Meet Her in a Coffeeshop

Missing Memories

Coffee shop ini memang tidak terlalu ramai. Tempatnya yang tidak terlalu dekat dengan jalan utama membuat tak banyak orang mengetahui tempat ini. Bahkan aku sendiri bingung bagaimana aku bisa tau tempat ini. Yang aku ingat, aku cukup sering menghabiskan waktu disini.

Aku mengitarkan pandanganku sambil menunggu americanoku siap. Hanya ada sepasang namja dan yeoja yang duduk di pojok ruangan tengah bercengkrama. Dan seorang yeoja yang sedang menatapku. Sepertinya aku tidak mengenalnya. Kucoba tersenyum padanya. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya ke gelas kopinya. Latte macchiato dan americano kurasa. Mungkin dia bersama seseorang atau memang dia cukup rakus untuk memesan dua gelas kopi untuk dirinya sendiri. Entahlah. 

“americano anda sudah siap” penjaga coffe shop itu menyodorkan pesananku.

“ne, gamsahamnida”

Aku menerima gelas americanoku dan menuju ke tempat yang biasa kududuki. Di sebelah kaca di tengah ruangan. Terpaut dua meja dari yeoja yang tadi.

*beep beep*

“yeobboseyo..” jawabku setelah melihat nama Tae~hyung di layar hpku. Dia hyungku. Eomma dan appa menamainya Taehyung dan membuatku harus memanggilnya dengan Taehyung hyung. Tapi saat aku masih kecil, aku pikir itu terlalu ribet jadi aku hanya memanggilnya dengan sebutan Tae~hyung.

“jungkook-ah, eodisseo?”

“aku di coffee shop yang biasa hyung. Wae?”

“aku kesana yaa. Chamkan gidaryeo!”

“arrasseo”

Tae hyung menutup telfonnya. Mulutku meneguk americano di genggamanku. Meletakkannya di meja. Mengaduknya dengan sedotan. Meminumnya lagi.

Pandanganku mengarah keluar kaca. Mengamati segelintir orang yang lewat diluar sana. Mataku terkunci di toko dream catcher di seberang jalan. Aku selalu senang mengamati dream catcher dream catcher disana bergantungan dan bergerak-gerak tertiup angin. Indah saja.

Dari awal aku ingin sekali membeli salah satunya. Tapi entah kenapa selalu saja ada perasaan yang mencegahku melakukannya. Entahlah, seperti terasa miris saat aku mengamatinya lebih lama.

Chamkanman, sepertinya ada yang memperhatikanku. Aku menoleh pelan-pelan. Yeoja itu lagi. Kali ini kalau aku tidak salah liat, matanya berkaca-kaca. Aku mencoba tersenyum padanya. Dan seperti perkiraanku, yeoja itu memalingkan wajahnya. Lagi.

Dia mengusap matanya dan pura-pura sibuk mengaduk-aduk latte macchiatonya. Yang bahkan belum berkurang sama sekali. Apalagi americano di seberangnya yang sama sekali belum tersentuh. Entahlah, apa ia menangis karena pemilik americano itu belum datang juga, atau karena ia tidak kuat minum keduanya, atau ada alasan lainnya. Aku tidak tau.

“jungkook-ah!!” Tae hyung muncul dari pintu masuk menenteng satu kotak chicken. Dia berjalan ke arahku seperti anak kecil yang mendapat lolipop satu karung.

“oh, hyung!”

Tanpa kusadari, yeoja itu bangkit dari bangkunya begitu melihat Tae hyung masuk

“oh, younghee-ya” Tae hyung mengenal yeoja itu?

Yeoja itu hanya menggelengkan kepalanya, lalu pergi begitu saja. Tae hyung pun langsung menuju mejaku.

“nugunde hyung?”

“ani. Sepertinya aku salah orang.” katanya. Tapi matanya seperti mengatakan hal lain.

“ah, geurae?”

 

***

 

Here i am again. Yah, aku memang selalu mengunjungi coffee shop ini pada waktu yang sama hampir setiap harinya. 14.00 pm.

Sejak hari itu, setiap aku berada di coffee shop ini, aku selalu melihat yeoja itu. Dia selalu duduk di kursi yang sama. Dan anehnya, selalu saja aku memergokinya memandangiku. Sebenarnya dia menyukaiku atau bagaimana? Molla.

Tapi hari ini dia tidak ada.

“americano anda sudah siap” penjaga coffee shop itu menyodorkan americano yang selalu jadi minuman tetapku disini.

“ne, gamsahamnida”

“chogiyo, apa anda Jeon Jungkook?”

“ne, cheoyo” jawabku cukup heran mendengar penjaga coffee shop itu mengetahui namaku.

“seorang yeoja menitipkan sesuatu untuk anda. Dia bilang untuk memberikan ini pada namja yang selalu datang pukul 14 dan memesan americano. Namanya Jeon Jungkook” penjaga coffee shop itu menyerahkan kotak kecil berwarna merah dengan pita putih diatasnya.

“ah, geuraeyo? Eee.. Tapi yeoja yang memberikan ini, siapa dia?”

“sepertinya yeoja yang belakangan ini selalu duduk di meja itu” penjaga coffee shop itu menunjuk meja yang biasa ditempati yeoja itu. Yeoja yang kutau selalu memperhatikanku.

Dia benar-benar menyukaiku. Kurasa.

“ah ne, gamsahamnida.” aku menerima kotak itu dan menuju meja yang biasanya.

Aku menyeruput americanoku lalu pelan-pelan membuka kotak itu. Ada sepucuk surat dan kunci (?) dengan secarik kertas tergantung di lubangnya.

Aku membuka surat itu.

“jungkookie annyeong~~ apa kabar? Sepertinya kau baik-baik saja, dan masih belum bisa mengenaliku, ya kan? *mwo? Apa aku bahkan pernah mengenalnya?*

Aku sangat senang bisa melihatmu lagi hari itu. Sudah berbulan-bulan aku selalu menunggumu di coffee shop itu, hingga aku memutuskan tidak lagi datang kesana. Terlalu banyak kenangan denganmu. *kenangan? Kenangan apa? Apa yang sebenarnya ia bicarakan?*

Tapi hari itu, aku memutuskan membawa kakiku kesana. aku pikir aku merindukannya. Semua kenanganku denganmu di tempat itu. Semua hal yang pernah kita bicarakan disana. Tawa yang menghiasi mulut kita hampir setiap saat. Aroma americanomu dan latte macchiatoku yang tercampur jadi satu. Itu juga penyebab utama hari itu aku memesan dua kopi sekaligus. Kau pasti bingung saat itu melihat seorang yeoja memesan dua gelas kopi untuk dirinya sendiri. Tapi aku berani bertaruh, saat kau membaca surat ini pasti kau jauh lebih bingung, ya kan? ^^v *geurae, majja. Aku benar-benar bingung tentang apa yang kau bicarakan saat ini.*

Dan saat kau masuk ke coffee shop itu, aku pikir Tuhanlah yang menggiring kakiku kesana. Aku berterima kasih padanya. Karena ia membiarkanku melihatmu. Melihatmu tersenyum. Melihatmu meminum americanomu. Melihatmu memandangi toko dream catcher itu. Walau hanya untuk beberapa hari.

Ya, hanya beberapa hari. Tapi aku bersyukur bisa melihatmu lagi. Dan bisa memberikan hadiah terakhir ini untukmu. Walaupun bukan aku sendiri yang memberikannya. Mian ._.v

Kau lihat kunci di dalam kotak itu kan? Bisakah kau datang ke alamat yang kutulis disana? Jebal, untuk terakhir kalinya. Aku mohon terima hadiahku.

Mianhae, untuk selama ini. Gomawo, untuk semuanya. Saranghae~

Han Younghee ^^”

 

Han Younghee? Sepertinya aku mengenal nama itu.. Arrgghh.. Kenapa kepalaku pusing? Tiba-tiba nama itu menggema di kepalaku. Nama yang kuucapkan dengan mulutku sendiri. Nama yang kuucapkan disela tawaku. Dan nama yang kubisikkan di sela lelehan air mataku.

Ige mwoya? Kedua tanganku mencengkeram kepalaku mencoba mengeluarkan semua itu dari sana.

Aku menyambar kunci yang dibicarakan yeoja yang mengaku bernama Han Younghee itu. Seperti apa yang dikatakannya, ada sebaris alamat yang tertulis disana. Aku segera pergi ke mobilku dan tancap gas mencari alamat itu.

 

***

 

Sekitar 15 menit aku menemukan tempat yang yeoja itu maksud. Tempat itu seperti sebuah rumah, mungkin tepatnya studio. Kakiku melangkah ke pintu masuknya. Tanganku merogoh saku celana hitam kesayanganku dan mengambil kunci yang diberikan yeoja itu. Klik. Memang benar itu tempatnya.

Pintu itu perlahan-lahan terbuka. Aku mengedarkan pandanganku ke dalam ruangan itu. Ruangan itu tertata rapi dengan cat dasar paduan warna putih dan biru dan wall sticker animasi yang lucu di tembok sebelah kanan dan kiriku. Aku tersenyum melihatnya. Aku suka perasaan yang timbul setelah melihat wall sticker wall sticker itu. 

Langit-langitnya sendiri dilukis seperti langit yang sesungguhnya dengan warna biru cerah dan awan-awan tipis yang terasa sangat menenangkan. Hanya beberapa saat dan aku sudah merasa sangat suka dengan tempat ini.

Sedangkan di tembok yang ada di hadapanku, tertempel banyak sekali foto. Aku melangkah mendekati foto-foto itu.

Kepalaku pening. Sebenarnya siapa Han Younghee?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 3: hyaa...jinjja daebak..gak nyangka lho si younghee nya bakalan meninggal,kesian jungkook:(