Final
That Word
Ketidakberanian membuat Yifan kehilangan kesempatannya untuk mengungkapkan Cinta
Dan untuk Suho....
Takdir membuatnya tak pernah dapat mengatakan Cinta
Yifan terduduk di sebuah bangku taman dengan wajah muram, harinya tak berjalan baik hari ini. Koreografernya seolah tak pernah berhenti mencelanya karena tak dapat melakukan gerakan dance dengan sempurna.
Bukan salahnya jika ia tak bisa menari dengan sempurna seperti Lay atau bahkan Kai yang bahkan mampu menggerakkan tubuh mereka dengan begitu elastis seperti jelli, sementara yang ia lakukan hanyalah menggerakkan tubuhnya dengan kaku seperti robot yang kehabisan batrei.
Bukan salahnya pula jika ia tak bisa bernyanyi dengan merdu seperti luhan, D.O atau bahkan Chen dan baekhyun, yang mampu mencapai nada tinggi tanpa masalah, sementara yang ia lakukan hanyalah mengeluarkan suara-suara seperti angry bird. Sial baginya yang bahkan ditempatkan sebagai rapper tanpa kemampuan rap yang benar-benar matang.
Tapi ia tak kabur dari rumahnya di kanada hanya untuk mendapatkan celaan dan kritikan seperti ini. ia masih terlalu muda saat menerima tawaran casting itu, dan dengan keberanian yang entah dari mana ia menggunakan sisa uang sakunya untuk membeli ticket ke Korea tanpa tahu apakah ia akan berhasil atau tidak, tanpa peduli ia hanya memiliki uang untuk ticket satu arah dan hidup seminggu di Korea, namun siapa yang menyangka ia berhasil lulus casting dengan wajah tampannya.
Sejujurnya ia tak tahu apakah ia harus berterimakasih atau mengumpat atas ketampannya karena tak jarang beberapa trainee membicarakan tentang dirinya yang tak berbakat dan hanya diterima karena wajahnya yang sungguh tak bisa disangsikan lagi ketampanannya.
“Aaaarrrggghh.... Sial!”umpat Kris sembari mengacak rambutnya frustasi
Kris menghentikan kegiatannya ketika telinganya menangkap sebuah alunan musik yang merdu, atau lebih tepatnya suara gesekan dawai biola yang indah dari salah satu sudut taman, dan entah baagaimana suara alunan biola itu kini menuntunnya pada seorang pemuda bermata sendu yang tengah memainkan biolanya tanpa mempedulikan Kris yang ternganga saking kagumnya pada permainan biola pemuda itu, atau... pada pemuda itu sendiri.
Wajah mungil, dengan kulit pucat yang berkilauan tertempa sinar matahari, membuatnya nampak bersinar ditengah terik matahari sore itu,serta bibir mungil semerah buah cherry matang yang manis semakin menambah keindahan sosok pemuda itu
“dug.. dug.. dug..”
Kris memegang dadanya yang berdebar kencang, seolah diketuk seseorang dari dalam.
Pemuda itukah yang telah mengetuknya?
Tanpa Kris sadari kini ia hanya berjarak 25 cm dari pemuda itu, dan dari jarak sedekat itu, ia bisa mencium aroma manis yang terkuar dari tubuh pemuda itu, dan sungguh itu adalah aroma termanis yang pernah ia hirup.
“Prok..prok..prok”
Secara reflek Kris bertepuk tangan ketika pemuda itu menghentikan permainan biolanya, dan meski sedikit terkejut akan kehadiran Kris, pemuda itu menyunggingkan senyumnya pada Kris yang masih terpana.
Dan Sungguh meski mata pemuda itu begitu sendu, senyumnya adalah sebuah magic yang mampu membuat Kris melupakan hari nya yang berat dan bahkan mampu membuatnya merasa tenang dan bahagia.
“Apakah kau mau memainkan 1 lagu lagi untukku?, hari ini terasa berat untukku dan mendengar musik mu membuatku sedikit melupakan kesedihanku”
Pemuda itu tak menjawab dan justru menunduk mendekati Kris yang memang sedari tadi duduk bersila di atas rumput. Wajah mereka begitu dekat hingga Kris bisa merasakan nafas hangat yang berhembus ketika pemuda itu menghela nafasnya.
Dan kembali Kris merasakan ketukan yang semakin keras dari rongga dadanya, tepatnya dari Jantungnya dan berdetak lebih kencang.
Pemuda itu tersenyum dan menunjukkan sebuah papan bertuliskan 1 dollar for 1 song, dan Kris pun mengangguk perlahan sebelum akhirnya dengan cepat mencari sisa uang di tiap kantong celana trainingnya, namun sialnya Nihil selain sebuah tutup kaleng dan beberapa kertas bon tak ada satupun uang yang tersisa di kantongnya.
Pemuda berkulit pucat itu-pun terkekeh melihat Kris yang tertunduk lemas dan kecewa karena tak dapat mendengar musik yang merdu dari gesekan biola darinya.
Namun itu tak lama, karena begitu pemuda itu menggesekan busur biolanya pada tiap dawai dan menciptakan sebuah alunan musik yang begitu menyentuh
Kris seketika tersenyum kembali, dan dengan mata tertutup Kris pun menikmati musik itu.
Seolah tengah berada di padang eden di hari fajar, musik itu begitu menenangkan hati Kris.
“gomawo” Ujar Kris sembari tersenyum pada pemuda itu
Pemuda itu tak menjawab dan hanya membalas senyuman Kris.
Pemuda itu berjongkok membuat tubuh mereka sejajar, dan masih dengan senyum yang sama, pemuda itu menyodorkan sebuah lolipop dari saku jaketnya kepada Kris yang masih tercengang.
“untukku?” tanya Kris bingung
Pemuda itu tak menjawab dan hanya mengangguk perlahan
“te... terimakasih” Ujar Kris tergugup
Pemuda itu sekali lagi hanya tersenyum, namun kali ini senyumnya begitu sempurna hingga membuat kedua kelopak matanya menutup dan membentuk garis bulat sabit.
Kris masih tak bergeming ketika pemuda itu mengemasi kotak biolanya, namun ketika pemuda itu mulai berjalan meninggalkan dirinya, Kris pun memberanikan dirinya untuk mengatakan sesuatu.
“Be... besok, aku akan kembali ke sini!, aku... akan membayar hutang ku padamu”Ujar Kris gugup
Dan sekali lagi tak ada jawaban dari pemuda itu selain sebuah senyuman.
#
“Bukankah sudah kubilang untuk menjaganya!, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya!, sekarang dimana dia?!”
Terdengar suara seseorang yang menggertak ketika Suho membuka pintu rumahnya, dan dari suaranya Suho tahu siapa yang tengah marah-marah di ruang tengah.
Oh Sehun, sepupu kesayangannya
Dan sepertinya ia tengah memarahi salah seorang pelayan yang biasa bertugas menyiapkan kebutuhannya dan menjaganya. Dan sesungguhnya Suho merasa bersalah pada pelayan itu, karena jika bukan karena Suho yang diam-diam kabur dari rumah untuk bermain di luar, mungkin pelayan itu tidak sedang di marahi sehun sekarang.
Sehun membelalakkan matanya begitu mendapati sosok Suho yang tersenyum padanya, dan itu membuat segenap amarahnya seketika menghilang, berganti raut wajah yang penuh kelegaan.
“Hyung...., kau ke mana saja?, apa terjadi sesuatu?, apa ada seseorang yang berbuat jahat padamu?” Tanya sehun khawatir
Suho tersenyum pada sehun dan menggelengkan kepalanya perlahan, membuat Sehun menghela nafas lega.
“kumohon.... jangan begini lagi Hyung.. aku sangat khawatir”
Suho tersenyum dan mengangguk cepat, sebelum akhirnya menarik tangan Sehun menuju kamarnya di lantai atas.
Sehun tak pernah menolak apapun permintaan Suho, termasuk menemaninya bermain hingga terlelap di atas pangkuannya.
Dan melihat Suho yang terlelap di pangkuannya adalah sebuah hiburan tersendiri baginya.
Suho sering terkekeh tanpa sadar ketika tidur, dan Sehun akan ikut terkekeh melihatnya. Senyum suho bahkan tak juga menghilang ketika ia terlelap, senyum yang begitu indah dan mendamaikan hati siapapun yang melihatnya, dan sejujurnya Sehun khawatir pada sikap Suho yang selalu tersenyum pada siapapun karena sesungguhnya ia tak ingin orang lain melihat senyum Suho dan jatuh cinta pada senyum itu.
suho tak mungkin dan tak di ijinkan jatuh cinta pada siapapun, karena jika ia jatuh cinta... maka itu hanya akan menyakiti dirinya sendiri dan juga orang yang ia cintai.
#
Kris melalui harinya dengan sempurna tanpa kesalahan sekecil apapun pada gerakan dance nya, dan itu cukup membuat Koreografernya terkejut, begitupun teman-teman di timnya yang melihatnya dengan penuh takjub.
Itu membuat sebuah senyum lebar terpampang di wajahnya hari itu.
“Whooaaah... Kris kau membuat sebuah gebrakan rupanya?” Ujar Luhan sembari menepuk pundak Kris bangga
“Sungguh, aku pikir kau tak akan bisa melakukannya... yang tadi itu Daebak Hyung”timpal Lay yang kini ikut bergabung
Kris tersenyum mendengar setiap pujian yang ia dapatkan hari ini, karena sungguh meski ia tahu ia masih harus bekerja keras untuk selanjutnya tapi hari ini ia harus berterimakasih pada pemuda itu.
Ya, pemuda berwajah sendu yang memainkan biolanya di sudut taman, karena sejak kemarin moodnya terus meningkat tiap kali mengingat senyuman pemuda itu.
Dan beginilah Kris sekarang menanti di salah satu kursi di sudut taman, hingga ia pun tersenyum lebar ketika dilihatnya pemuda itu berjalan mendekat ke arahnya.
“Hei... kita bertemu lagi, dan kali ini aku membawa uang 3 dolar, jadi..... bisakah kau memainkan 2 lagu untukku?” Ujar Kris merajuk
Lagi-lagi pemuda itu tak mengatakan apapun selain hanya sebuah anggukan pelan dan sebuah senyuman.
2 weeks passes,
Kris selalu menunggu pemuda itu di tempat yang sama, dan setiap kali pemuda itu menyelesaikan lagunya , keduanya berbincang di salah satu kursi taman hingga matahari mulai tenggelam dan keduanya pun berpisah.
Sesungguhnya itu bukanlah sebuah percakapan, karena yang terjadi adalah hanya Kris yang selalu bercerita dan yang dilakukan pemuda itu hanya mendengar dan memberikan respon pada setiap cerita Kris
Pemuda itu akan tertawa setiap Kris menceritakan lelucon yang ia pelajari dari Chanyeol, dan dia juga akan tersenyum tipis sembari mengelus punggung Kris lembut setiap kali Kris mulai menceritakan tentang betapa rindunya ia pada ibunya di Kanada dan masih belum mampu menghubungi orang tuanya karena terlalu takut dan malu setelah memilih kabur dari rumah.
Ya... Kris tak pernah mendengar cerita apapun dari pemuda itu, dan ia sama sekali tak mengetahui siapa nama pemuda itu, namun ia bahkan tak menyadarinya karena hanya melihat pemuda itu setiap harinya itu sudah cukup membuatnya bahagia, dan mungkin memang tak ada yang bisa di ceritakan pemuda itu padanya, atau mungkin ia terlalu malu atau ia punya alasan untuk tak menceritakan tentang dirinya pada Kris.
Namun bukankah setiap orang memiliki cerita?, mengapa pemuda itu tak pernah bercerita apapun?.
Atau bahkan mengucapkan satu patah katapun, atau sekedar memperkenalkan dirinya sebagai ‘Suho’
“apa selain Biola kau bisa memainkan alat musik lain?” tanya Kris hari itu
Suho menggeleng pelan menjawab pertanyaan Kris
“benarkah?, temanku Chanyeol pandai bermain gitar dan Lay dia genius untuk semua alat musik, gitar, piano, bahkan akhir-akhir ini ia bahkan bermain drum”
Kris menyadari mata Suho yang berbinar saat ia menceritakan Lay yang pandai memainkan berbagai alat musik, dan entah mengapa ia sedikit kesal melihatnya, cemburukah ia?
“ehm... aku juga bisa memainkan drum” Ujar Kris sembari melapangkan dadanya.
Suho tertawa kecil melihat tingkah Kris, dan dengan senyum lebar ia memberikan thumbs up pada Kris, membuat Kris tertunduk malu melihat reaaksi Suho itu.
“Hyung........”
Kris dan Suho berbalik dan melihat seorang pemuda berambut pelangi yang berdiri di bawah lampu taman, Kris melihatnya dengan bingung, maka ia pun menoleh ke arah Suho yang melambaikan tangan pada pemuda itu, dan kemudian di balas oleh pemuda berambut pelangi itu sembari berlari ke arah keduanya.
Ketiganya kini berdiri bersama, dan entah mengapa suasana berubah menjadi canggung ketika pemuda itu muncul. Kris bisa melihat sorot tidak suka yang ditunjukkan pemuda itu padanya, dan melihat jemarinya yang mengait erat di jemari Suho, membuatnya semakin tersudut.
“Suho hyung.... apa kau mengenalnya?” tanya pemuda itu pada Suho yang di jawab anggukan oleh Suho.
“Apa kau tahu.. aku mengkhawatirkanmu seharian!, sekarang sebaiknya kita pulang untuk makan malam” Ujar Sehun sembari menarik tangan Suho untuk ikut dengannya
Suho tak bergeming dari tempatnya, salah satu tangannya memegang erat lengan Kris seolah masih belum ingin berpisah dengan pemuda china itu.
“Hyung... Umma dan Appa menunggumu di rumah, apa kau ingin membuat mereka khawatir?”Tanya Sehun dengan setengah memaksa tangan Suho untuk melepaskan genggamannya dari Kris
Kris hanya bisa terdiam di sana,, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan, ia tak tahu siapa pemuda itu, dan bahkan jika ia boleh jujur ia bahkan tak pernah mengenal baik siapa Suho.
Mengetahui namanya saja baru sekarang
Namun melihat Suho yang tak ingin melepasnya, melihat pemuda itu yang menggenggam tangan Suho, melihatnya menarik Suho menjauh darinya...
Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan, selain melepas kepergian suho begitu saja dan memberikan sebuah senyuman yang bahkan terlihat getir ketika sekali lagi Suho menoleh ke arahnya hingga akhirnya berjalan menjauh dari tempat mereka tadi menghabiskan waktu bersama.
Kris tak pernah tahu bahwa ia akan menyesali hari itu, hari dimana ia membiarkan Suho pergi begitu saja, hari dimana seharusnya ia menarik tangan Suho dari pemuda itu dan meminta Suho untuk sejenak lagi bersamanya karena setelah hari itu Kris tak pernah lagi bertemu dengan Suho.
Ia tak lagi melihat pemuda berwajah sendu dengan senyum secerah mentari senja itu memainkan biolanya di sudut taman lagi dan Kris bisa merasakan lubang di hatinya setiap harinya semakin melebar dan terus membesar, menyakitinya dan mungkin akan membunuhnya suatu hari nanti.
Ia begitu merindukan Suho namun apa yang bisa ia lakukan?, tak ada, ia tak mengetahui apapun tentang Suho, ia tak tahu di mana Suho berada sekarang, dan itu semakin membuatnya terpuruk.
Dan ketika kesedihan itu semakin menggelayutinya, yang ia lakukan hanya berlatih, berlatih dan terus berlatih hingga membuat tubuhnya semakin lelah dan membuat dirinya sebisa mungkin tak meikirkan Suho lagi, namun gagal karena ketika ia mendengar alunan musik.... yang ia ingat adalah Suho.
“Kau... baik-baik saja?, berhenti menyakiti dirimu sendiri dengan menari seperti itu!” Ujar Luhan sembari menepuk pundak Kris
Kris berjalan terhuyung ke salah satu sisi ruangan latihan dan membiarkan punggungnya yang basah oleh keringat bersandar di dinding ruangan yang dingin. Luhan mengikutinya dan menempatkan dirinya di samping Kris.
“Separah itukah kerinduanmu padanya?”Ujar Luhan sembari memberikan sebotol air dingin pada Kris
Kris menoleh ke arah Luhan dan mengabaikan botol air yang di sodorkan Luhan, terlihat jelas kebingungan di wajahnya dan Luhan hanya tertawa kecil melihat reaksi temannya itu.
“kau... mengetahuinya?”tanya Kris penasaran
“tidak... aku tidak tahu, yang ku tahu.... aku juga pernah sepertimu, dan ya... aku benar rupanya”
“tsk... kau ini...”
“siapa dia?”
“namanya Suho... dan hanya itu yang aku tahu”
Luhan mengernyitkan dahinya mendengar penjelasan Kris, dan Kris tertawa getir melihatnya
“kalian tidak pernah bicara?”
“aku?... aku selalu bicara, dan dia hanya akan diam mendengarkan”
“benarkah?, itu cukup rumit teman... ku harap kau akan bertemu lagi dengannya, atau mungkin bertemu dengan seseorang yang lebih baik darinya” Ujar Luhan sebelum akhirnya keluar dari ruang latihan meninggalkan Kris yang termenung sendiri
‘Seseorang yang lebih baik dari Suho?’
Apakah ada seseorang yang lebih baik dari pemuda berkulit pucat itu?,
apakah ia akan bertemu dengan orang lain selain Suho?,
kenapa ia harus bertemu dengan orang lain?,
tak bisakah jika orang itu adalah Suho?,
karena sungguh tak ada orang yang bisa tersenyum seindah Suho bagi Kris.
Hari demi hari berlalu, dan bulan berganti bulan hingga tak terasa 4 bulan sudah berlalu sejak ia berpisah dengan Suho dan masih tak ada kabar darinya, dan Kris pun masih belum bisa melupakan pemuda dengan senyum seindah fajar itu.
Mungkin Kris tak seburuk saat ia masih begitu menginginkan Suho, namun kini yang ia harapkan adalah Suho baik-baik saja, dimanapun ia berada.
Ia tengah berada di sebuah pesta untuk menyambut hari debut mereka di TV hari ini, dan Kris telah menelefon ibunya di kanada, dan betapa bahagianya ia ketika mendengar ibunya yang tersedu-sedu mengucapkan segenap do’a untuknya, tapi tetap... ia juga ingin membagi kebahagiaan ini pada Suho, ia ingin mendengar tawa pemuda itu dan juga senyum lembutnya namun apa daya... ia bahkan tak tahu di mana Suho sekarang, sehingga ia pun memutuskan untuk keluar dari pesta itu dan berjalan keluar hingga tanpa sadar langkahnya membawanya pada taman tempat biasa ia bertemu dengan Suho.
Kris menghentikan langkahnya ketika seseorang menghadangnya, dan dari rambut pemuda itu Kris bisa langsung mengenalnya, karena bagaimana mungkin ia bisa melupakan orang yang telah memisahkan dirinya dengan Suho malam itu.
“Aku Oh Sehun, sepupu Suho” Ujar Sehun sembari menundukkan kepalanya dan Kris pun balas menundukan kepalanya.
“Kau Kris kan?.. aku melihatmu di TV hari ini, selamat untuk debutmu” Ujar Sehun sembari terus berjalan bersama Kris di jalan setapak
“Terimakasih”Jawab Kris datar
“Suho Hyung... dia juga melihatmu”
Kris menghentikan langkahnya, dan kembali jantungnya seolah berhenti berdetak saat itu juga ketika mendengar nama Suho di sebut
“dia... dia melihatku?”tanya Kris tak percaya
“ehm!, dan dia tersenyum melihatmu”
“benarkah?”
“dia banyak bercerita tentangmu padaku”
“dia... bercerita tentangku?”
Kali ini Sehun yang terdiam, sesaat ia tertunduk dan menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengeluarkan sebuah buku kecil berwarna biru dari saku mantelnya.
“lebih tepatnya ia menulis semua itu di sini”ujar Sehun sembari menyerahkan buku itu pada Kris
Kris membaca tiap halaman dari buku itu dan benar, namanya adalah kata yang paling sering disebut di buku itu selain kata sakit, hingga tanpa disadarinya bulir demi bulir air matapun bergulir dari sudut matanya dan jatuh di rerumputan dan bercampur dengan embun.
‘Hari ini... ada seseorang yang mendengarkanku bermain biola, ia pemuda dengan wajah yang terlihat menakutkan dan galak di luar, namun ketika melihat ke dalam matanya.. aku tahu ia orang yang baik, hehe sejujurnya aku iri padanya yang begitu tinggi, andai aku setinggi itu aku pasti bisa mengambil buku di rak dengan mudah tanpa bantuan Sehun :)
Esok.. apakah ia akan memenuhi janjinya untuk bertemu denganku?, dia adalah penonton pertamaku, dan aku tak ingin mengecewakannya, jadi kuputuskan untuk berlatih hari ini, lucu.. karena aku belum pernah berlatih sebelumnya’
Tuhan... ijinkan aku bernafas esok hari...
-Suho-
“Suho hyung... ia tuna wicara, ia tak bisa mengatakan apapun yang ia rasakan sehingga ia menuliskannya di buku itu. Selain itu..... leukimia yang di deritanya.. membuatnya berhenti bercita-cita menjadi seorang violist, dia selalu ke sini untuk bermain biola di hari-harinya yang penuh ketidakpastian”
“Suho hyung,... ia tak pernah mengatakan perasaanya, ia menyimpan kesedihannya sendiri dan meski ia selalu tersenyum, aku yakin ia selalu menjerit dan menangis dalam batinnya.”
Sehun menyeka air matanya kasar, dan sesaat ia bisa melihat Kris yang menahan isaknya sembari terus menyapukan pandangannya pada tiap kata yang tertulis di buku itu.
“Kau tahu... aku belum pernah melihatnya tertawa begitu riang setelah hari ia di vonis kanker, namun setelah bertemu dengan mu ia selalu memperlihatkan senyumnya, sebuah senyum yang begitu murni”
“Kumohon... ijinkan aku bertemu dengannya, aku.. aku... merindukannya, aku.. mencintainya... kumohon Sehun sshi..”pinta Kris memohon
Sehun menatap kedua manik mata Kris yang berkaca-kaca dan bisa dilihatnya kesungguhan serta kemurnian di dalam manik mata Kris yang membuatnya mengangguk pelan dan membawa Kris pada sebuah bangsal di Rumah sakit.
Sesaat Kris menoleh ke arah Sehun sembari menunjukkan raut wajahnya yang gugup dan penuh kebimbangan, namun melihat anggukan lembut dari Sehun, Kris pun menemukan keberaniannya
“dia menunggumu”Ujar Sehun sebelum akhirnya membuka pintu bangsal dan mempersilahkan Kris untuk masuk.
“Su...Suho-sshi..”
Suho yang sedari tadi menoleh ke arah jendela kamarnya berbalik ke arah Kris yang berjalan lemah ke arahnya.
Kris bisa melihat sosok itu yang terlihat semakin rapuh, bahkan tulang pipinya terlihat begitu jelas dan tangan-tangannya yang semakin mengecil itu tergeletak lemah di sisi ranjang. Senyum suho memang tak secerah waktu itu namun masih cukup sanggup membuat jantung Kris berdegup kencang.
“Hi... lama tak bertemu”Ujar Kris kikuk, dan seperti biasa Suho hanya akan tersenyum menjawab setiap perkataan Kris
“Kau... melihatku hari ini?” tanya Kris yang kini terduduk di samping ranjang Suho
Suho mengangguk pelan, dan sesaat kemudian ia menarik sebuah kertas dari bawah bantalnya yang ternyata adalah Poster Kris.
Kris tersenyum lebar dan menerima Poster itu dari Suho.
“Kau ingin aku menanda tangani ini?”tanya Kris sembari tersenyum lembut pada Suho
Suho mengangguk pelan sebagai jawaban dan segera Kris pun mencari bolpoint dari saku kemejanya, kemudian membubuhkan tanda tangan ke poster tersebut sebelum akhirnya menyerahkannya kembali kepada Suho.
“Bagaimana menurutmu penampilanku tadi?”Tanya Kris dengan nada bergurau
Suho tertawa kecil sebelum akhirnya menunjukkan kedua ibu jarinya pada Kris, dan Kris pun tersenyum lebar melihat reaksi Suho.
“Suho sshi... Aku... mencintaimu”Ujar Kris seketika membuat Senyum di wajah Suho menghilang dan beranti wajah yang muram
“Suho sshi... apa itu artinya kau membenciku?”tanya Kris lemah
Suho menggelengkan kepalanya perlahan dan bisa terlihat jelas bulir air mata yang mulai menyeruak dari sudut matanya.
Kris menyeka dengan lembut air mata itu, sebelum akhirnya mengecup lembut kening Suho, dan kemudian kelopak matanya, hidungnya dan bibirnya yang kering.
“Aku... akan mengadakan Showcase 6 hari lagi, dan aku menunggu jawabanmu hari itu”Ujar Kris sembari menyerahkan tiket showcase pada Suho yang menerimanya dengan tangan gemetar.
Suho dan Kris sama-sama tahu 5 hari lagi Suho akan melakukan operasi, dan keduanya tahu jika Suho ingin menjawab perasaan Kris maka ia harus berhasil dalam operasi itu.
Suho mengangguk perlahan, dan segera Kris merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukannya dan membiarkan pemuda itu menangis dan mencurahkan perasaanya ke dalam pelukan Kris.
6 hari berlalu dengan begitu lambat dan itu membuat Kris sedikit frustasi dengan segala latihan yang ketat, namun sebuah gurat senyum akan menghiasi wajahnya setiap kali ia menerima pessan video dari Suho yang selalu mengabarkan perkembangannya. Hanya saja... tiga hari ini tak ada pesan satupun yang muncul dari Suho dan masih belum juga ada berita tentang jalannya operasi kemarin.
“Kris... bersiaplah!, semuanya sudah menunggumu di back stage” Teriak managernya
Kris pun segera berlari ke arah back stage, dan ketika lampu mulai dipadamkan dan hanya menyisakan cahaya lightstick dari bangku penonton maka Kris dan yang lain pun naik ke atas panggung hingga akhirnya Panggung di penuhi oleh cahaya yang terang dan musik mulai dimainkan maka pertunjukanpun dimulai. semuanya larut dalam kegembiraan dan oleh hentakan musik hingga akhirnya dimualilah sesi untuk interview.
Sepanjang interview, Kris tak begitu memperhatikan apa yang tengah berlangsung dan lebih memilih sibuk untuk melihat-lihat ke arah bangku penonton dan berharap menemukan Suho di antara penonton namun nihil ketika dia tak menemukan sosok pemuda itu di manapun.
“Kris-sshi.. kau terlihat tak memperhatikan interview dan melihat ke arah bangku penonton, apakah ada seseorang yang kau tunggu?”tanya Mc pada Kris, dan membuat semua member menoleh ke arah Kris yang kini terlihat menyesal
“Ah... Jeusunghamnida, aku... aku hanya...”
Kris tak melanjutkan kalimatnya saat sudut matanya menemukan sosok yang dirindukannya itu terduduk di kursi roda dengan memberikan senyuman yang meski terlihat lemah namun tetap mampu membuat Kris terpesona.
Terlihat pula sosok Sehun yang terlihat membantu Suho tetap aman di kursi rodanya. Dan tanpa mempedulikan Teman-teman nya atau bahkan Mc yang mulai terlihat kebingungan, Kris tetap menatap sosok itu di kejauhan dengan tatapan tak percaya.
“Suho-sshi”Gumam Kris, membuat member lain semakin keheranan, kecuali Luhan yang kemudian membisikkan sesuatu pada Mc dan diikuti anggukan sang Mc
“Kris-shhi.... apakah ada sesuatu yang ingin kau ucapkan pada seseorang yang kau tunggu dan sepertinya sudah hadir di sini?”
Kris menghela nafas panjang ketika mendengar pertanyaan itu, dan kembali di lihatnya sosok Suho yang terduduk lemah di atas kursi rodanya, dan meski di tengah kerumunan penonton yang lain bahkan ia terlihat begitu bersinar di mata Kris.
“Suho-sshi... gomawo... gomawo, telah bertahan hingga saat ini, aku... aku menunggu jawabanmu atas pertanyaanku waktu itu”
Kris sekuat tenaga menahan dirinya agar tak menangis, namun air mata yang menetes dari sudut matanya tak mampu lagi di tahannya.
Dan air mata itu semakin deras saat Suho menuliskan sesuatu di papan yang di bawanya dengan menggunakan darah yang keluar dari jari telunjuknya yang terluka oleh gigitannya sendiri.
terlihat begitu jelas tulisan dengan warna merah itu diantara kerumunan penonton yang lain
‘사랑해’
air mata Kris tak terbendung lagi, seketika ia menunduk dan menghapus air matanya hingga terdengar suara riuh penonton yang memintanya untuk berhenti menangis dan ia pun segera mengangkat wajahnya dan tersenyum ke arah bangku penonton atau lebih tepatnya pada seseorang pemuda berkulit pucat di sana yang juga tersenyum melihatnya.
“Gomawo... Suho-ah”Ujarnya pelan
Satu kata yang dituliskan Suho dengan darahnya hari itu lebih indah dari seribu surat cinta yang ia terima dari penggemarnya, dan senyum yang suho berikan hari itu lebih indah dari ratusan hadiah pemberian fansnya, dan meski suho tak pernah dan tak akan pernah mengatakan cinta pada Kris, tapi sungguh lembutnya bibir suho di bibir Kris sudah cukup bagi Kris untuk tahu betapa Suho juga mencintainya.
Comments