Part 1

Fated to love you
Please Subscribe to read the full chapter

Maaf  typonya ^^

 

 

***


Manik hitam legam Jinyoung tak lepas dari lelaki bersurai hitam yang berdiri dua jengkal darinya di balkon kamar lelaki itu. Ia tak pernah bosan melihat lelaki yang lebih tua tiga tahun darinya itu selalu melukiskan senyum lembut di wajahnya ketika lelaki itu memejamkan mata merasakan bulir-bulir air yang jatuh satu persatu di telapak tangannya yang dijadikan wadah jatuhnya air langit membasahi bumi.


Tanpa disadari kristal bening jatuh dari manik Jinyoung, ia segera menyeka cepat dengan jarinya tidak mau jika lelaki yang ia sayangi  berdiri disampingnya itu akan tahu bahwa ia menangis. Jinyoung mendekat membetulkan selimut berwarna kuning tua yang tersampir di bahu lelaki berkulit putih itu.


“Hyung, sudah waktunya Wooyoung hyung tidur. Di luar sini sangat dingin. Sepertinya hujan akan turun lebih deras lagi. Bukankah Wooyoung hyung takut pada petir?  Jadi maukah hyung masuk ke dalam sekarang?” Katanya pelan hampir berbisik.


Lelaki berwajah polos bernama Wooyoung itu mengangguk dan menurut ketika Jinyoung membawanya masuk ke dalam. Jinyoung membantu Wooyoung untuk berbaring senyaman mungkin di kasur, menarik selimut tebal polkadot biru laut sampai bahu Wooyoung dan terakhir mengusap surai hitam Wooyoung.


“Hyung, Apa yang ingin  hyung dengar malam ini? Kelinci putih sang pelari hebat atau kura-kura sang penjelajah samudera.” Tanya Jinyoung  siap untuk bercerita.


Wooyoung mengernyitkan dahinya berfikir. “Aku ingin dengar kura-kura sang penjelajah samudera.” Katanya tersenyum lebar.


Jinyoung  tersenyum manis melihat kakaknya yang memang seperti bocah yang gembira akan mendengar dongeng pengantar tidur. Baru saja Jinyoung akan bercerita, pintu terketuk dari luar dan terbuka  menampakkan wanita cantik bersurai cokelat pendek membawa nampan berisi segelas air putih dan butiran obat berukuran kecil dan sedang.


“Waktunya minum obat terlebih dahulu.”


Senyum ceria Wooyoung seketika pudar. Menurutnya obat itu adalah sesuatu hal yang jahat. Obat itu bisa membuatnya tertidur sebelum ia selesai mendengar cerita dari Jinyoung.


“Park  Seyoung, aku tidak mau minum obatmu. Rasanya tidak seenak permen.” Wooyoung  menggelengkan kepalanya berkali-kali persis seperti anak kecil yang memang tidak suka minum obat.


“Tapi kau harus tetap meminumnya. Bukankah  Wooyoung harus cepat sembuh agar bisa bermain kembang api bersama Junho, Chansung,  Jinyoung dan aku di pantai?”  Seyoung mengingatkan. Wooyoung cemberut lucu dan mengangguk. Ia akan menurut begitu saja, meski hanya dirayu dengan permaianan-permainan menyenangkan.


Selesai minum obat, Jinyoung mulai bercerita. Sebuah cerita yang tak berubah. Cerita yang selalu ia ingat sampai sekarang. Cerita yang selalu ia dengar ketika masih kecil dari suara berat ayahnya, cerita pengantar tidur khusus untuk ia dan kakaknya Wooyoung dikasur empuk mereka dulu.


Lima menit berselang, bibir Jinyoung terhenti tak lagi bercerita, mata Wooyoung terpejam tidur. Seyoung berdiri dari kursi belajar milik Wooyoung, menghampiri Jinyoung, memeluknya dari belakang, menenangkan bahu Jinyoung yang mulai bergetar menahan tangis. “Sejak kapan kau berubah cengeng seperti ini huh? Bersabarlah sedikit lagi.”


Jinyoung mengangguk menarik kembali ingus dalam hidungnya yang akan keluar. “Noona, terima kasih. Kami selalu menyusahkanmu.”


“Aku tidak akan membuatkan sarapan untukmu besok pagi jika kau mengulang kata-kata itu lagi. Ini sudah tanggung jawabku.” Gerutu Seyoung setelah melepaskan pelukannya dan mencubit hidung Jinyoung.


“Aggh sakit Noona.”


“Lekas tidur. Banyak kegiatan yang harus kita lakukan besok pagi.” Lanjut Seyoung seiring mengambil nampan diatas nakas dan berjalan keluar kamar.


“Ne, aku akan tidur disamping Wooyoung hyung malam ini. Terima kasih Noona, saranghae..”Tutur Jinyoung.


Seyoung pura-pura tidak mendengar. Setelah pintu tertutup dari luar olehnya. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, mencoba mengusir rasa sedih dalam dirinya. Pun dengan Jinyoung yang sudah berbaring di samping Wooyoung, menghembuskan nafas perlahan, meyakinkan dalam hatinya, bahwa kebahagiaan akan segera datang.


“Hyung, aku lebih suka hyung yang menyebalkan seperti dulu. Cepat sembuh, agar kita bisa tertengkar lagi.” Kata Jinyoung dalam hati sebelum ia ikut terlelap, memeluk lengan Wooyoung.


***  

 

 

“Siapa namamu?” Tanya Jinyoung


‘Park-Woo-Young’ tulis Wooyoung amat pelan dalam bentuk hangul di dalam bukunya bersampul pinguin.


“Di tempat tinggalmu?” Tanya Jinyoung lagi.


‘Jeju – Korea selatan’


“Siapa saja keluargamu?”


‘Park-Se-Young, Park-Jin-Young.’ tulis Wooyoung lagi.


“Berapa umurmu?”


‘25’


“Apa kesuka–?”


“Jinyoung-ah, aku capek menulis. Aku ingin jalan-jalan.” Potong Wooyoung  meletakkan pulpennya, meraih boneka pinguin di depannya dan memeluknya.


“Memangnya hyung ingin jalan-jalan kemana?”


“Junho!” Jawabnya antusias sembari memainkan tangan boneka pinguin.


“Baiklah, sekarang waktunya kita main.” Jinyoung merapikan buku Wooyoung. ia mengantarkan Wooyoung ke rumah Junho, berjalan kaki menempuh jarak  tiga ratus meter.

 

*******  

 

*Seoul*

Sosok pria tampan bersurai cokelat tua tengah duduk dikursi busa hitam, tersembunyi dibalik layar komputer. Tangannya tergerak mengetik dengan cepat, bola mata cokelatnya fokus menatap monitor. Terkadang tangannya akan berhenti mengetik, alis tebalnya akan mengerut dalam, menggali otak mencari jalan  untuk menangani masalah proyek yang akan dikerjakan. Ya proyek yang sangat besar  bagi seorang direktur perusahaan berskala nasional.


Baru saja tangannya akan mengetik lagi, tiba-tiba seseorang dari depan menekan tombol keyboardnya hingga layar monitor itu berubah gelap.


“Vic! Kau –“


“Sudah waktunya makan siang, Khun. Lanjutkan nanti saja. Aku sudah buatkan bekal khusus untukmu.” Kata vic senang seiring meletakkan kotak bekal warna merah muda diatas meja dan membukanya.


“Kimbap? Kau yang membuatnya?”


“Kenapa? Apa ini terlihat tidak meyakinkan jika aku yang membuatnya?” Vic pura-pura cemberut.


“Aniya, aku percaya. Bukankah calon istriku memang pandai memasak?” Canda Nichkhun.


“Kau menyebalkan.”


“Tapi kau menyukaiku kan?”


“Hmm.” Victoria tersenyum malu, ia pun mulai memakan kimbap buatannya. Sebelumnya ia menyuapi Nichkhun terlebih dahulu.

“Besok pagi aku akan berangkat ke Jeju, rencananya seminggu aku akan berada disana. Ada proyek dengan investor.” Tutur Nichkhun.


“Kenapa mendadak sekali. Apa aku perlu ikut?”


“Tidak perlu. Banyak hal yang perlu diurus di sini juga. Kau pasti sudah cukup lelah disini.”


“Baiklah.”


“Hei, kenapa cemberut seperti ini. Aku hanya seminggu disana.”


“Aku akan merindukanmu.”


“Kau bisa menghubungiku. Aku harus ke ruang Minjun hyung dulu. Terima kasih untuk bekalnya.” Nichkhun mengacak pelan rambut panjang Victoria. Victoria tersenyum merapikan rambutnya, memandang punggung Nichkhun sampai hilang dibalik pintu.

 

*****  
   

 

 

“Junho-ah. Aku merindukanmu.” Kata Wooyoung riang memasuki toko souvenir milik  Junho. Wooyoung berdiri di hadapan Junho yang menjaga meja kasir, diikuti jin young disampignya.


“Aku juga merindukanmu Wooyoungie.” Junho tersenyum menyipit.


“Junho, ayo kita beli eskrim.” Pinta Wooyoung manja.


“Hyung, Junho hyung tidak bisa. Dia harus menjaga toko. Hyung beli eskrim denganku saja.” Jinyoung menyela. Wooyoung cemberut, tidak suka mendengarnya.


“Apa kau ingin beli rasa choco mint? Kajja! Kita beli dengan cup besar.” Kata Junho semangat. Ia menarik tangan Wooyoung yang tidak memeluk boneka pinguin pemberiannya, keluar toko dan membeli eskrim. Bibir Wooyoung seketika merekah.


“Jinyoung-ah jaga toko dengan baik.” Teriak Junho dari luar sambil melambaikan tangan.


***

 

 

Langit tak bersahabat pagi ini, awan menampakkan warna kelamnya, angin membawa hawa dingin yang mampu menyusup ke pori-pori. Tidak butuh waktu lama butir hujan mulai jatuh dari gumpalan awan kelabu disusul jutaan butir lainnya. Seyoung tengah di dapur membuatkan cokelat panas untuk Wooyoung dan Jinyoung. Sedangkan Jinyoung menemani Wooyoung duduk di kursi kayu tepat menghadap jendela diruang makan. Wooyoung tidak tahu mengapa dirinya begitu menyukai hujan, yang ada dipikirannya saat ini, entah mengapa butir hujan yang turun membuat hatinya merasa tenang.


“Jinyoung-ah, apakah kita dulu sering berlarian di halaman rumah ketika hujan?” Celetuk Wooyoung mengejutkan Jinyoung yang termenung.


“Y-ya. Aboji selalu marah saat baju kita sudah penuh lumpur.” Jinyoung menyunggingkan senyum mengingatnya.


“Pasti sangat menyenangkan. Bagaimana jika sekarang kita bermain diluar?” Ajak penuh harap Wooyoung.


“Noona pasti tidak mengijinkan hyung.” Jinyoung melihat perubahan raut wajah Wooyoung menjadi. “Aku janji, kita akan bermain sepuasnya di bawah jutaan butir air hujan kelak saat Wooyoung hyung benar-benar sudah sembuh.” ‘dan saat itu hyung benar-benar akan membenci hujan’ lanjutnya dalam hati.


“Apa yang kalian bicarakan?” Tanya Seyoung sembari meletakkan nampan berisi tiga mug cokelat panas.


“Park Seyoung, aku ingin cepat sembuh agar aku bisa melakukan apapun tanpa dilarang lagi. Aku ingin pergi ke taman bermain, aku ingin pergi ke pantai bermain kembang api, aku ingin bermain ketika hujan dan semuanya.” Tutur Wooyoung antusias.


“Asalkan kau menjadi anak yang patuh, kau pasti akan cepat sembu –“


“Aku akan rajin minum obat.” Potong Wooyoung semangat. Jinyoung dan Seyoung tertawa lebar, kesembuhan Wooyoung adalah harapan besar mereka. Setelah menghabiskan cokelat panas, Seyoung bersiap untuk berangkat kerja kerumah sakit. Sedangkan Jinyoung selama cuti bekerja akan menemani Wooyoung belajar menulis dan membaca atau menemani Wooyoung jalan-jalan kerumah Junho sampai Seyoung mendapatkan orang yang tepat untuk menjaga Wooyoung dirumah. Wooyoung baru tinggal dirumah selama hampir dua bulan karena sebelumnya Wooyoung tinggal dirumah sakit selama hampir dua tahun.


*** *******

 

*Seoul*

 

“Anak sialan, tidak tahu diuntung. Cepat kemasi pakaianmu sekarang juga. Kau disini hanya menghambur-hamburkan uang. Kau tidak tahu betapa susahnya mendapatkan semua ini. Ini tiket pesawatmu, kau akan terbang malam ini juga ke jeju.” Tuan Bon berteriak marah pada anaknya Mark.


“Dad!”


“Kau pilih saja tetap tinggal disini atau semua kartu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
tcha0304 #1
Chapter 2: update please
aririska #2
Chapter 2: Kok ffx g dlnjutin?? Pnasaran bgt ne....update lg dunk... hehe
taeclady #3
Chapter 2: Author-nim yg baik hati, buruan d updet dong, udah pnsaran akut nih.. kalo bisa langsung j updet mpe chapter terakhir y author-nim #ngarep hehehe :-)
LenkaChakhi
#4
Chapter 2: . Penasaran sangat ini thor :-> ? Pokoknya update kitat kilat kildt . :-> . Titik .
Uyounggie
#5
Chapter 2: Keren...
Seru...
Penasaraaan...

Lnjutty...

Yg. Panjang...

N cepettt5tt..

Okeee
TikaChan
#6
Chapter 2: makin penasaran!!!
sebenarnya apa sih yang terjadi penasaran tingkat tinggi!!!

update soon!!!
uut_janghorvejkul
#7
Chapter 2: Hduuuh yg ada makin penasaran xD, tp setidaknya sdh dpt sdikit clue klo woo dan khun memang pernah ada hbungan dulunya sblm kecelakaan trjadi...
Intinya makin penasaran ini >.<
Smg bs update secepatnya lg authornim, hwaiting ^^9
nha4woo_nha
#8
Chapter 2: konplikx kayax bakal seru nih...
sukaa...sukaa... ceritanya..
d tunggu lanjutanya ya ^^
ademonica #9
Chapter 2: Udah mulai terkuak si thor kenapa mereka bisa gak saling kenal si woo n si khun ..
Pasti karna mereka kecelakaan bersama kan makanya jadi hilang ingatan ..
Dan mereka pasti awalnya sepasang kekasih kalo ngeliat dr perasaan woo pas ketemu khun ..
Yg aku masih bingung cuma kenapa orang" d sekeliling mereka kaya bener" menghalangi buat mereka ketemu ?
Atau mungkin karena mereka mau ngelindungin woo n khun ?
Kan woo n khun itu kalo nyoba inget bakalan sakit lg ..
Berarti kemungkinan ada yg terjadi d masa lalu kan thor ?

Ayo thor update cepet kaya ini yaaaa ...
khunyoungyes
#10
Chapter 2: wih ira... sebenernya sih udah ngerti gara2 km update chap ini. tapi masih aja aku bingung sama semuanya. kenapa keluarga wooyoung jd miskin pdhl dulunya kaya. apa karena appa nya itu? atau kebandelan woo? trus yg flashback tadi mksd appa 'nyari orang' itu nichkhun kah? hooo penasaran sekali. youngjae juga, apa dia antagonis disini? kenapa dia berenti di gang bukan di rumahnya woo? trus juga itu seyoung junho sama chan ngapain dikejar2 org? eh tuh kan... nichkhun sebenernya ada dikit2 inget ya tp kalau udah terlalu jauh dianya malah kebingungan -.- sumpah raaaaa bikin penasaran abis! /,\ apa ini yg dimaksud di foreword itu ttg kebohongan yg beranak pinak itu gegara khunyoung yg kehilangan memori? aigoooo kamu kata ini cuman antara 6-7 chap tp kok kek complicated banget yak? orz oya aku jg mau nanya kalo emang mau dibikin 6-7 chap aja kapan markbam/jinmark nya main? bambam aja belum nongol yak? ini markbam apa jinmark -.- ira suka jinmark yah? update soon yah ^-^