Long Time No See

Long Time No See

Sore yang tenang ditepi sungai Han. Tepat hari ketujuh setelah musim gugur tiba. Dedaunan maple yang berwarna merah terang terus gugur satu-persatu hingga hampir memenuhi sebagian area rerumputan ini.

 

Dua pria paruh baya duduk berdampingan dikursi kayu yang tepat berada di bawah pohon maple itu. Tak ada kata yang terucap dari bibir keduanya. Hanya diam.. yang sedari tadi menyelimuti mereka. Keduanya menatap lurus kearah depan, menyaksikan sang surya yang perlahan kembali keperaduannya.

 

Satu diantara mereka pikirannya tengah sibuk kembali ke masa lampau. Melewati dimensi waktu agar dapat menyingkap memori masa lalunya dulu. Matanya terpejam. Kala membayangkan kenangan itu sekali lagi.

 

Sementara pria lainnya masih terpaku dalam diam. Pikirannya kosong, terlalu takut membuka kenangan itu. Ia takut.. hal itu akan membuat keyakinannya goyah, seperti apa yang terjadi sebelum-sebelumnya.

 

Hyung..”, si pria yang tadi terpejam mulai membuka matanya. Seulas senyum menghantarkan kata sapaan itu. Sudah lama rasanya kata itu tak terucap, semenjak mereka mulai memutuskan untuk hidup sendiri-sendiri.

 

“Hm?”, balas pria berpostur tubuh lebih mungil itu tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya.

 

Lagi.. sejenak mereka kembali larut dalam kesunyian sesaat ditempat ini. Merasakan udara yang berhembus menerpa tubuh renta mereka. Dan juga pohon maple itu, membuat daunnya tak henti berguguran. Si pria jangkung menarik nafasnya dalam, kemudian kembali membuka percakapan diantara keduanya.

 

“Sudah lama kita tidak bertemu. Sejak kau menikah dengan gadis Jepang itu dan memutuskan untuk tinggal disana, rasanya begitu sulit menghubungimu. Beruntung, Leeteuk hyung mengadakan reuni ini. Jadi aku bisa menatap mata rubahmu sekali lagi. Kau tahu hyung, aku begitu merindukannya..”

 

Pria mungil itu tak menjawab. Sedikit tersipu saat pria jangkung disampingnya itu mengucap kata rindu. Meskipun rasanya tak pantas pria yang usianya telah menginjak kepala empat sepertinya merasa tersanjung karena mendapat pujian sesederhana itu.

 

“Kau mengajakku kesini hanya karena ingin melihat mataku saja? Cih.. ”, candanya.

 

Sementara pria jangkung itu sedikit terkekeh mendengar candaan pria yang tadi ia panggil dengan sebutan ‘hyung’ itu.

 

“Tentu saja tidak. Banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu, hyung. Sebelum kau kembali ke Jepang lagi.”

 

Nada bicaranya sedikit turun. Rasanya tak rela melepas pria mungil itu pergi meninggalkannya lagi. Sifat posesifnya dulu belum hilang sepertinya.

 

“Baiklah.. apa yang ingin kau katakan?”, tanya pria mungil itu seraya mengalihkan pandangannya kearah pria jangkung yang berada tepat disisi kanannya.

 

“Aku..”, kalimat yang tadinya tersusun rapi didalam otaknya kini hilang entah kemana. Berterbangan ditiup angin, mungkin. Selalu saja, kedua mata foxy itu seakan mampu membuatnya gugup, bahkan masih sampai sekarang. “Aku... ah, bagaimana kabarmu sekarang? Istrimu, dan.. putramu. Apa mereka baik-baik saja?”, sebenarnya bukan ini yang ingin ia bicarakan. Namun kelihatannya ia harus sedikit berbasa-basi untuk mengakrabkan suasana yang sebelumnya terasa canggung.

 

Saat bertanya tentang ‘istri’ maupun ‘anak’ pria itu nampak murung. Tak terasa sudah selama ini ia menunggu ‘hyung’nya itu.

 

“Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja kan? Mereka juga dalam keadaan baik.”

 

‘Kau masih terlihat manis seperti dulu, hyung. Tiak banyak berubah. Keriput diwajahmu bahkan belum tampak. Hanya beberapa helai uban, itupun juga tak banyak. Senyum khasmu masih mampu membuatku terpesona. Degupan jantungku juga kembali tak beraturan saat menatapmu. Kau tahu, aku masih menjaga cinta untukmu hingga sekarang. Tak kubagi pada siapapun meski hanya sedikit.’

 

“Kau juga harus segera menikah, Kyu. Lihat dirimu, kenapa kumismu tidak dicukur? Rambutmu juga panjang, kenapa tidak kau potong? Tubuhmu kurus, kau juga terlihat kelelahan. Jangan bekerja terlalu keras. Jaga kesehatanmu baik-baik.”

 

‘Aku seperti ini karena menunggumu, hyung. Kau masih ingat apa yang dulu kukatakan saat menghadiri pesta pernikahanmu? Aku akan menunggumu sampai kapanpun. Tidak peduli meskipun kau sudah memiliki kehidupanmu sendiri, Jangan berpikir jika semua ucapanku saat itu hanya sebuah lelucon. Aku membuktikannya sekarang. Lihatlah.. aku masih menunggumu, Sungmin-ah.’

 

“Entahlah... rasanya aku tidak tertarik untuk menikah”, jawab pria jangkung yang bernama Kyuhyun itu seraya tersenyum kecut. Ia memainkan jemarinya, mengusir sedikit rasa gugup yang sejak tadi tak henti mengusiknya.

 

Waeyo? Apa kau masih menungguku?”

 

Kyuhyun menangkat kepalanya dan beralih menatap Sungmin intens. Ternyata... Sungmin masih mengingat apa yang dulu ia katakan.

 

‘Jika aku mengatakan ya, apa kau mau kembali padaku dan meninggalkan keluargamu? Atau kembali menghilang dan mempersulit jalanku untuk menemuimu?’

 

“Sudah kukatakan jika aku akan menunggumu sampai kapanpun. Dan sekarang, aku masih menjaga sumpah itu.”

 

Sungmin menggigit bibir bawahnya saat mendengar jawaban Kyuhyun. Rasa bersalahnya semakin bertambah besar saat ia tahu bahwa Kyuhyun masih menunggunya. Tak terpikirkan olehnya jika Kyuhyun akan menunggu selama ini, dan sepertinya akan lebih lama lagi.

 

“Menikahlah. Jangan menungguku lagi. Aku sudah memiliki kehidupanku sendiri, kau juga harus mendapatkannya. Menikahlah dengan wanita yang kau sukai. Jangan menyiksa dirimu sendiri seperti ini.”

 

‘Menikah dengan wanita yang kusukai? Yang kusukai hanya kau, Sungmin. Kalaupun nantinya aku menikah, itu juga harus denganmu! Tidak dengan yang lain. Dan.. aku tidak pernah menyiksa diriku sendiri, justru kau lah yang melakukannya. Kau menyiksa dirimu sendiri dengan memutuskan hidup bersama gadis pilihan orangtuamu yang sama sekali tak kau cintai. Kenapa terus membohongi perasaanmu?’

 

“Aku tidak akan melakukannya.”

 

“Usiamu sudah menginjak 40 tahun, Kyu. Kau mau menunggu berapa lama lagi? Kau tahu jika itu sia-sia kan? Jangan habiskan waktumu hanya untuk menunggu sesuatu yang tak akan pernah kau dapatkan. Kau membuatku merasa bersalah jika kau terus melakukannya.”

 

Kedua manik Sungmin nampak mulai berkaca-kaca. Sikap keras kepala Kyuhyun belum juga hilang. Hal inilah yang dulu sering membuatnya lelah saat menjalin hubungan dengan Kyuhyun. Terlebih hubungan yang mereka jalani tak pernah mendapat restu dari keluarga mereka. Hanya teman dekat yang tak henti memberikan dukungan kala itu. Namun pada akhirnya, mereka menyerah juga pada kenyataan. Keadaan yang memaksa mereka berhenti. Meskipun tak munafik hingga kini mereka masih saling mencintai.

 

“Kumohon.. hentikan semua ini. Lupakan apa yang pernah terjadi diantara kita dulu. Carilah orang yang tepat untukmu, Kyu. Kau harus-“

 

“Jangan pernah memaksaku dan mengaturku. Ini hidupku, aku bebas melakukan apapun yang kuinginkan.”

 

“Ya, ini hidupmu. Kau masih saja keras kepala, sama sekali tak berubah. Teruslah hidup dalam duniamu yang menyedihkan”, Sungmin menghapus kasar airmatanya dan mulai beranjak dari kursi itu. “Aku pergi. Jangan pernah mencariku dan mencoba mengusik kehidupanku.”

 

Sungmin berjalan cepat menuju mobil sedan hitamnya dan kemudian memacunya dengan cepat . Sementara Kyuhyun masih  terpaku ditempatnya. Tersenyum kecut sembari menatap matahari yang kini sepenuhnya menghilang. Langit menjadi gelap, begitu juga dengan perasaannya. Pertemuannya dengan Sungmin selalu saja berakhir seperti ini.

 

‘Asal kau tahu, aku memiliki caraku sendiri untuk mencintaimu hyung. Tak peduli walaupun sekarang kau sudah mempunyai kehidupanmu sendiri, aku akan terus menunggumu seperti ini bahkan sampai aku tak mampu menunggu lagi. Ya.. aku memang egois dan keras kepala, tetapi inilah caraku untuk menunjukkan rasa cintaku padamu. Aku mencintaimu Lee Sungmin, sampai kapanpun. '

 

 

-FIN-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Kyumin_ninja #1
Chapter 1: sedih... TT
knp cma chokyu yg mnggu?apa sungmin gk pnya keinginan utk at least menoleh ke blkang stu kli lg..msh ada chokyu yg akn ttap sllu mnntinya.
wae ming?just once..