First Story

Our Love Like This (Between Love & Friendship Sequel)

Listen this (Beast - On Rainy Day) or this (Beast - Sad Movie)

---Sehun POV---
Aku menantap pantulan diriku di cermin menggunakan tuxedo hitam. Ku sisir rambutku dan tersenyum.
“Aku bisa melakukan ini” ucapku menyemangati diriku sendiri. Hari ini aku akan menikah dengan temanku, saudaraku, adik kecilku, Kim Namjoo. Bukan pesta mewah, hanya kerabat dekat yang menghadiri pernikahan kami.

Namjoo masih tidak bisa tersenyum, wajahnya masih pucat, dan sesekali ia akan berteriak jika ada yang mendekatinya. Gadis itu, gadis yang selalu ceria, gadis yang selalu aku kagumi karena pikiran positifnya, dia adalah gadis sempurna bagi setiap pria. Namun sekarang dia tidak tersenyum lagi. Kondisi psikologisnya masih terganggu, ia masih dalam keadaan rapuh.

Kuucapkan janji setiaku pada Namjoo dan mengikat hubungan kami dengan ikatan suami istri.

***

Malam itu aku tak bisa tidur, pikiranku melanglang buana. Aku tau aku salah, tapi di malam pertamaku dan Namjoo aku tidak bisa berhenti memikirkan gadis lain. Gadis yang sedang terluka hatinya. Aku tak bisa berhenti memikirkan apa yang sedang ia lakukan? Apa dia makan dengan baik? Apa dia masih menangis? Apa dia sudah bisa melupakanku? Apa dia baik-baik saja? Pertanyaan itu terus muncul dikepalaku. Aku selalu membayangkan gadis yang akan kupandangi wajahnya sebelum tidur adalah dia, gadisku, Oh Hayoung. Tapi saat ini aku sedang memandangi wajah gadis lain.

Aku merasa bersalah pada Namjoo, aku menikahinya tapi hatiku masih tidak bisa berhenti mencintai orang lain. Kupandangi wajah cantiknya yang penuh luka gores dan mengelusnya. “Sebanyak apa kau terluka Namjoo? Apa aku melukai Hayoung sebanyak luka yang kau dapatkan?” bisikku pelan. Namjoo tertidur, ia terlihat begitu damai dalam tidurnya.

***

Hari beganti, Namjoo sedikit demi sedikit sudah mulai kembali normal. Ia mulai kembali tersenyum seperti dulu, meskipun ia masih sering bermimpi buruk dan berteriak. Ia mulai berbicara lagi, meskipun ia masih tak ingin beranjak dari zona amannya di rumah. Namjoo tak pernah keluar rumah, ia hanya berada seharian di rumah. Kadang eommaku dan eommanya datang untuk menemaninya selama aku bekerja. Ia hanya diam menatap jendela selama aku pergi, menurut eomma ia menantikanku pulang. Ia menatap jendela agar ia bisa melihatku pulang. Saat aku pulang ia akan berlari untuk memelukku dan tersenyum padaku. Sebuah kata manis dari mulutnya selalu terngiang di kepalaku saat aku pulang.
“Bogoshipo” ia selalu mengucapkan kata itu setiap bertemu denganku.

 

“Namjoo, apa kau ingat dulu kita sering bermain bersama. Kau senang sekali bermain bersamaku dan memainkan permainan anak laki-laki. Kau akan menangis jika aku tidak mengajakmu bermain. Apa kau ingat?” Namjoo hanya diam saja. Ia tak melihatku atau bereaksi. “Sehun oppa, kau ingat Sehun oppa?” tanyaku.
Oppa...Sehun oppa  tolong aku!! Tolong akuu!!” Namjoo berteriak seraya memeluk dirinya sendiri. Ku genggam pergelangan tangannya dan ia memberontak. “Jangan!! Jangan sakiti aku!!!” Ia kembali berteriak dan berusaha melawanku. Ia memukulku berkali kali sambil menangis, aku menariknya kepelukanku.
“Namjoo, ini aku... Sehun oppa. Kau baik-baik saja, kau aman bersamaku” kueratkan pelukanku dan menepuk punggungnya menenangkan dirinya. “Kau baik –baik saja, kau bersamaku” ia mulai tenang. Isakannya mulai mereda, ia pun berhenti memukuliku. “Tak akan kubiarkan kau terluka lagi”

***

Hari ini kantor benar-benar sibuk, aku tak bisa berhenti bekerja untuk sekedar menelpon.
“Sehun!” panggil seseorang padaku.
“Oh Kai!” aku menghampirinya.
“Yah katanya kau sudah menikah! Bagaimana mungkin kau menikah tidak mengundangku hah? Teman macam apa kau ini?” tanyanya.
“Ah agak mendadak memang, karena tidak ada persiapan khusus jadi kami tidak mengundang siapapun kecuali keluarga dekat” jawabku.
“Kenapa mendadak? Apa dia sudah hamil? Yah Oh Sehun kau benar-benar namja!” ia memukul dadaku lalu merangkul leherku. “Ayo traktir aku makan!”
“Yah aku masih banyak....” kalimatku dipotong olehnya
“Tidak ada alasan! Ini hukumanmu karena tidak memberitahuku!” ia menyeret tubuhku keluar kantor.

***

“Yah kenapa kesini?” tanyaku mengenali tempat yang aku dan temanku datangi.
“Menyapa istrimu tentu saja” Kai menarikku paksa masuk ke restauran yang sudah tak asing bagiku.  “Oh Hayoung!” Panggil kai pada gadis berambut panjang yang sedang berdiri di dekat kasir.
“Yah apa yang kau lakukan!” aku tak tahu harus berbuat apa. Aku memandang mata gadis itu, ia menatapku balik lalu tersenyum.
“Annyeong Kai oppa, Sehun oppa, ada yang bisa kubantu?” ia menghampiri kami.
“Sehun oppa? Setelah menikah kau tidak memanggilnya dengan sebutan yeobo?” tanya Kai jahil pada gadis itu.
“Menikah?” Hayoung menatapku seakan bertanya ‘kau tidak memberitahunya?’, aku hanya menggeleng untuk menjawab pandangan Hayoung.
“Iya menikah, kalian berdua menikah tanpa mengundangku! Apa kau hamil Hayoung-ah?” tanya Kai begitu to the point. Rasanya ingin sekali aku menjitak kepala orang di sebelahku ini.
“Ah sepertinya kau tidak tahu, tapi bukan aku yang menikah dengan Sehun oppa. Itu orang lain” Hayoung menjelaskan. Kai membuka mulutnya tak percaya.
YAH! Kau menikahi orang lain? Apa kau menghamili gadis itu? Kalian putus karena kau selingkuh?” Kai menanyaiku bertubi-tubi tanpa sadar aku mengapit lehernya di ketiakku.
“Kau jika tidak tahu apa-apa jangan sok tahu!” aku memelintir lehernya dan ia pun merintih kesakitan. Hayoung tertawa, ini pertama kalinya aku melihat ia tertawa setelah perpisahan kami terakhir kali.
“Lebih baik kalian duduk dan makan, jam makan siang akan berakhir” Hayoung mempersilahkan kami duduk di salah satu meja. Kai masih memandangku penuh tanya. Aku tahu betul apa yang ada di dalam kepalanya saat ini.
“Aku akan menjelaskan semuanya setelah pulang bekerja... kau ingin bertemu istriku? Aku akan mengajakmu bertemu dengannya” ucapku. Hari itu aku tak bisa berhenti memandangi Hayoung, mataku tak bisa meninggalkan sosok gadis itu seakan aku merekam setiap gerakannya.
“Kau masih mencintai Hayoung?” ucapan Kai tak membuatku berhenti memandangi Hayoung. Kubiarkan pikiran Kai menerka sendiri mencari jawabannya.

***

Aku menjelaskan segalanya pada Kai. Kai adalah sahabat baikku di kantor. Kami berteman cukup lama, hingga ia tahu segalanya tentang diriku.
“Kau sungguh seorang pahlawan, entah apa namanya, namun bagiku kau seperti sosok super hero dalam kisah dongeng” ucap Kai entah memujiku atau mencelaku. “Bagaimana kau bertahan? Melepaskan cintamu demi sahabatmu? Jika aku adalah kau, aku pasti tidak akan bisa melakukannya” lanjutnya.
“Aku juga tidak bisa melakukannya...aku masih sering memikirkan Hayoung. Kadang aku merasa bersalah pada Namjoo, tapi aku tetap bertahan. Ia benar-benar membutuhkanku” ucapku.

 

Kai berkenalan dengan Namjoo malam itu, aku bersyukur Namjoo sudah bisa menerima kehadiran orang asing di rumah. Ketika day off, Kai akan berkunjung untung menemui aku dan Namjoo. Kai terlihat cocok dengan Namjoo, banyak hal yang mereka bicarakan mulai dari musik hingga hobi. Aku merasa hari demi hari Namjoo sudah mulai kembali normal, aku bersyukur untuk itu.

----END OF SEHUN POV---

***

----SECOND POV----

Hari berlalu, pernikahanmu dan Sehun sudah berjalan tujuh bulan. Kau sudah mulai kembali normal seperti sedia kala. Ingatan itu mungkin masih ada, rasa takutmu mungkin masih ada, namun kau memaksakan dirimu untuk melawannya, melawan kenangan pahit itu. Kau lakukan ini bukan untukmu, tapi untuk suamimu, Oh Sehun. Kau sudah mengenalinya sekarang, mengenali pria yang kau cintai, Oh Sehun.

Seperti mimpi kau hidup bersama pangeranmu, seperti mimpi kau tidur seraya memandang wajahnya, seperti mimpi kau mendengar suaranya memanggil namamu, seperti mimpi kau merasakan hangatnya pelukannya, seperti mimpi, ya seperti mimpi. Kau tahu betul itu hanya mimpi, rasanya kau tak ingin bangun dari mimpi indahmu dan terus bersama pangeranmu tapi kau tak bisa melakukannya. Kau mencintainya, mencintai pangeranmu lebih dari kau mencintai dirimu sendiri, kau tidak ingin egois dan memenjarakan pangeranmu. Kau tahu ia tidak bahagia bersamamu, kau tahu setiap hari ia memikirkan orang lain, kau tahu kau bukan orang yang ada disetiapp detak jantungnya. Kau hanya beban baginya, kau hanya perusak kebahagiaannya, kau hanya benalu yang bergantung padanya.

“Namjoo” panggil seseorang pelan. Kau mendongak untuk melihat asal suara itu dan menemukan seorang laki-laki tersenyum padamu. Kau balik tersenyum padanya. “Ada apa kau ingin bertemu?” tanya orang itu.
“Kai... kau bisa membantuku?” tanyamu pada orang yang kau panggil Kai. Ya, dia Kai, teman baik suamimu. Orang yang akhir-akhir ini dekat denganmu, orang yang ikut membantu suamimu mengembalikanmu, Kai.
“Apa yang bisa kubantu?” tanyanya.
“Aku ingin bercerai” jawabmu.
“Cerai? Kau gila? Apa kau tidak bahagia bersama Sehun? Apa yang kau pikirkan hingga ingin cerai darinya?” tanyanya bertubi-tubi dengan nada tidak senang. “Sehun sudah baik sekali padamu, kau tau betapa menderitanya dia mengorbankan cintanya demi dirimu?” Kai menutup mulutnya sebelum melenguh. “Ah aku salah bicara, lupakan apa yang kukatakan” Kai menunduk merasa bersalah. Kau tersenyum sebelum tertawa ringan, Kai memandangmu heran.
“Kau tidak perlu menjaga ucapanmu, kau bisa mengatakan apapun yang ingin kau katakan aku tidak marah” kau kembali tertawa ringan. “Sejujurnya aku punya pikiran yang sama denganmu! Aku merasa jadi beban oppa, karena itu aku ingin cerai darinya” jelasmu.
“Ah aku baru menyadari, kau memanggilku Kai dan memanggil Sehun dengan oppa! Yah aku juga lebih tua darimu!” sahutnya. “Dan juga, kau pasti tahu Sehun tidak akan senang jika kau berpikir begitu! Dia tidak akan menceraikanmu dengan mudah” Kai menampakkan wajah kesalnya.
“Aku tahu oppa tidak akan menceraikanku dengan mudah, karna itu aku butuh bantuanmu” ucapmu. “Aku ingin mengembalikan cinta oppa padanya, dan mengembalikan cinta sahabatku kesisinya” kau tersenyum.
“Kau tahu, kau semakin baik hari demi hari. Aku tahu sekarang kenapa Sehun sangat frustasi melihatmu berubah. Kau benar-benar gadis yang menyenangkan, beda sekali saat pertama kali bertemu denganmu” puji Kai.
“Hati-hati kau menyukaiku! Dihatiku sudah terpahat nama Sehun oppa, kau tidak bisa menggantikannya haha” ledekmu. “Dan aku bukan seorang gadis lagi sekarang, emmm.. janda! Aku akan menjadi janda haha”
“Yah tidak lucu! Berhentilah bercanda dan buang jauh-jauh pikiranmu untuk cerai dengan Sehun” ucap Kai.
“Tidak bisa! Aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku ketika melihat oppa tersiksa karna merindukan cintanya, melihatnya tersiksa karna merasa bersalah padaku tak bisa mencintaiku sepenuhnya, melihatnya dalam dilema membuatku sedih aku tidak akan bisa bahagia jika oppa tidak bahagia” jelasmu.
“Kau dan Sehun sama saja! Sehun lebih baik melepas cintanya demi dirimu, dan kau ingin melepas cintamu demi dirinya... kenapa kailan tidak bisa hidup tenang dan saling mencintai sih?” tanyanya.
“Kau tahu? Seorang pria harus hidup dengan gadis yang ia cintai... dan seorang gadis harus hidup dengan pria yang mencintainya. Hal itu harus ada agar kau bisa hidup bahagia selama sisa hidupmu. Oppa tidak mencintaiku bagaimana kami bisa bahagia? Tidak mudah mencintai seseorang hanya karna kau hidup bersama” jawabmu.
“Kau tidak tahu... mungkin saja hatinya berubah. Mungkin sekarang Sehun sudah mulai menerimamu dan mencintaimu, kau hanya tidak tahu. Tidak ada yang tahu sedalam apa hati seorang manusia” Kai berkomentar.
“Keputusanku sudah bulat! Kau mungkin tidak tahu tapi aku sudah hidup bersama oppa bahkan sejak sebelum aku lahir. Aku tahu apa yang oppa rasakan dan pikirkan lebih dari dirinya sendiri. Kau hanya perlu membantuku untuk meyakinkan Sehun oppa menceraikanku, arra?” Kai mau tak mau hanya mengangguk. Ia mengerti betapa rumitnya hubunganmu dengan Sehun.

***

Pagi itu kau tersenyum ketika bangun menatap wajah Sehun untuk terakhir kalinya. Kau menatap wajahnya cukup lama sebelum tersenyum. Kau menyiapkan sarapan untukmu dan Sehun.
“Kau bangun pagi” Sehun berbicara mengejutkanmu. Gelas yang kau pegang terjatuh, kau mencoba membersihkannya namun tangan Sehun menghentikanmu. “Hati-hati, biar aku saja” ucapnya. Ia mengajakmu untuk duduk di meja makan dan membersihkan pecahan gelas yang kau jatuhkan. Ia membuatkan susu hangat untukmu, kau menatap punggungnya dengan senyum mengembang. Ini akan menjadi hari terakhir bagimu merasakan kehangatan seorang Oh Sehun. Kau harus mengembalikan apa yang bukan milikmu. Kau tersenyum kecut, setetes air matamu ingin keluar namun kau cepat menghapusnya. Kau tak ingin menangis saat berpisah dengannya. “Aku sudah bilang, biar aku saja yang menyiapkan segalanya” Sehun menghampirimu dengan segelas susu dan roti isi yang kau buat sebelumnya.
“Aku istrimu” ucapmu bergetar. Rasanya kau tak pantas menyebutkan itu dihadapannya, namun kau ingin sekali merasakan rasanya jadi seorang istri sebelum mengakhiri hubunganmu dengannya. Sehun hanya tersenyum dan mengelus pucuk kepalamu. Tidak ada kata yang keluar darinya atau darimu, kalian menikmati sarapan kalian dalam diam. “Oppa...” panggilmu. Sehun menatapmu penuh tanya seakan memintamu melanjutkan ucapanmu. “Hari ini aku ingin berkencan denganmu” ucapmu menunduk. Sehun diam beberapa saat sebelum menjawabmu.
“Baiklah, kau ingin kemana?” tanya Sehun padamu. Kau tahu ada rasa terkejut dalam suaranya, namun kau hanya diam dan tersenyum.
“Kau hanya perlu mengikutiku, oke?” tanyamu tersenyum. Ia membalas senyummu seraya mengangguk. “Kau harus tampil keren! Cepat mandi dan bersiap aku akan menunggumu” ucapmu semangat.

***

Kau mengajak Sehun ke Lotte World, menghabiskan setengah harimu bermain bersamanya. Kau bisa melihatnya tertawa seperti dulu lagi, kau bisa melihat seorang Sehun tertawa karna bermain bersamamu seperti anak lelaki yang dulu sering bermain bersamamu. Pada siang hari, kau mengajaknya untuk makan bekal yang kau siapkan pagi ini. Sebelumnya ia sedikit mengeluh, menurutnya hal ini sungguh merepotkan. Harusnya kalian cukup makan makanan cepat saji, namun kau memaksa untuk menyiapkan bekal untuk kalian dan ia pun menyerah. Sehun memuji masakanmu dan memakannya dengan lahap, kau tersenyum senang mendengar ucapan manisnya padamu. Sore harinya, kau memaksa Sehun untuk menonton film bersama. Sehun protes mengatakan ia lelah dan tidak ada film bagus yang bisa kalian tonton. Ini pertama kalinya setelah tujuh bulan pernikahan kalian Sehun banyak mengeluh padamu. Hari ini ia benar-benar seperti dirinya yang dulu, kau sedikit lega untuk hal itu namun kau juga sedih. Dengan langkah berat Sehun mengikutimu menonton film tentang dongeng putri tidur. Ia berkomentar banyak hal selama film berlangsung, kau mendnegarkannya. Kau mendengarkan suara merdu Sehun di telingamu seperti alunan musik yang menenangkan hatimu.

 

Kalian pulang larut malam, Sehun terlihat lelah namun ia tetap tersenyum. Kau menghentikan langkahmu di depan rumah sebelum masuk dan memanggilnya lembut dengan sebutan ‘Sehun oppa’. Ia berbalik menatapmu, kau mendekatkan dirimu dan memeluknya.
Oppa...gomawo nan haengbokhae” ucapmu. Ia diam tak bergerak ataupun bereaksi membalas pelukanmu. Kau tersenyum pahit, kau pikir jika kau adalah Hayoung ia pasti akan balas memelukmu erat. Kau melepaskan pelukanmu dan menatap matanya dari dekat. “Hari ini kau akan pergi menginap di tempat Kai bukan? Ia mengatakan padaku untuk mengingatkanmu jika kalian ada janji malam ini” ucapmu.
“oh...ye..ah tapi aku bisa membatalkannya. Aku lelah sekali, ingin cepat tidur” ucap Sehun.
“Kau kan bisa tidur di tempat Kai. Kau sudah berjanji, kau bilang setiap janji adalah hutang yang harus kau bayar” Sehun menatapmu heran.
“Kau ingin aku pergi? Kau ingin sendirian?” tanya Sehun. Kau mengangguk menyetujui ucapannya. “Kau baik-baik saja? Jika ada sesuatu yang mengganggumu kau harus katakan padaku” kau tersenyum manis.
“Aku baik-baik saja, jangan khawatir” ucapmu meyakinkannya.
“Baiklah, janji padaku kau akan menghubungiku jika terjadi sesuatu! Kunci pintu dan jendela rapat-rapat, jangan lupa periksa beberapa peralatan elektronik yang tak terpakai sudah dicabut.Sebelum ti...”
“Oppa!” kau menghentikan ucapan Sehun. “Aku bukan anak kecil, aku tau apa yang harus kulakukan”
“Ah baiklah... tapi apa aku benar-benar harus pergi? Aku bisa tidur di ruang tamu jika kau ingin tidur sendiri” Sehun masih berargumen denganmu. “Kalau kau ingin ak....”
“Oppa!” kau kembali menghentikan ucapannya dan mendekatkan wajahmu ke wajahnya. “Karna aku ingin melakuan ini...” kau mengecupnya lembut, hanya kecupan singkat yang singgah dibibirnya. “Kau lebih baik ke tempat Kai sebelum malam. Selamat malam Sehun oppa” kau masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu meninggalkan Sehun yang terpaku tak bergerak di luar. “Aku janji... setelah ini aku tidak akan mengangganggumu oppa. Selamat tinggal” ucapmu.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
AnnisaIchaLuhanEXO #1
Chapter 2: oh se hun... kiyowo... ak gak bisa bayangin anaknya itu seganteng apa? pasti ganteng... daebak thor...
dsytw09 #2
Chapter 2: speechless T~T keren seriusan deh. terharu, apalagi yg bagian sehun nyegah /? namjoo. duuhhh <333 thanks sequel nya ><
gorgeousmaknaes_ #3
Chapter 2: I love you ~ *sambil nyanyi lagu 2ne1* bagus author-nim !! Ayo buat sequel lagi ! (?) Atau gak, buat fic Hayoung × Kai p.o.v dari cerita ini, gimana mereka bikin Sehun dan Namjoo bersatu lagi. Nice story:))
Cherrynamie
#4
Chapter 2: Terima kasih sudah membuat sequel ny .. Saya menyukainya <3
Sangat sedih, saya sampai menangis membacanya XD
Saya tidak menyangka sehun sudah mulai menyukai namjoo, soalnya sehun selalu bersikap diam terhadap namjoo.
Pikiran saya sama seperti namjoo yang mengira sehun masih menyukai hayoung ^o^
Thanks da buat ending nya namjoo bersama sehun, sampai mempunyai seorang anak yang lucu XD
Hayoung juga cute bersama kai

^^
dewi_sari20 #5
Chapter 2: Wah bagus banget ceritanya, aku sampe nangis bacanya,tp endingnya sangat indah, kamu hrus translete ke eng spy bnyk yg baca, anyway klo kamu bikin cerita lagi infoin ke aku ya, I would be honoured to read your story, your writting skill is awsome :)