Gray

Gray

Inspired by Another and some picture on wehearit. Enjoy~

 

 

Death sits in the chair across from me and watches.

Death sees but has no eyes.

Death knows but has no mind.

We often sit together in the night.

 

Baekhyun menatap pantulan wajahnya yang berada di cermin di hadapannya. Mulai dari rambutnya yang berwarna coklat, kemudian dia menghembuskan nafas panjang saat melihat matanya. Jika kalian melihat Baekhyun dari samping kalian tidak akan berfikir ada sesuatu yang salah, dia tampan tentu saja. Wajahnya yang berada di sebelah kanan baik baik saja, sebelum dia mengangkat poni yang menutupi mata sebelah kanannya. Mata itu berwarna abu- abu, hampir seperti mata orang buta. Hanya saja mata itu bisa melihat seperti orang normal, bahkan mungkin lebih. Dan dia membenci mata itu karena apa yang bisa dilihatnya dari mata itu.

Mata itu membuatnya menjadi dia yang sekarang. Antisosial, karena dia telah berhenti mencoba berteman bertahun- tahun yang lalu. Karena pada akhirnya dia hanya akan melihat kematian mendekati temannya dan poof! dia berada di pemkaman temannya.

Hal itu terjadi lagi dan lagi dan Baekhyun sudah berhenti untuk peduli. Semuanya menjadi lebih mudah saat dia berhenti peduli. Dia tidak lagi peduli saat kematian berada di sebelah salah satu orang yang dikenalnya. Pada akhirnya dia hanya melihat satu per satu orang yang dikenalnya ditemani kematian sebelum mereka pergi untuk selamanya. Kematian selalu berada didekatnya, tapi kematian tidak pernah mengajaknya untuk ikut bersamanya. Mungkin kematian ingin Baekhyun menyaksikan semua orang yang dia kenal meninggal sebelum menjemput Baekhyun. Dia menyisakan Baekhyun untuk yang terakhir.

 

And he sat in his room, cutting his wrists.

He didn’t know why,or what for.

He just knew that he had to.

 

Baekyhun mengenakan seragamnya sambil masih menatap cermin dihadapannya. dan sedikit berjengit saat merasakan dinginnya pakaian itu menyentuh pergelangan tangan dan terus kearah lengan atasnya. Kemudian dia tersenyum, senyuman yang terlihat begitu hampa. Saat menyadari tangannya masih mengeluarkan darah, dan luka yang berada di pergelangan tangannya masih baru, menutupi luka- luka yang telah ada, luka yang hampir menghilang. Luka itu terasa perih, tapi Baekhyun menyukainya, karena luka itu adalah satu- satunya hal yang membuatnya merasa masih hidup.

--

Semua itu bermula saat Baekhyun melihat aura kematian berdada di sekitar Jongin, pertanda awal sebelum kematian itu sendiri akan mengikuti seseorang dan menunggu hingga saat yang tepat untuk mencabut nyawa seseorang.

Dan Baekhyun berusaha menjaga Jongin, mengikutinya kemanapun, hanya untuk mencegah kematian. But who was he, kematian tidak pernah bisa dicegah. Dan Baekhyun hanya bisa menatap wajah pucat Jongin berada di peti mati tempat peristirahatnya yang terakhir. Jongin adalah salah satu  orang yang tahu, dan tidak seperti orang lain, tidak seperti orang tuanya yang perlahan menjauhinya saat mengetahui apa yang bisa Baekhyun lihat, Jongin tetap bersamanya, menenangkannya saat Baekhyun ketakutan karena melihat kematian berada di dekatnya

“Apakah kau melihat sesuatu di sekitarku?” tanya Jongin ssuatu hari,  tidak seperti kebanyakan orang yang menanyakan hal itu hanya untuk mengejeknya, Baekhyun bisa melihat rasa ingin tau di mata Jongin.

Maka Baekhyun tersenyum sebelum mengangkat poninya, dia selalu menutup matanya dengan poninya. Dia tidak bisa melihat apapun disekitar Jongin saat itu.

“Aku tidak melihat apapun disekitarmu Jongin” ucap Baekhyun, hendak menurunkan poninya, tapi sebelum dia menutup matanya, Jongin memegang pergelangan tangannya.

“Kenapa kau menutupinya Baek? Kau terlihat menakjubkan dengan mata itu” ucap Jongin sebelum mencium mata sebelah kanan Baekhyun. Membuat wajah pucat  Baekhyun memerah.

Dan untuk pertama kalinya Baekhyun memotong poni panjanganya.

 

Di hari kematian Jongin, Baekhyun pulang dengan perasaan hampa. Dia tidak menangis saat melihat tubuh kaku Jongin terkubur didalam tanah. Dan saat dia berada dikamarnya, saat itulah kenyataan mengahantamnya. Bahwa dia telah kehilangan Jongin. Tidak akan ada lagi orang yang mengerti, tidak akan ada lagi orang yang akan menenangkannya saat dia begitu ketakutan. Tidak akan ada lagi ciuman ciuman ringan di malam hari. Dan tidak akan ada lagi Jongin.

Dan Baekhyun hanya bisa menangis, menyalahkan dirinya sendiri. Baekhyun menatap pantulan wajahnya yang berada di cermin itu, kemudian membanting cermin itu karena dia tidak bisa lagi melihat pantulan wajahnya. Saat itulah dia mencoba, satu sayatan tidak akan sakit. Dan Baekhyun pun mulai menyayat pergelangan tangannya. Berawal dari satu, kemudian dua, dan tiba- tiba saja tangnnya penuh dengan sayatan. Itu semua menenangkan perasaan baekhyun.

 

I hate cuting.

But i don’t know any other way to get rid of my problem.

I hate my scars.

But i couldn’t live without them.

 

--

Mungkin jika mata abu- abu itu bisa melihat orang yang sudah mati, mungkin semuanya akan lebih baik. Karena dia benar- benar merindukan Jongin.

Baekhyun berjalan keluar dari rumahnya, melewati rumah beberapa tetangganya. Dia melihat tetangganya yang sudah benar benar tua sedang menyiram bunga di taman depan rumahnya. Baekhyun tidak bisa mengalihkan pandangannya dari nenek itu, karena apa yang berdiri di samping nenek tua itu.

“What?!” sentak nenek tua itu “Kau akan bilang padaku bahwa aku akan mati?!” Dan baekhyun tersenyum sebelum menjawab.

“Yeah you will ” ucap Baekhyun cukup keras untuk didengar nenek tua itu, saat itu beberapa tetangga sedang melakukan kegiatan pagi hari mereka. Mereka hanya menatap Baekhyun dengan tatapan tidak setuju dan menghakimi. Tapi Baekhyun hanya berjalan lurus karena dia sudah terbiasa dengan itu semua.

Rumah Baekhyun tidak terlalu jauh darih tempatnya sekolah. Dan baekhyun hanya bisa mendengus saat menyadari bahwa dia datang terlalu pagi, itu berarti akan ada banyak orang berkeliaran.

Sesaat setelah Baekhyun memasuki gerbang, saat itu pula dia menjadi pusat perhatian. Inilah yang dia benci saat dia datang terlalu pagi. Beberapa ada yang memandangnya dengan tatapan seolah- olah dia telah melakukan pembunuhan berantai dan mereka adalah korbannya yang selanjutnya, ada yang memandangnya dengan tatapan meremehkan, dan sekali lagi, Baekhyun tidak peduli.

Dia berjalan menuju lokernya, dan tidak terkejut saat melihat lokernya telah penuh dengan coretan, dia tidak lagi membersihkan pintu loker itu, beberapa bulan yang lalu mungkin akan ada Jongin yang selalu memaksanya membersihkan coretan itu, tapi sekarang tidak lagi. Dia menghembuskan nafas panjang saat ingatan tentang Jongin melandanya. Dia segera memasukkan beberapa buku pelajaran untuk hari itu sebelum menutup pintu lokernya.

Freak

Baekhyun mebalikkan tubuhnya, dan dia melihat Chanyeol, orang lain yang juga menjadi bulan- bulanan di sekolah membersihkan pintu lokernya.

Giraffe

Giant

Baekhyun memutar bola matanya, karena sepertinya semua orang yang disekitarnya benar- benar kekanak- kanakan.

Dan saat itu Chanyeol melihat kearahnya, kemudian menunjukkan senyumnya yang sejujurnya sedikit menakutkan dan kemudian melambaikan tangannya. Tanpa membalas sapaan Chanyeol, Baekhyun pergi menuju kelasnya.

 

 

Death is peaceful, life is harder.

 

1

2

3

4

25

60

Baekhyun tidak menghitung lagi. Karena saat itu dia tidak bisa berfikir.

Baekhyun tersenyum saat dia hanya bisa melihat kegelapan.

Dia merasakan seseorang menarik kepalanya dari dalam air. Dan tubuhnya menghirup udara sebanyak- banyaknya. Baekhyun merasakan seseorang memeluknya. Pelukan yang begitu familiar.

“Why Baek why?” tanya Jongin. Baekhyun tidak menjawab, karena dia masih sibuk mengasup oksigen kedalam tubuhnya.

“Why did you try to kill yourself?” Baekhyun bisa mendengar Jongin menangis.

“You told me to be happy Jongin. And no one will care”

“I will”

 

Baekhyun menghembuskan nafas panjang saat mengingat hari itu. Kini tidak ada orang lain yang peduli. Karena Jongin, satu- satunya orang yang peduli sudah tidak ada lagi.

Dia menatap atap kamarnya, berfikir. Sejak Jongin meninggal bukan hanya sekali dia mencoba membunuh dirinya sendiri. Tapi dia tidak pernah berhasil. Dia tidak pernah melihat aura kematian saat dia bercermin. Hanya sepasang mata yang berbeda warna yang membalas menatapnya.

Dan perlahan Baekhyun mulai menutup matanya, membiarkan tidur membawanya.

Dia terbangun oleh suara ambulance, dan keramaian di sekitarnya.Baekhyun memejamkan mata, dia tidak akan pernah melihat nenek tua itu lagi.

Sometimes he hates it when he’s right.

--

 

Hari itu berjalan seperti biasa, setidaknya itulah yang diharapkan Baekhyun, dan saat dia melihat sosok yang begitu tinggi melambai- lambai sambil berjalan kearahnya Baekhyun tahu bahwa hari ini tidak akan berjalan seperti biasa.

 “Hei Baek” sapa orang itu.

“Aku ingin sendirian Chanyeol” ucap Baekhyun tanpa melihat ke arah Chanyeol.

“Aku juga! Kita bisa melakukannya bersama- sama! ” Balas Chanyeol sambil bertepuk tangan, yang membuat Baekhyun sedikit tersenyum karena ucapannya yang kekanak- kanakan. Hari itu Baekhyun membiarkan Chanyeol mengikutinya. Dan bahkan untuk pertama kalinya Baekhyun benar- benar berbicara dengan orang lain, dan yang mengejutkannya adalah, dia sama sekali tidak keberatan.

--

Pagi itu Baekhyun terbangun oleh sinar matahari yang melewati jendelanya. Dia menyipitkan matanya untuk menyesuaikan dengan sinar matahari yang terlalu cerah. Dia melihat ke arah mejanya dan dia mengeluh saat mengetahiu bahwa dia terlambat.

Baekhyun tidak mengecek ke arah cermin seperti yang dia lakukan di setiap pagi, dia sudah terlambat, dan dia tidak ada waktu untuk itu.

Sekolah berjalan begitu lambat dan membosankan. Dia sedikit tersenyum saat dia menangkap Chanyeol melambaikan tangan ke arahnya.

“Kita bisa berteman Baekhyun!” ucap Chanyeol seperti biasa, dengan terlalu bersemangat. Baekhyun hanya tersenyum mendengarnya. Saat itulah Baekhyun melihat kematian berada di dekatnya dan Chanyeol. Dia hanya bisa menatap dengan horor saat kematian terus mengikuti mereka.

Not again.

Not Chanyeol.

“Ada apa Baek?” tanya Chanyeol saat melihat Baekhyun menjadi lebih pucat dari biasanya.

“Sebaiknya kita pulang Chanyeol” ucap Baekhyun. Chanyeol yang benar- benar bingung hanya mengangguk sambil kemudian mengikuti Baekhyun.

“Kau harus berhati- hati, aku akan mengantarmu pulang, jangan keluar dari rumahmu, jangan lakukan apapun yang bisa membahayakanmu” Baekhyun terus berbicara, dan dia semakin terlihat panik.

“hey hey hey, slow down Baek, ada apa sebenarnya?” 

“Just listen to me!” Baekhyun tidak bermaksud membentak, dan saat dia melihat Chanyeol dia merasa bersalah telah membentak lelaki itu.

“Okay” jawab Chanyeol pelan.

“Maaf, tapi Chanyeol, Please, just listen to me okay?” Baekhyun mengehmbuskan nafas lega saat dia melihat Chanyeol mengangguk.

Andai saja Baekhyun tidak membiarkan Chanyeol masuk kedalam hidupnya mungkin saat ini dia hanya akan duduk tenang dirumahnya.

Baekhyun semakin panik saat menyadari kematian terus mengikuti mereka berdua, dia sempat berharap bahwa kematian hanya mengikuti salah seorang yang berada di dekat mereka, tapi ternyata tidak.

Baekhyun memutuskan untuk terus berada di dekat Chanyeol. Dan kini dia berada di kamar Chanyeol sambil menatap lelaki itu tertidur. Baekhyun menghembuskan nafas lega saat dia tidak melihat kematian di manapun. Dan dia memutuskan untuk segera pulang karena saat itu sudah larut malam.

 

 

Baekhyun memutuskan untuk mandi sebelum tidur. Dia menghembuskan nafas lega saat dia merasakan air hangat mengenai permukaaan kulitnya.

Dia sedang bersiap untuk tidur saat dia melihat kematian di ujung kamarnya. Dan saat itulah dia mengerti. Sedari tadi kematian tidak mengikuti Chanyeol, tapi dia mengikuti Baekhyun. Dan pagi ini Baekhyun tidak melihat ke arah cermin. Seharisnya dia tahu saat dia tidak melihat aura kematian di sekitar Chanyeol. Seharusnya dia tahu.

Dan dia teringat Jongin. Bagaimana lelaki itu tersenyum, bagaimana pelukannya bisa menenangkan Baekhyun, bagaimana leluconnya bisa membuat Baekhyun tertawa hingga nyaris menangis. Kemudian dia mengingat Chanyeol. Sepertinya dia tidak akan bisa menerima tawaran pertemanan Chanyeol.

“I’m ready” ucap Baekhyun pelan. Isn’t it scary to be ready to die at such young age?

 

Death has one move left.

I have none.

And now death sounds like a melody.

 

 

 

END

a/n:

 ohmygod what is this

i’m sorry baeeeeekkkk (i don’t know why i did this to you bb)

ohmygod feels

i don’t know why i did this

why why why

Jongin honey(?) i’m sorry sooooooooo sorryyyyy

you can hate me, sorry.

kritik saran~

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sendulce #1
Chapter 1: jadi intinya baek yg mati? setelah kenal chanyeol? wth kasian amat si tjabe nasibnya hhha
but just another great fic,authornim 😀
onlypcy #2
Chapter 1: ohmygaawwd kenapa ;;;; arrw ngeri anet kak. seriuss... Tapi ini tuh keren, idenya itu loh. keep writing yaaaa kak
guylian #3
Chapter 1: Sedih tapi serem ;-; merinding bacanya....... Ternyata bener.... Another... Tuh pilemkan sadis thor /loh.