Miracle

Miracle

Main casts: Zhang Yixing a.k.a Lay EXO and Lu Han a.k.a Luhan EXO.

Support casts: Find by yourself.

Warning: AT, typo(s), pasaran, and manymore.

Genre: Sad.

 

Songfiction by EXO "Miracle In December"

.

.

.

youngdinna present

.

.

.

Enjoy it

 

Aku merangkak, mengais, mencari sesuatu yang tak dapat lagi kuraih..

Aku menangis, meraung, menjerit untuk suatu yang tak pasti..

Aku membisu, membeku, dan terpekur saat kau pergi..

 

“Yixing.. Di mana dia?” pria bermuka manis itu bertanya pada sosok lain dengan raut sarat cemas yang kentara. Sudah beberapa jam yang lalu, Yixing tak keluar ruangan studio sejak.. sejak ia mendengar kabar yang begitu mengejutkan, baik baginya maupun bagi teman satu tim yang lain.

“Biarkan dia sendiri, Lu.."

“Tapi, Tao tadi sempat meneriakinya.. Aku cemas, Minseokie..”

“Percuma jikalau kau menemuinya sekarang.. Tak ada yang dapat kita lakukan untuknya..” Luhan menatap pintu berkaca gelap itu hampa. Meski samar, matanya dapat menangkap siluet seorang pria yang tengah duduk di depan sebuah grand piano sendirian. Tak ada yang tahu bagaimana perasaannya saat ini. Luhan menghela napas.

“Kuharap ia baik-baik saja.”

 

***

 

“Pengkhianat! Dia itu pengkhianat bedebah!”

“Huang Zitao! Jaga mulut kotormu itu!”

“Kau membelanya, Luhan-ge?! Aku tak percaya.. Jangan-jangan kau juga akan berkhianat seperti dia.”

“Zitao, ini tak akan menyelesaikan masalah..”

“Lalu, apa yang bisa menyelesaikan masalah? Apa Junmyeon-hyung?!” dengan emosi membara, Tao kembali meninggikan suaranya. Ia sadar, ia seorang magnae dalam grup, magnae tak seharusnya berkata kasar bahkan berani membentak hyung-nya. Tapi, Zitao tak sampai hati, pria yang sebenarnya berhati lembut itu merasa sesak, sakit setiap kali ia melihat dua magnae lain -Sehun dan Jongin- diam-diam menangis, menangisi seseorang yang dulu berjanji tak akan meninggalkan mereka, tapi apa yang sekarang ia dapat?

“Kita tak dapat mencegah kepergian seseorang..”

“Yixing?”

“Kita bukan seseorang yang pantas mencegah atau bahkan menghina keputusannya..” pria berambut hitam itu berujar lirih. Yixing menunduk, tak berani menatap teman se-grupnya yang kini terdiam. Tao tertawa sinis memecah kesunyian di antara mereka.

“Satu lagi calon pengkhianat.”

“Huang Zitao!” hardik Luhan tak terima karena Tao sama sekali tak menunjukkan rasa hormatnya lagi pada Yixing. Tao mengabaikan teriakan Luhan, menulikan kedua telinganya. Pria bermata panda itu lalu mendekat, menatap Yixing tajam.

“Kau juga bisa pergi.”

“Apa?” tanya Yixing menatap Tao tak mengerti. Tao mendengus.

“Kau sahabat orang itu, kan? Kau juga bilang kalau kami tak pantas mencegah temanmu itu pergi, juga mengatainya pengkhianat.” Tao menjeda. “Jadi, kupikir kau juga bisa pergi seperti dia sekarang juga.. Aku yakin EXO bisa bertahan tanpa adanya kalian-“

BUAGH

Yixing terhenyak, pukulan Luhan terasa begitu cepat mengenai wajah Tao hingga pria itu tersungkur, terbatuk dengan darah yang ada di sudut bibirnya.

“Luhan!”

“Masuk ke kamarmu Huang Zitao! Sekarang!” Luhan mengacuhkan seruan Junmyeon. Tao bangkit dari ketersungkurannya, menuruti ucapan Luhan dengan linangan airmata yang hampir jatuh membasahi pipinya.

“Yixing..” Luhan kini menatap Yixing penuh harap. Ia cemas, sangat cemas dengan keadaan batin sahabat dekatnya. Luhan tahu, sangat mengerti kalau Yixing pun saat ini sama seperti mereka. Yixing marah, kecewa, sakit, namun pria itu terlalu bingung untuk mengungkapkan perasaannya yang campur aduk. Yixing bukan Baekhyun yang mudah menangis, bukan Kyungsoo, Yixing adalah Yixing, pria yang lebih memilih diam dan menunggu, menunggu suatu masalah itu mengalir hingga berhenti dan menemukan titik temunya.

“Yixing..”

“Aku pergi sebentar..”

“Ke mana? Biar kutemani..”

“Tidak perlu.” Luhan tak lagi berani menginterupsi ucapan Yixing. Ia membiarkan pria Changsa itu meraih tas punggungnya, dan pergi menuju pintu keluar.

“Kapan kau akan pulang?” kali ini, suara Minseok yang mencegah langkah Yixing menjauh. “Yixing?”

“Segera.. Aku tak akan lama..”

“Hati-hati..”

 

***

 

Dan di sinilah Luhan dan Minseok sekarang. Jam sudah menunjukkan hampir tengah malam, mereka berdua cemas, sangat cemas saat Yixing belum juga pulang hingga akhirnya memutuskan untuk mencarinya.

“Aku bersyukur ia tidak terpancing omongan Tao..”

“Yixing bukan anak kecil, Minseokie..”

“Kau teman dekatnya, kan? Apa kau tahu apa yang ada dalam pikirannya sekarang?”

“Tak ada yang tahu pikiran anak itu, Minseokie.. Tidak aku, tidak juga Wu Yifan yang sekarang menghilang itu..”

“Hah..” Minseok membuang napasnya perlahan. “Kita tunggu dia di lobi?”

“Ya..”

 

***

 

Yixing membuka kedua matanya yang sedaritadi terpejam, tangannya perlahan melepas kedua earphone yang ia pasang.

Sebenarnya ia tahu kalau Luhan dan Minseok tadi berada di luar studio, menyusul dan mencemaskan keadaannya, namun Yixing terlalu malas, ia sedang malas meladeni kedua teman baiknya itu.

 

boiji anneun neol chajeulyeogo aesseuda

deulliji anneun neol deureulyeo aesseuda

 

Yixing mulai menarikan jemari-jemarinya di atas tuts grand piano di depannya, kedua belah bibirnya melantunkan lirik demi lirik secara lirih. Tak ada yang tahu perasaan Yixing saat ini, tak ada yang tahu bagaimana keadaan batin pria pendiam itu saat ini.

 

boiji andeonge boigo deulliji andeonge deullyeo

neo nareul tteonan dwiro naegen eotteon himi saenggyeosseo

 

Luhan dan Minseok terhenyak dan segera terbangun dari tidurnya saat kedua telinga mereka menangkap suara yang tak asing. Suara Yixing.

“Itu Yixing?”

“Kuharap iya..”

“Kim Minseok! Aku serius!”

“Kita lihat saja..”

 

neul nabakke mollasseossdeon igijeogin naega yeah

ne mamdo mollajwossdeon musimhan naega

ireogedo dallajyeossdaneunge najocha midgiji ana

ne sarangeun ireoge gyesog nal umjigyeo

 

Yixing terus menyanyikan lagu itu. Lagu yang menceritakan seseorang yang telah pergi, seseorang yang tak dapat di raih, tak dapat di bawa pulang. Menumpahkan segala perasaannya saat itu dengan menyanyi dan bermain piano di tengah malam, sendirian.

Yixing kembali memejamkan mata, setitik air mengalir dari sudut matanya seiring dengan bertambahnya emosi yang berkecamuk dalam dada. Yixing tak peduli, sama sekali tak peduli jika sekarang suaranya terdengar parau dan jelek. Ia hanya berharap, bisakah suara ini terdengar olehnya?

 

sarangi gomaun jul mollasseossdeon naega

kkeutnamyeon geumaninjul arassdeon naega

neo wonhaessdeon geu moseub geudaero nalmada nareul geochyeoga

nae sarangeun kkeuteobsi gyesog doel geos gata

 

Yixing menghentikan jari juga mulutnya. Pria itu tak sanggup menyanyi lagi, pria itu terisak, menangis lirih dengan bahu bergetar hebat. Menumpahkan segala emosi yang beberapa jam lalu masih sanggup ia pendam sendiri.

“Yixing..” Yixing diam, tapi ia tahu siapa orang yang kini tengah memeluknya, mencoba menenangkannya meskipun tidak bisa. Itu Luhan dan Minseok. Dua teman dalam grupnya yang mungkin lebih mengerti dirinya ketimbang temannya yang lain. “Yixing sudahlah..”

“Kalian mengerti.. Kalian mengerti perasaanku.. kan?” tanya Yixing tersendat. Luhan menghapus jejak airmatanya cepat, memeluk temannya semakin erat. Minseok pun melakukan hal yang sama.

“Kami mengerti.. Tidak apa, Yixing.. Tidak apa..”

“Aku pernah berpikir..” Yixing berucap di tengah suaranya yang tersendat. “Aku pernah berpikir tentang lagu yang tadi kunyanyikan..”

“Ya..” jawab Minseok sabar.

“Lagu ini.. Lagu yang indah, meski pahit terkandung dalam setiap liriknya..”

“Ya..”

“Aku pernah mengobrol dengannya soal lagu ini.. Aku pernah mengobrolkan lagu ini dengan Yifan, dan aku tak menyangka.. Ia sepikiran denganku..” kali ini Luhan dan Minseok terdiam, membiarkan Yixing melanjutkan ceritanya.

“Aku berkata padanya.. Aku dan yang lain mungkin menyanyikan lagu ini, tapi.. Aku tak pernah berharap..” Yixing kembali menangis. Luhan mempererat pelukannya.

“Apa, Yixing? Ceritalah..”

“Aku tak pernah berharap kalau.. kalau lagu ini akan menjadi kenyataan..” ucap Yixing tersedu. “Aku mengucapkan hal itu spontan.. aku mengucapkan itu pada Yifan dan ia pun menyetujuinya, tapi..”

“Tapi, sekarang ia mengingkari ucapannya sendiri.. Aku marah padanya, aku kecewa padanya, tapi aku bingung.. Aku bingung karena aku tak berhak menyalahkannya, aku tak berhak menyalahkannya karena aku tak yakin bagaimana keadaannya sekarang.. Aku tak tahu perasaan Yifan sebenarnya..”

“Aku sedih, sangat sedih melihat semua orang menyalahkannya.. Aku ingin membelanya, aku ingin memeluk dan berbagi airmata bersamanya, bersama Yifan sahabatku.. Tapi..”

“Kami mengerti Yixing, sudah cukup..”

“Apa aku harus di katakan pengkhianat? Haruskah Yifan juga di sebut pengkhianat? Patutkah kita yang tidak tahu apa-apa keadaan Yifan sebenarnya ini menyalahkannya? Bahkan membenci, dan menendangnya keluar seakan dulu ia tak pernah berbuat baik pada kita?!”

“Cukup, Yixing.. Sudah..”

“Aku lelah, Luhan!”

“Iya, kami mengerti.. Kami mengerti.. Ayo, pulang Zhang Yixing.. Ayo, pulang dan melupakan semuanya, sahabatku..”

Mereka bertiga akhirnya pulang, mengacuhkan pertanyaan demi pertanyaan anggota lain, membiarkan Yixing tertidur.

"Luhan?"

"Ya? Ada apa, Minseokie?" Minseok tersenyum kecil, matanya menatap langit-langit kamar.

"Kau percaya keajaiban?" Luhan terdiam, mencerna pertanyaan Minseok. Ia pun menghela napas.

"Ya. Bahkan untuk saat ini.. kuharap keajaiban itu masih ada.." ujar Luhan sembari memejamkan mata, berusaha jatuh dalam alam mimpi meskipun tak bisa. "Miracle.."

"Apa?"

"Tidak. Selamat malam.."

Luhan membalikkan tubuhnya membelakangi ranjang Minseok. Mata rusanya menatap jendela kamar yang ia biarkan terbuka.

'Yifan.. Kuharap ada keajaiban hingga kau bisa kembali kemari lagi..'

 

 

boiji anneun neol chajeulyeogo aesseuda

deulliji anneun neol deureulyeo aesseuda

 

*FIN

 

Hai, hai, hai… Hah, mian saya kembali mengungkit masalah yang sebenernya menyesakkan ini dalam bentuk ff.. Jujur, perasaan saya saat itu sama seperti perasaan Yixing dalam ff ini.. Bingung dan juga kecewa, tapi ga mampu marah2..

Saya tidak bermaksud menge-bash Yifan, sekarang saya yakin dia sudah menemukan jalan hidup yang mungkin lebih membahagiakan dia dan keluarganya, dan apapun yang sudah ia putuskan, kalian sebagai fans EXO tak pantas menyebutnya berkhianat, ataupun mencerca EXO membs lain, termasuk yang saat itu paling di cerca adalah Yixing gara2 dia mengunfollow akun ig Yifan.. Sekali lagi saya tidak membela siapapun, saya tidak menghina siapapun yang mau berpendapat.. Silahkan kalian berpendapat, tapi cobalah berpendapat dengan dewasa, bukan hanya menilai dari sisi satu pihak saja..

Saya juga ingin meluruskan bagi seseorang yang pernah mengatai saya orang di luar fandom fans EXO.. Kamu bilang saya orang luar fandom, n ga usah ikut campur karena ga tau apa2 soal EXO.. Saya akui saya memang ga tau EXO, saya cuma pengagum musiknya, bukan emak ataupun sodara mereka.. So, wajar dong kalo saya hanya tahu mereka sebatas idola.. Pesan saya cuma satu, jadilah seseorang yang lebih dewasa, jangan hanya karena idola kalian lagi begini atau begitu trus kalian menghardik orang LUAR FANDOM sesuka hati, mereka kan juga kpopers, ini demokrasi.. bebas mengeluarkan pendapat, n sebagai fans cerdas cobalah untuk menyaring setiap pendapat orang, jangan malah terpancing emosi..

Oke, kembali ke ff.. Saya ga berharap kalian memberi review kali ini, namun saya ingin mendengar pendapat kalian setelah sekian lama berita ini beredar ga jelas..

 

Kansahamnida@youngdinna

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet