Peter Pan (final)

Peter Pan

 

 

  Aku menghela nafas ketika melihat hujan turun sesampainya aku di luar gedung sekolah. Untungnya aku masih di bawah atap. Aku membuka tas ku, argh.. sial! Aku tidak membawa payung!

  "Aish.. kenapa tiba-tiba hujan sih.." gerutuku pelan. Aku pulang lebih sedikit telat daripada murid lain karena mengerjakan sebuah tugas. Hanya ada beberapa murid di sekolah saat ini, dan semuanya senior yang tidak kukenal. Karena itu aku tidak bisa meminjam payung dari mereka. Jadi, yah.. aku tak punya pilihan selain menunggu hujan reda..

 

 

 

 

30 menit berlalu. Kutatap jam tanganku, jam menunjukkan pukul 5. Aish.. kenapa masih tidak reda juga?

 

  "apa aku menerobos hujan saja ya? Tapi.. hujannya deras.." batinku bingung. Aku bisa saja berlari hujan-hujanan menuju halte. Tapi haltenya cukup jauh, pasti bajuku basah kuyup. Belum jika terkena flu.

 

Ugh.

 

  Tiba-tiba aku melihat seseorang di hadapanku. Seorang laki-laki. Memakai seragam yang sama sepertiku, sepertinya ia satu sekolah denganku. Di dada kirinya terdapat tulisan 'Oh Se Hun'. Dirinya memegang payung berwarna hijau tua dan tersenyum padaku. "Sepertinya kau butuh payung ya. Mau berbagi payung denganku?"

 

"K-kau siapa?" Tanyaku pada laki-laki itu. Entah mengapa pertanyaan itu terlontar dari mulutku. Padahal jawabannya sudah jelas, Oh Sehun.

"Sehun. Kita memang belum saling kenal. Kita tidak pernah satu kelas." Ia memperkenalkan diri, "ayo kita pergi. Aku akan mengantarmu"

"E-eh.. tidak usah, terima kasih! Aku bisa menunggu.." aku mencoba menolak. Bukan karena takut, tapi karena merasa tidak enak saja. Sepertinya merepotkannya.

"Tapi sepertinya hujan tidak akan mereda sampai malam lho. Kau yakin?"

Aku terdiam sebentar, "baiklah.." kini aku berada di bawah payungnya bersamanya.

 

 

Pada saat itulah.. cinta mulai bertumbuh di antara kami..

 

***

 

 

"Selamat ulang tahun, jagiya.." ujar Sehun sebelum mengecup pipiku. 

 

  "Aigoo.. lihatlah kalian berdua. Kalian benar-benar cocok bersama, eh?" Kata Sooyeon eonnie, kakakku. Sehun hanya nyengir sementara aku tersenyum malu. Aku bisa merasakan wajahku memerah. Walaupun kami sudah berhubungan selama satu tahun. Bahkan saat tangannya menggenggam tanganku dapat membuat hati melonjak-lonjak seakan baru hari pertama. "Soojung-ah. Ibu dan ayah titip salam untukmu. Mereka bilang akan segera mengirim hadiah." Ujar kakakku. "Ah.. baiklah."

 

"Aku akan memasak. Kalian ingin makan sesuatu?" Tanya Sooyeon eonnie. "aku ikut Soojung saja" jawab Sehun. "Terserah eonnie saja. Kami sih apa saja dimakan kok, ya kan?" sahutku dan Sehun mengangguk. "Arraseo.. sebentar ya.." Sooyeon eonnie pun berjalan ke dapur. Dan suasana menjadi hening..

 

  

  "Jagiya.. aku ada sesuatu untukmu.." kata Sehun memecah keheningan.

"Oh ya? Apa?"

"Tutup matamu dan akan kuberikan." Aku pun menutup mataku. Lalu Sehun menaruh sesuatu di telapak tanganku, "buka matamu sekarang."

Perlahan aku membuka mata, ternyata sebuah kalung. Kalung itu memiliki bandul kecil berbentuk huruf "S" dan di dalamnya terdapat ukiran yang unik.

"Jagi~~ ini bagus sekali!" Pekikku girang sembari memeluk Sehun. Sehun tertawa kecil dan membalas pelukanku, "aku senang kau menyukainya." 

 

   Kami melepas pelukan dan saling bertatapan.

"Berbaliklah. Aku akan pasangkan ini untukmu." Ujar Sehun. Aku berbalik dan menyibak rambutku ke samping supaya tidak ada rambut yang tersangkut di kalung. Dan Sehun pun memasangkan kalung itu. "Huruf S di kalung ini.. selain ini huruf pertama namamu. Ini huruf pertama namaku juga. Jadi.." jelas Sehun dan aku kembali menghadapnya. "Jadi.. dengan kalung ini.. jangan pernah melupakan aku, ne?" Lanjutnya. Aku tersenyum, "arraseo.." ia membalas senyumku lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku. Ia menciumku.

 

Setelah beberapa lama akhirnya ia menarik diri, "saranghae.."

Wajahku memanas, namun aku senang. "N-nado saranghae.."

 

 kami berbincang-bincang beberapa lama. Tiba-tiba Sehun beranjak berdiri.

"Lho? Mau kemana? Sudah mau pulang?" Tanyaku bingung. Namun ia hanya memberikan senyum sebagai jawaban dan pergi. Aku segera mengikutinya.

"Sehun-ah! Kau mau kemana! Yah!" Aku memanggilnya namun ia tidak menjawab dan terus berjalan. Aku sampai di depan rumah, "Jagiya!! Kau mau kemana??" Lagi-lagi ia tidak menjawab. Ia mulai menjauh dari rumah...

 

 

 

Dan tiba-tiba saja.. aku membuka mata. Aku mendapati diriku berada di sebuah ruangan serba putih.

 

"Soojung-ah! Kau sudah bangun!" Aku melihat kakakku Di sampingku.

"Eonnie.. dimana aku?" Tanyaku, entah mengapa suaraku terdengar lemah. Sooyeon eonnie tiba-tiba menangis dan segera memelukku. "Syukurlah.. akhirnya kau bangun, Soojung-ah.. kau masih ingat aku kan?" Isaknya. Aku mengernyitkan dahi, "kenapa eonnie bilang begitu? Tentu saja aku ingat.. memangnya kenapa?"

 

  Setelah beberapa lama, ia melepas pelukannya sembari menghapus air matanya. "Kau koma karena kecelakaan bus.." B

arulah aku sadar aku memakai baju rumah sakit. Sebuah infus tertancap di tanganku.

  Bibirku bergemetar, koma?

 

"A-aku ingin duduk.." ujarku, masih dengan suara lirih. Sooyeon eonnie pun segera membantuku duduk.

"D-dimana ayah dan ibu? Dan dimana Sehun?" Tanyaku. Kakakku mengernyitkan dahi, "ayah dan ibu masih di Jerman.. dan siapa Sehun?"

 

Aku terkejut, "masa eonnie tidak kenal Sehun?"

Sooyeon eonnie menggeleng, "tidak. Aku tidak tahu siapa Sehun. Memangnya siapa? Temanmu?"

 

Tidak.. ini tidak benar...

 

Aku menatap ke bawah, dan melihat sebuah kalung menggantung di leherku. Dengan bandul berbentuk huruf "S". Persis seperti yang diberikan Sehun padaku.

 

"Bagaimana dengan kalung ini? Sehun yang memberikan ini kan?"

Sooyeon eonnie menghela nafas, "tidak.. itu hadiah ulang tahun dariku saat kau koma.."

"Tapi.. huruf S ini.."

"Itu menandakan nama kita. Sooyeon dan Soojung. Aku memiliki kalung yang sama denganmu" ia menunjukkan kalung yang seperti punyaku yang ada di lehernya.

"Tapi.." air mataku mulai meleleh, "Sehun! Oh Sehun! Masa eonnie tidak kenal? Dia.. dia.." aku tidak bisa menyelesaikan kalimatku dan menangis.

"Aigoo.. adikku yang malang.." Sooyeon eonnie memelukku dan mengelus rambutku, "kau pasti mengalami mimpi yang panjang ya.."

 

"M-memangnya.. berapa lama aku.. koma?" Aku melepas pelukan.

"Setahun.."

Aku sedikit tersentak, setahun? Itu lama sekali...

 

Perlahan aku mengingat kejadian itu.. bus yang terbalik.. jalan dikerumuni banyak orang.. siren ambulans meraung-raung..

 

Jadi, aku tidak pernah bertemu Sehun sebelumnya? Jadi.. hubunganku dengannya selama ini.. hanyalah.. sebuah mimpi?

 

Memikirkannya saja membuat tangisanku semakin keras. Aku masih tidak percaya ini.. semua terasa begitu nyata bagiku.. tapi.. itu hanya sebuah mimpi.. semua itu.. 

 

***

 

Empat hari setelah itu.. dokter berkata aku masih perlu istirahat sekitar tiga hari lagi. Namun hari ini aku diperbolehkan untuk berjalan di sekitar rumah sakit. Yah.. untuk mengusir kebosanan. Dan aku pun memutuskan untuk melakukan itu..

"Kau yakin tidak apa-apa sendirian?" Tanya kakakku khawatir. "Ne.. tenang saja, eonnie.." jawabku yakin. "Baiklah.. aku kerja dulu ya.. jagalah dirimu baik-baik" kata Sooyeon eonnie sebelum pergi. Aku mengangguk dan mulai berjalan ke arah sebaliknya..

Aku melihat ke luar dari jendela. Hujan. Aku mengingat saat pertama kali bertemu Sehun di mimpi.. ketika ia menawarkan payungnya padaku..

 

Aku menghela nafas, mimpi itu begitu nyata.. dan sangat indah.. aku bahkan rela koma lagi jika kembali pada mimpi itu.. tapi.. aku tahu itu tidak benar.

 

Entah mengapa, mimpi itu mengingatkanku pada dongeng Peter Pan. Sehun adalah Peter Pan nya.. yang membawaku ke Neverland.. memberikanku kebahagiaan sehingga lupa akan waktu... dan sekarang aku kembali..

 

Buk! Karena melamun, aku menabrak seseorang. "Oh, aku minta maaf!"ujarku. Dan hal yang pertama kulihat adalah.. tangan yang di gips.. perlahan aku mendongak.. dan aku tersentak.

 

Tidak.. itu tidak mungkin..

 

"Akulah yang harusnya minta maaf.. kau tidak apa-apa?" Ujar laki-laki itu.

 

Wajah itu..

wajah Sehun. Persis sekali seperti Sehun!

 

"Ya.. a-aku tidak apa-apa.." ujarku. "Anu.. bolehkah aku tahu namamu?" Pertanyaan itu langsung saja terlontar dari mulutku. 'Aish.. dasar bodoh!' Umpatku dalam hati.

"Namaku?" Laki-laki itu tampak berpikir sebentar. "Oh Se Hun. Namaku SeHun. Kamu?"

 

Jika aku tidak bisa mengontrol diriku. Aku bisa saja memeluknya sekarang juga. Namun aku sadar, "tunggu, Soojung-ah.. dia bukan Sehun di mimpimu.. dia tidak mengenalmu.." aku menahan diri. Tapi.. senyumnya..

"Ah.. aku.. Jung Soo Jung. Panggil saja Soojung.." aku memperkenalkan diri.

Hatiku bahagia, sangat bahagia. Di dunia nyata ini.. aku bertemu seseorang bernama Sehun. Persis Sehun yang di mimpi.. walaupun kami belum saling mengenal..

 

 mungkinkah.. mimpi itu hanya awalan dari pertemuan kami?

 

 

FIN

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Salsatk22 #1
Chapter 1: Good author (y)
Is it not finel right??