Part 2
Fated to love youWarna biru flashback dan tanda bintang banyak - berganti tempat.
Maaf typo >.<
***
Youngjae duduk tak tenang di kursinya. Apa yang harus ia lakukan? Menghubungi Jinyoung bahwa Wooyoung tengah menikmati eskrim bersana Nichkhun? Maka Wooyoung akan menangis dan memberontak. Atau diam saja dan senyum manis tetap mengembang dibibir Wooyoung. Tapi Jinyoung sudah berpesan panjang lebar padanya bahwa Wooyoung tidak boleh bertemu atau berkenalan dengan sembarang orang, tidak boleh keluar kecuali ke rumah Junho, kedai eskrim terdekat, dan rumah sakit, serta yang terpenting menolak jika Wooyoung mengajak untuk mencari teman barunya Nichkhun.
Youngjae memperhatikan Nichkhun seksama. Apa yang salah dengan orang didepannya ini? Sepertinya dia orang yang baik? Nichkhun selalu tersenyum lembut menanggapi cerita lucu Wooyoung tentang Junho temannya si baik hati, Nichkhun terkikik mendengar Wooyoung bercerita kura-kura sang penjelajah samudera yang selalu menjadi dongeng pengantar tidur dirinya. Wajahnya tampan, jelas bukan tampang penjahat. Gestur tubuh Nichkhun juga menunjukkan orang yang perhatian, Nichkhun membutulkan poni rambut Wooyoung yang tertiup angin, Nichkhun mengelap sisa eskrim yang belepotan dibibir Wooyoung. Lalu kenapa Jinyoung melarang Wooyoung bertemu dengan Nichkhun?
“Youngjae-ah, cepat makan eskrimmu. Kasian, sudah hampir melelah.” Pinta Wooyoung yang mengagetkan Youngjae.
“Ne hyung.” Youngjae terkesiap. Ia segera melahap eskrim cup kecilnya.
“Woo, apakah besok kau ada acara?” Tanya Nichkhun pada Wooyoung.
Wooyoung menggelengkan kepalanya lucu, sendok eskrim masih ada dalam mulutnya.
“Maukah kau menemaniku pergi ke pantai? Aku ingin menikmati waktuku selama di Jeju.”
“Jinjja?" Wooyoung tersenyum senang.
“Khun hyung, maaf tidak bisa. Wooyoung hyung besok ada jadwal pemeriksaan dirumah sakit. Selain itu Wooyoung hyung masih butuh banyak istihat dan belum boleh banyak bermain diluar.” Jelas Youngjae mencari alasan.
“Youngjae-ah. Aku tidak mau pergi ke rumah sakit. Aku mau menemani Nichkhun.” Wooyoung meletakkan cup eskrimnya dan melempar sendok sekrimnya kelantai, tidak suka dengan penuturan Youngjae.
“Hyung, Seyoung noona dan Jinyoung akan memarahiku jika hyung seperti ini. Apa hyung tidak kasihan padaku?” Jelas Youngjae lagi sembari menatap memohon pada Nichkhun agar mau mengerti.
“Woo,, Youngjae benar. Kita bisa pergi ke pantai lain waktu. Dan aku hampir lupa kalau ternyata besok ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.”Lanjut Nichkhun. Nichkhun memperhatikan seksama bergantian Wooyoung dan Youngjae. Puluhan pertanyaan telah memenuhi otaknya.
Wooyoung mengangguk mengerti, cemberut di bibirnya kembali menjadi lengkungan manis.
*
Nichkhun menawarkan untuk mengantar Wooyoung pulang. Youngjae tidak bisa menolak karena ia dapat membuat Wooyoung kecewa dua kali dan itu sedikit berbahaya jika Wooyoung marah maka akan berpengaruh pada kondisinya.
Meski jarak yang ditempuh tak jauh, Wooyoung sudah tertidur bersandar pada bahu Youngjae. Nichkhun memberanikan diri untuk bertanya mengenai Wooyoung, entah kenapa ia begitu penasaran.
“Youngjae, bolehkah aku bertanya sesuatu?” Nichkhun menoleh pada Youngjae yang duduk di kursi belakang.
“Hmm, Ya.”
“Apa yang sebenarnya terjadi dengan Wooyoung? Tadi Wooyoung bilang kepadaku bahwa ia hanya mengalami kecelakaan mobil. Kau tahu, dua tahun yang lalu aku juga mengalami kecelakaan mobil dan sampai sekarang ingatanku juga belum kembali. Apakah kecelakaan Wooyoung begitu parah? Sampai Wooyoung, eumm...seperti ini. Maaf, aku hanya sedikit penasaran.” Nichkhun bertanya seraya memperhatikan Wooyoung yang tertidur pulas. Nichkhun tidak mengerti, kenapa ia begitu suka melihat Wooyoung yang terpejam, menggemaskan.
Youngjae terdiam sesaat. Apakah ia harus menjawab jujur? Bahwa berdasarkan berkas medis yang ia terima Wooyoung memang mengalami kecelakaan namun ada hal lain yang menyebabkan kemampuan otaknya menurun. Youngjae teringat lagi pesan Jinyoung. Wooyoung tidak diizinkan bertemu Nichkhun. Ya, Youngjae tidak boleh berkata jujur sepenuhnya. Ia hanyalah seorang perawat, ia tidak boleh terlalu ikut campur, ia harus lakukan sesuai perintah Jinyoung.
“Youngjae, kau kenapa?”
“Ah maaf hyung. Wooyoung hyung memang hanya mengalami kecelakaan mobil. Naasnya kecelakaan itu beruntun, sampai menyebabkan Wooyoung hyung kehilangan ingatannya dan kemampuan otaknya menurun. Wooyoung hyung harus belajar semuanya dari awal. Jadi Khun hyung juga mengalami kecelakaan sampai hilang ingatan juga? Apa khun hyung belum bisa mengingat sedikitpun memori khun hyung yang dulu?”
“Belum, aku sudah mencobanya. Tapi aku akan mengalami sakit kepala yang hebat jika aku berusaha mengingat. Dokter yang menanganiku menyarankan agar aku tidak boleh memaksa mengingat, karena justru akan membahayakan diriku sendiri.”
“Kenapa Wooyoung hyung dan Khun hyung bisa mengalami kejadian sama – Khun hyung berhenti disini saja!”
“Apa sudah sampai?”
“Ya.”
“Biar aku membantumu menggendong Wooyoung.” Nichkhun hendak turun dari mobil.
“Tidak hyung. Aku bisa sendiri. Terima kasih banyak hyung.” Youngjae segera turun dari mobil, membangunkan Wooyoung pelan. Wooyoung sedikit linglung. Wooyoung menurut saja ketika Youngjae memapahnya turun. Youngjae membungkuk memberi hormat pada Nichkhun. Wooyoung tersenyum mengucapkan terima kasih dan melambaikan tangan pada Nichkhun ketika Youngjae sudah menariknya masuk kedalam gang masuk yang jelas bukan gang masuk kerumah Wooyoung - Youngjae mengarahkan arah yang berlawanan saat wooyoung tertidur.
Nichkhun bisa mengetahui gestur Youngjae yang berusaha menutupi suatu hal tentang Wooyoung. ‘Apa aku harus mencaritahu sendiri? Aish, tapi apa hubungannya denganku? Aku bahkan baru mengenalnya dua hari yang lalu. Wooyoungie... Kenapa kau bisa memenuhi isi kepalaku” Nichkhun menggerutu pada dirinya sendiri. Tidak mau berpikir lebih lama, Nichkhun meminta pada si pengemudi mobilnya untuk melanjutkan laju mobil.
*********
Kaki Jinyoung terasa lelah. Mungkin seribu langkah sudah ia tempuh, menyusuri pantai. Tangannya masih membawa kardus kecil barang-barangnya. Pun matahari juga lelah menyinari bumi yang kini telah berada di kaki langit. Laut luas didepannya menyimpan pantulan rona kuning tua matahari, begitu indah. Ia meletakkan kardusnya. Melepas tas ranselnya yang ia jadikan bantal berbaring di atas butiran halus pasir putih.
Jinyoung memandang jauh langit. Mungkin ia akan menunggu ribuan bintang muncul di langit, yang akan menjadi pemandangan matanya selanjutnya. Jinyoung mengambil selembar foto di kardus kecilnya. Bibirnya tertarik melengkung manis melihat Wooyoung hyungnya begitu lucu. Wooyoung mengerucutkan bibirnya sedangkan Jinyoung menunjukkan wajah datarnya dalam foto itu. Sebuah foto yang diabadikan oleh ayahnya ketika masih hidup. Beberapa kenangan manis berkelebat dikepalanya. Ia menaruh foto itu didadanya dan memejamkan mata, mengingat kenangan manis tersebut.
“ABOJIIIIIIIIIIIIIIIIIIII” suara menggelegar memenuhi rumah besar nan megah kediaman Jang.
Jinyoung menghentikan mengunyah rotinya ketika suara itu begitu memekik di telinga. Tak lama suara hentakan kaki datang begitu cepat menghampiri tempatnya saat ini, di ruang makan.
“Abojiii! Apa yang kau lakukan pada mobil sport biruku? Kenapa semua ban mobilnya tidak ada?” Tanya Wooyoung pada lelaki paruh baya, duduk di depan Jinyoung tertutup oleh koran yang terbuka lebar.
Jinyoung melanjutkan kunyahan rotinya. Ia tidak pedu
Comments