This kind of Marriage part 1

This kind of Marriage

onew pov

aku menatap yeoja yang kini duduk di hadapanku, ia sibuk tersenyum dan tebar pesona padaku. ia memang cantik, sangat cantik, selain itu tubuhnya juga sempurna, tapi satu hal yang bisa aku lihat, semua itu palsu, matanya, hidungnya, rahangnya, bahkan tubuhnya bisa aku pastikan adalah hasil bedah plastik. Dia adalah yeoja keempat yang oemma kenalkan padaku, sama seperti yeoja-yeoja sebelumnya, ia begitu terpesona padaku. Seperti biasa, setelah acara makan malam selesai dan yeoja itu bersama keluarganya telah pergi, oemma akan sibuk memujinya mati-matian, betapa cantiknya yeoja itu, seorang gadis kaya, dengan prestasi luar biasa.

Oemma: di mana bisa kau temukan yeoja secantik itu? dia sangat sempurna jinkiya…

Jinki: kita bisa temukan banyak gadis seperti dia, aku yakin oemma juga tahu semua yang ada di tubuhnya palsu.

Oemma: lalu yeoja yang seperti apa yang kau inginkan? Eomma sudah bawakan yeoja yang pintar dan cantik kau tidak mau, yang sesama selebritis kau juga tidak mau, yang imut dan manis kau juga tidak mau, yang kaya dan anggun kau juga tidak mau.

Jinki: sampai kapan oemma akan menjodohkanku? Aku bisa mencari calon istriku sendiri.

Oemma: kalau begitu sampai kapan kau akan membuat oemma menunggu? Kau itu anak oemma satu-satunya, oemma sudah turuti semua keinginanmu, bahkan appa sudah mau mengizinkamu menjadi penyanyi dari pada meneruskan perusahaannya. Kapan kau akan menyenangkan kami?

Jinki: apa tidak bisa dengan cara lain? Memangnya kesenangan oemma adalah saat melihat aku menikah?

Oemma: tidak hanya kebahagiaan oemma, tapi juga kebahagiaan semua orang tua. Semua orang tua ingin melihat anaknya sukses, tidak hanya dalam karir tapi juga dalam membina rumah tangga.

Jinki: tapi aku masih 24 tahun oemma…

Oemma: lalu kau mau menunggu sampai usiamu berapa? Sampai oemma dan appamu ini meninggal?

Jinki: bukan itu maksudku. Lagi pula, jika aku  menikah, bagaimana dengan karirku?

Oemma: aigo… kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, oemma sudah bicarakan dengan pemilik SM itu, bahkan sejak beberapa tahun yang lalu saat kau menginjak usia 20.

Jinki: mwo?

Oemma: dia bilang saat itu kau masih terlalu muda dan bisa merusak karirmu, dia memintaku menunggu hingga empat atau lima tahun setelahnya dan sekaranglah saatnya.

Jinki: masih sisa satu tahun lagi oemma.

Oemma: kau tidak boleh menikah saat usiamu lewat 25!

Jinki: waeo oemma? Orang-orang bahkan menikah saat usia mereka 40 tahun.

Oemma: apa kau mau seperti sepupumu itu? sampai sekarang mereka masih belum mempunyai keturunan, padahal sudah lebih dari 5 tahun menikah. Kau tahu apa kata dokter? Usia mereka sudah mulai menginjak masa produktifitas yang menurun. Oemma tidak mau kau tidak bisa punya anak hanya karena terlambat menikah, itu sangat konyol jinki.

Jinki: tapi noona menikah saat usianya sudah 30 tahun,  ia juga punya riwayat keturunan yang memang susah mendapatkan anak. Lagi pula suaminya juga sudah lebih dari 40 tahun dan mereka sangat sibuk, tentu saja mereka sulit mendapatkan anak.

Oemma: oemma tidak mau tahu, pokoknya kau harus menikah sebelum usiamu 25 tahun, untuk menjaga karirmu, eomma akan usahakan agar calon istrimu mau menikah diam-diam.

Oemma keluar dari kamarku menutup keras pintu kamarku. Kuhempaskan tubuhku di ranjang kesayanganku, lagi… karena hal semacam ini aku dan oemma bertengkar. Hampi setiap aku pulang oemma akan membicarakan hal ini. aku juga tidak keberatan menikah, hanya saja, bagaimana bisa aku menikah dengan yeoja yang bahkan tidak aku kenal? Terlalu tidak masuk akal. Ini bukan zaman dynast jeoson saat di mana kau menikah dengan orang pilihan keluargamu. Aish… oemma, kau membuatku terlihat seperti anak yang tidak berbakti pada orang tua.

Author pov

Oemma jinki menuruni tangga dengan terburu-buru, melihat dari pakaiannya, sepertinya ia akan pergi melayat.

Jinki: oemma mau ke mana?

Oemma: sahabat oemma meninggal dunia.

Yeoja itu hampir menangis saat mengucapkan kata-katanya barusan.

Jinki: sahabat yang mana?

Appa: nyonya song yang sakit itu.

Jinki: yang sering oemma kunjungi di rumah sakit?

Oemma: ne, dia meninggal karena penyakit paru-paru yang di deritanya selama beberapa waktu belakangan.

Jinki: oemma akan pergi dengan appa?

Oemma: ne, mungkin oemma agak lama, kalau kau akan kembali ke dorm, jangan lupa bawa makanan di kulkas yang sudah oemma siapkan.

Kemudian kedua orang tua itu berlalu, bergerak menuju rumah duka. Di sana sudah sangat ramai, beberapa tamu dan orang-orang terdekatnya menangis dan bersedih, tak terkecuali putrinya satu-satunya.

Hyejin pov

Aku menatap nanar gambar wajah oemmaku yang terpajang indah di kelilingi bunga putih yang menawan. Wajahnya sedang tersenyum dan terlihat begitu bahagia. Setidaknya setelah sekian lama ia menderita karena penyakitnya, sekarang ia bisa benar-benar damai dalam tenangnya. Hanya saja, bagaimana dengan aku? apa tuhan lupa jika dia masih punya aku? bagaimana dengan aku? hanya oemma yang aku punya di dunia ini, tidak ada siapapun lagi. sekarang dia sudah pergi, dan aku masih di sini tidak tahu bagaimana bisa menjalani hidupku selanjutnya. Oemma, aku tidak bisa hidup tanpa oemmaku, orang yang selalu ada di saat aku kesepian, yang selalu merawatku di kala sakit, satu-satunya orang tempat aku berbagi. Kupastikan, hidupku akan hampa dan kosong tanpa siapapun, hanya tinggal aku dan segenap kesepian yang akan selalu merundungi sisa hidupku yang malang, terjebak dalam kesendirian berkepanjangan tanpa tahu apa yang harus aku lakukan untuk hidupku sendiri. saat ini, aku merasa tengah terjatuh di tengah padang pasir yang sangat tandus, aku kehausan dan kelaparan, tapi tidak tahu harus ke mana, dan tidak tahu harus berbuat apa. Akankah aku mati karena dehidrasi dan kelaparan? Atau aku mati karena serangan hewan buas? Atau aku akan berakhir dalam timbunan badai pasir. Seperti itulah, tidak ada jalan yang pasti, tapi aku yakin akan berakhir dengan hal yang sama, yaitu akhir dari hidupku sendiri. haruskah aku mengakhiri hidupku sebelum aku merasa haus dan lapar?  Tapi oemma pernah bilang, selalu ada oase di tiap padang pasir meski yang tergersang sekalipun, tapi sebelum kau menemukan oase itu, kau akan menemukan banyak fatamorgana yang akan mengelabui matamu menjebakmu dalam fantasi semu. Bisakah semua itu nyata? Atau hanya usaha oemma saja agar aku tidak menyusulnya segera. Oemma, bagaimana bisa kau meninggalkanku begitu saja? Bukankah kau sudah berjanji untuk selalu di sisiku? Aku ingin kau membuktikan ucapanmu. Oemma, aku benar-benar merindukanmu, oemma aku ingin kau kembali, kembali padaku dan menjalani hidup kita lagi.

Jinki oemma: hyejinaa…

Sebuah tangan merangkulku lembut, aku menatap yeoja paruh baya itu, tidak tahu harus berkata apa, tidak tahu harus berbuat apa. Dia juga hanya menatapku, segenang air membuat matanya terlihat berbinar. Kemudian air itu mengalir deras seperti sungai, ia mendekat lalu memelukku memberikan kehangatan sebisanya, tapi aku masih tetap merasa dingin, hatiku sangat dingin, aku tidak merasakan barang sedikit kehangatan, semua kehangatan yang pernah aku miliki, telah pergi selamanya.

Jinki oemma: kaja… kita ke pemakaman.

                                                                                                ***********

Hyejin pov

Aku menaburkan bunga di atas makam oemmaku, bunga mawar kesukaannya. Tempat terakhir yang bisa dia tempuh saat ini. apa dia kesepian di sana? karena aku sangat kesepian di sini. Belum genap satu hari dia pergi, setengah jiwaku sudah melayang jauh tak tentu arah. Mungkin tidak masalah jika aku punya seseorang yang bisa aku sayangi, tapi aku hanya ditinggal sendirian, tanpa siapapun. Aku akan meniti jalan hidupku sendiri, tidak ada yang akan selalu mendukungku saat aku kehilangan keseimbangan dan keyakinan, tidak ada yang akan membantuku di saat aku terjatuh ke dalam jurang kehidupan. Sendiri, itulah aku sekarang, aku ingin sekali berada di dalam gundukan tanah ini bersamanya, tapi aku yakin dia tidak akan bahagia akan hal itu, aku masih ingat pesan terakhir oemmaku “jangan pernah berfikir untuk menyusulku dengan caramu sendiri,karena aku akan sangat membenci itu, dan kita tidak akan pernah bertemu di sana” . segenap kata-kata yang sampai saat ini mampu menahanku untuk tetap bernafas meski tersengal, tetap berjalan meski tertatih, tetap hidup meski sulit.

                                                                                **************************

Hyejin pov

Aku menatap fotoku bersama oemma.

Hyejin: oemma, nyonya Lee memintaku tinggal bersamanya. Oemma, dia bilang kau memintanya untuk menjagaku. Oemma, kenapa kau  harus menyusahkan orang lain hanya untukku? Meskipun kalian sangat dekat, tidakkah ini sedikit keterlaluan?

Kemudian kurasakan seseorang duduk di sebelahku.

Jinki oemma: kau sudah selesai mengemasi barangmu?

Hyejin: haruskah aku pindah ke rumahmu? Aku baik-baik saja di sini. Aku tidak akan apa-apa. Lagi pula kita tidak ada hubungan persaudaraan, aku merasa tidak enak harus merepotkanmu.

Jinki oemma: kata siapa? Kau tidak akan tinggal di rumahku sebagai orang lain, tapi sebagai menantuku.

Hyejin: ne?

Jinki oemma: sebelum oemmamu meninggal, dia sempat berpesan untukku, dia memintaku mencarikan jodoh yang baik untukmu. Aku rasa kau cocok dengan putraku, meskipun usia kalian berbeda 5 tahun tapi itu bukan masalah.

hyejin: sepertinya oemma sudah merencanakan semuanya. Apakah ini keinginan oemmaku?

Jinki oemma: ne, dia memintaku merahasiakan hal ini sampai dia meninggal.

Hyejin: jika itu memang keinginan oemma, aku akan melakukan apapun.

Jinki oemma: beruntungnya jihyo memiliki putri sepertimu.

                                                **********************************

Hyejin pov

Aku memasuki kediaman keluarga Lee, sangat berbeda dengan tempat tinggalku. Di sini suasana hangat begitu terasa, apa karena mereka memiliki keluarga yang utuh? Entahlah. Lee ahjumma mengantarkanku ke sebuah kamar di lantai dua, kamar yang cukup luas untuk aku tempati sendiri. dia bilang kamar ini akan jadi kamar sementaraku sampai aku menikah nanti. Menikah, sebuah hal yang selama ini tenggelam dari kamusku. Tentunya dalam sebuah pernikahan ada seorang namja dan seorang yeoja yang saling mencintai, dan hidup bersama dengan keturunan mereka. Dalam hidupku, yang aku tahu hanyalah seorang oemma, seorang wanita yang merawat dan membesarkanku, melakukan apapun untukku. Aku tidak pernah mengenal sosok namja baik itu seorang appa ataupun saudara namja. aku pernah bertanya pada oemma tentang appaku, tapi beliau bilang, aku terlahir karena dia, tapi aku tidak akan pernah bertemu dengannya. Sejak saat itu aku tidak pernah lagi mencari hal tentang appa, atau segala sesuatu yang berkaitan dengan itu. aku tidak pernah tahu siapa appaku dan seperti apa sosoknya. Dia hanya menjadi goresan hitam di dalam jalan hidupku yang tak pernah aku lihat dan gunakan. Bagaimana bisa aku mengerti tentang sebuah pernikahan? aku tidak tahu seperti apa sebuah pernikahan dan untuk apa kita menikah, yang aku tahu, pernikahan adalah hal suci yang diperintahkan tuhan untuk kita.  aku mempertaruhkan hidupku di sini, di tempat ini, di tengah keluarga Lee. Jika putra mereka menolak menikah denganku, aku sudah memutuskan untuk pergi, aku tidak mau merepotkan keluarga ini dengan keberadaanku dan rasa sesal dari Lee ahjumma.

 Oemma begitu beruntung memiliki seorang sahabat seperti dia, selalu setia bahkan hingga mereka setua ini.  oemma bilang, pertemuan mereka berawal saat masih jaman high school, sejak saat itu mereka bersahabat hingga sekarang. aku juga ingin memiliki seorang sahabat, seseorang untuk aku berbagi, tapi sepertinya tak ada yang mau bersahabat bahkan hanya untuk sekedar berteman denganku. aku selalu mendapat perlakuan buruk dari teman-temanku, mereka selalu mengejekku karena aku tidak memiliki seorang appa dan menganggap aku anak dari hubungan  bejat yang tidak di harapkan. Karena itulah, aku sangat membenci lingkungan sekolah, sampai aku tidak mau melanjutkan ke perguruan tinggi, lebih baik aku bekerja dan mengobati oemmaku. Sayangnya semua mimpi sederhana itu tidak akan pernah terwujud lagi, sekali lagi aku harus menelan pil pahit sebuah ingatan bahwa oemmaku sudah tiada.

Jinki oemma: hyejinaa.. malam ini jinki akan makan malam di rumah. Kau akan bertemu dengannya, semoga kalian bisa berjodoh.

Aku tersenyum tipis membalas pernyataan penuh semangat dan kebahagiaan Lee ahjumma. Apa sebegitu senangnya ia menjodohkan aku dengan putranya? Sebegitu mudahkah dia mempertaruhkan masa depan putra satu-satunya bersamaku?

                                                                *******************************

Jinki pov

Aku menutup telfon dari oemma, lagi… dia menyuruhku makan malam dan menginap di rumah. Pasti akan menjodohkanku lagi.

Minho: waeo hyung?

Key: panggilan perjodohan lagi?

Jinki:  Aku heran dengan oemmaku, bagaimana bisa ia memaksaku menikah dengan orang yang bahkan tidak aku kenal?

Jonghyun: ambil hikmahnya saja hyung. mungkin saja yeoja itu memang jodohmu. Lagi pula dia pilihan orang tuamu, kau tahu sendiri orang tua akan melakukan yang terbaik untuk anaknya, mereka pasti memilih yang terbaik untukmu, apa lagi kau anak tunggal hyung, tidak mungkin mereka main-main.

Minho: jika kau mempermasalahkan cinta, aku rasa kau terlalu klasik hyung. cinta itu bisa tumbuh jika kau terus berusaha memupuk dan merawatnya. Kau hanya perlu meyakinkan dirimu jika dia memang takdirmu. Kalaupun ternyata dia bukan jodohmu, kalian pasti akan menemukan jalannya sendiri.

Key: berhentilah menentang oemmamu hyung, kasihan oemmamu, dia sudah bersusah payah mencarikan yeoja untukmu, tapi kau terus menolaknya. Apa kau tidak pernah berfikir betapa malunya oemmamu dengan orang tua dari yeoja-yeoja itu?

Minho: cobalah untuk lebih fleksible hyung.

Jinki: entahlah, aku juga bingung dengan diriku sendiri.  yasudah, aku pulang dulu.

Taemin: hyung, hwaiting ^^

                                                                                *****************

Jinki pov

Aku menarik nafas dalam sebelum membuka kenop pintu rumahku, aku sempat berbicara di telfon dengan oemma. Oemma bilang, yeoja yang kali ini sangat berbeda, dia bukan gadis terpandang dari keluarga kaya yang penuh dengan goresan bedah plastic di  tubuhnya. Dia adalah putri nyonya song sahabat terdekat oemma yang beberapa hari lalu meninggal, oemma bilang ia sudah berjanji dengan nyonya song untuk menjodohkan aku dengan putrinya. Kali ini rasanya sedikit berat untuk menolak, selain karena dia adalah anak sahabat oemma, tapi juga karena oemma sudah berjanji dengan song ahjuma yang sudah meninggal.

Saat aku sampai di ruang makan, kulihat oemma  dan appa tidak seperti biasanya. Jika saat pertemuan perjodohan oemma dan appa akan berpakaian sangat rapi, saat ini mereka hanya memakai pakian biasa yang sehari-hari mereka pakai. Selain itu aku melihat seorang yeoja duduk di sebelah oemma, apa dia yang akan di jodohkan denganku?

Jinki oemma: kau sudah datang? Cepatlah duduk, oemma sudah sangat lapar.

Oemma berbicara dengan wajah yang begitu berbinar. Aku menganggup sebagai jawaban atas perintah oemma. Aku duduk di hadapan eomma dan sekaligus menghadap ke yeoja itu. jika sebelumnya yeoja yang di jodohkan denganku akan tersenyum menyapaku dan sibuk tebar pesona, yeoja yang ini bahkan terlihat tidak tertarik sama sekali padaku. ia menunduk menatap makanannya, apa dia malu? Atau tidak menyukaiku?

Oemma: hyejina… ini Lee jinki, putraku. Kau mengenalnyakan? Dia adalah member SHINee yang sangat terkenal itu.

Kalimat yang sama, yang selalu oemma ucapkan saat memperkenalkanku, biasanya si yeoja akan berkomentar dan memujiku habis-habisan. Saat aku bersiap menunggu ucapan seperti apa yang akan ia sampaikan, ia mengangkat wajahnya membuat aku bisa menatapnya sepenuhnya. Oemma  benar, tidak ada tanda-tanda bedah plasti, suntik lemak atau implan, semuanya asli. Dia memang tidak memiliki rahang yang seksi, mata yang berkilauan dan kulit wajah yang mengkilap seperti yeoja minggu lalu yang penuh dengan bedah plastic, tapi aku yakin, dia jauh beribu kali lebih cantik di bandingkan yeoja itu.

Hyejin: song hyejin imnida…

Hanya Sebuah kalimat muncul dari bibirnya, dan parahnya lagi ia bahkan tidak tersenyum.

Oemma: ottae? Yeppuji? Tentu saja, oemmanya adalah princess saat kami dulu masih sekolah.

Jinki: berapa usiamu?
hyejin: 19 tahun.

Jinki: ne? 19 tahun? oemma… dia bahkan baru tamat tahun ini.

Ucapanku sukses membuat mata oemma menajam dan wajah appa menggeram.

Oemma: lalu apa salahnya? Kesempatan kalian mempunyai keturunan akan lebih besar.

jinki: apa kau yakin dia tidak keberatan?

Oemma: eomma sudah bicarakan dengannya. Sudahlah, oemma sudah mengatur semuanya. Paling lama, satu bulan lagi kalian sudah bisa menikah.

Jinki: ne?

Oemma: hyejina… besok aku akan pergi mencari gedung dan mengurus beberapa keperluan lainnya, bisakah kau menyiapkan sarapan untuk jinki?

Hyejin: ne…

Oemma dan appa berlalu meninggalkan aku dan yeoja ini. dia hanya diam, tidak menolak tidak juga menerima dengan senang.

                                                                                ****************

Jinki pov

Berhubung di rumah, aku bangun agak telat pagi ini. lagi pula menejer hyung menyuruhku ke dorm jam 10, jadi tak ada alasan untuk buru-buru.

Aku keluar dari kamarku setelah rapi dengan pakaianku. Saat aku menuju ruang makan yang kebetulan berdekatan dengan dapur, aku melihat yeoja itu sedang sibuk di depan kompor memasak sarapan sesuai perintah oemma semalam. aku duduk di meja makan memperhatikan hidangan sarapan yang terlihat begitu lezat. Saat aku baru saja duduk dia sudah selesai dengan masakannya dan duduk di hadapanku.

Jinki: kau yang memasak semua ini?

Hyejin: ne…

Jinki: pasti sulit untuk gadis sesusiamu harus menikah. Apa kau tidak ada niat untuk menolak?

Dia terdiam, terhenti dari aktivitasnya mengaduk bubur di hadapannya kemudian beralih menatapku.

Hyejin: aku tidak dalam posisi menolak ataupun memaksa. Semuanya terserah padamu, kalau kau ingin menolak, aku tidak keberatan karena itu pilihanmu. Aku tidak tahu apapun tentang pernikahan, aku tidak pernah tahu kehidupan orang yang menikah itu seperti apa, aku tidak mengetahui apapun tentang hal itu.

Jinki: aku juga tidak tahu harus bagaimana, aku tidak diberi ruang untuk menolak dan menyampaikan pendapatku, aku juga tidak memiliki yeoja chingu untuk bisa ku nikahi.

Ia hanya menatapku datar.

Jinki: apa kau tidak memiliki namja chingu? Atau seseorang yang kau cintai?

Hyejin: waeyeo?

Jinki: jika kau punya namja chinggu atau orang yang kau sukai maka semuanya akan lebih mudah.

Hyejin: aku tidak tahu cinta itu seperti apa dan bagaimana rasanya. Aku tidak mengenal namja manapun selain dirimu dan appamu.

Aku menatapnya tidak percaya, sepertinya dia menjalani hidup yang cukup berat.

Jinki: jika kita menikah, apa kau bersedia untuk menyembunyikan pernikahan kita?

Hyejin: itu pilihanmu, selama tidak mengganggu hidup dan karirmu, aku tidak masalah, lagi pula aku juga tidak suka orang-orang membicarakanku.

Ia menjawab dengan ekspresi yang begitu datar. Semalam oemma sempat berbicara denganku, oemma bilang yeoja ini masih dalam masa sulitnya kehilangan oemmanya, dia sangat menyayangi oemmanya melebihi apapun, jadi saat ini dia masih dalam masa pemulihan mental.

                                                                **********************************

Hyejin pov

Aku menatap diriku di depan kaca, tubuhku terbalut gaun putih bersih yang sangat indah. Perjalanan hidupku akan segera dimulai, aku  tidak tahu hal apa yang akan terjadi nanti, tapi yang pasti hubunganku dengan Lee jinki itu tidak akan semulus hubungan pasangan lainnya.

oemma… aku percaya pada pilihanmu.

Jinki oemma: aigoo… kau cantik sekali, jinki pasti akan sangat menyukaimu.

Hyejin: oemonim, mungkin aku tidak mengerti seutuhnya hal apa yang aku lakukan, tapi aku akan berusaha melakukannya dengan baik. Aku juga bukan sosok menantu indaman ataupun istri idaman, aku tidak punya apapun yang bisa aku banggakan, semoga nanti kau tidak menyesal.

Jinki oemma: kenapa kau bicara seperti itu? dibanding semua yeoja diluar sana, kau jauh lebih baik. Aku yakin, putraku akan menjalani hidup yang lebih baik denganmu.

Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya.

Jinki oemma: aigoo… kau tersenyum…. Sudah lama sekali aku tidak melihat senyuman itu.

                                                                                *************

Hyejin pov

Aku berjalan pelan menuju altar tempat dia berada, setiap langkah yang kuambil adalah jalan menuju hidupku di masa depan, hidupku dengan namja itu. bagaimana kami nanti? Seperti apa kami nanti? Pertanyaan itu bergulat di otakku. Aku tidak mengenalnya, aku tidak tahu dia seperti apa, dan parahnya aku tidak tahu apa itu cinta. Bagaimana bisa aku mencintainya sedangkan aku bahkan tidak mengerti makna sebuah cinta?

Dia meraih tanganku lembut, mengaitkan di lengannya. Dia tersenyum, sepasang matanya membentuk garis lurus dan wajahnya begitu berbinar saat senyuman itu menghiasi wajahnya. Aku tahu dia ragu, dan bingung, jauh di dalam hatinya ia ingin berteriak bahwa ia tidak menginginkan semua ini, tapi demi rasa hormatnya kepada orang tuanya, dia menelan semua itu dan menguburnya dalam-dalam. Seketika raut wajahnya berubah tepat saat akan pengucapan janji sucinya, dia ragu dan takut. aku menyesal telah datang dan merusak hidupnya yang baik-baik saja dengan hidupku yang penuh tanda Tanya.

Jinki: aku berjanji…

Dia mengucapkannya, sebuah janji yang harus ia tanggung hingga nafas pergi dari hidupnya. Sebuah janji yang aku yakin, dia pun belum pasti bisa menepatinya. Sebuah janji, yang mungkin hanya akan menjadi hal buruk yang akan mengurung hidupnya bersamaku.

Hyejin: aku berjanji…

Aku berjanji tidak akan menganggu hidupnya, aku berjanji tidak akan merepotkannya. Aku akan berusaha agar dia tetap merasa seperti dulu, aku akan berjuang untuk tidak merusak hidup yang sudah bersusah payah ia dapatkan. Aku tidak akan memintanya mencintaiku, aku tidak akan memintanya menghargaiku, aku tidak akan memintanya menyayangiku, aku tidak akan memintanya memperlakukanku seperti istri lain. Aku akan biarkan dia seperti adanya, tidak akan memaksanya.

Cup~

Ia mengecup bibirku lembut membuat aku merasakan hal aneh di seluruh tubuhku. Aliran darahku berubah deras dan pipiku terasa memanas. Seperti inikah rasanya? Pantas saja semua orang melakukannya.

Ia menatapku setelah berhasil merebut ciuman pertamaku. Matanya, seperti sebuah rawa yang begitu dalam, aku tidak tahu hal apa yang  ada di dalamnya selain genangan kehidupan selebritisnya. Mata itu, penuh dengan misteri dan pertanyaan yang tak bisa aku mengerti.

Dia tersenyum, aku tidak mengerti kenapa senyuman itu terasa sangat berbeda. Lebih dari semua senyuman yang selama ini kulihat tersirat di wajahnya. Ada makna di balik senyuman itu, sebuah makna klasik, seperti hidupnya yang begitu unik.

Kami berjalan bergandengan tangan meninggalkan altar, akankah ia tetap menggandeng tangaku hingga nanti? Atau dia akan meninggalkanku? Atau aku yang akan pergi meninggalkannya, melepaskan lengannya yang hangat, entahlah, semuanya begitu kabur seperti kabut yang menutupi masa depanku.

Ia mengajakku menyapa para tamu undangan yang tidak begitu ramai, hanya beberapa kerabat keluarga Lee, rekan bisnis mereka, member SHINee, dan beberapa teman kerjanya.

Key: aigo… hyung, kau beruntung memiliki istri yang cantik.

Minho: aku dengar kau lebih muda dari maknae kami. Itu artinya kau harus memanggil kami semua oppa.

Taemin: hyung, bagaimana kau memanggil istrimu?

Jinki : nanti aku fikirkan.

Jonghyun: hyung, kau benar-benar dewasa sekarang. semoga kalian bisa menjalani semuanya dengan baik. Kami akan selalu mendoakanmu hyung.

Jinki: gumawo jonghyun…

                                                                                                *************

Hyejin pov

Setelah acara pernikahan selesai, kami segera berangkat menuju pulau jeju, hanya aku dan dia, Lee jinki. Saat kami sampai malam sudah turun dan sedikit gerimis seolah mencerminkan sebuah pernikahan yang tidak sempurna, sebuah bulan madu yang kelabu.

Aku menatap kagum ruangan hotel yang begitu mewah dan luas, semuanya tertata begitu menakjubkan.

Jinki: kau bisa tidur di ranjang, aku akan tidur di sofa.

Aku mengangguk menanggapi ucapannya, setelahnya ia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan aku sibuk dengan koper yang cukup besar ini. aku mengeluarkan fotoku bersama oemma yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi. Aku menatap foto itu, sudah lebih dari satu bulan sejak kepergian oemma, tapi aku merasa ia masih di sini menjagaku.

Hyejin: oemma… aku sudah menikah…

Kupandangi wajah oemmaku di foto itu, ia terlihat begitu  cantik dengan gaun birunya yang indah dan senyuman yang ramah mengembang di wajahnya yang sempurna. Dia sedang memeluk seorang gadis dengan seragam sekolahnya, gadis itu juga tersenyum lebar sama halnya seperti oemma, aku, aku dan oemma yang dulu begitu bahagia meskipun kami tidak memiliki apapun. aku masih bisa tetap tertawa dan tersenyum selama aku bersamanya.

Jinki: apa kau tidak mau mandi?

Aku tersentak dari lamunanku mendengar suara itu, saat aku berbalik aku mendapati seorang Lee jinki dengan piyamanya dan ia sedang sibuk mengeringkan rambutnya.

Aku mengambil handuk dan pakaianku, bergegas mandi. Saat aku selesai dan keluar dari kamar mandi, aku menemukannya sudah tertidur di sofa dengan lelapnya. Seharusnya aku yang tidur di sofa, bukan dia. Aku mengambil selimut dan bergerak menyelimutinya, dia bergerak, memperbaiki posisi tidurnya senyaman mungkin.

Hyejin: mianhae… aku tidak bermaksud datang dalam hidupmu.

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet