Too Late

Missing Memories

Di tembok yang ada di hadapanku, tertempel banyak sekali foto. Aku melangkah mendekati foto-foto itu. Hampir semua foto itu foto sepasang namja dan yeoja.

Kepalaku pening. Itu aku, dan yeoja di coffee shop itu. Itu foto kami berdua. Tersenyum. Tertawa. Bahagia. Bagaimana bisa? Siapa yeoja itu? Siapa Han Younghee?

Aku jatuh terduduk di lantai. Badanku lemas. Aku memandangi foto-foto itu satu per satu. Di foto itu terlihat jelas kami saling mencintai. Kami bahagia bersama. Kepalaku pusing. Hal-hal yang tidak beraturan bermunculan dikepalaku.

Saat aku dan yeoja itu merayakan ultahnya. Merayakan ultahku. Bercanda di coffee shop itu. Membaca komik di taman dekat rumahnya. Menyanyi tidak jelas di karaoke. Membolos pelajaran dan kabur ke loteng.

Kepalaku semakin sakit. Aku mengerang menyandarkan punggungku pada tembok. Kedua tanganku mencengkeram kepalaku erat. Aku memandangi foto-foto itu sekali lagi. Ada beberapa fotoku sendiri disana. Fotoku di coffee shop itu.

Itu foto beberapa hari ini. Aku masih ingat jelas baju-baju yang kupakai beberapa hari ini. Dan aku baru menyadarinya sekarang, yeoja itu selalu mengalungkan kamera di lehernya.

Aku merogoh saku celanaku. Tanganku gemetar menekan nomor seseorang di hpku.

“yeobboseyo?” terdengar suara Tae hyung.

“hyung! Younghee neun nuguya?” aku berteriak sekencang-kencangnya. Aku tahu suaraku juga gemetar.

“mwo? Apa maksudmu?”

“cepetan jawab hyung!” aku berteriak lagi. Perasaanku semakin tidak karuan. Tangan dan kakiku terkulai lemas di lantai.

“jungkook-ah, tenang dulu. Kau dimana sekarang? Biar hyung kesana”

“jawab aja hyung. jebal.” suaraku melemah. Rasanya mataku panas.

“dia... Yeojachingumu. Sekarang katakan padaku kau ada dimana!”

Klik. Suara Tae hyung tidak lagi terdengar. Aku tidak siap mendengar jawaban itu.

Kalau memang dia yeojachinguku, bagaimana mungkin aku tidak mengingatnya? Bagaimana mungkin aku bahkan tidak mengenalinya?

Aku bangkit menggapai foto-foto itu dan menemukan dream catcher tergantung di atas foto-foto itu. Ini perasaan yang sama dengan yang kurasakan saat aku memandangi dream catcher di seberang coffee shop. Tidak, ini bahkan lebih sakit.

 

***

 

“jungkook-ah, kau darimana? Gwenchanha?” suara Tae hyung terdengar sangat khawatir. Aku meneleponnya sambil menjerit-jerit, sudah pasti dia khawatir. Apalagi aku menanyakan yeoja itu. Han Younghee. Seseorang yang seingatku pernah begitu berarti di hidupku. Tapi tidak lagi. Aku berharap aku tidak pernah mengingatnya. Aku menyesal datang ke tempat itu.

 

*flashback*

 

“mwo? Putus? Yaa, jangan bercanda! Ini bukan april mop kan?”

“mianhae.” cuma kata itu yang keluar dari mulutnya.

“wae? Kita sudah bersama 2 tahun, dan selama ini semuanya baik-baik saja. Wae geurae?” suaraku semakin meninggi.

“aku tidak bisa bersamamu lagi. Mian.”

“tapi kenapa sebenarnya? Apa kau sudah bosan denganku?”

“geurae. Kita sudah pacaran 2 tahun, sepertinya itu terlalu lama untukku. Aku sudah bosan denganmu. Perasaanku sudah bukan untukmu.” jawabannya seperti tamparan keras di telingaku. Bagaimana mungkin dia mengatakan hal itu dengan santainya?

“mworagu? Geurae, uri heyojija! Jangan pernah menghubungiku lagi! Jangan pernah muncul dihadapanku lagi! Mulai sekarang, aku tidak mengenalmu!” aku berbalik meninggalkannya.

“jungkook-ah...” tangannya menghentikan langkahku.

“ige.. Kau bilang kau menginginkannya” Younghee menyelipkan dream catcher di tanganku. Aku memang pernah bilang aku menginginkannya. Tapi tidak lagi. Aku benci dream catcher mulai sekarang.

“dwaesseo!” aku membanting dream catcher itu dihadapannya.

Aku menancap gas sekuat-kuatnya. Pikiranku kalut. Oke, aku akui aku masih labil. Seharusnya aku bisa menghadapinya dengan lebih tenang. Tapi... Molla. Perasaanku bergerak lebih dulu dibandingkan otakku.

Tanpa kusadari, mobil merah dihadapanku berpindah jalur. Aku membanting stir ke kanan berusaha menghindari mobil itu. Tapi malang bagiku, dibelakang mobil itu sebuah truk melaju kencang tanpa bisa kuhindari lagi. Sorot lampu truk itu adalah hal terakhir yang kuingat.

 

*flashback end*

 

“yaa! Kenapa kau diam saja? Wae geurae?”

“gwenchanha hyung.” bibirku mencoba menyunggingkan senyum palsu. Tapi sepertinya terlalu jelas.

“younghee.. Apa kau sudah mengingatnya?”

“oh... Hyung, orang itu... Jangan pernah membicarakannya lagi!”

“kau sudah ingat semuanya sepertinya.”

“aku capek hyung. Aku tidur dulu, jangan bangunkan aku yaa!”

“ahh, aku benar-benar tidak tahan lagi. Yaa Jeon Jungkook, gidaryeo!” Tae hyung menahanku.

“ttarawa!” ia menarik tanganku dan memasukkanku ke mobil.

“eodigayo hyung?”

“aku akan memberitahumu di jalan.”

Hyung benar-benar melakukannya. Dia menceritakan semuanya. Bagaimana Younghee divonis kanker otak. Bagaimana Younghee menangis sesenggukan setelah memutuskan hubungannya denganku. Bagaimana Younghee menderita karena rasa bersalahnya setelah mengetahui aku terkena kecelakaan hebat malam itu. Bagaimana Younghee menungguku pulang dari pengobatan di Amerika untuk minta maaf. Bagaimana Younghee menangis setiap hari dengan kanker di otaknya yang membuat kepalanya pusing hampir setiap saat dan kesadarannya hilang hampir tiga kali sehari. Bagaimana Younghee mulai tersenyum saat bertemu denganku hari itu. Bagaimana Younghee sangat bersemangat menyusun foto-fotonya denganku di studio yang kami hias bersama.

Tak ada sepatah katapun keluar dari mulutku. Aku tak sanggup membayangkannya. Younghee benar-benar memohon pada Tae hyung untuk merahasiakan semuanya dariku. Benar. Semuanya.

Dan saat dia berjuang mati-matian dengan kankernya, bagaimana bisa aku yang mengaku akan selalu menjaganya malah tidak tahu apa-apa, babocheorom? Bagaimana mungkin aku malah membencinya? Dia benar-benar hebat, bisa menjadikanku orang sekejam ini.

Neo jinjja daebakk, Han Younghee.

Mobil Tae hyung berhenti di depan pintu masuk Rumah Sakit.

“cepatlah! Aku harap kau tidak terlambat.” aku juga berharap aku tidak terlambat.

 

***

 

And here i am. Di tempat sepi yang hembusan anginnya sangat menyejukkan. Tempat inilah yang dipilih Younghee untuk menemuiku. Aku mengingatnya. Dia sangat suka tempat seperti ini, dengan banyak pohon, suara burung berkicau setiap saat, pemandangan yang indah dan jauh dari kebisingan.

“jungkook-ah, aku ke mobil yaa. Kalian habiskanlah waktu berdua. Himnae!” Tae hyung menepuk bahuku lalu menuju mobilnya di parkiran.

“gomawo hyung” seruku tanpa melihatnya.

Tatapanku hanya tertuju pada gundukan tanah di depanku dengan foto dan nama yeoja itu terukir di sisi kanannya.

Ya, kalian benar. Aku terlambat. Kanker di otak Younghee sudah menyebar kemana-mana. Operasinya gagal. Younghee tidak terselamatkan.

Aku teringat secarik kertas berisi pesan terakhir dari Younghee yang diberikan perawat di Rumah Sakit itu setelah aku mendapati Younghee terbujur kaku didorong keluar dari ruang operasi.

“lanjutkan hidupmu Jungkookie~ saranghae~♥”

Bahkan pesan terakhirnya bukan ia sendiri yang mengatakannya. Kenapa harus selalu lewat orang lain? Sebenarnya siapa aku baginya?

“yaa Han Younghee! Neo jinjja nappeun yeojaya! If only you told me the truth... ”

Dadaku sesak. Mataku panas.

Yang kutau selanjutnya, pipi ini basah. Aku tau air mataku tidak bisa membawanya kembali, aku tau airmataku tidak bisa memberikanku waktu untuk bersamanya lagi. aku juga tau airmata ini sangat tidak berguna saat ini. Tapi entahlah, ia tak mau berhenti mengalir sekalipun aku berusaha keras mencegahnya.

Geurae, Younghee-ya. Aku akan melanjutkan hidupku. Jadi, jangan cemburu dan jangan marah saat aku bersama yeoja lain, arrasseo? Kau sendiri kan yang menyuruhku begitu?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 3: hyaa...jinjja daebak..gak nyangka lho si younghee nya bakalan meninggal,kesian jungkook:(