Please Comeback on My Birthday

Please Comeback on My Birthday

 

 

Apa saja yang ada saat pesta ulang tahun anak umur lima tahun berlangsung? Ya, tentu saja kue ulang tahun, balon, pita berwarna-warni, topi pesta, pinata, makanan enak, permen manis, dan badut.

 

Apa yang terakhir? Badut?

 

Ga Eun tidak suka makhluk itu! Ga Eun benci badut! Ia berlari ke lapangan di tengah pesta ulang tahunnya dengan dress biru muda selutut, sepatu flat berwarna senada dengan dressnya, dan tiara yang hiasi rambut hitam panjangnya.

 

Menangis histeris dan terjatuh, kemudian bangkit dan berlari lagi. Dress biru mudanya kini kotor penuh debu, tidak cantik seperti semula. Ga Eun tak peduli.

 

Apapun yang terjadi, ia tak ingin kembali ke pesta ulang tahunnya selama badut tengik itu masih berada disana. Ia bersumpah demi setoples coklat karamel yang ia simpan baik-baik di lacinya, ia benci badut!

 

Makhluk bertubuh gendut, memakai baju warna-warni seperti potongan kain perca, sepatu kebesaran, wajah putih seputih tembok, bibir berwarna merah menyala yang tersenyum setiap saat, rambut keriting warna-warni, dan hidung merah besar yang mirip Rudolf si rusa Santa Klaus. Itu semua menyeramkan! Ga Eun benci itu semua!

 

Ga Eun heran dengan anak seumurannya yang menganggap badut itu lucu, badut itu menyenangkan, badut itu menggemaskan. Itu semua berbanding terbalik dengan yang Ga Eun rasakan, badut itu mengerikan, badut itu mimpi buruk!

 

Gadis kecil itu bersembunyi di balik pohon apel yang tumbuh di sudut lapangan dekat rumahnya. Ia menangis sesenggukan. Butir-butir air mata membasahi pipinya yang putih bersih dengan rona kemerahan itu, tiara yang semula berdiri cantik di atas kepalanya kini sudah tidak ada, dress ulang tahunnya kotor penuh debu begitu juga dengan sepatunya, dan beberapa luka lecet menghiasi kulit putih mulusnya.

 

Terdengar suara ibu dan ayah Ga Eun juga teman-temannya sedang memanggil nama Ga Eun. Ga Eun mengintip mereka dari balik batang besar pohon apel dan saat Ga Eun kembali membalikkan tubuhnya..

“Aaaa! Hmmpph..” Ga Eun menjerit namun sebuah tangan kecil cepat-cepat membekap mulutnya.

“Psst! Kalau berteriak nanti bisa ketahuan.” Bisik seorang bocah laki-laki yang membekap mulut Ga Eun. Perlahan bocah itu menjauhkan tangan kecilnya dari wajah Ga Eun. Membiarkan Ga Eun kembali bernafas lega.

“Baekhyun?” Suara kecil Ga Eun menggelitik telinga Baekhyun. Membuat bocah laki-laki itu memperlihatkan cengiran khasnya.

“Ini, pasti milikmu.” Baekhyun menyodorkan sebuah tiara pada Ga Eun. Gadis kecil itu menatap Baekhyun yang tersenyum manis padanya dengan tangan yang masih mengulurkan sebuah tiara.

 

Ga Eun meraih tiaranya dan memasangnya kembali di atas kepala.

“Terima kasih, Baek.” Ucapnya lembut pada Baekhyun.

“Ayo, kembali ke pestamu. Mereka pasti khawatir sang putri kabur dari pesta.” Baekhyun membantu Ga Eun bangkit dan membersihkan debu-debu yang mengotori dress Ga Eun.

 

Ga Eun menundukkan wajahnya, meremas tangan Baekhyun kuat-kuat. Air mata yang menggenang di kantung matanya ingin kembali tumpah. Wajah Ga Eun kembali memerah, tubuhnya bergetar. Rasa takut itu kembali menyelimutinya dan Baekhyun dapat rasakan itu.

“Ga Eun, jangan takut. Genggam tanganku jika kau takut, aku akan melindungimu sampai pestanya selesai.” Ucap Baekhyun sambil berbalik mengenggam tangan Ga Eun.

 

Itu membuat Ga Eun tersentak, ia bisa rasakan jantungnya berdegup kencang. Meleleh seperti sepotong mentega yang diletakkan di atas setumpuk pancake hangat.

 

“Ayo, kau belum tiup lilinnya. Nanti umurmu tidak bertambah jika kau belum tiup lilinnya.” Ucap Baekhyun sambil menggandeng Ga Eun keluar dari tempat persembunyiannya.

 

Baekhyun berhasil membujuk Ga Eun kembali ke pestanya, tentu saja Ga Eun tetap menggenggam erat tangan Baekhyun karena badut tengik itu masih berada disana. Ajaib! Saat Baekhyun di sisinya, Ga Eun tidak merasa takut. Sama sekali tidak takut.

 

Baekhyun menepati janjinya, ia adalah tamu yang pulang paling terakhir. Ga Eun senang, ia senang berada di sisi Baekhyun, dan Ga Eun berharap Baekhyun selalu berada disisinya sampai mereka besar nanti.

 

***

 

Sekarang Ga Eun bukan lagi gadis kecil, ia sudah bermetamorfosis menjadi seorang gadis remaja. Bukan lagi gadis kecil polos, tidak lagi merengek untuk gulali atau balon, tidak lagi membawa boneka Minions-nya pergi kemana-mana, tapi yang tidak berubah sejak Ga Eun kecil adalah Byun Baekhyun di hatinya dan tentunya soal badut tengik itu juga! Huffftt.. Ga Eun benci jika harus mengingat badut itu lagi.

 

Baekhyun pindah bersama keluarganya enam bulan setelah kejadian di balik pohon apel. Tentu saja itu membuat Ga Eun sangat sedih. Sudah tiga belas kali ulang tahunnya berlalu tanpa Baekhyun dan juga tanpa badut. Dan hari ini Ga Eun berulang tahun yang ke sembilan belas, harapan itu masih ada di hatinya.

 

Ga Eun sudah menerima kejutan, banyak kado dan ucapan selamat ulang tahun dari teman-teman dan keluarganya. Namun, betapa bodohnya Ga Eun selalu menunggu seorang Baekhyun kembali. Ga Eun tidak pernah tahu kan, Baekhyun masih mengingatnya atau tidak? Atau mungkin saja Baekhyun sudah punya orang yang lebih berarti dari Ga Eun? Ya, semua itu bisa saja terjadi. Tapi gadis itu tahu, Baekhyun pasti akan menepati janjinya.

 

“Jangan menangis Ga Eun, aku pasti akan pulang...” Ga Eun ingat betul kalimat itu, janji itu.

 

Setiap ulang tahun, Ga Eun pasti pergi ke pohon apel yang tumbuh di sudut lapangan dekat rumahnya. Menggenggam kedua tangan di dada dan mengucapkan permohonannya. Termasuk hari ini, ia sudah berdiri di bawah pohon apel itu, beberapa daunnya berguguran. Ga Eun menyentuh batang pohon apel yang besar dan kokoh itu, menggumamkan sesuatu, “Aku ingin bersembunyi disini sekali lagi.” Ia tersenyum, sebutir air mata menggenang di sudut matanya.

 

Gadis itu menggenggam kedua tangannya di dada, menundukkan kepala kemudian menutup kedua matanya dan memohon.

 

“Tuhan, aku ingin bersembunyi di balik pohon apel ini lagi, aku ingin di selamatkan Baekhyun lagi. Aku rindu sekali padanya. Sudah empat belas kali aku berdoa di bawah pohon apel ini, aku harap bisa melihatnya lagi suatu hari nanti.” Ga Eun membuka matanya.

 

Ia bangkit dan meninggalkan pohon apel itu, menggantungkan permohonannya disana bersama buah-buah apel yang masih berwarna hijau kemerahan. Ga Eun memandang pohon apel itu dari kejauhan, bibirnya kembali tersenyum. “Baek, selamatkan aku lagi.” Lirihnya.

 

Baru saja Ga Eun membalikkan tubuhnya, biji matanya menangkap sebuah sosok yang tak biasa. Siapa itu?

 

 

Baekhyun?

 

 

Tidak, itu bukan Baekhyun. Wajah Ga Eun berubah pucat, makhluk mengerikan itu berdiri tepat di depan pagar rumahnya. Makhluk bertubuh gendut, memakai baju warna-warni seperti potongan kain perca, sepatu kebesaran, wajah putih seputih tembok, bibir berwarna merah menyala yang tersenyum setiap saat, rambut keriting warna-warni, dan hidung merah besar yang mirip Rudolf si rusa Santa Klaus, itu.. itu badut?!

 

Keringat dingin meluncur di pelipisnya, tubuhnya bergetar, dan rahangnya hampir saja jatuh ke tanah jika saja ia tidak cepat-cepat membungkam mulutnya.

 

Badut itu membawa balon di tangannya dan tersenyum ke arah Ga Eun.

 

“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!”

 

Ga Eun berlari secepat kilat, melesat bagai roket. Ia mengerahkan seluruh tenaganya, berlari menjauh dari makhluk tengik itu. Kakinya terantuk batu dan terjatuh, ia bangkit lagi. Ga Eun tetap berlari, ia berlari menuju pohon apel itu dan bersembunyi disana.

 

Mati-matian Ga Eun mengatur nafasnya yang naik turun tak beraturan. Keringat dingin masih mengucur dan kini semakin deras, kepalanya terasa berdenyut-denyut. Wajahnya terlihat sangat kacau dan pucat. Ia sangat takut, takut sekali. Kaus abu-abu dan celana jeans birunya kotor karena debu, juga sepatu converse kuningnya. Ia merasakan perih di siku kanannya, ada luka terbuka disana.

 

Ga Eun menutup matanya. Memegangi dadanya agar jantungnya tidak melompat keluar.

“Bagaimana makhluk itu ada disana?!” umpatnya.

“Siapa lagi yang akan memberikan kejutan?! Apa-apaan ini?! Membawa makhluk mengerikan itu ke rumahku! Akan kubunuh orang yang ada di balik semua ini!!”

Demi Tuhan, Ga Eun bukan tipikal gadis yang kejam, tapi situasi seperti ini yang membuatnya berubah jadi gadis kejam.

 

“Benar kau ingin membunuhku?” Sebuah suara tiba-tiba mengagetkan Ga Eun yang sedang mengintip badut itu dari tempatnya bersembunyi. Suara itu datang dari balik punggungnya.

 

Seketika tubuh Ga Eun seperti tersengat listrik bertegangan tinggi saat mendengar suara itu, suara yang tidak asing di telinganya tapi kedengaran sedikit berbeda. Dengan perlahan, Ga Eun memutar tubuhnya, dengan hati-hati ia mulai melihat wajah orang itu.

 

! Ga Eun merasakan ada sebuah apel mengganjal di tenggorokannya, mencekat saluran pernafasannya, bahkan ia harus membuka mulutnya lebar-lebar untuk bernafas.

 

Dia.. dia memakai snapback merah terbalik, sweater biru tua, celana jeans hitam, dan sneakers putih. Manik mata Ga Eun memperhatikan sosok itu dari atas ke bawah, dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Dagu lancip, bibir kecil, hidung mancung, dan mata sipitnya. Demi Tuhan! Ini bukan mimpi kan?! Byun Baekhyun ada di hadapanku!

 

Ga Eun cepat-cepat membekap mulutnya. Air mata mengalir membasahi pipinya. Jantungnya berdetak semakin tidak beraturan, keringat dingin dan wajah pucat kembali menyelimutinya.

 

Baekhyun tersenyum, memperlihatkan eyesmile­-nya yang sangat menawan. Dia tumbuh sempurna, Byun Baekhyun tumbuh dengan sempurna. Bahkan ia sudah mengecat rabutnya dengan warna maroon. Ia sangat tampan.

 

“K-ka.. kau...” Ga Eun setengah mati berusaha mengeluarkan suaranya.

 

Baekhyun terkekeh kecil melihat raut wajah Ga Eun yang hampir tak bernyawa. “Iya, aku Baekhyun. Aku Byun Baekhyun.” Ucapnya lembut.

 

Erggh! Ga Eun serasa ingin menggigit pipi pria di hadapannya ini.

 

“Ba-Baek...” ucap Ga Eun tergagap.

 

Baekhyun kembali tertawa geli, “Oh, ayolah Ga Eun. Aku bukan badut. Jangan melihatku seperti itu.” Ia menghapus jejak air mata di pipi Ga Eun.

 

“Kau kembali..”

 

“Ya, aku kembali Ga Eun.”

 

Ga Eun menghambur ke pelukan Baekhyun, menangis sekencang-kencangnya dalam dekapan hangat pria itu. Ia merasakan tangan Baekhyun mengusap lembut rambutnya, penuh kasih sayang.

“Sshh.. Jangan menangis.” Ucap Baekhyun lembut.

“Badut itu bisa mendengarmu jika kau menangis terlalu keras.” Goda Baekhyun.

 

Sebuah tawa kecil tiba-tiba memotong tangis Ga Eun, ia mengangkat kepalanya dan menatap Baekhyun yang tengah tersenyum menatapnya. Kedua ibu jari Baekhyun bergerak lembut menghapus air mata yang membasahi setengah wajah Ga Eun.

“Selamat ulang Tahun, Son Ga Eun.” Cengiran khas Baekhyun mengiasi wajahnya.

“Terima kasih, Baek.” Balas Ga Eun setengah tertawa. “Shhh..” desisnya lagi.

“Ada apa?”

“Sikuku terasa perih.” Ga Eun meringis.

Benar, ada luka disana. Baekhyun menggenggam tangan Ga Eun, “Ayo, kita harus obati lukamu.”

“Tapi.. Badut itu..” gumam Ga Eun.

“Ga Eun, jangan takut. Genggam tanganku dengan erat jika kau takut, aku akan melindungimu.” Ucap Baekhyun mantap sambil menarik Ga Eun keluar dari persembunyiannya. Badut itu masih diam di depan pagar rumah Ga Eun.

Mereka berjalan mendekati badut itu, Ga Eun menggenggam erat tangan Baekhyun. Simsalabim! Rasa takut itu hilang seketika saat Baekhyun di sisinya.

 

“Berikan balonnya padaku.” Ucap Baekhyun. Badut itu menyerahkan balon di tangannya pada Baekhyun.

“Kau mengenalnya?” tanya Ga Eun.

“Ah! Aku lupa, kenalkan dia Chanyeol. Chanyeol ini Ga Eun.”

Mereka tidak bersalaman, walaupun Ga Eun tidak takut badut saat bersama Baekhyun, bukan berarti ia harus menyentuh badut itu. Tidak-tidak, itu tidak akan terjadi.

Chanyeol melepas wig keribo warna-warninya dengan gusar. Menggaruk-garuk kepalanya yang basah karena keringat. “Bisa kulepaskan sekarang, Baek?” Chanyeol memohon.

Okay. Terima kasih atas bantuannya. Kau bisa pulang ke rumahku dan mandi.” Baekhyun mengerling.

Chanyeol beranjak pergi dari tempatnya, namun kembali lagi. “Aku lupa, selamat ulang tahun, Ga Eun.” Ucapnya riang kemudian meninggalkan Ga Eun dan Baekhyun berdua.

Ga Eun tertawa kecil melihat tingkah Chanyeol barusan. Hei! Ga Eun tertawa karena badut, walaupun tanpa rambut warna-warni. Pertama kalinya gadis itu tertawa karena badut. Ini akan jadi sejarah besar! Seseorang harus menuliskan nama Son Ga Eun dalam buku rekor dunia!

 

Tiba-tiba Baekhyun memeluk Ga Eun, menghentikan tawanya. “Maafkan aku.” lirih Baekhyun.

“Untuk apa, Baek?”

“Aku membuatmu menunggu, dan aku membiarkanmu melewatkan tiga belas ulang tahunmu tanpaku.”

Ga Eun tersenyum tipis. Ia bisa mencium aroma mint dari tubuh Baekhyun.

“Apa kau akan pergi lagi?” tanya Ga Eun ragu. Sebenarnya ia tidak siap mendengar jawabannya, ia takut Baekhyun akan pergi lagi. Ia takut akan kehilangan Baekhyun lagi. Ga Eun ingin selalu bersama Baekhyun, selamanya.

 

Hening...

 

“Tidak.” Ucap Baekhyun. Oh! Itu melegakan. “Aku kembali kesini bersama Chanyeol. Aku akan meneruskan kuliahku disini.” Tambahnya lagi.

 

Pria itu melepaskan pelukannya, berjalan mundur menjauh dari tempat Ga Eun berdiri. ia tampak sedang mengurutkan tiga balon di tangannya, tunggu ada tulisannya.

I..”

 

Love..”

 

“You?” Ga Eun mengernyitkan alisnya. Mengulang kata di balon-balon itu sekali lagi. “I love you...” Baekhyun tersenyum, melepaskan balon-balon itu ke udara dan merentangkan kedua tangannya.

 

“AKU MENCINTAIMU SON GA EUN! PELUKLAH AKU JIKA KAU JUGA CINTA PADAKU!” Jerit Baekhyun dari tempatnya berdiri.

Whooops! Pria itu benar-benar nekat. Bagaimana jika semua tetangga keluar? Byun Baekhyun tidak peduli, ia hanya peduli dengan Ga Eun yang masih berdiri mematung di tempatnya. Baekhyun menanti gadis itu berlari dan memeluknya.

 

Ga Eun berlari ke arah Baekhyun, memeluk pria itu erat, erat sekali.

“Aku juga mencintaimu, Byun Baekhyun.” Ujar Ga Eun lembut.

 

Mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Ga Eun, Baekhyun merasakan ribuan kupu-kupu di perutnya bergemuruh, menciptakan perasaan yang begitu membahagiakan sekaligus melegakan.

“Selama empat belas tahun hati ini selalu jadi milikmu, Ga Eun.”

 

Akhirnya, Byun Baekhyun kembali pada gadisnya. Gadis yang selalu menantikannya pulang dan datang untuk melindungi gadisnya itu dari badut.

 

Di bawah pohon apel..

 

 

THE END

 

a/n: aaaa!! aku jadi blushing-blushing sendiri bacanya. Padahal aku yang bikin. Bayangin aja gimana manisnya si bacon disini. Aku yakin banget, coklat karamel punya Ga Eun kalah manisnya sama Baekhyun. /emut pipi Baek/

serius loh, ff ini udah stuck di tengah kurang lebih sebulan. Karena tugas-tugas kuliah tengik itu! Entah itu ilustrasi dasar atau tugas periklanan dan antek-anteknya. Tapi syukurlah, lagu Goodbye summer-nya f(x) bisa ngebangun moodku lagi buat nulis ini lagi. Thanks a lot for my belove Marbelle udah membuat aku tambah jatuh cinta sama suara Kyungsoo! /pegangin Chanyeol biar gak turun dari bias list/ gak nyambung sih emang sama ff ini, kan endingnya mereka pacaran. Tapi serius deh, lagunya enjoy banget buat di dengerin.

Okelah, comment are available now! By-the-way soal ff yg sebelumnya, WNSB yang pendek banget itu ternyata ada yg suka, aku cinta banget deh sama kalian yang sudah sedia membaca tulisanku yang kupikir akan diabaikan. Ternyata... hikss.. ada yang baca juga. Thanks a looooooooot! /lemparin member exo satu-satu/

Thank you for reading! ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet