This Love

Buenas Noches, Querida

Your gentle smile
Your y eyes
Your weird words
That are sometimes unpredictable like the weather yeah
Just as you are
Without having to fix anything
The person that is so lovable to me is you
That person is you yeah

Why I Like You - Super Junior

***

Aku dan Jaci sedang berada di dapur kecil apartemennya, mengenakan celemek bermotif Hello Kitty yang sama. Dia sedang menunjukkan keahliannya membuat makanan khas Meksiko itu. Akumengatur keripik jagung untuk Nachos di atas pinggan tahan panas sambil menunggu daging yang dimasakJacisecara terpisah selesai. Aku mencicipi keripik jagung itu dan ternyata sangat enak, aku ingin mengambil satu lagi namun dengan tiba-tiba memukul tanganku.

Hyaa. Tunggu sampai Nachosnya selesai. Sekarang, awas tanganmu. Aku ingin menuangkan daging ini.” Aku mundur selangkah, dia menuangkan tumisan dagingnya ke atas pinggan berisi keripik jagung, lalu menaburinya dengan keju mozzarella yang sudah parut kasar di atasnya. Terakhir, dia memasukkan pinggan itu ke dalam oven sampai kejunya meleleh.

Jaci memasak dengan sangat baik. Nachos yang sedang aku makan saat ini benar-benar enak. Aku menandaskan Nachos itu sendirian sedangkan Jaci hanya mengamatiku dari seberang meja makan, baru kali ini ada wanita (selain Ibuku) yang membuatkanku makanan yang sangat enakkhusus untukku.

Setelah menghabiskan makanan yang dibuatnya, kami berpindah ke ruang tengah untuk mengobrol, dia sudah menyiapkan berbagai jenis buah-buahan sebagai cemilan sehat kami. Mataku tertuju pada foto dirinya berukuran 5R di balik bingkai lucu yang ada di meja kecil di sudut ruangan itu. Jaci berdiri menyamping sambil tersenyum cerah, hanya mengenakan tanktop putih, sebuah sarung pantai yang diikatkan di pinggangnya sedikit tersingkap hingga menampilkan shortpants yang dikenakannya. Rambut panjangnya cokelatnya digerai dan tampak melambai karena tiupan angin, sebuah payung polkadot pink di pegang untuk melindunginya dari panas matahari di pantai yang kadang keterlaluan. Di foto itu dia nampak seperti seorang model. Sempurna. Tak ada  celah pada penampilannya.

“Kau tampak cantik dengan rambut panjang itu.” kataku mengomentari fotonya dengan jujur. Dia tampak menerawang jadi aku memutuskan ada sesuatu yang salah dari perkataanku. “Maaf, aku tidak bermaksud mengatakan bahwa kau tidak cantik sekarang.” Kuputuskan mengatakan itu, semua gadis suka dipuji bukan? Tapi dia memang selalu cantik dalam kondisi apapun. Hidung mancungnya, matanya yang penuh keramahan, bibir merah alaminya yang selalu tersenyum. Bahkan tanpa rambut cokelatan itu, dia tak akan menjadi tidak cantik.

“Semua orang menyayangkan rambut panjangku di potong, tapi itulah yang terjadi.”

“Tak perlu memikirkannya, toh, rambut akan terus bertambah panjang.”

“Benar. Kau tahu itu di mana?”  Dia bertanya, pasti berusaha mengalihkan perhatian. Aku menggeleng. “Itu di Meksiko, namanya Los Cabos, terletak di ujung Baja California.. bla.. bla..” Jaci mulai mengoceh lagi tentang daerah pariwisata itu, bahwa dulunya daerah itu menjadi tempat pilihan bajak laut karena pelabuhannya yang aman dan terlindung. Aku hanya mengangguk sekenanya, karena aku bukan terfokus pada ceritanya, tapi pada si pencerita yang sangat bersemangat.

 Sayangnya aku tidak bisa berlama-lama bersamanya, jadi aku segera pamit pulang. Jaci ingin lain kali aku yang memasakkan untuknya. Aku mengiyakan

Saat berjalan menuju pintu depan, tanpa sengaja aku melihat sebuah kamar yang pintunya terbuka lebar.Mataku menangkap pemandangan sebuah meja kecil yang penuh dengan kertas berwarna-warni dan beberapa hasil origami.

“Ah, itu kamarku.” ujarnya.

 “Kau suka origami?” tanyaku aku berdiri di depan pintu, bersiap untuk segera pergi.

Dia mengangguk pelan, “Aku suka semua jenis kerajinan tangan seperti itu karena tidak terlalu memberatkan otak.”

Jaci ini sangat terbuka, dia tidak segan-segan akan menceritakan apapun, tapi aku merasa dia penuh dengan rahasia. Pemilihan kata yang digunakannya saat bercerita kadang seperti memiliki sebuah rahasia besar di baliknya. Aku sudah tak sempat bertanya karena ponselku sudah berdering, Leeteuk Hyung memintaku agar segera berada di lokasi pemotretan.

***

Hyung, dia sangat pandai memasak.” kataku pada Yesung Hyung sebelum kami tidur. Dia tidak menanggapi apa-apa tapi aku tahu dia mendengarku. Meski dia tak mendengarku, pasti aku tetap mengoceh panjang lebar mengenai Jaci. Terlalu sayang jika aku hanya menyimpan sendiri cerita tentangnya tanpa berbagi kepada siapapun.

“Dia juga sangat cantik. Campuran Meksiko, Korea dan Indonesia. Bukankah itu padanan yang sangat menakjubkan? Dan sepertinya semua gen yang terbaik didapatkan olehnya. Kau pernah melihatnya? Ah, belum pernah, ya. Kami bertemu pertama kali di Supermarket. Ini seperti di drama-drama saja.”

“Kau menyukainya, ya?” pertanyaan teman sekamarku ini langsung membuatku terdiam, aku butuh waktu sebentar untuk memikirkan jawaban yang benar-benar valid. Apakah aku menyukainya? Yang aku tahu aku selalu ingin bertemu dengannya, entah membahas tentang bumbu-bumbu masakan atau jeni makanan dari berbagai penjuru dunia atau apapun itu, yang penting kami bisa bertemu. Tidak hanya sekedar menghabiskan waktu luang, darinyaaku belajar sangat banyak.

“Entahlah, tapi aku senang bertemu dengannya.” kataku akhirnya.

Dan aku juga selalu merindukannya.

“Itu berarti kau menyukainya. Kenapa kau tidak mengungkapkan padanya saja?”

“Ah, aku merasa belum yakin dengan semua itu. Dan satu lagi, dia sangat menyukai Super Junior tapi tidak mengenaliku.”

“Bwahahaha.” Yesung Hyung tertawa terbahak-bahak. “Hya, bagaimana kalau kau mengajaknya datang di salah satu show kita? Dia pasti akan sangat terkejut.”

Aku menimbang-nimbang usul itu yang sepertinya tidak buruk.

***

Hari ini Jacimengajakku ke apartemennya lagi untuk membuat makanan Indonesia.Yang penting bukanlah makanannya tapimomentyang menjadi milik kami berdua. Hanya kami dan desisan air dan minyak panasyang beradu, wangi tumisan bawang dan bumbu lain, dentingan suara sendok, sumpit dan garpu yang nyaring saat bersinggungan dengan piring keramik. Semuanya hanya milik kami berdua.

Dia mengejutkanku dengan sebuah pertanyaan, “Kau tidak mau menemaniku menonton salah satu acaraSuper Junior dua hari lagi? Aku punya dua tiket VVIP untuk kita.”

Dia benar-benar melakukannya. Apa yang harus aku lakukan? Mana mungkin aku pergi bersamanya padahal akulah yang akan tampil di show itu.

“Kau tidak mau?” dia tampak sedih, dan aku tidak tega melihatnya. Anggukanku membuatnya kembali berseri seperti biasa.

“Tapi kita bertemu di sana saja.”Aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku sendiri bahkan untuk mengatakan sebuah kebenaran aku tidak bisa. Setiap saat terlintas di pikiranku untuk mengatakan padanya bahwa akulah member Super Junior yang selalu diceritakannya itu. Namun aku tercekat. Pada akhirnya aku tak mengatakan apa-apa.

Ok.” Dia membentuk lingkaran menggunakan jaritelunjuk dan ibu jarinya , dan tersenyum sangat manis. Siapapun yang melihat senyum itu pasti luluh. Estoy muycontento (Aku sangat senang).

Aku tak mengerti apa yang dia katakan, aku tak mengerti bahasa Spanyol, sedikit pun. Tapi itu pasti ucapan terima kasih atau sejenisnya.

“Coba katakan kalimat dalam bahasa Spanyol sekali lagi.” pintaku. Aku suka mendengarnya berbahasa Spanyol apalagi dengan suaranya yang merdu itu.

“Apa yang harus aku katakan?” tanyanya, aku mengangkat bahu. “Apa saja.”jawabku.

Dia berdeham sebentar lalu tersenyum penuh arti. “Tegusta, Señor (Aku menyukaimu, Tuan).”

“Apa artinya?”

“Aku sangat senang.” Dia tersenyum penuh arti kepadaku yang serasa ingin membuatku melayang. “Aku sangat senang bisa pergi denganmu dua hari nanti. Tapi aku sangat-sangat senang karena bisa mengenalmu.”

***

Dua hari berlalu secepat kilat. Aku bersiap-siap di ruang make up saat ponselku bergetar menandakan sebuah email masuk. Ya, itu email dari Jaci, dia sudah ada di depan dan menanyakan kapan aku datang.Apa kau tahu?  Sampai hari ini aku bahkan tak tahu nomor teleponnya, dia tak pernah sudi memberikannya padaku meski aku sudah membujuknya berkali-kali. Kami hanya berkomunikasi lewat email atau chatting. Padahal aku selalu ingin mendengarkan suaranya, terutama sebelum aku tidur dan itu tak pernah kejadian.

Aku sudah membicarakan masalah ini dengan para member lain dan dia mengizinkaku menemui Jaci sampai saatnya kami tampil. Sebentar lagi dia pasti tahu bahwa aku adalah salah satu member Super Junior, entah apa reaksinya.Setelah kupikir-pikir lebih jauh, alasanku menyembunyikan semua ini adalah aku ingin dia melihatku sebagai seorang Ryeowook bukan sebagai salah satu member Super Junior yang sangat ingin ditemuinya itu. Aku tidak ingin dia bersama denganku karena mengidolakan Super Junior. Aku ingin dia menyukaiku, sama seperti aku menyukainya juga.

Dia hanya tersenyum ceria—seperti biasa—saat aku muncul di depannya. Dia tidak bertanya ada apa dengan pakaianku  (saat ini aku sudah mengenakan kostum panggungku) yang sebenarnya sangat mencolok. Bahkan beberapa gadis yang tidak jauh dariku tampak berbisik-bisik sambil melirik ke arahku. Aku tahu apa yang mereka bicarakan.

Melihat dia yang terlalu santai, aku jadi curiga sebenarnya dia mengenaliku. Seperti biasa, dia menceritakan betapa menyenangkan hari ini. Dia berkeliling kota sambil menikmati ice creamdi hari yang panas ini. Dia juga mengambil banyak foto di setiap sudut kota. Sendirian. Dia benar-benar sangat mandiri.

Kode bahwa kami akan segera tampil sudah diberikan padaku, aku pamit untuk meninggalkannya sebentar. Dia mengangguk. “Semoga sukses!” katanya yang membuatku terkejut. Sepertinya dia sudah tahu bahwa aku adalah member Super Junior. Paling tidak aku tak usah berusaha menjelaskan lagi.

Saat berdiri di atas panggung, aku melihat ke arahnya. Dia membalas tatapanku tapi tak ada ekspresi kaget atau sejenisnya di sana, dia tetap tersenyum seperti biasa. Entah mengapa aku merasa agak kecewa.

Kami membawakan lagu Mr. Simpledan No Other. Bibirnya ikut bergerak mengikuti lagu, aku membayangkan suara merdunya jika dia menyanyi.

 Aku tak pernah bermimpi bisa mengenal seseorang sesempurna dia. Dia benar-benar cantik luar-dalam. Jika dia mendaftar acara putri-putrian, dia pasti akan keluar sebagai pemenang.

Dia sangat cantik. Jelas. Dia menguasai beberapa bahasa. Pengetahuannya juga sangat luas. Dan dia terampil.

Mungkin kalian sudah bosan mendengar ceritaku tentang Jaci yang selalu saja sama. Tapi aku tak pernah bisa berhenti membicarakannya. Seluruh waktuku habis untuk memikirkannya. Aku menyukainya. Sangat.

Sekuat apapun aku berusaha menyangkal.

Cinta itu telah meretas.

“Aku curiga sebenarnya dia mengenaliku.” kataku pada Leeteuk Hyung saat kami turun dari panggung.

“Temui dia. Dia pasti menunggumu, dan ajak dia bergabung dengan kita. Aku juga ingin mengenalnya.” Leeteuk Hyung mendorong punggungku agaraku segera pergi.

“Maaf, membuatmu menunggu.” Itu kalimat pertama yang mampu dirangkai oleh otakku, aku tak tahu harus berbuat apa. Aku merasa canggung.

“Tidak apa-apa. Itu penampilan yang sangat menakjubkan. Kalian semua memang mengagumkan.” Nah kan, dia sebenarnya tahu bahwa aku salah satu member Super Junior. Tapi sejak kapan?

“Maaf, aku tidak memberitahumu bahwa aku adalah salah satu member Super Junior.”

“Aku juga minta maaf karena tidak mengatakan bahwa sebenarnya aku mengenalimu.”

“Sejak kapan?”

“Setelah pertemuan kedua kita. Saat bertemu di Supermarket, aku berusaha mencari-cari karena sepertinya aku mengenalmu, makanya aku mengajakmu mengobrol tapi aku tak bisa mengingatnya. Saat aku tiba di apartemenku setelah kita bertemu di café hari itu, aku baru sadar bahwa kau adalah salah satu member Super Junior. Aku bahkan tidak sadar saat kau mengatakan namamu di Supermarket.” Aku tersenyum senang.

“Apa kau tidak mau bertemu dengan member yang lain? Dia menunggu agar aku mengenalkanmu pada kalian.”ajakku.

Dia langsung berdiri dari tempatnya duduk. “Benarkah?” Dia bertepuk tangan dan berseru penuh semangat. “Aku sangat ingin. Apakah aku boleh berfoto dengan mereka juga?”

“Sebanyakyang kau mau.” kataku lalu menarik tangannya agar mengikutiku ke belakang. Member yang lain sedang duduk berkumpul sambil bercanda di ruangan saat aku masuk bersama Jaci. Mereka semua menoleh bersamaan. Jika dibuat slow motion pasti sangat mengagumkan. Jaci langsung memperkenalkan diri.

Hola. Mi nombre, Zella Thania Jacinda(Halo. Namaku, Zella Thaniia Jacinda). Encantado de conocerte (senang bertemu dengan kalian).” Semuanya terdiam. Mereka terdiam bukan cuma karena tidak mengerti apa yang dikatakan Jaci (yang jelas isinya pasti sapaan perkenalan) tapi juga karena terpesona.  Sudah kukatakan Jaci memang sangat indah.

Karena tidak ada yang berkata-kata, Jaci kembali memperkenalkan diri menggunakan bahasa Korea.

Annyeonghaseyo,jonenJacinda imnida.”

Annyeong.” Sapa mereka serempak. Leeteuk Hyung bersiap memperkenalkan dirinyasaat Jaci memotong.

“Tak perlu memperkenalkan diri, aku sudah mengenal kalian semua kok.” katanya, yang lain cuma mengangguk-angguk. Sifat easy-going yang dimiliki Jaci memudahkannya berbaur dengan siapapun. Para member tampak senang mengobrol dengannya. Jaci adalah pembicara yang handal dan pendengar yang sangat baik. Siapun pasti senang bersamanya.

Pertemuan itu diakhiri dengan acara foto-foto menggunakan kamera polaroid yang selalu dibawa Jaci ke manapun. Aku teringat potongan pembicaraan kami beberapa waktu lalu saat aku menanyakan mengapa dia lebih memilih kamera polaroid daripada kamera yang lain.

“Karena aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu hasil cetakannya. Waktu tidak akan menungguku.”

Kalimat ambiguyang lain.

Jaci bukan tipeorang yang terburu-buru, dia cenderung tenang tapi dia berkata seolah-olah apapun yang dia inginkan saat itu harus segera ada di hadapannya. Lalu waktu tidak akan menunggunya. Apa maksudnya?

Aku tak mengerti.

***

comment, please!!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ltiffa
#1
aw... i found it kinda diffrent from other ryeowook fic.. gotta read it soon
dewikagustina
#2
hmmmm sepertinya jaci menyimpan suatu rahasia,,,,
antopss
#3
i would love to read your fanfic!! :D but i dont understand anything! lo sieeentoo..:/