I Choose....

Between Love & Friendship

for better feeling try to listen this ^^ (Apink - Fairytale love) or  this ^^ (Eunji - It's You)

Gadis berambut sebahu, kau, sedang menatap pantulan dirimu di cermin kamar. Entah apa yang sedang kau pikirkan. Kau hanya diam dan membisu tak ada gerakan atau satu kata pun keluar dari mulutmu.
“Kim Namjoo! Sehun datang!” teriak seseorang dari luar kamarmu. Kau tersenyum menatap pantulanmu sebelum melangkah keluar kamar.
“Lama sekali” Sehun, pria berperawakan tinggi putih dengan wajah sangat tampan yang mempesona berbicara padamu. Kau tak bisa berhenti mengalihkan pandanganmu dari wajah oval dengan rahang lancipnya. Tak bisa kau ukirkan dalam kalimat betapa tampannya pria di hadapanmu itu.
“Maaf” hanya itu yang keluar dari mulutmu.
“Kalian mau kemana lagi memang? Bukannya kemarin kalian sudah pergi seharian?” tanya wanita bertubuh gempal yang memiliki wajah yang menyerupai dirimu.
“Kau ingin tahu saja eommoni, ini rahasia anak muda” ucap pria itu pada orang yang biasa kau panggil eomma.  Kau hanya tersenyum melihat pria itu bercanda riang dengan eommamu.
“Dulu saat Namjoo masih sebesar tanganmu itu kau selalu datang kesini untuk bermain dengannya. Tak ada satu haripun kau lewati tanpa bermain bersamanya. Aku tak menyangka kau begitu loyal hingga sekarang” ucap eommamu yang membuatmu tersenyum. Kau tidak ingat bagaimana hubungan kalian ketika itu. Yang pasti kau selalu ingat bahwa kau tumbuh dewasa bersamanya. Sehun adalah cucu dari paman tiri ayahmu. Lebih tepatnya dia adalah cucu dari adik tiri kakekmu. Kakek sehun dan kakekmu adalah saudara seibu berbeda ayah. Kau adalah saudaranya, hal itu yang membuatmu kadang teringat betapa besar rasa sukamu padanya kau tak bisa memilikinya. Meskipun kalian bukan saudara sedarah, meskipun kalian tidak memiliki hubungan darah secara langsung tapi kalian tetap dianggap bersaudara. Sehun lahir dua tahun lebih cepat darimu.

***

“Ah aku rindu bercanda bersama eommamu hahaha entah sejak kapan aku memanggil imo dengan eommoni. Jika ibuku tahu dia pasti marah haha” Sehun tertawa dan kau hanya tersenyum mendengarkannya. “Ah! ayo kita makan ke restoran favoritmu! Aku suka sekali makanan disana” ucap Sehun.
Yah oppa! Kau suka makanannya atau pemiliknya?” tanyamu jahil. Pemilik restoran itu adalah sahabat baikmu sejak kuliah, Oh Hayoung. Kau tahu betul bagaimana hubungan Sehun dengan Hayoung.
“Kalo itu harusnya sudah jelas hehehe” Sehun menggigit lidahnya seraya menggaruk kepalanya salah tingkah. Kau hanya tersenyum melihat tingkahnya.

“Hayoung-ah!” panggilmu ketika melihat gadis tinggi semampai berbadan indah dan berambut panjang itu di dalam restauran. Ia menoleh lalu memelukmu.
“Namjoo! Kau datang juga akhirnya hehe” ucapnya.
“Kau menungguku atau menunggu pria ini” Kau memukul lengan pria disampingmu yang bertingkah sok cool dan malu-malu. Hayoung hanya tersenyum menatap pria itu sebelum akhirnya mendaratkan kecupan singkat dipipi pria itu. Kau tahu harusnya kau tak melihatnya, karena ketika kau melihatnya hatimu akan merintih kesakitan.

Oh sehun, namja tampan yang tak lain adalah saudaramu itu, entah sejak kapan kau menyukainya mungkin lebih dari menyukai kau sendiri tidak paham dengan perasaanmu padanya. Pada awalnya kau hanya tak menyangka pria yang selalu bersamamu itu ternyata begitu tampan, kau mengagumi keindahan wajahnya. Kau mengagumi setiap jengkal dirinya yang membuat perasaanmu begitu berdebar ketika melihatnya. Setelah melewati hari-hari bersamanya kau semakin sadar bahwa pria itu memang layak untuk kau sukai dan perasaan itu semakin tumbuh dan membesar setiap kali kau bersamanya. Namun kau sadar bahwa pria itu, pria yang tidak bisa kau miliki. Ia saudaramu, setiap kali pikiran itu muncul rasanya ingin sekali kau berteriak dan mengatakan pada dunia kalau pria itu bisa kau miliki, pria itu layak kau miliki, Oh Sehun, dia memang diciptakan untukmu. Tapi semua itu hanya halusinasimu.

Menghabiskan harinya bersamamu, Sehun mengenal beberapa temanmu dan berakhir menyukai salah satu dari mereka. Oh Hayoung, gadis beruntung yang dapat mencuri hati pangeran tampanmu. Orang yang selalu ingin kau miliki, Oh sehun. Awalnya kau senang, kau merasa mungkin dengan begini perasaanmu pada Sehun dapat berubah, kau bisa melupakan Sehun dan berbahagia melihatnya bersama sahabat terbaikmu. Namun nyatanya perasaanmu tak berubah bahkan semakin dalam padanya. Kadang kau ingin tahu bagaimana rasanya menjadi Oh Hayoung, menjadi gadis cantik yang selalu dipuja para pria. Bukan, bukan itu yang ingin kau rasakan, kau lebih ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai oleh Oh Sehun. Pria yang mencuri hatimu dan menguncinya.

Sehun duduk di samping Hayoung, kau berada dihadapan mereka. Sehun dan Hayoung sedang bercanda, sesekali Sehun menggelitik pinggang Hayoung dan Hayoung membalasnya dengan mencubit lengan Sehun. Mereka tertawa begitu bahagia seraya berbicara beberapa kelemahan masing-masing. Kau mendengarkan mereka, kau ikut tertawa bersama mereka entah tawa itu tulus atau tidak kau sendiri tidak sadar.

***

Malam itu tidurmu tak nyenyak, kau terus mengubah posisi tidurmu agar nyaman. Entah apa yang membuatmu gelisah namun kau benar-benar tidak bisa tidur. Setelah bercengkrama dengan Hayoung siang tadi Sehun mengantarmu pulang sebelum akhirnya pergi berkencan dengan Hayoung. Hanya berdua dengan Hayoung, entah apa yang akan mereka lakukan kau tidak tahu. Meskipun ada perasaan ingin tahu tapi kau menahannya, kau tau nantinya Sehun akan memberi tahumu dan saat itu kau harus menyiapkan mental untuk mendengarnya.

~Ireoke Sunday Monday tto Sunday Monday everyday~

Ponselmu berbunyi tanda panggilan masuk. Kau melirik jam yang menghias di meja kamarmu, pukul 01.20 AM. Kau mencari sumber suara itu dan mendapati nama Sehun dilayar ponselmu. Segera kau mengangkat panggilan itu.

***

Kau sampai di depan rumah Sehun. Rumahmu menuju rumah Sehun hanya 10 menit berjalan kaki. Kau mengetuk pintu dihadapanmu tak sabar.
“SEHUN OPPA!! SEHUN OPPA!!” teriakmu. Tak berapa lama berteriak ia membukan pintu untukmu. Wajahnya begitu pucat, dan keringat dingin mengalir dari pelipisnya.
“Namjoo” ia tersenyum melihatmu sebelum kehilangan kesadarannya.

***

Bau obat menyeruak di ruangan berinterior serba putih ini. Dini hari itu Sehun menelponmu mengatakan bahwa ia sepertinya sakit, ia merasa kepalanya berputar. Kau yang mendengarnya segera berlari menuju rumahnya, tak peduli apa yang sedang kau kenakan, tak peduli jam berapa saat itu, yang kau pikirkan saat itu hanyalah kondisi Sehun. Ia sedang sendirian di rumah, setelah ayahnya meninggal ibunya bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Saat itu ibunya sedang keluar kota untuk dinas, ia punya seorang adik tapi hari itu adiknya sedang ada di rumah kakek dan neneknya. Kau memperhatikan wajah Sehun yang masih pucat, namun kau sudah bisa melihat semburat merah di wajahnya.
“Namjoo! Apa yang terjadi pada Sehun?” ibunya masuk dengan panik melihat putra sulungnya terkapar diatas tempat tidur. Setelah mendengar kabar Sehun ibunya segera terbang ke Seoul untuk memastikan keadaan anak sulungnya.
Gwenchana imo… Sehun oppa sudah lebih baik. Ia terkena usus buntu, untungnya belum sampai 100% jadi masih bisa diatasi. Menurut dokter, oppa akan sadar setelah beberapa jam istirahat” ucapmu tersenyum. Kau melihat orang tuamu memasuki kamar Sehun dan memukulmu.
Yah Namjoo! Harusnya kau membangunkan kami kenapa malah berlari sendirian begitu!” eommamu memukul punggungmu berkali-kali.
Ah eomma! Aku juga panik!” kau menghindari pukulan eommamu. “Hentikan jangan memukulku kau membuatku malu eomma” ucapmu.
Gwenchana nuna… Sehun akan baik-baik saja” ucap appamu pada eomma Sehun.
Arrasseo… aku akan mengurus administrasinya. Namjoo-yah gomawo! Imo tidak tahu harus membalas apa lagi, kau sudah repot-repot berlari dari rumah bahkan dengan masih mengenakan piyama dan sandal rumah” ibu Sehun mengelus rambutmu sebelum meninggalkan ruangan itu.
Yah kau ini memalukan sekali penampilanmu itu!” eommamu masih mengoceh kau tak mendengarkannya dan hanya menatap wajah tenang Sehun.

***

Sore itu setelah pulang bekerja kau menyempatkan diri mengunjungi Sehun. Kau membawa beberapa makanan favorit Sehun dan berencana menghabiskan malammu di rumah sakit bersamanya.
“Kenapa oppa tidak menelponku dan malah menelpon Namjoo?” tanya seorang gadis yang kau kenal. Kau menghentikan langkahmu di depan pintu kamar Sehun.
“Karena aku tak ingin merepotkanmu, lagi pula rumahmu jauh sekali dari rumahku” jawab Sehun.
“Aku hanya merasa tidak tenang” Hayoung menundukan wajahnya.
“Kenapa? Aku kan sudah baik-baik saja sekarang. Ah aku belum bertemu Namjoo untuk berterimakasih padanya” Sehun mencari sesuatu di mejanya. “Ah! Pasti eomma mengambil ponselku, bisakah kau menghubungi Namjoo dan menyuruhnya datang?” tanya Sehun pada Hayoung.
“Bisakah sehari saja oppa tidak bersama Namjoo? Tidak membicarakan Namjoo atau memikirkannya?” Hayoung balik bertanya.
“Apa maksudmu? Kau cemburu pada Namjoo? Dia hanya adikku, meskipun tidak langsung kami ini bersaudara. Aku menyayangi Namjoo karena dia adalah adikku” Sehun mencoba menjelaskan pada Hayoung.
“Tapi kalian bisa saja menikah, tidak ada larangan bagi kalian untuk menikah. Kalian tidak benar-benar bersaudara. Aku takut oppa… aku merasa posisiku terancam” Hayoung terisak.
Yah! apa yang kau katakan sih? Kau tahu aku hanya mencintaimu kan?” Sehun menghapus air mata Hayoung dan mengangkat wajahnya. Kau bisa melihat air muka Sehun yang begitu teduh mengisyaratkan ia benar-benar mencintai gadis dihadapannya itu. Sehun menarik Hayoung mendekat dan mendaratkan bibirnya di bibir Hayoung cukup lama sebelum akhirnya memutus kontak bibir mereka dan menariknya kedalam pelukannya. Kau tak bisa menahan air matamu yang berdesakan untuk keluar. Kau tahu mereka bisa melakukan hal itu, mereka sepasang kekasih jadi wajar mereka berciuman. Bahkan mungkin itu bukan ciuman pertama mereka. Tapi kau menyaksikannya, kau menyaksikan sendiri dengan kedua matamu bagaimana sepasang kekasih itu meluapkan rasa cinta mereka dengan sebuah ciuman.

***

Kau tak pernah mengunjungi Sehun lagi atau bertemu dengannya. Kau berusaha menjauhi Sehun demi kebaikkanmu dan kebaikkan hubungan mereka. Kau paham kau tak akan mungkin bisa bersama Sehun, Sehun sangat mencintai kekasihnya. Kau juga tak mungkin berada diantara mereka terus-terusan, sahabatmu sudah mulai merasa keberadaanmu mengancam hubungan mereka. Kau mengerti, kau tahu betul bagaimana rasanya menyaksikan orang yang kau cintai bersama gadis lain. Mungkin Hayoung sendiri sudah mulai bisa memahami perasaanmu, perasaan tersembunyimu pada Sehun.

~Ireoke Sunday Monday tto Sunday Monday everyday~

Kau menatap lama ponselmu yang berdering dan menampilkan nama Sehun di layarnya. Kau menimbang-nimbang haruskah kau mengangkatnya. Deringan itu berhenti, lalu kembali berdering. Sehun mencoba menghubungi terus menerus hingga kau mengangkatnya.
“Yoboseo… Namjoo-yah! Kenapa kau tak pernah berkunjung? Aku akan keluar dari rumah sakit hari ini! Kau datang ke rumah ya.. eomma juga ingin bertemu denganmu! kau jahat sekali tidak pernah datang aku benar-benar kesal tidak bertemu denganmu selama di rumah sakit!” kau mendengar suara khas Sehun yang kau rindukan sedang merajuk.
“Maaf oppa pekerjaanku di kantor begitu banyak, aku tak punya waktu untuk berkunjung. Dan hari ini aku ada rapat hingga larut, maaf aku tidak bisa datang” dustamu.
“Ada apa denganmu? Kau sengaja menghindariku?” Sehun masih terdengar merajuk di telingamu.
“Tidak… aku bersungguh-sungguh” kau menjawab dengan mantap.
“Baiklah.. tapi aku harap kau bisa datang mengunjungiku akhir pekan. Oke?” Sehun kali ini terdengar percaya padamu.
“Hmmm aku coba” sahutmu. Kau memutus sambungan telpon sebelum Sehun menyadari suaramu hampir pecah karena ingin menangis. Kau benar-benar merindukannya, merindukan pria itu. Pria yang kau cintai entah sejak kapan, pria yang kau inginkan berada disisimu entah sejak kapan, pria yang terkunci dalam hatimu entah sejak kapan. “Aku rindu padamu oppa… aku rindu mendengar suaramu, tawamu, dan leluconmu. Aku rindu menatap wajahmu, senyummu, dan matamu. Aku rindu segalnya tentangmu oppa…. tapi aku tidak bisa bertemu denganmu apa yang harus kulakukan?” Kau terisak. Dadamu terasa sakit, kau menepuk-nepuk dadamu untuk menghentikan rasa sakitnya dan terus menangis dalam diam.

***

Malam itu kau tahu Sehun dan keluarganya sedang merayakan kepulangannya dari rumah sakit. Kau juga yakin kalau Hayoung pasti ada disana. Mereka sedang tertawa bersama. Mungkin keluargamu juga ada disana, karena itu kau tidak pulang dengan alasan ada rapat penting. Namun kau berakhir disini, di bar dan minum beberapa minuman keras yang terasa pahit di lidahmu. Kau berusaha melupakan rasa sakitmu dengan meminum minuman pahit itu. Rasanya begitu keras, hingga kepalamu terasa begitu sakit.
“Hai gadis manis, malam ini kau sendirian?” seseorang memegang bahumu dan tersenyum padamu.
“Lepaskan tangan kotormu!” kau meninggalkan pria yang tadi menyentuhmu menuju kamar kecil. Namun seseorang membekap mulutmu dan menarikmu kasar. Kau ditarik menuju tempat asing dan dilemparkan diatas kasur. Ini merupakan layanan VIP dari bar yang kau datangi. Biasa digunakan beberapa lelaki bejat untuk bersenang-senang dengan wanita murahan. Tapi kau bukan satu dari mereka, kau bukan wanita murahan, kau bukan wanita bayaran. Kau berteriak meminta tolong, dan terus melawan pria yang mulai menjamahmu. Ia membuka bajunya dan mencoba melepaskan kemejamu.
“ARGHHHH!! LEPASKAN AKU!!” kau terus meronta hingga mendapatkan pukulan keras di pipimu berkali-kali.
“DIAM! AKU MENCOBA MENIKMATI JADI DIAM!!!” Kau menangis, menangis sejadinya. Kau mengingat wajah Sehun dan tawanya yang membuat hatimu berdebar. Kau terus menangis, pria itu menahan tanganmu dan menindihmu hingga kau tak bisa bergerak. Kau berusaha melepaskan tanganmu dan meraih sebuah botol diatas meja.

PRANG

Kau berhasil memukul pria itu dengan botol. Kepalanya berdarah namun dia masih sadar. Kau meraih ponselmu dan menekan panggilan cepat nomor 1.
OPPA!! OPPA TOLONG AKU!!”
“SIALAN KAU!! WANITA SIALAN!!! KAU TIDAK AKAN SELAMAT SETELAH APA YANG KAU LAKUKAN!!”
“ARGGHHH OPPA!! SEHUN OPPA!!

***

Kau mengerjapkan matamu berkali-kali dan sadar kau berada di rumah sakit. Kau bisa mengingat jelas apa yang terjadi padamu malam itu. Dan ketika mengingatnya kau hanya bisa menangis.
“Namjoo, kau sudah sadar?” seseorang masuk dan tersenyum padamu. Kau mengenalinya, mengenali senyum itu, mengenali wajah itu, mengenali orang itu.
“Keluar dari sini! Aku tidak ingin melihatmu!” Kau berbalik memunggungi orang itu. Orang itu tak kehilangan senyumnya dan mendekatimu. Ia menyentuh bahumu untuk berbalik melihatnya. “LEPASKAN AKU!! KUMOHON JANGAN!! LEPASKAN AKU!!” kau berteriak ketika tiba-tiba kejadian semalam menghantuimu. Bagai sebuah film, kau memutar kembali bagaimana kejadian naas itu menimpamu. Bagaimana kasarnya tangan seorang pria menyentuhmu dan menyakitimu.
“Namjoo ini aku.. Ini aku Sehun oppa! Aku tidak akan menyakitimu” Sehun mencoba menenangkanmu.
“JANGAN!!! KUMOHON LEPASKAN AKU!!! PERGI!! PERGI!!” kau terus meronta dan berusaha mencabut selang infusmu. Kau berhasil melepasnya dan mencoba lari, mencoba keluar dari ruangan itu namun Sehun menahanmu. “JANGAN!! TOLONG!! TOLONG AKU!! SEHUN OPPA!! TOLONG AKU!!” Sehun memelukmu ia memelukmu erat hingga kau berhenti meronta. Beberapa suster datang dan menyuntikmu.
“Namjoo maafkan aku… aku gagal melindungimu. Aku terlambat datang, aku minta maaf” Sehun menangis. Kau bisa melihat air matanya sebelum kau kehingan kesadaranmu.

—Sehun POV—
Aku bisa melihat wajah pucat Namjoo yang penuh luka gores. Pria itu, pria yang memperkosanya malam itu benar-benar bejat. Aku bangkit dari kursi dan mengendarai mobilku menuju kantor polisi. Aku bisa mengingat bagaimana malam itu saat Namjoo menelponku.

_Flashback_
Aku sedang bercanda dengan adikku dan Hayoung sebelum ponselku berdering menampilkan nama Namjoo dilayarnya. Aku mengangkatnya dengan senyum terukir di wajahku.
“Kau pasti menyesal tidak datang kan” ucapku pada diriku sendiri sebelum menggeser tombol hijau.
“OPPA!! OPPA TOLONG AKU!!”
“Namjoo?” mimik wajahku berubah saat mendengar Namjoo yang meminta pertolongan.
“SIALAN KAU!! WANITA SIALAN!!! KAU TIDAK AKAN SELAMAT SETELAH APA YANG KAU LAKUKAN!!”
“Namjoo ada apa? Apa yang terjadi padamu?” tanyaku.
“ARGGHHH OPPA!! SEHUN OPPA!!”
“Namjoo! Namjoo!” telponnya tidak mati aku masih bisa mendengar suara jeritan Namjoo dan suara pria yang mengancamnya. Aku segera berlari keluar.
“Kau mau kemana oppa?” tanya Hayoung padaku. Beberapa mata menangkap air mukaku yang terlihat panik.
“Ada hal yang harus kulakukan” ucapku menyalakan mesin mobil.
“Sehun! Kau baru sembuh mau kemana kau!!!” kudengar suara eomma yang berteriak namun tak kuindahkan. Pikiranku tertuju pada Namjoo. Kunyalakan GPS dan melacak keberadaan Namjoo melalui ponselku. Ponselnya masih menyala jadi aku bisa melacaknya.
“Arghhhh hentikan!! Hentikan!!”
aku bisa mendengar suara ketakutan Namjoo, ia menangis, gadis itu menangis dan memohon. Ia terus berteriak kesakitan. Hatiku begitu terluka mendengar jeritannya.
“Namjoo tunggu sebentar lagi” aku berakselerasi penuh. Setelah sampai ditempat yang ditunjukkan ponselku aku melihat pria bejat itu menggoreskan pecahan kaca pada wajah Namjoo. “BERENGSEK!! LEPASKAN DIA!!!” aku tak dapat menahan emosiku dan terus memukulinya. “KAU BEJAT!! BERENGSEK!!!!” dengan membabi buta aku terus memukuli pria itu hingga babak belur.
“Op..pa..Sehun oppa…” ucap Namjoo lirih memanggil namaku. Aku berlari kearahnya melilitkan selimut ditubuh polosnya. Ia terlihat pucat dan berantakan dengan darah menghiasi wajahnya.
_Flashback End_

Aku berhenti di kantor polisi dan masuk dengan marah. Kulihat pria yang memperkosa Namjoo sedang diseret dari sel sementara, sepertinya ia akan dipindahkan. Aku menghampirinya dan kembali memukulinya.
“KAU BERENGSEK!! KENAPA KAU LAKUKAN INI PADANYA? KENAPA KAU MERUSAKNYA!! BERENGSEK!!! KAU SIALAN!! ” aku tak bisa menahan emosiku. Beberapa polisi mencoba menahanku namun aku tak bisa berhenti. Aku tak bisa memukulnya dengan tanganku aku berusaha menginjaknya. Aku masih bisa mengingat bagaimana wajah ketakutan namjoo malam itu. “KEMBALIKAN DIA SEPERTI SEMULA!!! KENAPA KAU LAKUKAN INI HAH?!!! KENPA?!!” tangisku pecah. Aku bisa melihat wajah ketakutan Namjoo. Aku bisa melihat wajah gadis ceria itu menjadi muram. Aku bisa melihat wajah manisnya cacat. “AAHHHHH!!! BRENGSEK!!!” aku berhenti memukuli pria itu.

***

Aku kembali ke rumah sakit dan mendapati Hayoung berada disampingnya. Aku tersenyum pada gadis yang kucintai itu. Bisa kulihat imo menangis tersedu ditemani suaminya yang terus mengelus punggungnya. Aku benar-benar merasa bersalah. Gadis itu, gadis yang berbaring itu aku sudah berjanji pada ayahku sebelum ia meninggal bahwa akan menjaganya dan melindunginya. Ayahku, ia punya hutang budi pada keluarga Namjoo. Sebagai lelaki aku ingin membayar hutang budi keluarga Namjoo dengan melindungi putri semata wayang mereka. Keluargaku sangat menyayanginya karena memang tidak ada anak perempuan di keluargaku. Hanya aku dan adik lelakiku. Namjoo sudah seperti bagian dari keluargaku, ia adalah adik perempuanku, anak perempuan keluargaku.
“Aku akan menikahi Namjoo, imo, samchon,  eomma” ucapku tiba-tiba. Ya, dia adalah anak perempuan di keluargaku. Aku akan mewujudkannya, aku akan menjadikannya kenyataan. Aku menatap wajah Hayoung yang terkejut. Ia menatapku tak percaya. Aku menariknya keluar dari ruangan itu dan duduk di taman rumah sakit.

Kami hanya duduk dalam diam. Tak ada kata yang keluar dari mulutku atau mulut Hayoung.
“Aku tahu… entah kenapa aku tahu akhirnya akan seperti ini” ucap Hayoung tersenyum masam.
“Maafkan aku Hayoung” Aku menundukkan wajahku tak mampu menatap wajah gadis yang sangat kucintai itu.
“Aku bermimpi, aku bermimpi kau dan Namjoo pada akhirnya menikah. Itulah kenapa akhir-akhir ini aku merasa tidak nyaman dengan kehadiran Namjoo. Aku takut kehilanganmu, aku sungguh takut kehilanganmu” Hayoung menangis. Aku tak mampu melakukan apapun, aku telah membuat orang yang kucintai menangis. Aku memeluk Hayoung dan mengecup bibirnya lembut.
Saranghae… kau taukan aku selalu mencintaimu” Aku menatap  lembut wajah gadis dipelukanku dan ia mengangguk.
“Aku akan merelakanmu demi Namjoo… jika aku adalah Namjoo, aku pasti sangat membutuhkanmu. Namjoo sahabatku, aku tak ingin ia menderita. Kau selalu ada untuk Namjoo, aku akan mencoba memahamimu karena aku mencintaimu. Aku mencintaimu karena itu aku tidak ingin egois…” Hayoung terisak.
“Namjoo…. aku berhutang budi pada keluarganya. Saat terdesak, saat keluargaku hampir hancur, saat kami berada di roda terbawah, keluarga Namjoo mengulurkan tangan mereka untuk membantu. Saat ini posisi Namjoo juga sedang berada di roda terbawah, aku tak bisa meninggalkannya. Ini giliranku mengulurkan tanganku” Sehun menghapus air mata Hayoung. “Jaga dirimu baik-baik aku akan berdoa untuk kebahagiaanmu. Semoga kau bisa menemukan pria yang lebih baik dari aku” Hayoung menangis. Ia kembali mengeluarkan air matanya.
Annyeong Sehun” ucap Hayoung lirih.
“Selamat tinggal gadis yang paling kucintai, Oh Hayoung”

TAMAT

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dsytw09 #1
Chapter 1: sequelllll. sehun terpaksa nikah sama namjoo? kok...... sequel juseyoo ^^
dewi_sari20 #2
Chapter 1: Sequel dong,ceritanya bagus dan menyentuh, aku harap namjo sembuh dr traumanya dan hidup bahagia dengan sehun . . .
Cherrynamie
#3
I subsciber.. Sequel please XD
Saya suka dengan cerita ini, tapi ingin lihat kelanjutan cerita hubungan namjoo ∂ɑπ sehun.. Berharap sehun bisa mulai ∂ɑπ tulus mencintai namjoo, bukan
hanya karena balas budi saja .. =)