

“Hey, kau menangis. Kenapa menangis Eunji-yaa?” tanya Sungkyu heran. Ia mengusap lembut jalur yang telah dibuatnya.

Kepala Eunji menggeleng lemah. “Aku.. Aku takut akan membuat oppa terluka.”

“Kenapa?”

“Aku tidak akan bertahan lama oppa. Usiaku tinggal sebentar lagi. Aku tidak mau oppa akan terpukul nantinya.”

Sungkyu terdiam. Ia menatap Eunji penuh sayang. Apa yang dikatakan Eunji memang benar. Namun ia juga percaya bahwa keajaiban itu ada bukan?

“Tidak Eunji-ya.. Tidak! Jangan pernah mengatakan bahwa kau akan pergi cepat. Kau bisa sembuh. Percayalah, asal kau rajin berobat kau akan sembuh.” Ucap Sungkyu diiringi lengkungan manis untuk menenangkan Eunji.

Eunji menunduk pelan dengan tangisan yang semakin menjadi. Sikap lembut Sungkyu semakin membuatnya sakit. Rasanya ia akan sangat bersalah nantinya. Kalau saja ia tidak ditakdirkan untuk memiliki penyakit ini, ia akan berusaha membahagiakan Sungkyu yang telah mempercayainya bahwa ia memang mencintai Sungkyu dengan tulus.

O-Oppa.. Aku tidak yakin.” Gumamnya lirih.

“Kenapa? Apa yang membuatmu tidak yakin?”

“Aku merasakan jika ak-hmmmpthhh..”

Sungkyu tak ingin mendengar lagi alasan Eunji yang terkesan menyerah dengan penyakitnya. Bibir Eunji dibungkam dengan ciuman lembut dari Sungkyu. Eunji tersentak dengan ciuman tiba-tiba itu. Namun ia tak menolak dan juga tak mengimbanginya. Sungkyu menghisap pelan bibir bawah Eunji lalu melepaskannya.

Iris segarisnya menatap sayang sosok di depannya dengan senyum mengembang tipis. “Aku minta maaf kalau aku lancang menciummu. Aku hanya tidak mau mendengarmu menyerah dengan penyakit ini. Kau bisa bertahan dan sembuh Eunji-ya..”

Kristal kelam Eunji kembali berkaca-kaca. Reflek, kepalanya mengangguk menanggapi perkataan Sungkyu. “Aku akan bertahan untukmu oppa.” tukasnya kemudian.

Sungkyu tersenyum, lantas ia kembali menghapus jarak di antara keduanya, ia menatap sejenak mata cantik Eunji sebelum bibir tipisnya kembali mengecup bibir Eunji. Semakin lama kecupan itu berubah menjadi lumatan. Eunji membalasnya dengan lembut. Sempat sekilas senyum mengembang di antara sapuan hangat bibir Sungkyu.

“Kau harus istirahat sekarang. Aku pulang dulu, aku janji aku akan menjengukmu nanti malam. Ah aku akan menemanimu.” Tutur Sungkyu setelah ia melepaskan ciumannya.

Eunji mengangguk. Kali ini senyum yang ia berikan terlihat lebih cerah dari sebelumnya. “Aku akan menunggumu.”

Oppa pergi dulu eum.” Ucap Sungkyu disertai dengan kecupan ringan pada puncak kepala Eunji.

Setelahnya ia bangkit dan hendak menggerakkan kakinya. Namun tiba-tiba..

“Ahhh... Op-Oppa.... Ahh...” Pekik Eunji kesakitan seraya memegang perutnya. Sungkyu berbalik dan terkejut dengan pekikan Eunji.

“Eunji-ya... Kau kenapa sayang? Kau kenapa?” tanyanya khawatir. “Tunggu sebentar, aku akan panggilkan dokter.” Segera ia pergi keluar untuk memanggilkan dokter. Tak lama dokter datang bersama dengan perawatnya.

∞∞∞

Cukup lama Sungkyu dan eomma Eunji menunggu pemeriksaan dokter di luar ruangan. Keduanya tampak gelisah. Sungkyu tak berhenti mondar-mandir demi menghilangkan resah yang ada. Terus ia berdo’a semoga tak ada apa-apa. Sementara sang eomma menangis di pelukan suaminya yang kebetulah telah tiba setelah kabar buruk itu.

“Bagaimana keadaan Eunji dok?” tanya Sungkyu setibanya dokter keluar dari kamar Eunji. Raut muka sang dokter tak mampu dibaca oleh Sungkyu.

Sebentar ia menghela nafas berat sebelum memberikan kabar. “Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan nyawa Eunji.” Sesalnya lalu menepuk pundak Sungkyu.

Sungkyu tersentak kaget. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengar. Nafasnya tercekat dengan dadanya yang semakin sesak. Lemah. Berat. Remuk. Lututnya terjatuh di lantai dengan air mata yang tiba-tiba turun. Ia terdiam tak mampu bergerak. Telinganya mendengar sayup-sayup suara yang datang dari tangisan eomma Eunji. Dadanya naik turun seiring dengan gemuruh dalam hati yang menyesakkan.

Setelah ia mampu mengendalikan diri, Sungkyu masuk ke dalam kamar itu. Lagi, tubuhnya membeku. Alisan darahnya mendesir. Nafasnya tercekat. Dadanya sesak dengan linangan air dari mata sipitnya.

“Eun-Eunji-yaa... Jung Eunjii~~.” Seru Sungkyu seraya memeluk tubuh tak bernyawa itu. Tangannya menggoyang-goyangkan tubuh Eunji secara konstan.

“Bangunlah, Eunji... Aku mohon.. bangunlah...” Sungkyu menangkup wajah Eunji.

“....”

“Kau berjanji akan bertahan untukku..”

“....”

“Bangunlah Eunji... Bangunlaahh....”

“....”

Tak ada respon dari tubuh Eunji. Gadis cantik itu lebih dulu meninggalkan Sungkyu sendiri. Sungkyu terus memanggil namanya dan memaksa untuk bangun. Tumpahan air mata Sungkyu membasahi tubuh tak bernyawa Eunji hingga pelukan hangat diberikan eomma Eunji.

“Nak Sungkyu... Eunji sudah pulang... Eomma minta maaf eum..” ucapnya ditengah tangisan yang berusaha ia tahan.

Sungkyu mengusap air matanya kasar. Tangannya masih memegang tubuh Eunji, memeluknya dan terus mengucap namanya. Cukup lama hingga pikirannya memeberikan perintah untuk bisa megikhlaskannya.

“Kenapa kau meninggalkanku disaat kau berjanji akan bertahan untukku?” lirihnya setelah ia melepaskan pelukannya. Ia menggenggam tangan Eunji lalu mengecupnya dalam.

Saat ini, Sungkyu hanya bisa duduk dengan air mata yang masih setia menemaninya. Hatinya begitu perih kehilangan sosok yang baru saja akan ia cintai, baru saja akan ia miliki dan baru saja akan menjadi sosok yang berarti untuknya. Namun rupanya seperti kata Eunji bahwa mereka tidak ditakdirkan bersama. Tuhan lebih dulu memanggil Eunji tanpa memberi kesempatan kepada Sungkyu untuk menjaganya dan menjadikan teman hidupnya. Tuhan jauh lebih sayang kepada Eunji, Dia menginginkan Eunji berada di surga-Nya.

Sungkyu menunduk, lelehan air mata itu tak berniat berhenti. Dalam benaknya, ia kembali teringat kata-kata Eunji ketika pertama kali mereka bertemu.

“Memang yang memberikan bunga itu aku sunbae. Aku minta maaf.. Aku...Aku..Aku hanya ingin menyemangatimu..”

Sungkyu terisak. Ia kembali mengingat.

“Bunga mawar putih sangat berarti untukku. Mereka selalu memberikanku semangat saat aku tak kuat lagi menjalani hidup. Mawar putih itu menenangkan jiwaku..”

Isakannya semakin lama semakin tinggi. Hatinya sesak bercampur pedih. Ia tak pernah menyangka ini akan terjadi.

“Nyaliku terlalu ciut untuk mendekatimu. Penyakit ini selalu memaksaku untuk tak bertindak. Dia selalu membuatku lemah. Hingga aku juga berpikir akan percuma mendekatimu.”

“Lewat bunga mawar putih itu aku berharap sunbae bisa merasakan ketulusanku. Yahh, walaupun aku pengecut. Namun setidaknya rasa sayangku tersampaikan.”

Satu persatu kalimat yang pernah terlontar dari bibir Eunji melayang-layang di benak Sungkyu. Semakin membuat Sungkyu tak kuasa untuk menahan tangisannya.

“Mungkin bunganya tidak berarti untukmu, tapi aku berharap bunga ini bisa memberikan sesuatu yang lebih. Kasih sayang yang aku berikan lewat bunga ini.”

“Bukannya aku bersyukur kau sakit, tapi aku senang saat bisa melihatmu di rumah sakit setiap waktu.”

“Aku memang menyukaimu bahkan aku mencintaimu.. Sunbae.”

Perlahan Sungkyu bangkit dari duduknya, ia mengusap pelan sisa air matanya. Menenangkan kembali gemuruh di dadanya dan beranjak melihat Eunji untuk yang terakhir kalinya.

Sungkyu berdiri mematung di depan kaca bening itu, sorot pilu mata sipitnya mengarah pada tubuh Eunji yang tak lagi bisa mengeluarkan kehangatan juga kasih sayang untuk Sungkyu. Nafasnya kembali tercekat. Ia tak berani untuk masuk dan memilih pergi.

“Jung Eunji... Aku tak pernah membayangkan ada seseorang yang begitu tulus mencintaiku. Kalau saja kau bisa hidup lebih lama, aku pasti akan memperlakukanmu dengan penuh rasa sayang. Menghilangkan lukamu yang mencintaiku dalam diam.”

“Jung Eunji... Aku hanya bisa berharap kau akan bahagia di sana. Teruslah tersenyum dan tertawa. Aku yakin Tuhan akan menyayangimu di sana.”

“Jung Eunji... Aku berjanji akan menanam bunga untuk mengenangmu. Akan aku bagikan kepada seluruh dunia betapa berartinya bunga untukku. Aku akan menghabiskan rasa rinduku kepadamu dengan menghirup dalam bunga-bunga itu. Agar ketenangan yang ada di wajahmu mampu menenangkan gelisah di hatiku. Agar semangat yang ada di dirimu mampu memberiku kekuatan untuk menjalani hidup..”

“Jung Eunji.... Entah sejak kapan.. Aku mulai mencintaimu... Tidak masalah bukan aku mengatakan ini?”

“Jung Eunji... Aku mencintaimu... Aku mencintaimu...”

 

The End.


Bagaimana?

Menarik atau gak?

Please Komen, Subscribe sama upvote yaa..

Terima Kasih..

 

Regard

~Denovia~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
bluesjuice
#1
Chapter 1: Damn, this such heartbreaking story!
But I do love your dedication to gyuji!!