Perfectly Imperfect

Perfectly Imperfect

**

I just want to be someone perfect for you.

Nobody’s perfect.

***

 

Kyungsoo adalah salah satu dari mahasiswa kedokteran. Jongin adalah mahasiswa bisnis & management.

Kyungsoo adalah pria kecil yang terlihat sangat polos. Jongin adalah laki laki tinggi dengan wajah yang sangat tegas.

Kyungsoo memiliki kulit selembut susu. Jongin mempunyai kulit sekuat batang coklat.

Mereka sering berpapasan di koridor kampus. Tapi tidak ada yang istimewa, mereka tidak saling mengenal. Pertama kali kyungsoo menarik perhatian jongin adalah ketika suatu siang kyungsoo membuat keributan karena salah satu tikus yang ia bawa lepas, ia mengejar tikus putih itu. Jeritan dari mahasiswi mahasiswi yang sangat berlebihan takut akan tikus membuat semuanya kacau.

Jongin melihat kyungsoo akhirnya mampu menangkap tikus itu saat si tikus jatuh dan terperangkap di tempat sampah kantin. Tanpa terlihat ada raut jijik di muka kyungsoo, mengaduk aduk tempat sampah, menjinjing ekornya, membawanya ke westafel lalu mencuci tikus itu dengan sabun pencuci tangan dengan sangat tenang dan tidak mempedulikan keadaan sekitar yang sudah berantakan, bahkan dia tidak mempedulikan kutukan kutukan yang di layangkan untuknya.

Kyungsoo telah mencuri perhatian jongin.

Sejak kejadian itu, orang orang menyebut kyungsoo dengan sebutan ‘tikus putih’. Siapa yang tidak tahu ‘tikus putih’ dan tragedi yang membuat nama itu tersemat pada diri kyungsoo ? Sampai setahun tidak ada yang mau lagi memakai westafel itu untuk bercuci tangan. Tahun berikutnya mahasiswa dan mahasiswi semester satu baru membuat semuanya kembali normal.

Kyungsoo adalah tipe orang yang tenang, sehingga orang orang hanya melihat kyungsoo yang baik baik saja, datar. Sedangkan jongin adalah tipe orang yang tidak banyak bicara. Terdengar sama sepertinya, tapi itu berbeda. Sungguh.

**

Selama satu tahun Jongin hanya melihat kyungsoo ketika mereka berpapasan di koridor, matajongin tidak bisa terlepas darinya. Kyungsoo berjalan dengan tenang dengan wajah yang datar dan mata yang menatap lurus ke depan, juga buku di tangannya, tapi itu cukup membuat jongin tersenyum.

Setahun kemudian, jongin baru mendapatkan momen yang tepat untuk menyapa kyungsoo. Sore itu hujan turun sangat lebat, dan mobil yang biasa jongin pakai sedang di reparasi karena ada sesuatu yang salah pada mesinnya. Seharusnya jongin naik taksi, tetapi jarang terlihat taksi di saat hujansangat deras seperti itu.

Tadinya jongin merasa kesal karena harus menunggu taksi di saat hujan seperti itu, tapi setelah secara tidak sengaja melihat kyungsoo juga berada di antara kerumunan orang yang sedang berteduh di halte bus, jongin malah berharap semoga waktu berjalan lambat agar ia bisa melihat kyungsoo lebih lama.

Halte bus di depan kampus semakin lama semakin sepi dari orang orang yang berteduh, tersisa jongin dan kyungsoo berdua di sana. Kyungsoo terlihat fokus memperhatikan titik titik hujan, tidak ada tanda tanda darinya untuk mulai bersuara ataupun menggeserkan badannya barang seinci, mengedipkan matanya saja jarang sekali.

Jongin akhirnya membuka mulut, “tikus putih ?”

Kyungsoo menoleh kearah jongin dengan cepat, memberikan pandangan yang lumayan lama seolah bertanya : apa kau berbicara padaku ?

Jongin sebenarnya jarang sekali menyapa orang yang belum ia kenal, tapi jongin sudah sangat tertarik kepada kyungsoo.

Jonginmerasa gugup untuk beberapa saat, menebak apa yang sedang di fikirkan kyungsoo, apakah dia sedingin dan sedatar itu ? Sebelum akhirnya senyuman kyungsoo mengembang di bibir berbentuk hati miliknya. Image kyungsoo yang selama ini ada di benak jongin hilang semua. Image kyungsoo yang tidak mempedulikan sekitar, dan sangat berkarisma dalam ketenangannya, berubah menjadi sangat angelic saat sedang tersenyum.

Jongin akhirnya mengetahui nama laki laki itu, Do kyungsoo. Setelah sekian lama.

“Apa bus mu belum juga datang ?” tanya jongin setelah beberapa menit mereka berbasa basi.

Kyungsoo menggeleng, “aku tidak menunggu bus. Aku sedang menunggu hujan reda, paling tidak sampai jam 6 sore. Aku harus berjalan ke stasiun subway untuk pergi ke rumah sakit seoul, ada beberapa penelitian yang harus aku selesaikan disana.”

“Kalau hujan tidak juga reda ?”           

“Apa boleh buat, aku harus berlari di tengah hujan,” kyungsoo menjawabnya dengan tenang dan terlihat tanpa berfikir. Ketertarikan jongin semakin meningkat. “Kau sendiri sebenarnya ingin naik bus yang mana ?”

“Aku sebenarnya ingin naik taksi, tapi sepertinya tidak ada taksi di dekat sini.”

“Kenapa tidak kau telfon saja ?”

“Aah ~!” jongin terperanjat, benar juga. Mengapa tidak terfikirkan olehnya ? Mungkin jongin terlalu menikmati momen bersama kyungsoo ini. “Kau punya nomor taksi ?” tanya jongin kemudian.

“Ya, aku punya. Sebentar, akan ku kirimkan kontaknya kepadamu. Berapa nomor handphone mu, jongin ?” kyungsoo mengeluarkan telfon genggamnya.

Jongin tidak biasanya dengan mudah memberikan nomor kepada orang baru, tapi saat itu dia tidak bisa untuk tidak memberi tahu kyungsoo nomor handphone nya.

Tak lama, taksi yang di panggil jongin datang. Karena hujan tak kunjung reda, akhirnya ia menawarkan kyungsoo untuk diantar dengan taksinya. Kyungsoo kembali tersenyum dengan indah saat mengatakan ‘terimakasih’ di depan rumah sakit seoul.

Sendirian di dalam taksi, pertama yang ada di benak jongin adalah malu. Malu mengapa bisa sebodoh itu dia tidak terfikir untuk menelfon taksi ? Satu jam lebih ia menunggu di halte bus, dan dia sama sekali tidak merasa waktu berlalu begitu lama karena ada kyungsoo di sana. Dan sebetulnya tadi yang di tunggu jongin bukanlah taksi, tapi waktu untuk menyapa kyungsoo.

Kemudian yang ada di otak jongin adalah senyuman senyuman kyungsoo yang sangat memikat hatinya. Dia hampir tidak percaya, begitu susah dia ingin menyapa dan mengetahui nama kyungsoo, tapi dengan mudah mendapatkan nomor handphone nya.

**

Sejak saat itu, kyungsoo dan jongin mulai saling bertukar senyum ketika meraka berpapasan di koridor kampus. Mereka juga memulai percakapan di SNS. Suatu hari di perpustakaan, mereka bertemu dan keadaan sudah tidak lagi canggung di antara mereka. Hari hari berikutnya, mereka mulai makan siang bersama, mulai bercanda, banyak tertawa. Jonginsangat nyaman berada di dekat kyungsoo begitu juga sebaliknya.

Setahun kemudian setelah merasasudah cukup banyak mengetahui tentang kyungsoo, dengan pemantapan hati yang sudah benar benar bulat, jongin meminta kyungsoo untuk menjadi kekasihnya. Tentu saja kyungsoo menerima.

Satu detik setelah kyungsoo mengatakan ‘ya’, keadaan menjadi kembali canggung. Hati mereka sama sama berdebar dan hanya saling melemparkan senyum karena malu. Lalu jongin memberanikan diri untuk memulai percakapan, dan larutlah mereka berdua dalam hubungan yang sangat sempurna. Pelukan demi pelukan akhirnya dimiliki oleh mereka berdua seiring berjalannya waktu. Kadang tidak hanya tawa, mereka juga berbagi lelah dan susah. Cinta mereka semakin besar.

Jongin dan kyungsoo tidak terburu buru. Tapi waktu membawa dan menghanyutkan mereka kedalam hubungan yang lebih dalam. Lambat laun, ciuman bukan lagi hal yang membuat mereka canggung, justru membuat mereka semakin ingin lebih dekat.

                                                                                                  **         

Setelah anniversary ke 1 tahun, jongin lulus dengan hasil yang baik. Ia langsung mendapatkan pekerjaan di posisi strategis di hotel milik keluarganya sebagai manager. Sementara kyungsoo harus berangkat ke provinsi lain selama dua tahun untuk praktek kerja lapangan. Tidak ada lagi rumah sakit yang menerima dokter magang seperti dia di seoul, sudah penuh oleh dokter magang yang belum lulus atau yang lebih dulu mendaftar.

“Dua tahun, jongin,” kyungsoo mengingatkan kekasihnya.

“Kau akan kembali jika libur dan aku juga akan mengunjungi mu jika aku mempunyai waktu luang.” Jongin berusaha tersenyum, seolah ingin mengatakan kepada kyungsoo bahwa semuanya akan baik baik saja.

Kyungsoo tidak mampu berkata kata lagi, dia tidak bisa memilih antara jongin dan mimpinya untuk menjadi seorang dokter. Jongin mengatakan kalau semua akan baik baik saja, dan kyungsoo harus percaya.

Cukup lama mereka saling memandang malam itu, keadaan sangat tenang karena orang tua jongin sedang berada diluar rumah. Lalu jongin menyadari mata kyungsoo mulai berair, jongin terkejut karena kyungsoo tidak biasanya menangis. Untuk membuat kekasihnya merasa lebih baik, dia memeluknya, mencium, lalu malam itu lah saat pertama mereka melakukan ‘itu’. Tidak ada keraguan ataupun penolakan.

Kyungsoo hanya ingin menyerahkan diri sepenuhnya untuk jongin.

Di ujung malam di atas kasur yang panas, jongin memeluk kyungsoo dan mencium pipinya, “kau sepenuhnya milikku, begitu juga aku, sepenuhnya milikmu. Fikiranku, hati, dan ragaku hanyalah milik mu seorang. Belajarlah dengan giat di sana kyungsoo, lalu kembalilah dengan bahagia. Karena dengan itu, aku juga akan merasa bahagia.”

Kyungsoo mendengarkan dengan seksama semua kata kata yang diucapkan jongin, membuat dia memeluk lebih erat laki laki yang memiliki tubuh lebih besar darinya itu. “Aku mencintaimu, jongin.”

“Aku juga mencintaimu, kyungsoo.”                                                   

**

Kyungsoo akhirnya pindah ke provinsi gyeonggi untuk menamatkan studi kedokterannya. Jongin mengantar kyungsoo sampai apartemen yang sudah jauh hari di beli. Jongin membelikan apartemen itu untuk kyungsoo, tidak ada yang tidak untuk seseorang yang begitu ia cintai. Mereka merapihkan kan barang barang bersama, lalu kyungsoo memasak makan malam untuk mereka berdua.

Keesokan paginya, jongin baru kembali ke seoul setelah menghabiskan sarapan dan secangkir cappuccino yang di buat kyungsoo. Jongin juga memeluk dan mencium kyungsoo sebelum ia pergi, tidak lupa dengan kata kata ‘aku mencintaimu’ dengan senyuman di bibir jongin, kyungsoo selalu menyukainya.

Untuk saat ini, semua baik baik saja.                           

**

Ada yang berubah. Jongin yang paling bisa merasakannya. Setelah dia tau bagaimana rasanya melakukan hubungan intim dengan kyungsoo, dia menyadari bahwa cinta bukan hanya sekedar rasa sayang, peduli, dan melindungi tapi juga membutuhkan.

Sial, jongin dan kyungsoo memasuki level cinta paling dalam di saat kyungsoo sekarang harus berada jauh dari jongin.

Jongin jadi lebih sering melakukan self service, dan itu kadang mengganggunya.

Saat yang tepat. Tidak sampai sebulan, atasan jongin yang merupakan ayah kandungnya sendiri merekrut seorang karyawati baru untuk menjadi sekretaris pribadi jongin, namanya tiffany. Pekerjaan mengharuskan mereka untuk sering bersama, berdua. Bahkan kadang hingga larut malam.

Kepribadian jongin yang sangat manly membuat tiffany sebagai seorang wanita normal yang sudah menghabiskan banyak waktu bersamanya merasa sedikit tertarik.

Satu malam, jongin dan tiffany baru menyelesaikan pekerjaan mereka dan memutuskan untuk makan sebelum kembali ke rumah. Makanan rumahan menemani mereka berdua di suatu rumah makan pinggir jalan. Jongin yang notabene nya adalah pemuda modern sudah lupa bagaimana enaknya ramen dan tteokpoki dengan sebotol soju. Tanpa sadar jongin sudah mabuk, dan mau tidak mau tiffany harus bertanggung jawab atas pria yang sedang mabuk itu.

Diingatkan kembali kalau hotel tempat mereka bekerja adalah milik keluarga jongin, ia mempunyai akses VIP. Tiffany pun merasa tidak enak jika harus membawa jongin ke rumahnya malam malam begini. Jadilah tiffany membawa jongin ke hotel keluarga kim.

Jongin yang sedang mabuk tidak dapat mengontrol dirinya sendiri saat sedang berdua dengan wanita itu di kamar, sampai keesokan paginya ia terbangun dengan tanpa sehelaipun baju di tubuh bersama tiffany yang sedang dengan keadaan sama seperti dirinya masih tertidur di dekapan jongin.

**

Jongin merasa bersalah kepada kyungsoo, tapi mereka berdua tetap menjalin hubungan yang baik. Pesan pesan SNS selalu terkirim dan terbalas, mendengar suara masing masing lewat telfon pun cukup, bahkan sebelum tidur jongin biasanya masih sempat men-video call kyungsoo.

Studi praktek kyungsoo berjalan lancar. Harus di akui, kyungsoo memang adalah salah satu murid yang pintar. Kyungsoo juga terlihat bahagia, dia selalu bercerita tentang pasein paseinnya di rumah sakit. Jongin tak pernah menyangka kyungsoo bisa jadi secerewet itu.

Kyungsoo juga sudah dua kali pulang ke seoul dan jongin sudah sekali mengunjungi gyeonggi. Bisa di tebak bagaimana hati jongin merasa gugup, berusaha mati matian agar kyungsoo dan tiffany tidak akan pernah bertemu.

“Apa aku boleh ikut ke kantor mu ?” tanya kyungsoo saat itu.

“Sebaiknya jangan sekarang, nanti. Susana di sana sedang tidak terlalu baik.” Jongin hanya bisa menjawab seperti itu.

Kyungsoo mengangguk dan menurut atas jawaban jongin yang sebenarnya tidak sesuai harapan, ia membuat seribu alasan untuk membela jongin dan membuat dirinya merasa lebih baik. Mungkin benar di kantor jongin keadaan sedang tidak baik, fikirnya. 

Disisi lain, satu malam yang ia habiskan bersama tiffany tidak bisa mereka lupakan begitu saja. Harus jongin akui tiffany adalah wanita yang baik dan cantik. Awalnya jongin tidak tahu harus berbuat apa, tapi dia tetap membutuhkan ‘itu’.

Sampai akhirnya jongin membuat keputusan yang sangat gila. Dari pada melakukan persetubuhan dengan banyak wanita bayaran, lebih baik ia lakukan itu hanya dengan satu wanita saja. Kyungsoo tidak akan tahu dan dua tahun lagi jongin bisa memutuskan hubungannya dengan tiffany.

**

Natal tiba, jongin berpamitan kepada tiffany untuk pergi keluar negri. Tapi sebenarnya ia pergi ke gyeonggi untuk menjemput kekasih lainnya, kyungsoo. Suatu kebohongan kecil akan memancing kebohongan kebohongan lain yang lebih besar, bukan ?

Kyungsoo sudah menyiapkan makan malam untuk jongin begitu ia sampai di apartemen. Kyungsoo sangat terlihat baik, tetapi jongin terlihat berbeda. Jongin tersenyum, tapi berbeda.

Kyungsoo ternyata juga diam diam merasakan hal yang sama, yang jongin anggap sebagai masalah, yang ia limpahkan kepada tiffany. Dan kyungsoo harus merasa sedikit kecewa saat malam hari tiba, jongin hanya memeluk dirinya di kasur.

Mungkin dia hanya lelah, kyungsoo berusaha meyakinkan hatinya bahwa semua baik baik saja.

Pagi harinya, mereka berdua melakukan perjalanan ke seoul. Jongin sudah merencanakan apa saja yang akan ia dan kyungsoo lakukan selama seminggu kyungsoo berada di seoul, dia sudah menyusun rapih rencana itu agar semua tetap berjalan pada jalur yang semestinya.

Jongin merasa lega karena semua sesuai rencana. Ia mengajak kyungsoo ke taman bermain, kebun bintang, mengajaknya menginap di rumah keluarga kim. Dimana saja yang tidak akan bisa tiffany menyangka kalau jongin pergi kesana.  Bahkan jongin juga mengajak kyungsoo untuk mengunjungi sebuah rumah, jongin mengatakan bahwa ia sudah membelikan rumah itu untuk mereka berdua. Mereka akan tinggal disana sekembalinya kyungsoo dari gyeonggi setahun lagi.

Kyungsoo memeluk jongin penuh rasa haru, berterimakasih, tidak menyadari bahwa semua ini sudah terencana.

Jongin kembali mengantar kyungsoo ke gyeonggi, kyungsoo sudah terisi oleh semangat yang penuh untuk kembali menjalani rutinitasnya. Ia ingin segera mendapatkan lisensi dokter dan kembali ke seoul, bekerja sebagai dokter yang selalu ia impikan dan hidup bersama jongin, orang yang selalu ia inginkan.

Semua sempurna baginya.

Tiffany tidak curiga sama sekali saat jongin kembali muncul di kantor setelah seminggu menghilang yang katanya ia habiskan di luar negri.

Jongin akhirnya bisa benar benar bernafas lega.

**

Setahun lebih jongin memainkan trik ini, dan ia menjadi ahli. Hubungan dengan kyungsoo berjalan baik baik saja dan dengan tiffany pun tidak ada masalah.

Tapi sepandai pandainya tupai melompat, suatu saat pasti akan jatuh juga.

Sore itu kyungsoo pulang ke apartemen dengan hati senang. Rasa lelah setelah seharian mengurusi pasein paseinnya sama sekali tidak ia rasakan. Ia sudah dinyatakan lulus dan mendapat lisensi dokternya sebulan lebih awal. Ia akan menelfon jongin untuk memberi tahu kabar bahagia itu sebelum akhirnya ia mendapatkan sebuah ide.

Jongin mengatakan bahwa lima hari lagi akan di adakan pesta kesuksesan cabang hotel keluarga kim di pulau jeju yang merupakan proyek pribadi milik jongin. Jongin mengatakan bahwa mungkin saja ia akan sibuk karena menyiapkan pesta itu, dan ia meminta maaf. Tapi kyungsoo selalu mengakatan ‘tidak apa apa’.

Setelah menutup telfon, kyungsoo menarik kesimpulan bahwa keadaan di kantor jongin sekarang sudah baik karena semua akan bergembira di pesta itu. Mengingat jongin dulu selalu mengatakan kalau di kantor susananya sedang tidak terlalu baik.

Kyungsoo mulai menyusun rencana kejutan kecil untuk jongin. Besok ia akan menyelesaikan beberapa urusan disini, hari selanjutnya adalah untuk berkemas kembali ke seoul dengan jasa pengangkut barang, dan menjual apartemen ke agen properti. Ia akan langsung menuju rumah mereka berdua yang tempo hari jongin tunjukan kepadanya, sedikit mendekor, lalu di hari pesta yang sangat berarti untuk jongin, kyungsoo akan muncul.

Mendapatkan kejutan dengan kedatangan kekasih yang sudah dua tahun terpisah jarak, mengetahui kyungsoo sudah lulus dan bisa hidup bahagia dengannya. Di tambah pekerjaan jongin yang sukses. Pasti jongin akan sangat bahagia. Begitu pikirnya, pikiran kyungsoo yang sangat polos.

**

Hotel milik keluarga kim sudah ramai dengan para konglomerat, kolega kolega bisnis dan tamu tamu kerhormatan lainnya. Pesta untuk kesuksesan satu satunya ahli waris keluarga kim harus lah mewah. Pesta ini adalah pesta outdoor di taman hotel yang sangat indah. Di hiasi lampu lampu kecil yang melilit pepohonannya.

Kyungsoo menyewa tuxedo putih dan juga memakai gel rambut.

Kyungsoo tidak bisa menyetir mobil jadi ia menggunakan taksi menuju hotel dimana pesta itu berlangsung. Sepanjang perjalanan ia tersenyum membayangkan bagaimana reaksi jongin. Kyungsoo juga teringat hari itu, saat hujan turun deras di hari pertama mereka bertemu, taksi punya cerita tersendiri untuk mereka berdua.

Taksi yang di tumpangi kyungsoo memasuki area hotel, dan itu menjadi pusat perhatian. Di antara deretan mobil mobil mewah, masuklah taksi berwarna kuning itu dengan tanpa halangan atau keragu raguan.

Jongin yang sekilas melihat taksi itupun tersita perhatiannya. Sosok kyungsoo keluar dari pintu belakang taksi dengan tenang, padahal kyungsoo sudah tahu kalau dia menjadi pusat perhatian. Jongin gugup setengah mati, apalagi saat mendapati kyungsoo sudah melihat dirinya berdiri di sana dengan segelas wine ditangannya.

Kyungsoo tersenyum dan berjalan menuju jongin, reaksi jongin tidak yang seperti kyungsoo harapkan. Apa jongin tidak suka kejutan ?

Beberapa orang yang sedari tadi memperhatikan kyungsoo, mulai kembali ke kegiatannya masing masing.

“Hai, Jongin. Aku lulus lebih awal. Aku sudah mendapatkan lisensi dokter dan sudah bisa tinggal dan bekerja di seoul.” Ucap kyungsoo sembari tersenyum dengan sangat tenangnya.

Jongin masih membeku, lalu berusaha mengatakan sesuatu. “Oh, benarkah ?”

Sangat datar, tidak ada senyuman, ucapan selamat apalagi pelukan. Kyungsoo mengangguk, sedikit merasa kecewa, tapi senyum itu masih ada di sana, kyungsoo meyakinkan dirinya kalau semua baik baik saja. Membuat jongin tidak tahu harus bagaimana.

Seorang wanita yang berdiri di samping jongin yang sedari tadi luput dari perhatian kyungsoo menyela, “jongin, siapa dia ?”

Senyum kyungsoo tidak pernah lepas dari bibirnya, setelah paham jongin tidak akan mengenalkan dirinya kepada wanita yang bertanya itu, kyungsoo akhirnya membuka mulut sendiri. “Hai, aku kyungsoo, Do kyungsoo.”

Tiffany dan kyungsoo berjabat tangan, dan jongin hampir tidak bisa mempercayai itu. “Aku tiffany, kekasih jongin.” Tiffany membalas senyum kyungsoo dengan manis.

Jongin menatap kyungsoo dengan hati hati, menebak apa yang akan terjadi saat tiffany mengatakan hal itu.

“Oh, benarkah ?” kyungsoo justru tersenyum lebih lebar lagi. “Wah, selamat untuk kalian berdua.”

“Ya, terimakasih.” Tiffany dan kyungsoo terlihat gembira, tapi tidak dengan jongin.

“Eum, maaf, bolehkan aku tahu dimana toiletnya ?” kyungsoo tertawa pelan. Dan tiffany menunjukan arah menuju toilet.

Kyungsoo berterimakasih sambil masih memajang senyuman itu di bibirnya, dia berjalan dengan tenang menuju toilet. Jongin menatap lekat lekat punggung kyungsoo.

**

Toiletnya berada di dalam gedung, karena pesta di adakan diluar gedung jadi toilet terasa sepi. Hanya ada satu dua orang gadis berpakaian mewah yang baru saja keluar dari toilet wanita. Dengan tenang kyungsoo masuk ke dalam toilet pria, menutup pintunya. Dan disanalah ia ambruk, ia menangis sejadi jadinya sambil menggigit keras keras kepalan tangannya sendiri agar tangisan itu tidak menghasilkan sebuah suara.

Beberapa menit kemudian terdengar seseorang memasuki toilet pria dan mengetuk pintu bilik tempat persembunyian kyungsoo.

“Kyungsoo, aku tahu ini kau. Buka pintunya.”

Kyungsoo berusaha tetap tenang, menghapus air matanya. “Ya, sebentar.”

Kyungsoo lalu memencet tombol flush di kloset agar terkesan bahwa tadi ia benar benar sedang buang air. Tapi jongin tidak sebodoh itu mampu tertipu hanya dengan suara air. Dia sudah sangat mengenal kyungsoo.

Setelah memastikan dirinya terlihat baik baik saja, kyungsoo membuka pintu toilet. Ia tersenyum kepada jongin yang berdiri tepat di depannya, “perutku tiba tiba sakit. Aku rasa, aku harus segera pulang.”

Beberapa detik berlalu tanpa ada jawaban, jongin yakin kyungsoo baru saja menangis. Mata berbicara tentang segalanya. Dan luka di tangan kyungsoo yang masih terlihat baru itu, tadi jongin tidak melihatnya saat dia sedang bersalaman dengan tiffany. “Mengapa kau datang kemari ?”

“Aku hanya ingin memberikanmu ucapan selamat dan menyampaikan beberapa kabar bahagia. Selamat jongin, selamat atas kesuksesanmu. Sekarang sudah ku lakukan semua, aku ingin pergi.” Kyungsoo menjawabnya dengan tenang dan itu menyiksa jongin.

Jongin tidak dapat mencegah kyungsoo, ataupun menyusulnya. Pesta masih harus tetap berlangsung. Tapi suasana hati jongin benar benar sudah rusak.

Kyungsoo menangis di sepanjang perjalanan menuju rumah, sesampainya di rumah pun dia tidak bisa tidur. Yang ia lakukan hanya menangis dan menangis.

Mungkin jongin sadar dan ingat akan rumah itu, rumah yang sudah mereka rencanakan akan tinggal bersama disana sepulangnya kyungsoo dari gyeonggi. Jongin datang jam setengah 3 dini hari, kyungsoo belum tidur. Dia mendengar suara jongin dari atas kasurnya, tapi tidak berniat sama sekali untuk menghampirinya.

Hati kyungsoo sakit.

**

Kyungsoo sangat marah, tapi tidak tahu pada siapa. Dia hanya marah, dan bagaimana pun juga dia tidak ingin kehilangan jongin. Jika kyungsoo mengacuhkan jongin sebagai tanda marahnya, ia takut jongin lebih memilih tiffany lalu pergi. Dan dia terlalu cinta untuk memutuskan jongin. Jadi, dengan tenang, kyungsoo memutuskan untuk bertindak seolah tidak ada yang terjadi malam itu di pesta. Tidak ada yang ia lihat, tidak ada tiffany yang cantik.

Pagi hari setelah pesta itu berakhir, kyungsoo belum tidur sama sekali dan dia mendapati jongin sedang tertidur di sofa. Ia memasakan sarapan untuk kekasihnya itu, dan mereka tetap makan bersama di meja yang sama, dengan tenang.

“Mengapa kau pulang sangat cepat tadi malam ?” jongin dengan hati hati bertanya kepada kyungsoo.

Dia tau kyungsoo marah, dia tidak pernah melihat kyungsoo marah sebelumnya. Jadi itu sangat membuat jongin gugup, tentang apa yang kyungsoo lakukan jika ia sedang marah.

“Aku lupa untuk menyewa limo tadi malam, aku malah datang dengan taksi. Aku tidak mau reputasi mu sebagai tuan muda dari keluarga kim jadi hancur.”

Kyungsoo menjawab dengan sangat tenang, tidak ada bentakan atau nada tinggi, tapi tidak ada senyuman juga.

Jongin seharusnya lega, dia bisa memutuskan hubungan dengan tiffany sekarang lalu memberi tahu kyungsoo bahwa dia lebih memilih pria kecilnya itu. Semuanya beres. Dan sejujurnya tadi malam memang adalah malam yang di rencanakan jongin untuk memutuskan tiffany, karena jongin tahu seharusnya sebulan lagi kyungsoo kembali dari gyeonggi. Tapi semuanya terlambat, kalau saja tadi malam jongin memutuskan tiffany satu jam lebih awal.

Tapi bukan itu masalahnya sekarang. Jongin cukup di buat kesal dengan sikap tenang kyungsoo. Kyungsoo pintar sekali menyembunyikan rasa sakit dan marah, lalu apa lagi yang ia sembunyikan ?

Kyungsoo pintar berbohong. Begitu yang ada di otak jongin.

**

Walaupun sedikit susah, tapi akhirnya kyungsoo mendapatkan pekerjaan di sebuah rumah sakit di seoul. Kyungsoo menjadi dokter yang sangat di sukai oleh para pasien. Sikapnya yang sangat berkharisma, tapi kepribadiannya sangat hangat jika sudah dekat, dengan pengobatan yang memuaskan menjadi faktor utama. Selain itu, kyungsoo juga sangat murah senyum kepada siapa saja orang orang yang ia kenal di tempatnya bekerja. Tapi seketika senyuman itu hilang saat dia sampai di depan rumahnya.

Jongin menjadi sangat canggung atas kesalahannya sendiri, ia menjadi sangat jarang berbicara. Jongin pun tidak juga mendapatkan waktu yang tepat untuk memberitahu kyungsoo bahwa sebenarnya ia sudah putus dengan tiffany. Dan komunikasi di antara mereka jadi hanya hal hal yang tidak penting seperti, ‘apa kau sudah makan ?’ ‘sarapan sudah siap,’ dan ‘akan ku siapkan air hangat untuk mu.

**

Hari ini adalah hari anniversary ke 4 tahun kyungsoo dan jongin,mereka memutuskan untuk hanya merayakannya di rumah. Kyungsoo menyiapkan steak yang jongin minta, sedangkan jongin menyiapkan lilin lilin di meja makan.

“Kyungsoo..” jongin memulai pembicaraan saat acara makan malam sudah selesai.

“Hm ?” kyungsoo menyahut, mengetahui ada sesuatu yang ingin di sampaikan jongin. Di dalam hatinya, ia berharap kalau itu bukan tentang tiffany. Kyungsoo tidak ingin membicarakan apa pun tentang tiffany. Apapun.

Kyungsoo dan jongin tidak pernah membicarakan tiffany, tapi masing masing kyungsoo dan jongin tahu suatu saat mereka harus membicarakan hal itu. Cepat atau Lambat.

“Aku sudah putus dengan tiffany,” jongin sudah lelah dengan dinginnya hubungan antara mereka setelah kejadian itu, dia ingin membuat hati kyungsoo lebih baik sehingga dia bisa melihat senyuman kyungsoo lagi.

Tapi tetap saja itu tentang tiffany, dan itu tidak membantu kyungsoo untuk menyembuhkan luka di hatinya sama sekali.

Kyungsoo terdiam sesaat, sangat tenang, dia tidak ingin salah bicara sebelum akhirnya dia mengatakan, “jadi kau benar benar berselingkuh selama satu tahun lebih itu.”

“Ya, aku mengakuinya, aku salah, maafkan aku.”

“Bagaimana aku bisa mempercayaimu kalau kau sudah benar benar putus dengannya ?”

Jongin kehabisan kata, berfikir sejenak.Ini tidak seperti kyungsoo yang biasa, “kau tidak mempercayaiku ?”

“Kau berbohong selama ini, bagaimana aku bisa mempercayaimu ?”

Hati jongin teriris, “aku mencintaimu, apa itu juga kau anggap sebagai kebohongan ?”

Kyungsoo menelan ludahnya. “Kalau begitu, beritahu aku semua yang aku tidak tahu. Suatu hubungan tidak akan bertahan jika hanya di penuhi oleh kebohongan,” sekarang kyungsoo hanya bisa meyakinkan dirinya sendiri kalau ia akan cukup kuat untuk menerima semuanya, berharap agar ini tidak menjadi semakin menyakitkan.

Jongin menatap mata kyungsoo yang duduk di sebrangnya, lilin di meja makan depan mereka sudah setengahnya habis.

“Aku mencintaimu. Hari itu di halte bus, aku menyadari bahwa aku sudah menyukaimu sejak lama, jauh sebelum kau mengenalku. Aku selalu memperhatikanmu, tikus putih.”
Tangan kyungsoo yang sedari tadi berada di bawah meja mulai meremas bajunya sendiri mendengarkan kata kata jongin yang terdengar tanpa dusta. Jantungnya berdegup lebih kencang.

“Aku benar benar mencintaimu, aku tidak pernah mencintai orang lain lebih dari aku mencintaimu. Saat kau mengatakan bahwa kau harus pergi keluar seoul untuk melanjutkan studi kedokteranmu, saat itujuga aku tahu kalau aku pasti akan sangat merindukanmu, aku pasti akan menunggumu kembali ke seoul.”

Jongin berhenti sejenak kalau kalau kyungsoo ingin berkomentar, tapi kyungsoo masih diam dalam ketenangannya.

“Cinta itu bagaikan sebuah lingkaran, dua orang bergerak dari sisi terluar menuju titik pusatnya. Sisi terluar yang lebih luas menggambarkan cinta bisa datang darimana saja, cinta yang masih renggang lalu semakin lama semakin mengecil jaraknya hingga di pusat yang kita liat hanya ada satu titik, saat cinta sudah bersatu. Saat dua orang benar benar sudah melebur jadi satu.”

Kyungsoo mendengarkan dengan seksama, mencerna sebenarnya apa yang ingin jongin sampaikan.

“Kita telah bersatu, kyungsoo. Cinta kita sudah tertancap di pusatnya, kita telah melewati masa masa renggang itu. Sekarang yang bisa kita lakukan hanyalah mencegah agar tidak kembali renggang. Jadi tolong maafkan aku. Sedangkan tiffany, hubungan kita adalah kebalikannya, kita mulai dari pusat menuju keluar lingkaran, semua sudah renggang.”

Bibir kyungsoo bergetar, “apa yang kau bicarakan adalah tentang.....” kyungsoo tidak melanjutkan kata katanya. Itu terlalu sakit untuk dikatakan, apalagi di bayangkan.

“Kau melakukan itu dengannya ?” kyungsoo tersenyum pahit, tetapi matanya berair.

“Dan kau tersenyum saat mengetahui itu ?” Jongin tidak mau kyungsoo menangis, tapi dia tidak suka dengan senyuman itu.

“Memangnya aku harus bagaimana lagi ? Aku selalu mencoba sebisa mungkin untuk jadi yang sempurna bagimu, tapi ini balasannya,” tidak ada emosi, hanya kesakitan yang jongin lihat saat kyungsoo mengatakan itu.

“Tidak ada yang sempurna di dunia ini, kyungsoo. Aku mengakukalau aku bersalah, dan aku sudah meminta maaf. Tapi dengan sikapmu yang seperti itu membuatku merasa semakin bersalah. Kalau kau merasa tersakiti, kau bisa menangis, kau bisa berteriak, aku bersedia dipukul dan dihukum karena aku memang bersalah. Kau bisa balas dendam kalau kau mau, karena aku pantas mendapatkannya. Tidak ada yang sempurna, kyungsoo.”

Kyungsoo mulai tidak mampu menahan air matanya untuk tidak jatuh, buru buru dia menghapusnya.

Jongin meneruskan, “tidak ada hubungan yang sempurna tanpa masalah, karena dengan semua itu membuat cinta semakin kuat jika kita mampu melewatinya bersama.”

“Aku...” kyungsoo mencoba untuk berbicara walaupun tenggorokannya terasa tercekat. “Aku hanya tiba tiba merasa semua ini terjadi karena salahku, kalau saja dulu aku memutuskan untuk tidak pergi ke gyeonggi, ini semua pasti tidak akan terjadi. Aku marah... kepada diriku sendiri.”

Jongin tertegun sejenak, “kyungsoo, ini bukan salahmu.” Jawaban kyungsoo selalu tidak bisa di prediksi, jongin baru sadar kalau ia tidak sebanyak itu mengenal orang dicintainya.

“Kau membuatku terlihat seperti setan yang sangat jahat di hadapanmu. Apa kau sedang mencoba untuk menjadi seorang malaikat?” Sambung jongin.

Kyungsoo memainkan jarinya, mencubiti jari jarinya dengan kuku. Membuat tangannya terasa perih. “Kalau begitu boleh kah aku marah ?”

Jongin tidak menjawab, situasi ini membuatnya kesal.

“Kalau begitu boleh kah aku marah !?” kyungsoo meninggikan suaranya.

Jongin terkejut.

“Aaargh !” kyungsoo berdiri dengan cepat, lalu melempar kursi yang tadi ia duduki ke lantai, cukup untuk membuat suara yang keras. Kyungsoo meledak.

“Sial, ini sangat sakit.” Kyungsoo menangis, ia menunggu jongin bangkit untuk memeluknya atau sekedar menyuruh dia berhenti menangis. Tapi 1 menit itu terlalu lama.

Dengan cepat kyungsoo masuk ke kamar dan membanting pintu. Beberapa detik kemudian jongin mendengar keributan dari sana, ia tebak kyungsoo baru saja mengobrak abrik mejanya.

Jongin semakin bingung, apa yang harus ia lakukan untuk memperbaiki hubungan ini ? Dan ini membuatnya frustasi.

Jongin dan kyungsoo sudah jauh jauh hari menyusun rencana tentang desain kamar yang mereka berdua impikan lewat pesan pesan SNS setelah jongin membelikan rumah itu dan menunjukannya kepada kyungsoo tempo hari, saat kyungsoo belum tahu apa apa tentang penghianatan yang di lakukan jongin. Tapi kenyataannya jongin dan kyungsoo tidak memakai kamar yang sama, jongin selalu tidur di kamar tamu. Kyungsoo tidak melarang jongin untuk masuk kamar, tapi jongin tidak memiliki keberanian untuk memasuki kamar itu.

**

Emosi jika dipendam pasti akan meledak bila sudah mencapai puncaknya, itu yang terjadi kepada kyungsoo. Dia tidak membanting atau merusak barang lagi, kyungsoo sadar itu hanya merugikan dirinya sendiri. Sewaktu ia mengobrak abrik kamar, laptop yang berisi hal hal penting miliknya rusak. Ia pun harus membereskan kekacauan yang ia buat sendiri. Dan itu cukup membuatnya kapok.

Tetapi kyungsoo memiliki kebiasaan baru, ia akan menangis setiap malam. Meski berusaha mati matian untuk tidak mengeluarkan suara, tetap saja jongin bisa mendengar suara isakannya. Kebiasaan kyungsoo saat sedang menangis adalah menyakiti dirinya sendiri.

Yang tadinya hanya menggigit tangan, mencubiti jari tangannya dengan kuku, lalu memburuk dengan kyungsoo menjambak rambutnya sendiri atau memukuli dadanya.

Kadang jongin mendapati tangan kyungsoo terluka di pagi hari. Tapi kyungsoo selalu menjawab kalau itu bukanlah sesuatu yang penting. Dan itu membuat jongin semakin kesal.

Belakangan luka di tangan kyungsoo semakin memburuk, tidak hanya di jari, tapi juga di punggung tangannya, lengan hingga hasta dan sikutnya. Luka nya pun semakin lama semakin panjang, banyak dan teratur, lurus seperti di silet silet. Kulit kyungsoo yang putih dan bersih membuat luka luka itu terlihat jelas.

Awalnya kyungsoo menutupi luka luka itu dengan ia mengenakan sweater atau hoodie berlengan panjang. Namun satu hari Jongin melihat kyungsoo meminum obat penghilang rasa sakit. Kyungsoo, yang kenyataan nya adalah seorang dokter bisa dengan mudah mendapatkan obat itu. Dan tentu saja kyungsoo tahu betul bagaimana efek samping obat itu. Kyungsoo juga mulai sering muntah dan merasakan lelah atau pusing.

Beberapa hari berikutnya jongin memergoki tangan kyungsoo sudah penuh dengan bekas luka kering maupun luka baru saat kyungsoo keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan t-shirt. Jongin tentu sangat terkejut, pemandangan itu terlalu mengerikan.Ia tidak berani membayangkan apa yang kyungsoo lakukan sampai bisa tangannya seperti itu, kyungsoo menyayat nyayat menggunakan apa pun jongin merinding untuk mencari tahunya.

Pagi ini jongin sedang mengambil minum di kulkas dan melihat kyungsoo sedang memasak sarapan, mendapati tangan kyungsoo bertambah lukanya, dan luka itu masih terlihat baru.

“Tanganmu.. kenapa ?” sudah sering kali dia menanyakan pertanyaan ini, jongin sungguh sangat khawatir.

“Tidak kenapa kenapa,” kyungsoo menjawab sambil tidak mengalihkan pandangannya dari masakan.

“Kau menyuruhku untuk mengatakan semua yang kau tidak tahu. Kau menyuruhku untuk jujur. Tapi kau sendiri terus berbohong.”

“Sekarang kau tahu bagaimana perasaan dibohongi ?” kyungsoo menusuk hati jongin dengan tatapan dan kata katanya.

“Mengapa kau menjadi sangat berbeda sekarang ?”

“Kau sendiri yang mengatakan kalau aku tidak perlu berusaha menjadi malaikat.”

Jongin menyesal sudah membuat kyungsoo jadi begini, dan sangat menyesal sudah memberi saran agar kyungsoo tidak menahan marahnya. Kyungsoo yang sedang marah itu sangat menakutkan.

“Jelaskan apa yang sudah kau lakukan hingga tanganmu begitu, jelaskan juga tentang obat itu. Ada apa sebenarnya dengan mu ?”

Kyungsoo benar benar lupa dengan masakannya, “sekarang kau bertanya ada apa dengan ku ?”

Yang jongin rasakan dari ucapan kyungsoo belakangan adalah hanya sindiran dan sindiran. “Ada apa dengan ku ?” kyungsoo mengulangi kata katanya, memberikan penekanan yang lebih menyakitkan hati jongin.

Kyungsoo hanya berbalik untuk mematikan komya. Tapi jongin mengira dia akan mengacuhkannya lagi. “Jawab !” jongin menggenggam keras tangan kyungsoo, membalikan badan pria yang lebih pendek darinya itu, memaksa kyungsoo untuk menjawab.

“Lepaskan aku ! Aku sudah tahu kau tidak punya hati, hanya saja aku baru tahu kalau kau juga tidak punya otak,” tidak tahu darimana asalnya, tapi kyungsoo telah melontarkan kalimat itu. Biasanya kyungsoo selalu menyaring kata kata sebelum dia berbicara.

“Apa ?” seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, emosi jongin pun meningkat.

“Lepaskan aku !” kyungsoo merasakan perih yang amat sangat di tanganya, karena genggaman jongin mengenai beberapa luka yang masih baru.

Ketika jongin melepaskan kyungsoo yang meronta, yang terjadi adalah kyungsoo secara otomatis terjatuh kebelakang. Tak sengaja mendorong kompor dan membuat wajan di atasnya juga terjatuh mengenai dirinya. Masakan dengan air yang mendidih tumpah di badan kyungsoo.

**

Kyungsoo tidak ingin menemui jongin, dia meminta suster yang merawatnya untuk tidak membiarkan seseorang bernama kim jongin menemui dirinya. Kyungsoo sudah benar benar marah dan ingin putus dengan jongin.Karena orang itu, kyungsoo sekarang sangat sakit dan harus rela kehilangan pekerjaannya. Tapi dia belum siap untuk bertemu dengan orang yang menjadi cinta pertamanya itu.

Di sisi lain jongin benar benar ingin meminta maaf, dia sudah terlalu jauh menyakiti kyungsoo. Dia benar benar menyesal. Jongin merasa harus mendapatkan hukuman atas apa yang telah dia perbuat.

**

Kyungsoo sudah sangat betah berada di rumah sakit, hampir duabulan lebih ia dirawat disana tanpa berkomunikasi dengan jongin. Luka melepuh akibat air mendidih dan siletan siletan di tangannya sudah hampir tidak terlihat meski kadang masih terasa sedikit linu. Kyungsoo pun sudah merasa sedikit tenang, tapi jongin sudah setengah mati rindu kepadanya.

Tidak mungkin kyungsoo tinggal selamanya di rumah sakit, pada akhirnya kyungsoo tahu kalau harus kembali ke rumah itu.

Ia berusaha untuk tetap tenang dan memutuskan hubungan dengan jongin secara baik baik, ia mencoba untuk meredam marah dan dendam di hatinya. Ia berusaha untuk melupakan semuanya, melupakan kalau jongin telah menyakiti hati maupun fisiknya, ia bisa mencari pekerjaan lagi dan menjadi dokter yang baik baik saja. Atau mungkin membuka klinik pribadi atas namanya, terdengar sangat menyenangkan.

Jongin menjadi lebih pendiam, sangat pendiam. Malam itu, kyungsoo sudah bersiap untuk angkat kaki dari rumah. Ia telah bertekad bulat untuk putus dengan jongin. Sudah terlalu banyak efek buruk bagi kyungsoo karena hubungan ini. Sebelumnya, ia tidak pernah menyimpan dendam, kyungsoo sudah menyadari kalau apa yang terjadi ini sudah melebihi batas.

Dan yang paling penting, jongin sudah membuat kyungsoo kehilangan pekerjaannya. Pekerjaan yang sudah sejak lama ia impikan dan ia cintai. Kyungsoo bahkan sudah mencintai dunia kedokteran jauh sebelum ia mencintai jongin. Kyungsoo tidak ingin kembali kehilangan sesuatu yang dicintainya karena dia sudah merasa kehilangan jongin sejak lama, sejak malam itu tiffany terlihat di depan kedua matanya.

“Kita putus,” dua kata langsung dilayangkan kyungsoo setelah makan malam usai.

Jongin tidak menjawab, kata kata kyungsoo tadi membuatnya sangat terpukul. Ia sudah bersiap untuk menerima hukuman atau dendam dari kyungsoo, tapi jongin tidak siap untuk putus dari kyungsoo yang sangat ia cintai. Jongin bahkan belum mengatakan bagaimana ia merindukan kyungsoo.

“Ini bukan suatu permintaan. Ini adalah keputusan yang sudah bulat, jongin.”

Jongin masih belum bergeming, dia ingin menangis, tapi tidak bisa.

“Aku sudah berkemas, aku siap untuk pergi dari rumah ini sekarang juga. Terimakasih untuk semuanya.”

Tiba tiba saja jongin berdiri, meninggalkan meja makan. Kyungsoo memperhatikan, apa lagi yang akan jongin lakukan sekarang. Ternyata dia mengunci pintu rumah, lalu mengantongi kuncinya.

“Kau tidak boleh pergi,” itu yang jongin katakan saat kembali ke meja makan.

“Kim jongin !” kyungsoo benar benar kesal sekarang, hampir saja ia meledak lagi.

Jongin menarik tangan kyungsoo, “sekarang kau, masuk lah kedalam kamar. Kau tidak akan pergi kemana mana.”

“Kim jongin, apa hak mu untuk mengaturku hah ? Aku bukan hewan yang kau beli yang seenaknya saja bisa kau sakiti, lalu di kurung seperti ini.”

“Kau selamanya akan menjadi milikku, apa perlu aku ingatkan ?”

Jongin menarik kyungsoo dengan kasar menuju kamarnya, tapi tenaga kyungsoo saat marah tidak bisa di hiraukan. Kyungsoo tidak suka di seret seperti itu.

Adu mulut terjadi, cukup lama sampai akhirnya kyungsoo melempar sebuah pajangan yang terbuat dari kramik hingga pecah. Kyungsoo sudah mencoba menahan dirinya untuk tidak merusak barang, tapi akhirnya itu terjadi juga. Jongin ingin menghentikan kyungsoo, tapi karena ia juga sedang dalam keadaan emosi yang tinggi, maka yang ada hanya memperburuk keadaan.

Kyungsoo bahkan mulai berani memukul jongin, yang dipukul berusaha menahan diri agar tidak membalasnya. Pertengkaran berakhir dengan tangisan kyungsoo yang tak bisa lagi di bendung raungannya dengan kamar yang sudah bagai kapal pecah. Jongin mengunci kyungsoo di kamarnya.

**

Kyungsoo tertidur karena lelah menangis semalaman, namun di pagi hari ia terbangun karena suara pintu kamar yang di buka paksa. Kyungsoo kira itu adalah jongin. Jongin yang mengurungnya di kamar, tetapi kyungsoo salah. Dua orang pria asing memasuki kamarnya.

Kaget karena tiba tiba di tarik oleh dua orang tak dikenal, kyungsoo berteriak. Tidak ada yang menolongnya, ia meronta namun tenaga kyungsoo belum cukup terkumpul karena baru saja terbangun. Mereka membawa kyungsoo ke depan rumah. Disana sudah ada mobil bertuliskan ‘rumah sakit jiwa’ beserta beberapa orang lainnya yang memakai seragam rumah sakit.

Kyungsoo bingung, dan takut karena tidak ada yang ia kenal. Tangannya perih karena mereka memegangi kyungsoo dengan sangat kasar. Kyungsoo meronta dan yang ada hanya mereka menarik kyungsoo lebih kasar.

Tak lama, jongin muncul dari dalam rumah, dia hanya menyaksikan bagaimana mereka berusaha menyeret kyungsoo masuk ke dalam mobil.

Dari sikap jongin yang begitu, kyungsoo menyadari bahwa mereka adalah suruhan jongin.

“Jongin ! Kim jongin ! Kau yang menyuruh mereka untuk melakukan ini !? Yak ! akan ku bunuh kau !” kyungsoo begitu marah karena jongin bukannya membantu dia yang sedang setengah mati ketakutan, tapi hanya diam menyaksikan.

Kyungsoo terus meronta dan meminta untuk dilepaskan tapi akhirnya dimasukkan juga ke dalam mobil. Mobil itu langsung meninggalkan rumah dan menuju entah kemana.

Kyungsoo menenangkan diri sendirinya di mobil selama perjalanan, ia sangat takut berada di antara 4 orang pria yang tidak dikenali nya yang dengan kasar tiba tiba menyeret dia di saat pertama kali bertemu. Kyungsoo menangis, mengapa jongin begitu tega melakukan ini.

“Sudahlah jangan menangis, lihat, tuan kim jongin telah menandatangani surat surat perjanjian ini. Dia yang meminta kami untuk membawamu. Kami orang baik. Tenang saja.” Seseorang dari mereka menunjukan sebuah surat yang sudah di tanda tangani jongin, kim jongin. Ya benar, itu tanda tangannya.

Rumah sakit jiwa ? Harga diri kyungsoo teriris, dia yang selama ini di kenal sebagai murid yang baik sampai menjadi dokter, telah hancur hanya karena seseorang yang seharusnya sudah sejak lama ia tinggalkan. Seharusnya dulu ia tidak mecoba begitu keras untuk menjadi baik bagi jongin. Ia merasa bodoh sekali sekarang. Air mata kyungsoo malah semakin deras mengalir.

Rumah sakit jiwa itu ada di pinggiran seoul, sangat jauh letaknya dari rumah, berada di pelosok yang suasananya sangat sepi. Kyungsoo menyadari ia tidak akan bisa kabur dari sini, jadi ia hanya pasrah. Kyungsoo tidak lagi meronta atau meminta untuk di pulangkan.

“Apa kau do kyungsoo ?” seorang suster wanita menyambutnya. Keempat orang pria yang tadi begitu kasar ‘menculiknya’ sudah menyerahkan kyungsoo kepada suster itu.

“Ya, aku do kyungsoo,” kyungsoo tersenyum.

“Ayo, akan ku tunjukan kamarmu.” Suster itu sangat ramah. Choi Sooyoung, begitu yang kyungsoo baca di name tag nya.

Kyungsoo sangat asing berada di sini, walaupun dia bekerja di rumah sakit dan sudah sangat familiar dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah sakit, tapi rumah sakit jiwa itu ternyata sangatlah berbeda. Pasien pasien disini sepertinya mempunyai dunianya masing masing, tidak ada yang menghiraukan senyuman kyungsoo.

Kamar kyungsoo tidak seperti kamarnya dulu di rumah sakit ketika dia sedang di rawat karena luka melepuh akibat bertengkar dengan jongin, atau kamar nya dulu di asrama kampus selama kuliah atau apartemen nya di gyeonggi, apalagi kamarnya di rumah.

“Apa kau sudah sarapan ?” Sooyoung bertanya dengan ramah.

Kyungsoo menggeleng, “belum.”

“Akan ku ambilkan makanan untukmu.” Lalu beberapa menit kemudian sarapan sudah tersedia di meja kamarnya.

“Mau ku suapi ?” tawar sooyoung.

Kyungsoo terkejut, lalu tertawa, “tidak usah. Aku bisa makan sendiri, terimakasih,” tambah kyungsoo dengan cepat.

“Baiklah, kau boleh berjalan jalan di sekitar sini, jika sudah selesai sarapan.”

Sejalan dengan perginya suster sooyoung, dan habisnya makanan di meja. Kyungsoo menyadari kalau orang orang yang memiliki dunianya masing masing itulah yang akan menjadi teman sehari harinya kedepan. Dia tidak tahu kapan akan keluar dari sini, dia tahu betul kalau jongin yang memasukan nya ke dalam sini, maka hanya jongin yang bisa mengeluarkannya.

**

Keesokan harinya, kyungsoo mendapatkan sebuah paket. Dari jongin, begitu kata suster sooyoung. Isinya adalah beberapa buku untuk di baca dan makanan makanan ringan kesukaan kyungsoo yang mungkin tidak akan pernah ia dapatkan selama di sini.

“Mengapa dia tidak menemuiku langsung ?” tanya kyungsoo hati hati.

“Dia terlalu takut untuk menemuimu, dia takut kau akan kembali mengamuk,”

Kyungsoo menangis, tentu saja setelah sooyoung meninggalkannya sendiri. Semenyeramkan itukah kyungsoo ? Hatinya sangat sakit.

Dia kehilangan semuanya, orang yang ia cintai, impian besarnya, hati kecilnya yang sudah compang camping, fikiran bersihnya, harga dirinya, semuanya. Apa lagi yang tersisa ? tidak ada. Kyungsoo sudah benar benar pasrah akan hidup. Ingin matipun tidak bisa.

**

Ada gereja di belakang sana, dan disanalah kyungsoo biasa menghabiskan waktunya kalau tidak di kamar menonton tv. Kyungsoo suka keadaan yang tenang, menyendiri untuk sekedar mengingat bagaimana dulu ia dan jongin saling mencintai. Bagaimana ia juga sangat menyukai bagaimana pasien pasiennya tersenyum ketika dirawat oleh kyungsoo. Bagaimana ini semua bisa terjadi. Dan tentu saja itu membuat kyungsoo menangis lagi.

“Kau tahu, kau tidak seperti orang yang sedang terkena gangguan jiwa,” suatu hari suster sooyoung mengatakan itu.

Kyungsoo hanya tersenyum getir.

“Aku tidak percaya kalau kau terkena gangguan jiwa,” sambungnya lagi.

“Yah, aku harap bukan hanya kau yang menggapnya demikian, tetapi juga orang yang sudah membuatku berada disini.”

“Apa yang sebenarnya terjadi ?”

“Jongin berselingkuh. Dia tidak suka aku menahan sakit dan amarahku, jadi seketika aku merasa kalau aku ingin mengeluarkan semua yang telah aku tahan selama itu. Kau mengerti ?”

“Aku mengerti. Kau tidak membutuhkan rumah sakit jiwa sama sekali, kau hanya membutuhkan teman untuk bicara.”

Kyungsoo mengerti sekarang.

Bosan terkadang menyerangnya. Kalau sudah begitu, kyungsoo akan mencoba untuk berbicara dengan pasien pasien lain. Berbicara dengan mereka kadang membuatnya tertawa dan sedikit terhibur.

Salah satu pasien wanita berumur 50 tahun yang tidur di kamar sebelah kamar kyungsoo adalah yang paling sering ia ajak bicara. Menurut informasi dari sooyoung, Lee Heejung, nama pasien wanita itu, sudah lebih dari 30 tahun mengidap gangguan jiwa karena tekanan dari keluarga dan sekitarnya yang terus meledek hanya karena oprasi plastik yang ia jalani tidak berjalan begitu lancar dan membuat wajahnya semakin buruk.

Dia berbicara dengan nada seperti anak kecil dan tak jarang ia menunjukan aegyo kepada kyungsoo atau bernyanyi. Bahkan dia memanggil kyungsoo dengan panggilan ‘oppa’. Kyungsoo selalu merasa senang bermain dengan heejung, kyungsoo bahkan menyupinya makanan atau mengupas kulit jeruk untuknya.

“Heejung-ah, besok adalah hari natal. Apa yang kau inginkan di hari natal ?” 

Heejung berfikir sejenak, melihat ekspresi wajahnya yang menurut kyungsoo menggemaskan membuatnya tersenyum lebar. “Aku ingin boneka teddy dan permen lollipop. Aku ingin lollipop bundar berwarna merah. Bisakah oppa membelikan itu untukku ?”

“hahaha, tentu, nanti akan oppa membelikan lollipop berwarna merah itu kalau kau sudah mengingat angka 1 sampai 10, oke ?”

“Tapi aku sudah mengingat angka sampai 5 !” heejung merajuk dengan aegyonya, dan itu membuat kyungsoo tertawa.

“Kyungsoo..” Sooyoung tiba tiba datang. “Ada yang ingin bertemu denganmu, dia menunggu di gereja.”

“Apakah itu jongin ?” Senyum kyungsoo seketika hilang. Jantungnya seketika berdegup kencang, rasa sakit bercampur emosi kembali merasukinya.

Sooyoung mengangguk.

Kyungsoo berjalan dengan cepat menuju gereja, dia berusaha untuk tenang, tapi tetap saja hatinya berderu. Dia ingin memukul jongin sejadi jadinya, dia sangat marah, dia sudah sangat lama ingin membalas dendam, membunuh jongin apa tidak menjadi masalah ?

Kyungsoo membuka pintu gereja, dilihatnya jongin sedang duduk di salah satu bangkunya. “Kim jongin !”

Suara keras kyungsoo yang menggema langsung membuat jongin menoleh dan bangkit dari duduk nya, menunggu apa yang akan dilakukan kyungsoo. Dia sudah siap, kalaupun harus mati sekarang.

Kyungsoo berjalan dengan sangat cepat setelah memastikan bahwa orang itu benar benar jongin. Kedua matanya merah, ia terlihat mengerikan. Dia berjalan lurus menuju pria itu, dan air mata kyungsoo jatuh tepat sebelum ia memeluknya.

Kyungsoo memeluk jongin dengan sangat erat. Jongin terkejut, dan tak dapat menahan untuk tidak ikut menangis. Terlambat beberapa detik, namun akhirnya jongin membalas pelukan kyungsoo.

“Aku benar benar ingin membunuhmu, jongin. Aku ingin benar benar membalaskan sakitku, semua yang kau buat hancur berantakan, aku benar benar ingin kau tahu bagaimana sakitnya aku. Aku ingin kau menghilang dari dunia ini. Tapi aku baru menyadari saat aku melihatmu beberapa detik yang lalu kalau sakit dan dendamku tidak lebih besar dari cintaku. Aku merindukan mu, bodoh !”

“Maafkan aku.. maafkan aku..” jongin terisak. Benar benar terisak, dan saat itu kyungsoo percaya kalau jongin benar benar menyesal.

“Kau harus menebus semua rasa sakitku, jongin. Kau harus menjadi milikku selamanya.” Lanjut kyungsoo.

“Tentu saja. Aku datang kesini untuk membawamu pulang. Maafkan aku telah membuatmu menunggu,” jongin masih mengeluarkan air matanya.

Kyungsoo menatap mata jongin, hati hati benar benar terasa lega sekarang. “Itu tidak menjadi masalah sekarang. Maafkan aku juga karena telah menuntut hubungan yang sempurna.”

“Aku juga tidak suka ketika kau bertingkah seperti orang yang sempurna dengan keadaan yang sempurna.” Jongin berusaha untuk jujur.

“Ya, aku tidak akan berusaha menjadi sempurna lagi,”

“Di antara kita tidak ada yang sempurna, karena itulah tuhan menciptakan setiap orang memiliki pasangan, untuk menutupi ketidak sempurnaan itu. Dan ketidak sempurnaan hubungan lah yang membuat cinta tumbuh semakin besar. Hanya ada cinta yang sempurna di antara kita, kyungsoo.”

“Aku tahu, aku akan mengingat itu.”

“Terimakasih sudah memaafkanku, aku sangat mencintaimu.”

“Aku juga mencintaimu, jongin.” Kyungsoo kembali memeluk tubuh jongin yang hangat, menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik jongin, meluapkan segala perasaan di hatinya dan ia sangat senang jongin juga memeluk tubuhnya seolah ia tidak ingin kehilangan kyungsoo. Air mata kyungsoo sangat deras sore itu, tapi jas milik kai menyerap semuanya sampai kyungsoo berhenti menangis.

Mulai saat itu, dari pada menangis sendiri, kyungsoo akan lebih memilih untuk menangis di pelukan jongin, karena dengannya kyungsoo akan lebih cepat berhenti menangis.

*

-THE END-

Leave your comment please ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rinakkuma #1
Chapter 1: Rumah sakit jiwa... mwnyebalkan-_-"
archiffaowiqlay
#2
Chapter 1: Parahhh...alurnya keren banget ... rumit tapi asik dan menarik...arrrggghhhhh....ini kerennn...daebak
DoStan #3
Chapter 1: ini cerita beraatt, sumpah.
kerasa penuh banget, soalnya cm oneshoot ya tapi keren!!! gila ga nyangka bakal nemu ff ini. daebaakk
septaaa #4
Chapter 1: gk tau ini ada mention link kesini lol, oke aku baca.
dan errrr agak gak ngeh sih trus gk suka karakternya jongin (aku pilih2 sebenernya kalau masalah ff jongin) tp okelah nyahahaha :D
suka alurnya ajaaa, mentok satu shot dan gk terlalu panjang tp kesan buru2nya bisa disembunyiin, jarang loh yang bisa konsekuen gini, oke nice keep writing^^
yrose #5
Chapter 1: Jongin jahat banget. uda selingkuh, gak ngertiin perasaan Kyungsoo, masukin Kyungsoo ke RSJ lagi. sakit hati nih yang baca. HAAARRR!!!!
Tapi aku suka banget sama alur dan konfliknya authornim. Keep write yah ^^ FF Kaisoonya diperbanyak, aku tungguin. hahaha XD
ckhdks #6
Meski ini , tapi ttp suka sama jalan ceritanya. Awalnya pas kyungsoo dimasukin ke rumah sakit jiwa ngerasa si jonin jahat banget. (¬.¬)ƪ(˘ε˘“) tapi akhirnya kan happy ending. :D