This kind of Marriage part 3

This kind of Marriage

Hyejin pov

Aku berjalan penuh semangat melewati jalanan yang biasa aku lewati untuk menemui sung mi.

Sung mi: YA! wajahmu bahagia sekali.

Hyejin: hari ini aku akan ke kantor suamiku mengantarkan makan siang untuknya, aku akan buat sedikit kejutan untuknya.

Sung min: aigoo… kau jadi ikut romnatis sekarang.

Hyejin: kau tidak kuliah?

Sung mi: tentu, aku akan berangkat 30 menit lagi. memangnya kau tidak terburu-buru?

Hyejin: anyi… masih satu jam lagi menjelang makan siang, aku tidak mau mengganggu pekerjaannya.

Sung mi: wah… kita bisa mengobrol kekekekekekekeke

Hyejin: sung mi, aku rasa gossip tentang onew oppa dengan jung ah itu tidak benar.

Sung mi: aku juga ragu. Tapi bagaimana kau bisa yakin?

Hyejin: anyia… hanya saja aku benar-benar yakin dia tidak seperti itu.

Sung mi: kau benar, tidak selamanya gossip itu benar meski dari sumber terpercaya.

Saat kami masih sibuk mengobrol seorang namja menghampiri kami,

Dong ho: hyejinshi…

Aku menatapnya heran.

Dong ho: kau tidak mengingatku? Aku ketua kelas saat kita masih di SMA.

Ah aku ingat, dia si ketua kelas yang selalu sibuk dengan urusan kelas sampai aku mengenalnya.

Dong ho: apa kau sibuk?

Hyejin: aku sedang mengobrol dengan temanku.

Dong ho: ya sudah, kapan-kapan saja.

Dia tersenyum kemudian berlalu, aneh sekali.

Sung mi: siapa itu?

Hyejin: dia teman SMAku.

Sung mi: aneh sekali. Yasudah, aku pergi dulu. Sebaiknya kau juga pergi sebelum suamimu kelaparan.

Sungmi berlalu meninggalkanku sedangkan aku memilih naik taksi menuju kantor SM.

Drt…drt…drt…

Hyejin : ne oemma…

“…”

Hyejin: aku sedang dalam perjalanan.

“…..”

Hyejin: ne, arraseo.

Oemma ada-ada saja, dia memintaku menunggu di dekat café yang berada di sekitar  gedung SM karena ingin ikut denganku, aneh sekali.

Aku berdiri bersandar di dinding café sendirian, tiba-tiba seorang namja paruh baya yang kebetulan sedang berjalan di hadapanku menjatuhkan semua buku yang ia bawa. Karena kasihan aku membantunya dan kemudian dia memberikanku satu dari dua kopi yang ia bawa.

Hyejin: sepertinya kau bukan orang di sekitar sini.

Yong guk: aku baru pindah ke sini beberapa hari yang lalu, aku bekerja di SM.

Hyejin: jeongmalyeo?

Yong guk: ne, aku composer. Kebetulan aku datang ke sini untuk mencari orang.

Hyejin: orang?

Yong guk: ne, aku memiliki seorang kekasih dan kami berpisah sejak 20 tahun yang lalu. Aku tidak tahu keberadaanya meskipun aku terus berusaha mencarinya. Aku ingat dia punya seorang sahabat yang kebetulan anaknya bekerja di SM, jadi aku datang untuk menemuinya.

Hyejin: kalian terpisah lama sekali.

Yong guk: kau sendiri?

Hyejin: aku sedang menunggu seseorang.

Oemma: hyejina…

Hyejin: oh… omonim.

Kulihat oemma begitu terkejut mendapatiku bersama namja paruh baya ini, begitupun sang namja. perlahan oemma mendekat dan menghampiri kami.

Oemma: hyejina… kau duluan saja. Oemma ada sedikit urusan dulu.

Hyejin: ne oemma.

Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan oemma, apa dia mengenal namja ini? apa hubungan mereka? Aku hanya berlalu meninggalkan dua orang ini sesuai perintah oemma, hanya saja rasa penasaranku memaksaku untuk mencari tahu. Aku berusaha bersembunyi agar oemma tak melihatku, aku masih bisa mendengarkan pembicaraan mereka dengan jelas, karena suasana masih sangat sepi.

Yong guk: lama tak bertemu, bagimana kabarmu?

Jinki oemma: aku baik-baik saja.

Yong guk: siapa perempuan tadi? Dia memanggilmu oemma, apa dia putrimu?

Jinki oemma: dia menantuku, dan dia putrimu…

Bagaikan ditimpa ribuan batu besar, rasanya benar-benar tidak percaya dan tidak mungkin. Bagaimana bisa namja itu appaku? Dia appaku? Seorang namja yang selama ini tak pernah aku kenal dalam hidupku. Orang yang telah lenyap dari kehidupan oemmaku dan orang yang telah membuat hidupku seperti ini.

Aku berjalan pelan meninggalkan tempat itu, kakiku terasa begitu berat. Sungguh semuanya di luar dugaan, dia muncul di saat oemma sudah tak ada untuk menjelaskan semuanya. Namja itu, namja yang aku bahkan tak tahu seperti apa. Jadi dia yang telah membuatku terlahir ke dunia ini? ingin sekali aku datang padanya dan bertanya, hal apa yang telah ia lakukan pada oemmaku hingga oemma tak pernah membahas sedikitpun tentangnya, bahkan oemma terkesan menghindari pembicaraan tentang namja itu. oemma… dia datang, dan dia mencarimu. Apa dia tahu ada aku diantara kalian? Oemma, orang yang seperti apa dia?

Aku membuka pelan ruangan ganti yang biasa di pakai semua member SHIINee, aku dalam kondisi yang tidak bisa kudeskripsikan, tapi aku tidak mau jinki oppa mengetahuinya, aku tidak boleh memberitahunya. Tepat saat aku berhasil masuk, sebuah pemandangan tidak menyenangkan terpampang di hadapanku.

Dia….

Dia suamiku…

Dia bersama yeoja lain…

Dia menciumnya…

Pranggggggggggggg….

Semua bekal yang sudah aku persiapkan dengan susah payah jatuh ke lantai begitu saja membuat dua orang itu menatapku.

Jinki: hyejina…

Aku tidak sanggup berbicara apapun, bibirku kelu dan mataku terasa panas. Aku berbalik meninggalkan tempat itu, langkahku semakin cepat dan semakin cepat, aku ingin pergi, pergi sejauh mungkin meninggalkan semua kehidupan ini. aku berlari menuju alam sadarku, menuju logika yang beberapa waktu ini sempat aku lupakan. Aku bukan siapa-siapa, sejak awal aku bukan siapa-siapa. Seharusnya aku bisa lebih menyadarinya, dia memperlakukanku dengan sangat baik bukan karena dia mencintaiku, karena dia memang seperti itu. seharusnya aku bisa sadar akan hal itu. betapa bodohnya aku percaya pada teori konyol tentang cinta yang membuat aku begitu yakin cinta akan tumbuh diantara aku dan dia. Cinta itu memang tumbuh, tapi hanya di hatiku, hanya aku yang merasakannya. Bagaimana mungkin dia mencintaiku? aku tidak punya apapun yang bisa membuatnya menginginkanku. Aku hanyalah orang yang hadir dalam hidupnya karena oemmanya. Aku bahkan sangat paham ia menerima semua ini karena rasa hormatnya pada oemmanya, dan rasa takutnya pada oemmaku. Semuanya semakin nyata, aku kembali pada kenyataan hidup yang hampir aku lupakan, aku bukan siapa-siapa dan aku tidak berhak bahagia seperti yang aku harapkan. Hidupku bukan hidup Cinderella seperti yang selama ini, aku hanya aku dan aku akan kembali pada hidupku yang pahit dan malang. Aku tidak berhak memiliki apapun, bahkan dia dan oemma, semuanya tidak bisa aku miliki.

Dia…tidak mencintaiku…

Dia… bukan untukku…

                                                            **********************

 Jinki pov

Jinki: noona…

Jung ah: ne?

Jinki: noona, aku tidak akan mengejarmu lagi.

Wajahnya berubah datar.

Jung ah: wae? apa kau sudah mencintai istrimu?

Jinki: aku juga belum pasti tentang hal itu, tapi aku akan berusaha, aku akan berusaha hidup bahagia dengannya. Aku akan memulai hidupku dan menjalaninya dengan sungguh-sungguh, aku tidak akan mengharapkanmu lagi, noona tidak perlu merasa tak enak lagi padaku.

Jung ah: aigoo… akhirnya kau bisa menerimanya. Dari awal sudah ku bilang, mungkin dia memang jodohmu. Tapi sebelum kau benar-benar melepau, aku ingin kau melakukan satu hal.

Jinki: apa?

Jung ah:  kau harus menciumku.

Jinki: ne?

Jung ah: apa kau lupa? Dulu kau pernah bilang, kau akan mengejarku sampai aku benar-benar menjadi milikmu lalu kau akan menciumku.

Aku hanya menatapnya tidak percaya, bagaimana bisa dia mengingat semua itu?  yasudahlah, lagi pula tidak akan ada yang terjadi, aku tidak akan mengejarnya lagi, keputusanku sudah bulat, aku akan bahagia bersama hyejin.

Cup~

Pranng…

Aku mendengar suara benda terjatuh membuat aku terkejut dan menatap orang yang telah menjatuhkan benda itu.

Jinki: hyejina…

Wajahnya memerah dan sangat terkejut. Dia bergerak pelan meninggalkan ruangan.

Jung ah: ottokhaji?

Menejer: apa yang kalian lakukan di sini? Kenapa istrimu lari keluar?

Aku tidak mengindahkan perkataan menejer hyung yang baru saja datang. Aku berlari berusaha mengejarnya. Dia terus berlari tanpa mengindahkan apapun kemudian memasuki pintu menuju tangga darurat. Aku berusaha mengejarnya, saat aku membuka pintu darurat itu aku mendapatinya tengah duduk di salah satu tangga dan menangis.

Dia menangis…

Aku membuatnya menangis…

Dia terus menangis tersedu-sedu, aku bahkan tidak pernah melihatnya menangis seperti itu saat dia kehilangan oemmanya. Ottokhae? Aku sudah membuatnya menangis, matahariku sedang menangis. Aku tidak mau dia menangis, aku tidak suka melihatnya seperti ini.

Aku melangkah pelan berusaha mendekatinya.

Jinki: yeobo…

Aku menyentuh salah satu bahunya membuat dia menyadari keberadaanku.

fans: yeobo? Omo… onew oppa? Kau memanggilnya yeobo? Siapa yeoja ini?

tanpa aku sadari beberapa fansku sedang berdiri di tangga atas dan memperhatikan kami. Hyejin yang menyadari hal itu segera bergegas turun, saat aku hendak menyusulnya sebuah tangan menahanku.

Menejer: jangan mengejarnya. Kau akan menghancurkan semuanya.

Aku hanya terpaku menatap punggung hyejin yang semakin menjauh, dia masih menangis dalam larinya. Tuhan… ampuni aku, aku sudah melukainya.

Menejer ; apa yang kalian lakukan di sini? Bukankah kalian di larang masuk?

Fans: ottokhae? Ayo lari…

Para fans itu berlari menjauhi menejer, karena jika sampai mereka tertangkap, maka menejer tidak akan memaafkan mereka.

                                                *********************************

hyejin pov

aku duduk di trotoar jalanan yang sepi, melepaskan semua sesak didaku dengan sisa air mata yang aku miliki, tidak ada cara lain selain menangis, hanya ini yang bisa aku lakukan.

dong ho: sepertinya kau mengalami hari yang buruk.

Seseorang duduk di sebelahku, namja aneh yang siang ini tiba-tiba datang.

Dong ho: aku mengikutimu seharian ini, mulai dari kau mengacuhkanku karena sahabatmu, sampai pertengkaranmu dengan suamimu.  Sepertinya kemunculan appamu tidak tepat.

Hyejin: aku sedang tidak ingin membicarakan hal itu, aku tidak peduli dia appaku atau bukan. Aku tidak pernah mengenalnya dalam hidupku, dan aku tidak pernah ingin mengenalnya. Lebih baik jika tidak ada dia, aku tidak membutuhkannya dan aku tidak menginginkan keberadaannya.

Dong ho: baiklah, aku akan ceritakan lain waktu. Sebaiknya sekarang kau pulang, karena semua orang sedang mencari yeoja berbaju biru dengan jeans dan shalnya serta rambutnya yang indah. Sebaiknya kau pulang sebelum mereka melihat wajahmu. Kaja, aku akan mengantarmu.

Aku tidak mengerti apa yang sedang ia bicarakan, tapi yang jelas aku tidak menolak tumpangan yang ia berikan padaku. setibanya di rumah, ia bahkan mengantarku sampai ke depan pintu.

Dong ho: beristirahatlah…

Dia mengusap pelan rambutku.

Dong ho: dan jangan menangis…

Kemudian ia membersihkan sisa-sisa air mataku.

Jinki: hyejina…

Aku dan dong ho langsung menatap orang yang juga baru saja sampai.

Dong ho : aku pulang dulu.

Dong ho berlalu meninggalkan kami berdua, aku sedang tak ingin bicara dan menyelesaikan semua ini, aku lelah dan semuanya juga sudah jelas. Aku berbalik, meninggalkannya bergegas menuju kamarku, tapi saat aku baru saja sampai di ruang tengah dia menarik tanganku.

Jinki: siapa namja itu?

Hyejin: molla…

Jinki: molla? Jawaban seperti apa itu?

Hyejin: lepaskan tanganku! Aku tidak ingin bicara denganmu!

Jinki: hyejina…

Hyejin: apapun yang kau katakan tidak akan pernah bisa merubah apa yang sudah kulihat, setidaknya sekarang aku sadar apa yang sebenarnya terjadi antara aku, kau dan dia.

Jinki: dan mataku juga tidak bisa berbohong. Dia, namja itu...

Jinki oemma: hentikan! Jinkiya… lepaskan hyejin.

Mendengarkan perintah oemmanya, dia melepaskan tangannya dari lenganku yang memegang begitu erat hingga kurasa lenganku memerah. Sorot matanya yang tadi sangat mengerikan berubah meneduk.

Jinki oemma: kau harus tidur di dorm malam ini. berita pernikahan kalian sudah tersebar.

Wajah oemma terlihat meredup, tak ada senyum bahagia di wajahnya seperti biasanya.  Sementara itu appa hanya duduk di sofa dengan wajahnya yang tidak bisa aku deskripsikan.

Aku bergegas menuju kamarku melepaskan tasku dan segera menuju kamar mandi. Aku  duduk di bawah guyuran Shower sambil terus menangis. Aku menangis untuk hidupku yang menyedihkan. Dikhianati dan dibohongi, itulah yang kini aku rasakan. Aku terjatuh di saat aku mulai mencoba berharap tentang sedikit kebahagiaan untuk hidupku. Setidaknya kejadian ini bisa kembali menyadarkanku.

                                                ************************

Hyejin pov

Sudah dua hari sejek aku bertengkar dengan jinki oppa dan selama itu pula aku mendekam di kamar ini. akku hanya menghabiskan waktu berlama-lama termenung tanpa melakukan apapun, hal yang selama ini sangat aku benci tapi kini aku melakukannya. Terkadang oemma akan masuk mengantarkan makanan untukku dan mengambil makanan sebelumnya yang tak aku sentuh, sebelum keluar dia akan menyempatkan diri membujukku untuk makan dan mencoba menghiburku. Aku tahu niat baik oemma sangat kubutuhkan, tapi sayangnya hal itu tidak berhasil membuatku merasa lebih baik.

Drt…drt…drt…

aku menatap nama yang keluar di layar ponselku.

Hyejin: menejer oppa?

Menejer: hyejina… kenapa kau tidak membalas pesanku?

Hyejin: mianhae, aku tidak mengetahuinya.

Menejer: bisakah kita bertemu? Aku perlu bicara denganmu.

Hyejin: di mana?

Menejer: aku akan menunggumu di café dekat gedung SM sebentar lagi.  aku akan menunggumu, kau tidak perlu buru-buru.

Hyejin: ne…

Bippp…

Tumben sekali, ada apa? Mungkinkan terjadi sesuatu? Tanpa fikir panjang aku segera berkemas dan pergi. saat aku keluar dari kamar tak ada siapapun di rumah, sepertinya oemma dan appa sedang di luar. Aku bergegas menuju café yang terletak di dekat gedung SM tempat suamiku bekerja. Dua hari aku tidak mendengar kabarnya, tidak mendapat telfon darinya, dan hubungan kami sangat tidak baik, tapi jauh di dalam hatiku aku sangat mengkhawatirkannya. Apa dia baik-baik saja? Aku merindukannya…

Aku melihat menejer oppa sedang duduk sendirian di sudut café, dari wajahnya terlihat dia dalam kondisi yang sangat stress.

Menejer: kau datang?

Aku segera mengambil posisi duduk di depannya.

Menejer: bagaimana kabarmu?

Hyejin: seperti yang terlihat.

Menejer: hyejina… aku tahu hubunganmu dengan onew sedang tidak baik, tapi semua ini juga sangat mendesak. Aku benar-benar sudah putus asa, aku tidak tahu hal apa lagi yang bisa aku lakukan.

Hyejin: apa terjadi sesuatu?

Menejer: semua orang sekarang sedang mencari sosok istri onew, mereka mencarimu, jika sampai mereka menemukanmu, maka berakhirlah karir onew, tidak hanya onew seorang tapi juga member SHINee lainnya. Aku tidak bisa bayangkan bagaimana nantinya jika semua stasiun TV membatalkan jadwal , semua skedul kacau dan comeback akan jadi hal yang sangat sulit. Kau bisa bayangkan bagaimana jika semua itu terjadi bukan?

Hyejin: lalu aku harus bagaimana?

Menejer: aku tidak akan memaksamu, semua keputusan ada di tanganmu. Tapi aku benar-benar berharap kau bisa mengambil keputusan dengan bijak. Satu-satunya cara agar semua ini bisa selamat adalah membuat skandal baru dan kau tidak boleh di ketahui oleh public.

Hyejin: jadi maksudmu aku harus pergi?

Menejer: tidak lama, hanya sampai gossip ini mereda, setelah itu kau bisa kembali lagi. aku benar-benar memohon bantuanmu hyejin…

Hyejin: jika memang itu untuk kebaikan semuanya, aku akan melakukannya.

Menejer: benarkah? Aigoo… hyejina… kau menyelamatkan kami. Aku akan mengurus sisanya, kau tidak perlu khawatir. Yasudah, aku pergi dulu, aku akan segera mengurus semuanya.

Menejer oppa meninggalkan aku sendirian dengan semua keputusan yang baru saja aku buat. Aku akan pergi, aku memang harus pergi. aku tidak seharusnya hadir di dalam hidupnya, setidaknya aku bisa menghilang dan dia bisa kembali pada kehidupannya.

                                                **********************************

Hyejin pov

Aku mengemasi semua barangku, memasukkannya ke dalam sebuah koper milikku. Kebetulan oemma dan appa sedang pergi, jadi aku bisa keluar dengan mudah. Aku menyeret koperku berdiri dihadapan rumah keluarga Lee, aku menatap rumah itu lekat, rumah yang penuh kehangatan, aku beruntung pernah berada di sana dan merasakan kehangatan itu.

Aku berjalan pelan meninggalkan rumah itu, rumah yang telah memberikan aku tumpangan. Aku tidak akan pernah melupakan semua kenangan indah di rumah itu. aku masih ingat saat pertama aku bertemu jinki oppa, wajahnya terlihat lucu, dia berusaha mati-matian mematahkan semangat oemmanya, tapi akhirnya oemmalah yang jadi pemenang. Aku ingat saat ia pulang dan harus tidur di sofa, dia sangat menghormatiku, dan aku juga ingat saat malam itu, saat aku berfikir cinta sudah datang di antara kami. Semuanya sudah berlalu dan aku akan menyimpannya sebagai kenangan untukku.

Aku duduk di halte bus sendirian, malam sudah mulai turun disertai gerimis.

Sungmi: hyejin?

Aku tersentak mendengarkan suara itu, suara sahabatku, bisakah aku memilikinya? Tidak… dia pasti akan sangat marah jika tahu bahwa aku adalah buronan shawol, yang pasti dia juga mencariku dan sangat menbenciku.

Sung mi: YA! kenapa kau tidak menjawab telfonku? Apa terjadi sesuatu?

Aku hanya menatapnya dalam diam.

Sungmi: mwoya ige? Kenapa kau bawa koper? Jangan-jangan…

Hyejin: kau mungkin akan sangat marah dengan apa yang akan aku katakan, tapi aku tidak akan menutupinya lagi darimu. Terserah kau akan melakukan apa, itu hakmu.

Aku menyerahkan ponselku padanya dan memperlihatkan foto yang terpampang di wallpaperku. Sung mi terlihat sangat terkejut hingga ia menutup mulutnya dengan salah satu tangannya. Bagaimana tidak, itu adalah foto pernikahanku dengan jinki oppa.

Hyejin: ternyata menikah dengannya sangat sulit. Sudahlah, sekarang sudah malam, aku harus cari tempat untuk menginap malam ini.

Aku mengambil ponselku dan berlalu meninggalkannya.

Tes…

Air mataku jatuh, aku sudah tidak bisa menahannya lagi. kenapa semua ini terasa menyakitkan? akutidak pernah bermimpi menikah dengan seorang idol, hidup bahagia bagaikan Cinderella, yang aku inginkan, aku bisa hidup tenang tanpa harus berada dalam situasi rumit. Aku lebih memilih hidup terlantar di jalanan, tidak tahu apa yang akan di makan, dari pada hidup diantara orang-orang hebat dan kemewahan yang pada akhirnya akan menyakitiku.

Saat aku masih melangkan, kurasakan seseorang menahan koperku, aku berbalik dan mendapati sungmi di sana. dia meraih koperku,

Sung mi: aku tahu, kau tidak punya tempat untuk pergi dan orang yang bisa kau cari.

Aku hanya menangis menanggapi pernyataannya yang sangat tepat. Aku bahkan tidak tahu harus kemana dan melakukan apa.

Sung mi: ikutlah denganku. aku ingin mendengarkan penjelasanmu.

Ia menarik koperku dengan salah satu tangannya dan satu tangan lagi merangkul bahuku.

Dia peduli padaku…

Aku hanya terus menangis selama perjalanan menuju tempat sungmi, dia diam tak berani berkata apapun, aku yakin, jauh di dasar hatinya dia juga meragukan kebenaran dari ucapanku. Aku bersyukur dia masih mau menerimaku.

                                                            *******************

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet