Greatest Gift

Greatest Gift

"Aboeji.. Aku gugup sekali." suara seorang pemuda menyambut langkah Park Jungsoo saat memasuki ruang pengantin pria. Jungsoo hanya tersenyum sembari menepuk sayang pundak pemuda yang merupakan puteranya itu, "Tak apa Jun-ah. Dulu pun Aboeji begitu. Tapi semua bisa berjalan lancar." Pemuda itu mengangguk sembari menarik nafas panjang. "Nah, sekarang kau keluar. Sebentar lagi kau harus menyambut Heechan di depan sana. Park Seojun, fighting!! " kata Jungsoo lagi seraya mendorong punggung Seojun keluar ruangan.

Sementara di ruangan sebelah seorang wanita dewasa, Park Hyunsoo, nampak sibuk membenahi dandanan gadis di depannya. Namun semua itu seakan sia- sia karena airmata sang gadis tak berhenti mengalir. "Uljimayo, Hyo-ah. Nanti matamu bengkak," ujar Hyunsoo seraya memeluk keponakan yang sudah seperti putrinya sendiri. Park Hyojung, nama gadis itu, bergeming. Dia pun menanyakan ayahnya. Belum sempat pertanyaan itu terjawab, pintu terbuka disusul Jungsoo yang melangkah masuk. Tanpa memedulikan gaunnya yang menyapu lantai Hyojung melompat ke pelukan ayahnya. Tangisannya yang sempat terhenti kembali lagi, membuat airmata Jungsoo ikut menetes. Jungsoo mengeratkan pelukannya. Dia bisa merasakan kepanikan, kecemasan dan semua emosi puterinya. "Don't worry, Dear. Everything will be ok. Seunghyun menunggumu," bisiknya sambil mengusap airmata yang terus mengalir itu.

Ya. Hari ini adalah hari pernikahan putera-puteri kembarnya, Park Seojun dan Park Hyojung. Sementara ia menenangkan hati putera-puterinya, hatinya sendiri tak kalah bergejolak. Ia mengingat isterinya, Kim Hyora. Wanita tangguh yang tak terbangun lagi setelah melahirkan buah hati mereka.

***

Lonceng berdentang tanda acara akan dimulai. Jungsoo menjemput Hyojung di ruang pengantin wanita, mencium keningnya sesaat lalu menggandengnya keluar. Dari arah berlawanan, nampak Kim Heechan, calon pengantin Seojunn yang juga dituntun ayahnya. Bersama-sama mereka menuju aula.

Langkah-langkah yang perlahan namun pasti itu sampai di ujung permadani merah yang terhampar di tengah ruangan. Jauh di depan sana dua pemuda tampan, Park Seojun dan Choi Seunghyun, menanti pengantin mereka dengan hati membuncah, sarat dengan kebahagiaan.

Waktu berjalan. Janji setia mengalun di ruang yang luas itu. Hingga tiba waktu bagi pengantin pria untuk menyingkap tudung pengantin wanita, Jungsoo menangkupkan kedua tangannya di wajahnya. Airmatanya mengalir deras sederas kenangan yang kembali hadir di relung otak dan hatinya. Saat dia melamar Hyora, saat mereka berjanji setia, saat Hyora mengabarinya tentang kehamilannya dan betapa gembiranya mereka saat tahu bahwa calon buah hati mereka kembar. Lalu datanglah saat-saat itu, saat dimana Hyora berjuang di antara hidup dan mati demi membuat buah hati mereka dapat menghirup udara bumi. Disusul dengan kepergian isteri tercintanya itu setelah beberapa hari tak sadarkan diri. Meninggalkannya dan dua buah hati mereka.

Jungsoo masih tergugu saat merasakan tepukan pelan di pundaknya. Di depannya berdiri Seojun dan Hyojung dengan raut amat sangat bahagia. Serempak keduanya memeluk Jungsoo sambil membisikkan terima kasih untuk ayah mereka yang hebat. Yang membesarkan mereka sendirian tanpa seorang ibu bersama mereka. Di balik punggung mereka airmata kesedihan Jungsoo bercampur airmata bahagia dan haru.

Dalam hati ia menggumam, 'Kau lihat Ra-ya.. Aku berhasil membesarkan mereka. Terima kasih telah membawakan kado terindah untukku.. Terima kasih karena telah berkorban nyawa demi mereka.. Terima kasih dan terima kasih.. Aku menyayangimu selalu.. Selamanya kau di hatiku, Chagiya..'

 

FIN

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet