BUT EVEN ALL THAT ISN'T ALL SO BAD

Batch 1 | December 2014 (Part 1 )

Lelgeg

Xiuhan 

Genre - Slice of Life

Warning : Girl! Lu Han

 

 

I don't wanna run away baby, you're the one i need tonight

 


Mug berisi teh panas itu bergetar seiring jemari gemuk Ny. Jung menghantam meja, aku berjengit mendengar teriakannya yg menjadi jadi, kutundukkan kepalaku, bukan mengharap belas kasihan melainkan karena aku sudah lelah, bukan pertama kalinya Ny. Jung memarahiku di depan pegawai yang lain, tapi kali ini sudah keterlaluan, ini bukan salahku, si totol Baekhee yang lupa mengembalikan stapler itu ke meja Tuan Jung setelah dipakainya menjepret dokumen kemarin. Matanya mendelik marah kepadaku, 

"Nona Lu Han, ini sudah kesekian kalinya kau mengabaikan perintahku, kau pikir aku siapa? Hanya permintaan sekecil itu saja kau tak bisa melakukannya, Ayahku mendirikan perusahaan ini dengan peraturan, dan apakah kau pikir aku senang jika peraturan itu dilanggar?" 

Aku hanya menggelengkan kepala perlahan,

"Lalu kenapa kau melakukannya lagi? Sudah kukatakan aku tak suka barang milikku keluar dari ruang kerja, dan semua barang milik Tuan Jung berarti juga milikKU! Kenapa kau begitu bodoh untuk melakukannya, apakah semua permintaanku terlalu sulit untuk kaulakukan? Katakan saja, lalu aku akan memecatmu dan mencari orang yg lebih baik dan bisa melakukan hal hal yg kuperintahkan tapi selalu gagal kaulakukan!!"

"Tidak Bu" 

"Katakan nona Lu Han, jika sekali lagi kutemukan kesalahan seperti ini, apa yang harus kulakukan padamu? KATAKAN!"

Masih menunduk, "Saya akan menerima semua konsekuensi dari perbuatan saya,"

"bukan itu jawaban yang kuinginkan nona Lu Han." diucapkannya dengan penekanan di setiap suku kata. "harusnya kau meminta maaf dan berjanji tak akan mengulangi perbuatanmu lagi." 

"Saya berjanji tak akan mengulanginya lagi." kataku membeo setiap perkataannya.

Diusap rambutnya yang tersisir rapi, lalu merapikan setiap lipatan pada baju yang dikenankannya, semua dilakukannya sambil menarik napas perlahan lahan melepaskan sisa emosiyang tidak berhasil disalurkannya kepadaku, diangkat dahunya sedikit keatas, menonjolkan hidung lancipnya yang kuyakin tidak alami,"Baiklah Han, kurasa kini kau sudah mengerti apa kesalahanmu," diucapkannya setenang mungkin, "lanjutkan pekerjaanmu dan ini akan kubawa" diacungkannya stapler di depan wajahku lalu melenggang pergi.

Setelah dirasa Ny Jung berjalan cukup jauh dan tak bisa mendengar kami, serentak karena sudah terbiasa, berbondong bondong mereka menghampiriku, 

"Demi Tuhan, ada apa dengannya? Kukira dia sudah menopouse, tentunya dia tidak sedang PMS kan? Berteriak teriak histeris semacam itu" lirik Chanmi ke arah pintu, memastikan istri pimpinan kami tidak masuk sewaktu waktu.

"Kau lihat saat dia menggebrak meja tadi, wah kupikir lantainya akan roboh saking kencangnya."

"berlebihan kau." sindir Jung In pada Baekhee, "dan bukannya kau yang lupa mengembalikan stapler?" seketika semua mata memandang pada gadis imut itu, 

"Ah- itu, unni kau tak marah kan, aku sungguh lupa menaruhnya dimana setelah kupakai, dan aku tak menyangka Ny Jung merubah jadwal inspeksinya menjadi hari ini, sungguh unni aku tak bermaksud meninggalkannya di mejamu, kupikir ada di salah satu laciku, pantas saja kucari cari tak ketemu, ha ha ha ha" jawabnya disambut geraman dari yang lain.

"sudahlah Baek, tak apa" jawabku malas tanpa meliriknya, sungguh ini bukan pertama kali yang lain melakukan kesalahan tapi aku yang menerima imbasnya, melihatku menghela napas panjang, yang lain mengerti aku sedang kesal dan tak ingin membahas ini, satu persatu semuanya meninggalkan mejaku dan kembali pada tempatnya masing masing, jariku telah bersiap mengetik pada tuts keyboard tapi otakku benar benar kosong, sungguh aku tak marah, lebih tepatnya sudah bosan membuang energiku untuk marah, aku lelah, menjadi pegawai senior dan membawahi para gadis ingusan yang baru lulus seperti Baekhee, merevisi semua dokumen yg penuh kesalahan walaupun sudah kujelaskan berulang kali pada yang lain, belum lagi jika terjadi hal seperti ini, hal hal kecil remeh tapi selalu berhasil membangkitkan amarah pimpinan, aku benci seperti ini, aku belajar bertahun tahun tidak untuk menjadi nanny ataupun tameng pegawai yang lain, aku bertahan bekerja bertahun tahun bukan untuk menjadi bahan pelampiasan emosi istri bos, mendadak aku merindukannya, begitu rindu hingga tanpa sadar aku menangis, kuusap tetes yang mengalir di pipiku,

"Han kau tak apa?" tanya Kristina cemas saat melewati mejaku, kugelengkan kepala mencoba tabah, bukan waktu yang tepat untuk mellow.

"Kris, aku pulang cepat ya, katakan pada yang lain aku tak enak badan, dan tolong absenkan untukku saat pulang nanti" kukemas barang barangku cepat, yang lain memperhatikanku maklum, "Terima kasih, aku duluan bye" kutepuk pelan pundak teman sekampungku itu, tubuhnya yang tinggi semampai disandarkannya pada tepi meja, dilambaikan tangannya beserta jari jari langsing penuh kuteks. 

* *

Kuteguk perlahan soda yang baru saja kubeli sambil mengamati orang orang yg berjalan di depanku, disinilah aku selalu berakhir ketika membolos kerja, sebuah minimarket 24 jam berjarak beberapa blok dari apartemenku, aku enggan pulang, bibiku tinggal 1 lantai di bawah dan kuingat lift kami sedang rusak, hari ini aku harus naik tangga darurat, dan aku tau Seungchan putra kecilnya, sepupuku yang berumur 9 tahun sering bermain di tangga darurat bersama tetangganya, berpura pura menjadi kru pemadam kebakaran, pernah kudapati bocah itu merosot turun pada pegangan yang terpasang pada pinggir tangga, sudah kuadukan pada bibi tapi malah tak percaya, lihat saja sampai bocah itu terjatuh dan melukai dirinya sendiri, walaupun bandel tapi bocah itu pintar, dan aku tak begitu bodoh untuk pulang sekarang dan dipergoki mengendap ngendap lewat tangga darurat, bisa kubayangkan bocah itu berteriak teriak memanggil ibunya, mengadukanku yg sudah pulang tanpa memberi salam, tentu saja bibiku akan curiga jika aku pulang lebih awal, tanpa segan dia akan menelepon kedua orang tuaku, dan tentunya aku tak ingin mendapat telepon 40 menit dari ibu yang dengan sabar memberitahukan bahwa panen sedang gagal, rematik ayah kambuh lagi, dan Sehee adikku kembali mendapat teguran dari sekolah karena kelakuan nakalnya, aku dikirim jauh ke Seoul untuk bekerja dengan baik, dibawah pengawasan bibiku aku diharap berhasil menjadi orang yang sukses dan pulang ke kampung untuk menaikkan derajat keluarga kami. Aku menghela napas, kuletakkan kepalaku di meja, masih mengamati orang yg berlalu lalang dari balik kaca transparant, kudapati aku kembali menangis, dan kali ini aku tak tau menangis untuk apa, kututup wajahku dengan tas yang kunaikkan keatas meja, menutupi pandanganku dari semuanya, musik yang mengalun di minimarket membantu menyamarkan isakku. 

**

Pintukku diketuk secara kasar, bukan gedoran, melainkan ketukan tapi sangat berisik karena tidak akan berhenti sampai aku membukanya, "Noona sedang di kamar mandi seungchan, lain kali kau bisa mengetuk dengan lebih pelan tentunya" 

Seungchan mengerucutkan bibirnya, "ibu menyuruh noona turun untuk makan, ayah baru saja pulang memancing dan mendapat ikan yang sangat besar, juga ada paket untukmu yg datang tadi pagi"

Kuikuti Seungchan hingga masuk ke dapur bibiku, dia membuka kulkas dan menenggak susu langsung dari kartonnya, "Kang Seungchan! sudah berapa kali ibu bilang gunakan cangkir"

"Bibi, seungchan bilang ada paket untukku"

"Aku capek naik turun tangga, pokoknya besok aku tak mau masuk sekolah, kakiku sakit" rajuk bocah SD itu

"Yah ibu hanya menyuruhmu naik 1 lantai, bukan mengambil air di desa sebelah, kau tau saat ibu kecil ibu harus mengambil air di sumur yang sangat jauh setiap hari"

"Bibi, dimana paketku?"

"Itu kan masalah ibu, bukan masalahku, dan lagi kita di Seoul bukan di desa"

Aku dan bibi sama sama tercengang mendengar jawaban Seungchan, "Yah! Kang Seungchan berani kau pada ibumu!" bibi mengejar Seungchan yang melarikan diri ke ruang tv,

"Bibi . ."

"Hentikan kalian ini, selalu saja bertengkar, aku tak bisa menonton tv" Paman Hwan, suami bibi sibuk menjulurkan kepalanya agar bisa menonton tv melalui tubuh anak dan istrinya yg tengah sibuk berkejar kejaran memutari sofa sekarang.

"Bibi, paketku" seruku lemah, Ya Tuhan, aku hanya ingin hari yang tenang,"Paman, kau tau paketku yg datang tadi pagi?" 

"Ah Han, kau ada disini rupanya, paketmu ada di samping kulkas, makanlah dulu sebelum kau kembali ke atas, aku menangkap tuna hari ini, ha ha ha ha, tuna kau tau, bahkan ini bukan musimnya, harusnya kau lihat saat aku melempar kail tadi, aku sudah merasa akan ada sesuatu yg hebat terjadi, dan ternyata aku menangkap tuna, bukankah sangat hebat? Ha ha ha" aku mundur dari ruang tv dan beringsut perlahan masuk ke dapur, aku sedang tidak mood mendengar kisah memancing paman.

Kucari di sekitar kulkas, kutemukan sesuatu yang harusnya adalah paketku, kukatakan seharusnya karena bentuknya sudah tak menyerupai paket, bungkusnya sudah terbuka, bahkan bungkus plastik juga sudah disobek, kuperiksa isinya, tumpukan dokumen lama, berisi daftar para klien yang menggunakan jasa perusahaan dalam 10 tahun terakhir, kucermati robekan bungkus yang berserak di sekitar, Bibi batinku, 

Aku, Lu Han, wanita 26 tahun, bahkan tak bisa menerima paket tanpa diperiksa isinya terlebih dahulu, aku bertanya tanya kesalahan apa yg kulakukan di kehidupan lampau hingga aku hidup seperti ini sekarang.

* *

"ayolah Han, kami tau kau tidak sibuk"

"banyak yang harus kuselesaikan malam ini"

"maksudmu tumpukan manga dan dvd romantis?" Kristina sialan

"sudahlah, kau tau aku benar benar tidak suka pergi ke tempat seperti itu,"

"Tentu saja. Lu Han. Kutu buku aneh dan unni favorit kami, lebih senang menghabiskan weekend dengan tumpukan komik dan dvd lawas ketimbang berpesta" suara Baekhee melengking di tengah hingar bingar dentum musik.

"Byun Baekhee jaga kata katamu, aku tak akan memaafkanmu jika mengatakannya lagi, aku tak peduli bahkan jika kau mengucapkannya di bawah pengaruh alkohol sekalipun" geramku kesal.

"Han, baiklah kami tak akan mengganggumu, kami hanya bermaksud baik, tapi jika kau benar benar tak ingin pergi, tak apa"

"ya aku tau Kris, bersenang senanglah" kututup sambungan telepon. Seluruh teman kerjaku memutuskan menghabiskan malam ini dengan pergi ke Club baru milik teman Kris, dikira mereka aku akan membuang waktu /merenung/ berhargaku demi berjoget ala penduduk amazon dan mengambil resiko tubuhku digerayangi oleh orang tak dikenal, Duh.. Lupakan saja.

Kurebahkan tubuhku di sofa menatap langit langit, apa? Kenapa? Siapa? Mengapa? Jika aku sudah seperti ini, saat dimana bahkan aku mempertanyakan apa inti dari manusia sebenarnya, untuk apa Tuhan menciptakan kami, kenapa hitam dan putih hidup bersandingan, mengapa korea utara bertempur dengan korea selatan, mungkin aku terlalu banyak membaca novel fiksi, dan jika aku sudah mulai mempertanyakan arti eksistensiku di dunia, aku akan berhenti berpikir, mulai menarik napas panjang, membuka laptopku, mencari cari sesuatu yang menarik perhatian, seperti saat ini berusaha kualihkan imajinasiku yg mulai mereka skenario bagaimana jika sebenernya aku adalah mahluk asing, atau sesosok mahluk lain yg dikirim ke bumi karena suatu alasan, nah kan... Aku terlalu banyak membaca novel, kugelengkan kepalaku berusaha membuyarkannya.

Kuputuskan untuk membuka Youtube mataku menatap serius pada video tutorial memasak kalkun panggang, tapi sedari tadi otakku tak fokus, haruskah aku meneleponnya? Bagaimana jika dia sibuk? Apa yang harus kukatakan? Hariku buruk? Buh... Semua orang punya hari buruk Lu Han. 

Kuabaikan layar laptopku yg bercahaya di tengah gelapnya ruang kamar, kuambil Handphone yang sedari tadi menjadi pusat perhatianku, tanganku gatal ingin menekan layarnya, mengetik sms panjang, tapi untuk apa? Ini bukan pertama kalinya aku mengalami hari yang menyebalkan dan berakhir dengan stres dan imajinasi menguasai alam sadarku, kuletakkan handphone itu tapi masih menatapnya, kugigit bibir bawahku, kakiku bergoyang goyang seiring aku berpikir, dia sering mengatakan aku terlalu berlebihan, memikirkan hal yang tidak tidak, dan selalu kujawab pula daya imajinasiku yang terlampau kuatlah yang membuatku seperti ini, dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya, 

Bagaikan Tuhan merestui, hpku berbunyi nyaring cukup mengagetkanku, ringtone mengalun memberi tahuku bahwa dia yang kupikirkan sejak tadilah yg tengah menelepon, tanpa berpikir panjang segera kuangkat.

"Ya.."

"Sedang apa?" aku tersenyum, hanya dengan mendengar suaranya, membayangkan wajahnya saat menelepon, cukup membuatku tersenyum

"Tak tau" jawabku singkat

"Um, mengapa begitu?" kuyakin dia pasti memiringkan kepalanya sedikit kesamping saat mengucapkannya

"Aku..." 

"Han, kau menangis?" 

"Tidak" jawabku bohong sambil menghapus air mataku, dadaku yang sesak sedari pagi, kepalaku yg sakit bahkan saat aku sudah mandi air hangat, badanku yg terasa kaku ketika aku tak melakukan apapun seharian kecuali duduk, semuanya meluber bersama air mata saat mendengar suaranya.

"Ada yang mengerjaimu di kantor?" tebakannya selalu tepat,

"Tidak,"

"Bosmu memarahimu lagi?"

"..."

"Ada masalah dengan keluargamu?" 

"..."

"Han" aku hanya terisak, tak mampu menjawab satupun, bagaimana bisa jika tanpa bercerita pun dia sudah tau apa masalahku.

"Hannie... Mau kunyayikan sebuah lagu?" aku mengangguk walaupun tau dia tak bisa melihatku 

jeongsini nagasseonnabwa geuttaen 
naega eotteoke neoreul tteonaga    

Neomaneul saranghae jeongmal mianhae 
nunmulman heulleonaeryeo    

Jeongsini nagasseonnabwa geuttaen 
naega eotteoke neoreul tteonaga    

Neomuna bogopa nega bogopa 
jebal nal yongseohaejwo 
jeongsini nagasseonnabwa

Dilantunkannya lagu kami, aku menyebutnya begitu karena kami akan menyanyikannya untuk sama lain dalam kondisi dan suasana apapun, terlepas bahwa artinya bahkan tak sesuai untuk masalah yang sedang kami alami, aku ingat sama pertama kali dia menyanyikannya untukku, saat itu kami belum berpacaran, bahkan dia baru saja putus dari pacarnya, saat aku kesal dan sudah menyerah pada hubungan kami yang tak jelas, saat aku hampir saja memutuskan untuk tak menghubunginya lagi, entah apa yang membuatnya sadar akan hubungan kami, mungkin ketika menonton drama Lee Seunggi dan Shin Minah sunbaenim dia mendapat pencerahan melalui lagu ini, dan dia meminta maaf, memohon -berlebihankah jika kukatakan dia memohon? Tidak, dia memang memohon saat itu- mengaku salah dan menyanyikan lagu ini tanpa henti selama berminggu minggu, lagu yang sama yg kugunakan menjadi ringtone khususnya di hpku.

Kuusap wajahku dengan lengan, kuambil tissue dan membuang ingus, wajahku pasti merah saat ini, 

"sudah lebih baik?" tanyanya, aku tau dia sedang tersenyum

"tentu, terima kasih"

"Han.. "

"Ya?"

"Kau ingin bercerita?" kuambil napas, bersiap siap bercerita, lalu dengan lancar mengalir semuanya dari mulutku, masalah di kantor, kemarahan Ny Jung, Baekhee yang kurang ajar dan tak tau diri, bibi dan keluarganya yang selalu ramai, kecemasanku pada keluarga yang jauh, deadline laporan yg menumpuk, aku yang berbeda dan sering menjadi bahan olokan oleh yang lain, semuanya yang selalu membuatku mendapat mimpi buruk di malam hari, semua hal yang menumpuk dan membuat dada dan kepalaku sesak tercurah seutuhnya,

"aku tak tahan, ingin pergi berlibur atau pindah sekalian saja, ke tempat yang jauh, tempat yang belum pernah aku datangi sama sekali. Aku lelah. Sungguh aku tak tahan, rasanya semua orang berharap padaku, aku tak boleh melakukan kesalahan, aku masih muda, aku baru 26 tahun, kenapa semua orang mempercayakan sesuatu padaku?"

"itu hanya perasaanmu"

"tidak Minseok, kau tidak mengerti, kau tak ada disini, jika kau tau bagaimana mereka mengucapkannya padaku, kau... Aku tak suka! Pokoknya aku tak tahan disini"

"Han bersabarlah"

"Kapan kita menikah?" 

".. kau, ingin menikah?"

"Memangnya kau tak ingin?"

"Han, apakah kau mengatakan hal ini dengan sadar dan bukan karena hal lain?"

Kim Minseok, tunanganku. Kekasihku sejak 3 tahun lalu, seorang biasa bukan cenayang tapi mengerti aku luar dalam bahkan melebihi aku dan orang tuaku sendiri. Kami berhubungan jarak jauh selama ini, dia dan kehidupannya, begitu juga aku dan kehidupanku

"Maafkan aku" 

"Tak apa aku mengerti, Han.. Jika kau punya masalah kau harus menghadapinya sampai selesai, walau kau lari ke ujung dunia pun suatu saat masalah akan datang dan mau tak mau kau harus tetap menghadapinya"

"Tapi..."

"Han, aku menyayangimu, walaupun kita jauh seperti sekarang ini, kau tau aku akan selalu ada untuk mendukungmu" Aku kembali terisak. "Han, jika kita menikah nanti, aku tak ingin kau melakukannya karena lari dari sesuatu, aku ingin kita menjalaninya dengan bahagia"

"Maafkan aku, maafkan aku minseok"

"Aku menyayangimu"

"Aku juga." Kami terdiam selama beberapa saat.

"Kau tak mengantuk?"

"Belum. Minseokkie, apakah menurutmu aku bisa melakukannya?"

"Um?"

"Tentang semua hal ini, apakah menurutmu aku bisa melewatinya?"

"Jika kau melakukannya dengan sungguh sungguh pasti kau akan berhasil, dan lagi Tuhan tak akan membiarkan kita yang berusaha untuk menyerah tanpa hasil bukan?" kuremas remas sepraiku hingga basah oleh keringat sambil memikirkan perkataan Minseok.

"Baiklah, aku akan berusaha tidak mengeluh tentang hal ini lagi"

"Itu baru gadisku, sekarang kau siap tidur?" Aku mengangguk lelah, 

"Nyanyikan sebuah lagu" 

jeongsini nagasseonnabwa geuttaen 
naega eotteoke neoreul tteonaga    

Neomaneul saranghae jeongmal mianhae 
nunmulman heulleonaeryeo    

Jeongsini nagasseonnabwa geuttaen 
naega eotteoke neoreul tteonaga    

Neomuna bogopa nega bogopa 
jebal nal yongseohaejwo 
jeongsini nagasseonnabwa

 

Mataku yang sembab, begitu berat dan menyerah untuk menutup seiring suaranya melantunkan lagu favorit kami melalui speaker handphone. Detik itu aku merasa tenang, berbicara dengan satu orang tidak kupikir akan menimbulkan hal yang berbeda. Tapi setidaknya malam itu aku bisa tidur pulas tanpa terbangun sekalipun akibat mimpi buruk.

 

 


A/N : Daaaaannnn saya curhat, maaf lagi buntu ide. - -"

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
lyasvel #1
Chapter 1: hadoohh kalau jadi chanyeol rasanya nyesek gitu yak...
flunax #2
Chapter 1: you really use bomi for the girl, whoa.
flunax #3
Chapter 1: you really use bomi for the girl, whoa.
taichou15 #4
Chapter 3: daebak. otpku. ah. bagus. ah. lu hannya agak mirip sama aku hahahahahaha mau juga dong punya pacar kaya umin gt. SUKA.
moonclair
#5
Chapter 3: kaya pernah kenal itu ceritanya pft lagunya, pft
lelgeg
#6
Chapter 4: kenapa yang kebayang malah peeta sama katniss?
beib... bergaul dengan kembaran baekhyun ada gunanya buat genre ff ternyata