Morning Shock

P A L M I S T R Y
Please Subscribe to read the full chapter

Pertemuan awal mereka bukanlah suatu hal yang spesial.

 

Berawal saat Jong In menerima sebuah tawaran pekerjaan dari rekan club dance-nya, Yixing. Namja berwajah manis dan terlihat semakin manis saat tersenyum itu awalnya sama sekali tak berniat menawari Jong In sebuah pekerjaan jika saja dia tak mendengar keluhan hati Jong In.

Kim Jong In yang saat itu baru menyelesaikan pendidikan tingkat akhir itu sedikit frustasi karena dia sama sekali tak bisa melanjutkan sekolahnya ke universitas-universitas yang banyak orang bangga-banggakan. Alasan klasik memang, semua itu hanya tentang masalah 'ekonomi'. Bagaimana dengan beasiswa? Percayalah, Jong In tidak dilahirkan dengan otak jenius. Tapi dia cukup bersyukur karena dia masih punya kelebihan lain yang 'setidaknya' bisa dia banggakan sendiri. Benar, hanya dirinya sendiri.

Jong In hanya seseorang yang terlahir dari keluarga sederhana. Kedua orang tuanya sudah terlebih dulu pergi meninggalkan Jong In dan Noona-nya, Kim Hyoyeon. Delapan tahun mereka hanya tinggal berdua –terhitung tiga dengan anjing peliharaan Jong In— tapi tidak setelah Kakak perempuan Jong In yang terpaut usia 3tahun, memilih menikah dan tinggal di rumah suaminya. Tentu saja Noona-nya tak sebodoh itu untuk meninggalkan adiknya tinggal sendirian dirumah minimalis peninggalan kedua orang tuanya itu.

 

Berkali-kali Hyo Yeon memaksa Jong In untuk tinggal bersamanya, tentu saja dirumah sang suami. Tapi berkali-kali juga Jong In menolaknya dengan seribu satu alasan.

'Aku tidak ingin merepotkan noona..'

'Jika butuh bantuan aku bisa memanggil bibi Jung, dia sama sekali tak pernah keberatan membantuku...'

'Aku sudah besar, noona tak perlu mengkhawatirkanku lagi. Jadi berhentilah memaksaku tinggal bersama kalian'

 

Dan saat itu Hyo Yeon tak pernah sekalipun meminta perihal 'tinggal bersama' lagi. Dia membiarkan sang adik yang sudah menginjak usia 17tahun menata hidupnya sendiri. Walau terkadang, ahh bukan.. Tapi ini memang hal rutin yang dilakukan Hyo Yeon, untuk mengurus adiknya itu. Setiap akhir pekan, dia akan datang dan memberi Jong In persediaan makanan. Memberinya beberapa lembar uang puluhan ribu Won, untuk kebutuhannya hari esok. Tentu saja Jong In menerimanya dengan senang hati.

 

Baiklah kita kembali saat dimana Jong In yang memang salah satu anggota club dance yang 'lumayan' bergengsi di kota seoul itu bertemu rekan satu teamnya, panggil saja Lay. Karena namja berdimple asli China itu tidak suka jika orang-orang memanggil nama aslinya, Zhang Yixing.

Sudah 3tahun lebih mereka bersahabat terhitung sejak awal Jong In yang masuk ke sekolah menengah atas dengan resmi terdaftar sebagai anggota club dance itu. Dan disitulah titik keputusasaan Jong In, dia menumpahkan semua isi hatinya pada Lay. Jika itu terdengar berlebihan, maka singkirkan pikiran itu, karena inilah 'Realita Kehidupan' seorang Kim Jong In.

 

Mulai dari 'Beratnya menjalani hidup sendiri', walau terkadang Hyo Yeon Noona suka mengunjunginya.

'Berharganya selembar uang 1000Won', walau Hyo Yeon Noona sering memberinya jatah tiap minggunya.

'Bagaimana dia harus memberi makan monggu –anjing peliharaannya—" walau Hyo Yeon Noona pasti juga membelikan makanan anjing mungil pemberiannya saat Jong In berusia 12tahun.

 

Jadi apa hal yang paling berat baginya jika Hyo Yeon tak pernah melupakan kebutuhannya?

 

'Noona, apa noona mau membiayai pendidikanku di Universitas yang sama dengan Sehun?' dan tentu saja Jong In tak setega dan sebodoh itu untuk mengatakannya pada Hyo Yeon. Semua itu cukup, semua yang Noonanya lakukan padanya sudah lebih dari cukup. Dan Jong In tak ingin merepotkannya lagi.

'Kebetulan aku ada sebuah pekerjaan yang cocok untukmu' satu kalimat yang keluar dari bibir namja berkepribadian hangat itu seolah memberi Jong In sebuah sinar mentari cerah untuk di songsongnya dihari esok. Tentu saja ini sebuah kebetulan yang sangat baik, karena Jong In tak ingin berakhir menjadi seorang pengangguran. Catat baik-baik itu, 'pengangguran'.

Dan disinilah Jong In berakhir, menjadi seorang librarian. Yah seorang penjaga perpustakaan, apa itu cocok untuk Jong In? Tentu saja 'tidak', tapi mau bagaimana lagi jika 'Realita Kehidupan' sudah berkata begitu.

 

 

 

2014 babybyunsoo© PALMISTRY

 

 

Tapi sekali lagi, Jong tak pernah 'menyesali' keputusannya itu. Bahkan dia merasa seperti orang yang paling beruntung di jagat raya ini. Apa kalian penasaran? Jika iya, diam dan dengarkanlah. Jong In akan mulai bercerita.

 

'Dia sangat bersinar, bahkan sinarnya mengalahkan sinar sang mentari'

'Senyumnya, ahh.. aku benar-benar akan gila jika sehari tak melihat senyum manisnya itu...'

'Kau memang sudah gila, Jong In. Cepatlah kembali bekerja!'

 

Selalu dan selalu pemuda bedimple itu memecah khayalan indah Jong In. Tunggu, 'pemuda berdimple?' tepat sekali, dia Yixing. Ahh bukan tapi Lay, kenapa dia bisa ada disini tentu saja karena perpustakaan ini adalah milik ayah Lay. Namja yang lebih tua dua tahun dari Jong In itu hampir dibuat gila karena tingkah Jong In yang selalu tidak fokus dengan pekerjaan jika sudah mulai tenggelam didunia khayalan indahnya itu. Lay hanya berakhir dengan gelengan kepala jika namja yang sudah Lay anggap adiknya sendiri itu bertingkah seperti anak kelas satu SMA yang sedang kasmaran.

 

 

 

 

'Emm... si-siapa namamu? Biar a-aku mencatatnya disini'

'Baekhyun, Byun Baekhyun'

Jika Jong In boleh berteriak layaknya tokoh tuan Krab yang mendapatkan uang satu truk, maka Jong In akan melakukan itu. Dia bahkan berani bertaruh kalau itu adalah suara paling indah yang pernah didengarnya 'sepanjang hidup'. Jika lagi-lagi itu terdengar berlebihan, maka tidak ada kata 'berlebihan' lagi dikamus seorang Kim Jong In jika semua hal yang dia katakan itu menyangkut namja manis berkulit putih seputih susu, bersurai coklat karamel, berbibir tipis berwarna pink dan ahh dengan hanya melihatnya saja sudah membuat Jong In kehilangan akal sehatnya apalagi membayangkannya.

 

 

 

 

'Hyung, kenapa aku tak pernah melihatnya memakai seragam sekolah? Padahal hampir setiap dia datang kesini, itu masih terhitung jam pelajaran. Tapi aku heran, setiap buku-buku yang dia pinjam hampir semuanya berisi materi untuk anak kuliyahan. Hyung? Lay ge? Apa kau masih mendengarku?'

'persetan dengan semua celotehanmu itu kkamjong! Aku bahkan bisa mendengar suara bisikanmu saat kau tak berani menyapanya.'

Bukannya Lay tak mau menjawab pertanyaan jong In dan membentaknya, tapi siapa yang tahan jika setiap jam, setiap menit yang didengarnya hanya celotehan Jong In tentang 'Kenapa Baekhyun— Bagaimana dia— siapa dia— dan dimana dia tinggal?'

Lay bahkan berpikir, kenapa Jong In tak membututinya saja saat dia pulang? Bukankah itu sangat mudah,dengan begitu Jong In tak akan semakin menumpuk semua rasa penasarannya pada namja yang sudah lebih dari 2tahun menjadi pengunjung setia perpustakaan milik ayah Lay, bahkan sebelum Lay bekerja disana. Itu menurut pegawai lama yang sekarang sudah digantikan oleh Jong In karena alasan dia akan segera menikah.

 

 

 

 

'Kau seharusnya memanggilnya dengan sebutan –hyung-...'

'A-apa?'

'Dia seorang mahasiswa di Hongik University semester 4 jurusan Arts Humanities. Seantero universitas bahkan mengenalnya sebagai "Angel Voice", dia sangat populer. Kau harus berusaha lebih keras dua kali lipat jika ingin mendekatinya...'

'Kau tahu semua itu dari mana, hyung? Apa kau mencoba men-stalker Baekhyun? Dan diam-diam kau juga mengaguminya? Dan kau...kau juga menyukai—"

'Kubur opinimu itu dalam-dalam Jong In, karena jelas-jelas aku sudah mempunyai Joon Myeon'

 

 

 

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dramaholic
#1
update!
ilabya4 #2
interesting~
khanshawol
#3
Chapter 1: waaaw~ O.O
baguus bagus! aku suka XD ^^b
update soon please~~ <3
apsj4ever #4
I like the idea, please update soon, neh? ^^