Final

Destiny
Please Subscribe to read the full chapter

Konser. EXO.

Kai. Idolanya.

Impiannya.

Harapannya.

Entah apa yang ada dipikiran promotor musik konser idolanya, Meisya, 17 tahun, dengan mengadakan konser EXO dua hari tepat seminggu sebelum UN. Mau tidak mau harus merelakan impiannya yang ia sudah pupuk sejak dulu, yaitu menonton konser EXO dan fangirling over Kai secara langsung. 

Tapi gadis itu tidak bisa.

Minggu depan adalah Ujian Nasional, sebagai siswi kelas 12 sudah seharusnya ia tidak memikirkan 'Korea-Koreaan' dan fokus pada UN dan memilih PTN yang diinginkan. Tapi untuk hardcore seperti dia, tidak menonton konser bias adalah mati. Padahal venue konser EXO tidak terlalu jauh dari rumahnya. Konser itu diadakan di Ancol dan rumahnya di Kelapa Gading. Hanya 15 km dari rumahnya. Suara konser Djakarta Warehouse Project yang baru saja digelar di Ancol saja terdengar sampai Kelapa Gading menambah tanda bahwa jarak Ancol dan Kelapa Gading tidak jauh.

Gadis itu menggeram frustasi, semua tulisan dalam buku Geografi dihadapannya sama sekali tidak bisa ia ingat dalam kepalanya. Padahal Meisya adalah salah satu siswi terpintar dalam mata pelajaran utama IPS ini.  Persetan dengan apa itu SIG dan Pencitraan Jarak Jauh. Otaknya kali ini sedang bekerjasama dengan hatinya, yaitu menolak apapun kecuali EXO dan Kai.

Tiba-tiba, ponsel jumbo Xperia Z1 milik Meisya berbunyi lagu The Star milik EXO dan muncul lah sebuah nama,

Ruri is calling......

Dengan malas, gadis berambut sebahu itu mengangkat teleponnya,

"Halo?"

"Meis lo harus tau!! Lo harus tau!!!"

"Apasih?"

"Gue punya dua tiket EXO! Standing!!"

Mata Meisya melebar, "Serius?!!"

"Beneran! Tadi kakak gue kasih ini ke gue, dia sama pacarnya ga jadi nonton. Mau ga?? Ga usah bayar!!"

Meisya baru saja ingin menjawab 'ya', tetapi ia ingat, Mama-nya tidak akan membiarkan dirinya keluar rumah untuk menonton EXO. Minggu depan UN, Meis.....

"Minggu depan UN, Rur....."

"Trus kenapa?" seru Ruri lantang, "Lo pinter Meis, pasti kalo UN aja bisa. Nah kalo EXO, kapan lagi lo nonton EXO, ketemu Kai, dapet tiket yang diincer ribuan orang, gratis?! Kapan lagi lo gini?"

Meisya menimbang-nimbang, "Tapi nyokap gue?"

"Urusan emak-emak gampang," ujar Ruri, "Yang penting sekarang siap-siap ya. Udah jam 12, gate dibuka jam 4. Kita harus lebih cepet dari orang-orang."

 

***

 

Ruri datang 10 menit kemudian menggunakan mobil Honda Jazz RS-nya. Semua rencana yang Ruri susun berjalan dengan lancar. Ide gilanya tentang 'Menginap Di Rumah Ruri Untuk Belajar' benar-benar sukses membuat Mama-nya Meisya percaya. Itu artinya, Meisya harus menginap beneran di rumah Ruri, minus belajar.

Dan disinilah mereka, sampai di Mata Elang Indonesia Stadium, Ancol, dimana konser EXO akan dilaksanakan. Terlihat kondisi venue sudah ramai. Penuh berbagai macam remaja yang memakai atribut EXO, mulai dari baju WOLF 88 sampai bando-bando bertuliskan nama bias. 

"Aduh, gue kebelet pipis nih Meis....." keluh Ruri setelah mereka memasuki stadium.

"Yah payah banget." 

"Maaf deh maaf, tapi toilet sebelah sini lagi penuh, ah gimana dong? Yah, Mas, Mas! Numpang tanya, toilet selain disini dimana ya?" ujar Ruri terlihat panik di depan satpam.

"Oh dilantai sini penuh ya mbak, kalo mau dilantai 2, tapi ada staf konsernya, takutnya ga boleh tuh." jawab si pak satpam dengan santai.

"Ah bodo deh pak, kebelet gimana dong?" ujar Ruri dengan muka yang masih panik. Dirinya kini tidak peduli dengan EXO untuk sementara lalu, terserah asal keinginan untuk pipisnya dituntaskan.

"Nih mbak, saya kasih tau jalan pintas. Tapi mbak kalo ketemu staf atau artisnya jangan histeris ya biasa aja nanti takutnya mbak pada diomelin. Biasa aja. Ntar saya ikut diomelin."

Ruri menghela napas panjang-panjang, "Terserah deh pak terserah. Mana jalannya?"

Pak satpam itu lalu membisikan sesuatu pada Ruri sambil menggoyangkan tangannya kesana kemari memberi petunjuk arah. Setelah mengangguk, Ruri menyeret Meisya ikut dengannya. Ternyata mereka dihadapkan dengan tangga beralaskan ,

Meisya bergidik melihat betapa gelapnya tangga itu,

"Rur.... Yakin?"

"Hm, gatau Meis. Udah naikin aja dulu." ujar Ruri dengan cepat.

"Rur kita ga dibego-begoin sama abang satpam tadi kan?" kata Meisya sambil menaiki tangga dengan pelan-pelan.

"Yaudah kalo dibegoin tinggal balik lagi trus gebukin itu satpam." jawab Ruri yang berada diatas Meisya satu anak tangga.

"Tenang aja, Meis, gue inget nama satpamnya." tambah Ruri.

"Siapa?"

"Suroto." jawab Ruri. Meisya hanya bisa menggeleng, segitunya sampai Ruri menghapal nama satpam tempatnya bertanya.

Tak jauh kemudian, ada sebuah cahaya diujung tangga.

"Ah, akhirnya!" girang Ruri melihat tanda TOILET tak jauh dari tangga tadi.

"Gue tunggu di depan ya Rur takut nanti ada orang macem-macem." Meisya menyenderkan punggungnya ke tembok depan pintu.

"Okesip. Teriak aja kalo kenapa-napa." Ruri masuk ke dalam toilet.

Meisya mengedarkan padangannya ke sekeliling, lantai 2 ini memang masih sepi, belum seramai lantai 1 yang sudah dipenuhi restoran. Lantai 2 ini sudah rapi, tetapi belum ada satupun toko yang buka berdekatan dengan letak toilet itu karena jauh dari eskalator utama.

"Cho-chogio....."

Meisya baru saja ingin berbalik mendengar sebuah suara,

Matanya membelalak setelah tahu siapa pemilik suara itu.

"KAI???"

 

 

"Ayolah Hyung.... Temani aku ke toilet~" pinta Kai kepada fabulous diva di depannya, Byun Baekhyun, yang sedang bermain Pokopang di ponselnya.

"Sendiri saja lah, toilet kan ada didekat sini." ucap Baekhyun sambil tetap bermain Pokopang.

"Toiletnya dipenuhi Chanyeol hyung, Kris hyung dan Xiumin hyung dan juga manager hyungs." Kai menatap frustasi kesekelilingnya. Selain 3 orang di kamar mandi dan satu orang dihadapannya, member EXO lain sedang duduk manis di depan kaca sambil diriasi oleh coordi noona.

"Aigoo Aigoo.... Cobalah cari toilet sendiri." Baekhyun sekarang sudah seperti ibu-ibu.

Semua orang di ruangan ini sibuk, tak hanya di ruangan ini, di tempat konser ini. Semua orang sibuk. Manager hyungs juga pada sibuk. Sehingga mau tak mau dirinya pergi mencari toilet sendiri.

Kai melangkahkan kakinya keluar ruang backstage dengan pelan-pelan takut sasaeng tiba-tiba muncul dan memukulnya. Oke, kelihatannya dia terlalu paranoid tetapi bukan berarti sasaeng hanya ada di Korea. Pernah dengar fans norak yang suka narik-narik sama dorong-dorong idol? Nah, salah satu sasaeng. Dan jenis sasaeng itu Kai yakini ada di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Baru saja Kai berpikir seperti itu, tiba-tiba suara histeris terdengar diujung lorong,

"OH SIALAN, ITU KAIIIII!!!!" jerit seorang anak perempuan diikuti beberapa anak perempuan lain.

Kai tidak tahu apa arti dari ucapan anak perempuan itu yang jelas dia dengar namanya disebut.

Sasaeng......

Kai berlari berlawanan dari gerombolan perempuan tadi ke arah.... entahlah, Kai tidak tahu. Yang jelas ia harus terus berlari. Tidak mungkin ia kembali ke ruang ganti karena akan semakin heboh jika gerombolan itu tahu ruang gantinya dan akan membuat masalah dengan yang lain.

Setelah melewati beberapa belokan, dia menemukan seseorang, seorang gadis, sedang bersandar ditembok. Dia tidak berpikir lagi apakah gadis itu manusia atau bukan, yang jelas dengan suara gerombolan anak perempuan yang semakin mendekat, Kai tahu pasti dia butuh bantuan gadis itu.

Saat gadis itu ingin membalikan badan, Kai mendekati gadis itu.

"Cho-chogio....."

Gadis itu langsung membalikkan badannya, lalu menatap Kai dengan membelalak.

"KAI???"

 

 

Meisya membeku.

Demiwajahmenggairahkanmilikohsehun, laki-laki memakai setelan jumper didepannya adalah Kai.

Kai of EXO.

Biasnya.

"Naneun....Ah, aniya. I-I... need... help?... Ah, ne, help... you... I need...." ujar Kai dengan bahasa Inggris yang terbata-bata.

"A-apa?"

Hanya itu yang bisa dikeluarkan mulut Meisya. Dirinya terlalu sibuk menebak apakah ini nyata atau cuma khayalan.

"Aish, you.....help...me...." Kai menjelaskan maksudnya walaupun dirinya tidak yakin gadis didepannya mengerti bahasa Inggrisnya yang kacau balau.

"TADI AKU LIHAT DIA KE ARAH SINI!!!"

Suara itu membuyarkan lamunan Meisya, dirinya lalu melihat Kai yang memandangnya dengan menyedihkan.

"Jebal....." lirih Kai.

Entah apa yang ada dipikiran Meisya, dirinya langsung menarik tangan Kai berlari menjauhi arah suara

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
seideer #1
Chapter 1: Ahhh ini berasa apaaa..
. Coba klo beneran kaya gini kejadiannya...
deerinthedawn #2
Chapter 1: woooh.. kyaaa!! kyaknya klo aku yg ngalaminnya itu bener" cuma mimpi, bner" impian para fans bnget ^^