My boyfriend

Don't you know?

 

Sorry for Miss Typo n Hope you enjoy it~ ^^

 


 

...........

 

"Tapi maaf, aku tidak suka dengan anak gendut." Nichkhun mengatakannya dengan nada santai. Merasa itu lebih baik daripada ia mengaku sebagai anak laki-laki dan membuat bocah gemuk yang terlihat innocent di hadapannya salah paham dengan dirinya sendiri.

Tapi setelah melihat perubahan raut wajah bocah gemuk di hadapannya yang menjadi sedih membuat Nichkhun merasa sedikit —sangat sedikit— bersalah. Apalagi dengan mata innocent yang mulai berkaca-kaca dengan bibir yang mengerucut menahan tangis. Apa dia terlalu berlebihan dengan mengatainya gendut? Tapi bukankah itu memang kenyataan? Bocah innocent di hadapannya ini benar-benar bertubuh gemul dengan pipi bundar yang besar di kedua sisi wajahnya.

"Khunnie!" panggilan bibinya dari mobil di pinggir jalan tak jauh dari mereka mengalihkan perhatian Nichkhun. "Cepatlah. Nanti kita terlambat!"

Nichkhun melirik sekilas anak gemuk yang kini menundukkan kepalanya. Mengabaikan rasa tak teganya —Nichkhun tak mau disalahkan dalam hal ini, ia memilih berbalik dan berjalan pergi menuju mobil bibinya.

"Siapa anak gendut itu? Temanmu?" tanya Bibinya sambil menjalankan mobilnya setelah Nichkhun duduk di sampingnya.

Nichkhun menyandarkan sikunya di sisi jendela mobil sambil menopang dagunya. Dari kaca jendela ia melihat sosok bocah gemuk itu yang masih berdiri di posisi semula dengan kepala yang menunduk dalam. Mobil yang dijalankan bibinya itu berjalan melewati bocah gemuk tersebut.

"Aniyo...." Nichkhun mengalihkan pandangan ke depan jalanan, mengabaikan perasaan janggal di hatinya. "Dia..... hanya anak gendut biasa...."

.

.

.

Flashback End

.

.

.

Salah satu siku Nichkhun bertumpu di atas meja bangku kelasnya. Menopang dagunya di atas telapak tangannya, pandangan Nichkhun menerawang ke atas awan dari jendela kelas di lantai tiga gedung sekolah High School-nya. Pupil matanya yang berwarna coklat kehitaman beralih pada bias wajahnya yang terpantul samar di jendela kelas tersebut. Meneliti dengan baik bentuk rupa wajahnya sendiri.

Aku tampan.

Ia bergumam dalam hati, memuji dirinya sendiri.

"Tapi maaf, aku tidak tertarik dengan namja."

Kalimat yang ia dengar kemarin tergiang di pikirannya. Membuat alisnya menekuk tajam, merasa terganggu dengan ingatan tersebut.

Meski si imut itu tidak tertarik dengan namja, tapi tidak seharusnya dia menolak ajakan namja sempurna yang setampan dirinya —Nichkhun—? Benarkan?

Nichkhun mulai berdebat dengan pikirannya sendiri. Dengan wajah yang menekuk seperti orang yang sedang berpikir keras.

Penolakan itu bukan berarti membuat ia kecewa. Tidak, Aku tidak kecewa (Nichkhun mengulang kalimat itu berulang kali dalam pikirannya). Lagipula ini bukan dalam kasus Nichkhun sedang menembak seseorang untuk diajak kencan. Si imut itu saja yang sudah salah paham dengan lidah Nichkhun yang salah bicara. Nichkhun hanya ingin mengajak si imut itu kenalan dan berteman dengannya. Tapi tetap saja..... ajakannya sudah ditolak mentah-mentah.

Apalagi setelah mengatakan kalimat terakhir itu, si imut langsung buru-buru berbalik pergi meninggalkan Nichkhun sendirian di pinggir jalan. Langkah cepat yang ia ambil seolah menandakan kalau si imut itu sama sekali tidak ingin berlama-lama dengan Nichkhun.

Memangnya apa salah dengan Nichkhun? (Abaikan fakta mengenai ajakan menjadi 'namjachingu' di awal pada orang asing pertama yang ia temui) Memangnya wajah tampannya yang sempurna ini —menurut Nichkhun— ada miripnya dengan tampang penjahat atau orang mesum begitu? Tidak. Tentu saja tidak. Kalau begitu apa yang salah dengannya?

"Hei Taec," Nichkhun beralih pada teman sebangku di sampingnya. Memilih menyalurkan pemikirannya daripada ia terus berdebat sendiri tanpa ujung.

Taecyeon yang sedang mengoreksi perhitungan pelajaran fisika bersama Junsu —yang kini resmi berganti nama menjadi Minjun— bergumam tanpa menoleh pada Nichkhun. "Hm. Apa?"

"Menurutmu, apa yang kurang dariku?"

Bukan saja Taecyeon, Minjun juga mengangkat kepalanya dari atas buku. Mereka berdua serempak menoleh pada Nichkhun setelah mendengar pertanyaan janggal tersebut. "Ku pikir kau ingin bertanya tentang pelajaran?" celetuk Minjun. Taecyeon mengangguk mengiyakan pendapat Minjun.

"Sudahlah, jawab pertanyaanku saja."

Mata Taecyeon meneliti Nichkhun. "Apa yang kurang darimu?" ia mengulang pertanyaan Nichkhun untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Nichkhun mengangguk.

Taecyeon nyengir, tanpa berpikir ia menjawab dengan percaya diri. "Kau kurang tampan dariku."

Hening......

Sampai akhirnya Taecyeon mengerut cemberut —beraegyo ria meski gagal total—. "Hei, apa yang salah dengan jawabanku!" protesnya melihat Nichkhun memincingkan mata menatapnya aneh, sementara Minjun berusaha menahan tawanya.

.

.

.

.

Si namja imut yang bernama Jang Wooyoung itu berdiri seorang diri di bawah salah satu pohon di samping jalan setapak halaman sekolah menuju gerbang sekolah High school. Sesekali ia tersenyum membalas sapaan beberapa siswa yang mengenalnya saat mereka berjalan pulang melewati Wooyoung menuju gerbang sekolah.

Jika ada yang sempat bertanya padanya apa yang ia lakukan sendirian di sana, Wooyoung cukup menjawab dengan kata "Junho" dan mereka sudah mengerti apa maksudnya. Ia sedang menunggu Junho untuk pulang sekolah bersamanya, seperti biasa.

Angin dingin musim gugur berhembus pelan. Wooyoung mengepalkan kedua tangannya dalam saku seragamnya, melindungi diri sambil membenamkan dagunya ke dalam syal wol putih yang melilit lehernya. Baru saja ia ingin merutuki keterlambatan Junho saat ia merasakan sebuah lengan merangkul bahunya dari belakang.

"Kenapa kau lama sekali?" kesal Wooyoung.

Junho malah nyengir innocent padanya, dengan sebuah tungkai permen lolipop yang menyelip muncul dari sisi bibirnya. "Jangan salahkan aku. Protes sana dengan wali kelas yang menunjukku sebagai perwakilan kelas di rapat osis."

Wooyoung hanya bisa cemberut kesal. Junho meraba-raba kantongnya sendiri, mencari sesuatu. "Dimana yah?"

"Apanya?"

"Permenku yang satunya lagi. Aku tadi beli dua, satu untukmu juga."

Alis Wooyoung mengernyit melihat Junho memeriksa saku celana dan blazernya, sementara tungkai permen lolipopnya sendiri bergerak-gerak di ujung bibirnya.

"Aih, kau kelamaan." Tanpa izin Wooyoung menarik paksa tungkai lolipop milik Junho dari mulutnya, dan memasukkan permen lolipop itu ke dalam mulutnya sendiri. Junho terdiam melongo melihat Wooyoung mengemut lolipopnya dengan santai.

"Yach! Itu permenku!" protes Junho.

Wooyoung mengabaikannya, berbalik pergi melangkah lebih dulu melewati gerbang sekolah. Junho merengut sendiri mengerucutkan bibirnya, lalu ikut berlari kecil menyusul Wooyoung, kembali merangkul bahu Wooyoung sambil berjalan bersamanya.

"Bentar lagi musim dingin. Apa kau sudah membeli mantel musim dingin yang baru?" tanya Junho.

"Untuk apa? Mantel lamaku masih besar di badanku kok."

"Tapi punyaku sudah kekecilan."

"Ya sudah, pergi beli sana."

"Temani aku. Sekalian pilihkan untukku," rajuk Junho sambil mengerucutkan bibirnya di atas bahu Wooyoung.

"Hm. Kapan?"

"Minggu ini. Bagaimana?"

Wooyoung mengangguk sambil mengemut permen lolipopnya, membuat bibir merah mudanya sedikit merekah menggemaskan saat mengerucut. "Tapi setelah itu kau harus mentraktirku es krim." Lama tak mendengar jawaban dari Junho membuat Wooyoung menoleh. Ia melihat tatapan Junho bertumpu lekat pada mulut Wooyoung.

"Yach!" Wooyoung mendorong bahu Junho darinya, menyadarkan Junho dari pikirannya. "Jangan harap aku akan mengembalikan permen ini padamu. Salah sendiri kau menghilangkan lolipop untukku."

Junho mengerjap, lalu nyengir lebar pada Wooyoung. "Kau masih saja polos dari dulu," ia mengacak rambut Wooyoung.

"Aissh. Apa yang kau lakukan?" Wooyoung menyingkirkan tangan Junho sambil mengerucutkan bibirnya. "Berhenti menggodaku seperti anak kecil. Aku masih lebih tua darimu. Kau tahu itu!"

"Hanya beda sembilan bulan," Junho melet. Kembali mengacak rambut Wooyoung lebih kasar. Ia berkelit dari pukulan Wooyoung lalu segera lari sambil tertawa terbahak-bahak.

"Yach Junho! Awas kau!" dan Wooyoung ikut lari mengejarnya.

.

.

.

.

"Khunnie!"

Nichkhun yang sedang duduk di depan komputernya itu, hanya membalas panggilan bibinya dengan gumaman tak acuh. "Hm."

Pintu kamarnya dibuka dari luar, sang bibi yang masih terlihat cantik seperti dua tahun lalu menjulurkan kepalanya masuk ke dalam kamar. "Khunnie sayang. Aku butuh bantuanmu."

Nichkhun langsung menoleh dengan tatapan tajam bagai pembunuh berdarah dingin. Tapi bibinya malah terkekeh kecil mendapati sikap tersebut. "Tenang saja. Aku tidak akan menyuruhmu menggantikan model perempuan seperti dulu."

"Kalau pun kau memintanya, aku tak akan pernah mau melakukannya lagi. Tidak—akan—pernah."

"Arraso. Lagipula bahumu yang mulai kekar itu tidak akan cocok dengan dressku yang cantik."

"Tentu saja. Aku kan sudah menjadi pria tampan yang sejati," balas Nichkhun membanggakan diri, tersenyum ria di depan bibinya.

Sang bibi memutar bola matanya dengan gerakan bosan. "Ya ya aku tahu. Sekarang ganti bajumu. Dan ambilkan pesanan kainku di butik Chamdaeng."

.

.

.

.

.

Junho berdiri, bersandar pada pagar depan rumah keluarga Jang. Tatapannya tertuju ke bawah, ke ujung sepatunya sambil tersenyum kecil seorang diri. Entah apa yang ia pikirkan membuat wajah tampannya terlihat lebih cerah dari biasanya.

Bunyi pintu yang dibuka dan ditutup mengalihkan perhatiannya. Wooyoung berjalan keluar dari rumahnya sambil sedikit melompat riang dalam langkahnya menuju tempat Junho berdiri. Tingkahnya terlihat kekanakan, tapi juga menggemaskan dalam waktu yang bersamaan. Ia melompat di hadapan Junho dengan kedua tangan yang tenggelam dalam saku jaketnya.

"Kajja."

"Tunggu," Junho menahan lengan Wooyoung yang hendak berbalik. "Ada sesuatu di rambutmu." Tangan Junho terulur menyingkirkan kapas putih kecil yang tersangkut di atas kepala Wooyoung.

Mata Wooyoung sedikit mengerjap, menatap innocent pada Junho yang terlihat perhatian memperbaiki tatanan rambutnya.

"Nah, sekarang sudah lebih baik." Junho nyengir, lalu mengulurkan telapak tangannya di hadapan Wooyoung. "Kajja, kita berangkat sebelum butik Chamdaeng semakin ramai."

Wooyoung ikut tersenyum sambil menggapai telapak tangan Junho, balas menggenggamnya. "Neh hyung~"

Junho tertawa. Mereka pun berjalan beriringan sambil mengayun-ngayunkan kedua tangan mereka yang saling menggenggam. Seperti kebiasaan lama mereka sejak kecil yang susah untuk dihilangkan.

.

.

.

.

.

Kantong belajaan yang berisikan beberapa lipatan kain pesanan bibinya itu sudan berpindah tempat ke tangan Nichkhun. Urusannya sudah selesai di dalam butik tersebut. Baru saja ia ingin menuju pintu keluar saat matanya tanpa sengaja menangkap sosok yang terlihat familiar baginya di sisi lain dalam butik tersebut.

Tanpa berpikir lagi, Nichkhun beranjak mendekati dua namja yang sibuk berdebat di depan salah satu rak gantung dimana berjejer berbagai model mantel di sana. Nichkhun menepuk salah satu bahu namja tersebut.

Junho menoleh. "Oh, Nichkhun hyung?"

Nichkhun tersenyum ramah. "Hei Junho. Apa yang kau lakukan?" ia bertanya, sedikit berbasa-basi. Sesekali —secara diam-diam— matanya melirik ke arah namja satunya lagi yang berdiri di samping Junho.

Di sisi lain, Wooyoung yang melihat kedatangan Nichkhun sedikit terkejut. Tentu saja ia tak lupa dengan tampang namja asing yang langsung mengajaknya 'kencan' di awal pertemuan mereka. Apalagi wajah Nichkhun itu sangat gampang untuk dikenali diantara wajah korean lainnya.

Wooyoung mengambil satu langkah ke samping, menjaga jarak dari Nichkhun dan bersembunyi di balik badan Junho. Entah kenapa senyuman namja asing itu yang masuk dalam pandangan Wooyoung terlihat janggal dan aneh baginya. Mungkin karena kesan pertama yang ia ambil saat mereka bertemu tempo hari lalu, membuat apa saja yang dilakukan Nichkhun terlihat aneh —kalau tidak mau dibilang mesum— di mata Wooyoung.

"Aku mau beli mantel baru. Nichkhun hyung sendiri sedang apa? Berbelanja juga?"

"Aku hanya sedang mengambil pesanan kain bibiku di sini." Kini Nichkhun secara terang-terangan melirik Wooyoing di hadapan Junho. "Siapa dia?" tanyanya santai, menutupi rasa penasaran yang besar kalau ternyata Junho —yang Nichkhun kenal sebagai adik sepupu Minjun itu— ternyata mengenal si imut yang ia temui tempo hari lalu.

Junho mengikuti arah pandang Nichkhun. Ia nyengir, menarik lengan Wooyoung ke sampingnya dan merangkul bahunya. "Ini Wooyoung. Dia namjachingu-ku."

Mata Nichkhun melebar. Wooyoung menoleh pada Junho dan menatapnya aneh. "Apa-apaan kau?" protesnya.

"Waegure?" tanya balik Junho dengan sok innocent. "Kau kan memang namjachingu-ku (teman pria), masa kau yeojachingu-ku (teman wanita)?"

"Kau tidak perlu menambahkan kata namja di depan chingu. Cukup dengan chingu (teman) saja. Kau membuat orang akan salah paham dengan kata-katamu itu."

"Benar. Orang bisa salah paham dengan kalimat itu," Nichkhun menambahkan ucapan Wooyoung.

Junho dan Wooyoung kembali menoleh pada Nichkhun yang sempat mereka lupakan keberadaannya karena perdebatan kecil mereka.

Nichkhun tersenyum setampan mungkin —menurut dirinya sendiri—. "Aku pernah mengalaminya," ia memulai dengan percaya dirinnya. "Ada seorang namja yang membuatku tertarik saat pertama kali melihatnya. Aku ingin mengajaknya berteman, tapi kata-kata yang keluar dari mulutku malah 'namjachingu' bukannya 'chingu, membuat ia salah paham denganku."

"Oh, benarkah?" tanya Junho.

Nichkhun mengangguk. "Kau tahu apa reaksinya setelah aku mengatakan hal itu? Ia langsung buru-buru pergi meninggalkanku, sepertinya dia mengira aku adalah orang mesum atau semacamnya."

Junho tertawa mendengar cerita itu. Sementara Wooyoung berubah pucat pasi di samping Junho.

Nichkhun menghela nafas. Ia memasang wajah pura-pura sedih, meski sebenarnya ia ingin tertawa melihat reaksi kaku di wajah Wooyoung yang tetap terlihat lucu —dan menggemaskan— di matanya. "Jujur saja, aku sedikit menyesali kejadian dan kesalapahaman itu."

"Ku harap kau bisa menjelaskan pada namja itu kalau kau bertemu dengannya lagi hyung."

"Yah, kuharap begitu," Nichkhun melirik Wooyoung yang langsung mengalihkan arah pandangnya ke arah lain selain Nichkhun.

"Ah ya. Benar." Junho sedikit tersentak setelah menyadari sesuatu. Ia menoleh pada Wooyoung. "Aku sampai lupa mengenalkan kalian. Wooyoung-ah, ini Nichkhun hyung. Dia teman sekolahnya Minjun-hyung."

"Oh... ya," Wooyoung tersenyum kaku, masih agak kikuk dan canggung. Menyadari hal itu Junho tertawa santai sambil memukul pelan bahu Wooyoung untuk membuat temannya lebih rileks.

"Jangan kaku begitu. Nichkhun hyung orang yang baik kok."

"Hm, aku tidak akan memakanmu," tambah Nichkhun dengan nada canda sambil mengulurkan tangannya.

Wooyoung tersenyum geli dengan candaan itu, dan akhirnya menyambut jabat tangan Nichkhun.

"Neh, Wooyoung imnida."

"Nichkhun imnida."

Selagi keduanya saling berjabat tangan memperkenalkan nama, saling memandang dan melempar senyuman ramah. Junho yang berdiri di antara mereka, menatap jabat tangan itu sambil nyengir, ikut senang dengan perkenalan antara dua orang yang juga dekat dengannya. Sayangnya yang Junho tak tahu, apa yang akan terjadi selanjutnya di kemudian hari antara kedua temannya itu, bisa membuat senyuman bahagia bagaikan mentari milik seorang Lee Junho....

......memudar.

.

.

.

.

.

Minjun dan Taecyeon tertawa jahil bersama sambil memandang laptop yang menyala di hadapan mereka.

"Tadinya ku kira Nichkhun sudah menghapusnya sejak lama," kata Taecyeon dengan mata berbinar geli memandang layar laptop.

Minjun nyengir makin lebar. "Dia memang sudah menghapusnya, tapi sebelum itu aku sudah membuat banyak salinannya biar tak bisa hilang begitu saja." Ia tertawa jahil.

Taecyeon ikut tertawa jahil sambil merangkul bahu Minjun. "Daebak. Foto ini bisa kita gunakan suatu hari nanti."

"Bisa dipajang buat acara perpisahan sekolah."

"Bisa mempermalukan dirinya di depan pacarnya."

"Bisa ditunjukkan ke anak dan cucunya di masa depan."

"Bisa dikirim buat perlombaan model sampul majalah."

Dan kedua namja itu tak berhenti tertawa sambil melihat foto Nichkhun berpenampilan perempuan cantik yang diambil sejak dua tahun yang lalu.

.

.

.

.

.

~ Sayaka Dini ~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
vickywahyu #1
Chapter 2: Lohhh yang nie mana lanjutannya....ayo thor update....gomawo
jangwooyoung0730
#2
Chapter 2: waah ntah berapa kali aku baca cerita ini, tapi aneh nya aku udah comment tapi comment ku ga ada. hehe maaf, mungkin karena sinyal disini jelek.
berharap cerita ini akan berlanjut plus cerita cerita author yg lain juga bisa berlanjut, tp sepertinya harapan itu tidak mungkin, bukan begitu authornim? hehehe. wirtrsblock atau mungkin hal lain yg menghalangi author untuk itu. aku juga pesimis kalo author masih baca comment ku apa ga. hehe. tapi aku suka semua cerita author. aku ga tau author masih mau jadi author buat ff ky atau ga, tapi yg pasti aku penggemar author juga. andai aku bisa buat cerita seperti ini. hehehe. author ddaebaaak. aku kangrn karya karya autor, wooho,cnn,taeckay,dan ky nya. hehe. author fighting buat urusan nya.


jangan, buat ky bersatu disini authornim. biarkan ini jadi cerita indah wooho. huweeee. mikir 'senyuman junho akan memudar suatu hari nanti karena jabatan tangan itu' bikin miris. ga mau~~~~ itu akan menyakitkan. ga -mauuuuu. tch, nichkhun sangat percaya diri sekali. kata siapa dia tampan? buatku yg paling tampan itu Wooyoung, jr dan mark. Hahaha. stop. okay.

Terima kasih authornim sudah menghiburku dengan cerita ceritanya. :-)
mannuel_khunyoung
#3
ijin bca nun :3 (ini udah yg ktiga kali T.T ; miris nunna belum update2 :"( )

Oke-oke Wooho shipper disini xD
ReLif_53 #4
Chapter 1: Hahaha.. 1 sama... Kekeke..
Gak bisa bayangin woo jadi gendutt.. Junho sayang banget ya ma woo.. So sweet..
Uyounggie
#5
Chapter 2: Ye ye ye ye...!!

Kereen..!!

Lanjut..! Tapi thor..! Jgn langsung buat scandal yaa..! Biar terasa lebih lama..!

Kasian ama junho
hwaiting93 #6
Chapter 2: Astaga astaga astaga deg-degan takut uyong akhirnya sama khun ><
pengen akhirnya itu wohoo walaupun aku khunyoung shipper :(
Ga tega sama nunneo yg imut-imut duh aduhhh haduuuhhhhh

Cepet dilanjut ya thor , ini daebak jadi harus dilanjut hehe ^^v
rin_26 #7
Chapter 2: junho suka woo?
Hadeh emang si mereka selalu bersama sejak kecil jadi wajar klo salah satu dari mereka akhirnya jatuh cinta
junho baik banget dia teman sejati buat woo yg mau nerima woo apa adanya
tpi ada khun bagaimanapun aku ttp selalu mendukung khunyoung bersatu walupun khun suka woo setelah woo berubah,hehe apadah

itu foto khun masih ada?hmm..berarti suatu saat woo bakal tau siapa sebetunya yeoja yg berhasil membuat dia merubah penampilah

ok lanjun...lanjut can't wait next chap
rin_26 #8
Chapter 1: keadaan berbalik,yg tadiny khun nolak woo sekarang jadi woo yg nolak khun
Azalea22 #9
Chapter 2: Aya update soon part 3 nya ya.. Tq