"Miracle at Night"

Deeply Insane

.

Bab 2

“Miracle at Night”

.

“Hei bodoh, bangun dong. Tidur kok lama banget sih?” samar-samar ku dengar suara Ilhoon membangunkanku. Akupun membuka mata dan tampaklah sosok pria berambut biru disana. Sedikit buram, aku belum bisa memastikan siapa itu.

“Kau baik-baik saja?” sosok itu bertanya lagi. Ku usap mataku, suara itu bukan Ilhoon. Lalu siapa?

“Hei! Jawablah!” Sebuah tangan meraih dahiku. Wajahnya semakin dekat ingin memeriksa keadaanku mungkin. Tak berselang lama, aku mulai bisa melihat semua dengan jernih. Dan sungguh mengejutkan, itu Zelo? Kenapa dia bisa ada disini? Sontak aku terduduk dengan malu. Ku tundukkan kepalaku dalam saat Zelo menghela nafas lega dan bangkit dari kursinya.

“Kau teman sebangkuku, kan? Kenapa bisa berantem dengan SISTAR sih? Lihatlah, kau terlihat sangat parah.” aku hanya bisa diam mendengarkan perkataan teman sebangkuku itu. Apa dia yang telah menengahi perkelahian tadi dan menyelamatkanku?

“Hei, namamu siapa?” Zelo kembali bertanya. Ya, wajar sih dia bertanya siapa namaku. Karena walaupun kami adalah teman sebangku, dia itu sangat jarang masuk kelas dan bahkan kalau masukpun sering ketiduran. Makanya dia tidak tahu namaku apalagi kami tidak pernah berkenalan satu sama lain sebelumnya.

“A, aku Suzy. Bae Suzy.”

“Oh, Suzy ya. Hmm, kenapa tidak melihat wajahku sih? Kalau orang ngomong lihat wajah orangnya dong.” Zelo mengangkat daguku dan membawa wajahku menatap wajahnya dengan jarak yang cukup dekat. Bahkan aku dapat merasakan hembusan nafas Zelo disana.

DEG DEG DEG!!

Untuk pertama kalinya, aku merasakan getaran ini bersama Zelo. Apa aku benar-benar sudah terpikat olehnya? Aduh!

“Hmm, ternyata kalau tidak memakai kaca mata dan dilihat sedekat ini, kau cantik juga ya.” ucap Zelo memperhatikan wajahku seksama. Ku pastikan wajahku memerah sekarang.

“A, aku harus segera pulang!” aku tidak bisa mengontrol diriku dan menyingkirkan tangan Zelo dari daguku.

“Hari sudah cukup malam. Bagaimana kalau ku antar?” tawar Zelo membuatku terdiam.

“Ciee~ yang mau dianter gebetan~” tiba-tiba sebuah suara melesat di kupingku. Ilhoon, ku pikir dia sudah kabur entah kemana. Ternyata masih ada di sampingku. Aku mencoba mengabaikannya. Kembali focus kepada Zelo yang memberikan tawaran.

“Ah, tidak usah. Aku bisa sendiri kok.” aku turun dari ranjang, namun baru saja mau berdiri aku hampir terjatuh lagi kalau saja Zelo tidak menangkap tubuhku barusan.

“Argh!” aku mengerang kesakitan. Aku pasti mengalami patah tulang karena berantem tadi.

“See? Masih mau menolak tawaranku?” tanya Zelo membuatku malu. Apalagi melihat posisiku yang saat ini ada dipelukannya. Gyaaaaa!! >_<

“Iiih~ Suzy-ku berani sekali~” goda Ilhoon melayang-layang di udara. Aku hanya diam dan mengabaikannya sementara Zelo membopongku keluar UKS. “Terimakasih.” ucapku membuat Zelo tersenyum. Oh my~ Baru kali ini aku melihat sosok Zelo yang begini baiknya. Apa dia tidak sedang kerasukan? Kenapa dia begitu baik dan peduli terhadapku? Dia, seperti Malaikat.

“Jangan memandangku terus. Nanti naksir lho.”

#GUBRAK!!

“Apa-apaan itu?!!” batinku malu setelah mendengar Zelo berkata seperti itu. Ilhoon terlihat tertawa terbahak-bahak di udara. Ia mengejekku dan melayang-layang seenak jidadnya. Dasar!

Tak berselang lama, kami pun tiba di tangga. Zelo tiba-tiba melepaskan aku dan duduk menjongkok di depanku. “Apa yang kau lakukan?” tanyaku heran. Zelo menunjuk bahunya.

“Naiklah.” Oke, sekali lagi aku dibuat speechless olehnya.

“Ayolah, cepat.” Zelo meraih betisku. Malu-malu akupun melingkarkan lenganku di bahunya dan naik ke punggungnya. Zelo mengunci betisku dan berdiri. Aku pun kini berada di gendongan Zelo. Ini sungguh menakjubkan. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika seseorang melihat ini. “Sudahlah jangan malu-malu.” tambah Ilhoon dari belakangku. Aku hanya mencibirinya dan tersenyum. Zelo sedikit memperbaiki gendongannya saat turun dari tangga.

“Anu, aku berat ya?” tanyaku sungkan. Zelo hanya tertawa. “Sangat.”

JLEB!!

Aku merasakan ribuan panah mengenai kepalaku. Pedih sekali kata-katanya. Hiks.

“Becanda kok. Kau cukup ringan dengan tubuhmu yang tinggi itu.” Zelo menambahkan, membuatku tersenyum malu. “Terimakasih, Zelo.”

.

.

 Setibanya di depan Apartment ku, Zelo menghentikan mobilnya dan membantuku turun. Ia kembali membopongku ke luar dan bertanya, “Apa kau mau ku antar ke dalam?”

“Ah tidak usah. Aku bisa sendiri kok. Sampai disini saja, terimakasih ya.” Aku menolak untuk diantarnya. Zelo hanya menghela nafas dan mengacak-acak rambutku.

“Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu ya. Oh ya, ini nomorku. Kalau besok tidak bisa ke sekolah hubungi saja aku. Aku akan bilang ke guru.” Zelo memberikan secarik kertas berisi nomor Handphonenya kepadaku. Aduh, keajaiban apa ini?

Aku menerimanya dan kembali berterimakasih. “Jangan sungkan meminta bantuanku kalau kau memerlukannya ya. Aku pulang dulu.” Zelo pun tersenyum dan pamit pulang. Ia masuk ke mobilnya dan berlalu meninggalkanku yang masih terpana oleh pesonanya. Pantesan semua gadis mengidamkannya, dia begitu tampan dan baik hati. Beda sekali dengan image gengnya yang sangat keras itu.

“Cepatlah Suzy! Aku ngantuk nih.” Tiba-tiba Ilhoon meronta dibelakang. Aku hanya mengernyitkan alis dan masuk ke Apartment sebelum pria itu mengoceh tidak jelas lagi. Saat di Lift, Ilhoon terlihat tertawa seorang diri. Aku mengernyitkan alisku lagi. Ada apa dengannya?

Tiingg!

Kami pun sampai di lantai 3, dengan jalan sedikit pincang aku menuju kamarku. Ku buka pintu kamar dan masuk ke dalam setelah mengunci pintu. Ilhoon melayang ke arah ranjangku dan tidur disana.

“Hwuah~ aku capek sekali!” ujarnya membuatku memutar bola mata 360 derajat.

“Harusnya aku yang bilang begitu.” sanggahku kesal. Ilhoon hanya tertawa. Aku berlalu ke kamar mandi dan membersihkan diri sementara Ilhoon menghidupkan TV dan menonton drama Korea disana. Roh apaan itu? Aneh sekali! Sehabis mandi, akupun kembali ke kamar. Ya, sejak ada Ilhoon aku selalu mengenakan baju di dalam kamar mandi sekarang. Karena hanya itu satu-satunya ruangan yang tak akan dimasuki oleh Ilhoon seenaknya. Aku menghempaskan tubuhku di atas kasur dan meraih Handphoneku. Entah kenapa aku langsung mengetik sebuah pesan untuk Zelo.

=Zelo, ini aku Suzy. Terimakasih untuk yang tadi. Good Night J=

“Kau tahu tidak? Tadi itu sangat menyenangkan sekali lho. Kau itu kalau marah mengerikan juga ya. Saat mereka sudah mengeroyokmu untung aku membantumu, kalau tidak aku yakin kau pasti sudah mati.” Setelah mengirim pesan itu, tiba-tiba Ilhoon berbicara sembari sibuk menonton TV.

Tunggu, membantuku? “Maksudmu?” tanyaku kepada Ilhoon yang tengah berbaring di sofa.

“Ih, kau tidak sadar apa? Saat kau dikeroyok mereka tadi, kau kan bisa membalasnya. Itu karena aku masuk kedalam tubuhmu dan membantumu, makanya kau bisa kuat begitu. Lihat tidak? Gadis yang kuangkat tadi hampir saja kehabisan nafas kalau saja temanmu yang bernama Zelo itu tidak menghentikan perkelahian itu.”

“Apa? Kau merasukiku?!” ujarku diiringi anggukan Ilhoon.

“Iya. Baguskan? Kalau tidak akan sangat memalukan melihatmu kalah begitu.”

“Hei! Aku tidak suka ya kau merasukiku tanpa seizinku! Kau tidak boleh melakukannya. Kalau saja tadi Dasom mati bagaimana? Aku bisa dipenjara!” bentakku membuat tawa Ilhoon sirna dari wajahnya.

“Aku kan hanya ingin membantumu!”

“Tapi kau tidak boleh memperlakukan manusia seenakmu!” lagi, aku membentaknya. Ilhoon terlihat kesal dan menahan emosinya. “Baiklah, aku tahu! Kau lah yang manusia, aku bukan manusia!” kali ini Ilhoon yang membentak.

Anu, aku tidak bermaksud menyinggungnya. Tapi…

Ilhoon melayang di udara dan berlalu meninggalkan kamar menembus pintu begitu saja. Aku hanya bisa diam memperhatikan kepergiannya. Seharusnya aku tidak berkata seperti itu. Kalau tidak dibantu Ilhoon, mungkin aku akan tertidur di Rumah sakit sekarang.

“Ilhoon, maafkan aku.” Entah kenapa aku menyesalinya.

Dia akan pergi kemana ya? Ilhoon.

.

.

Dari kejauhan, tampaklah sosok Ilhoon melayang di udara dan menghampiri sebuah jembatan didekat Apartment. Ia duduk di pagar jembatan dan merenung disana. Diam-diam aku mengikutinya. Dibawah sinar bulan yang terang, ia menatap kosong sungai yang mengalir tenang ke arah hilir.

“Suzy bodoh! Bodoh!” gerutunya meninju-ninju pagar jembatan kesal. Aku memang merasa bersalah, tapi Ilhoon juga tidak seharusnya begitu.

Tak berselang lama, munculah sesosok gadis berambut emas disampingnya.

“GYAAA!!!” Ilhoon yang kaget terbalik ke belakang dan terjatuh dari pagar jembatan. Begitupun aku yang cukup kaget melihat kedatangan sosok gadis yang misterius itu. Ia bisa melayang seperti Ilhoon, apa jangan-jangan dia roh yang kehilangan arah juga? Tapi, tapi kenapa aku bisa melihatnya? Apa karena aku percaya bahwa roh itu ada? Aku kembali mengamati mereka. Tempatku sekarang bersembunyi tidaklah terlalu jauh, makanya aku bisa mendengar perbincangan mereka walaupun samar-samar.

“Ilhoon. Bagaimana hari pertamamu di bumi? Menyenangkan kah?” sindir gadis itu membuat Ilhoon kembali melayang di udara dan duduk di sampingnya.

“Aku membenci gadis itu. Kenapa harus dia sih yang bisa membantuku, Fei!?” gerutu Ilhoon membuat gadis itu tertawa lagi. Tunggu, tadi Ilhoon memanggilnya Fei? Ohh, jadi dia si Penjaga Roh itu? Cantik sekali~

“Dari pada menyesali itu, lebih baik kau mulai mencari tubuhmu itu sekarang. Katanya mau hidup lagi.”

“Iya, aku tahu. Tapi gadis itu menjengkelkan. Aku membencinya!” bentak Ilhoon kesal. Fei pun meraih bahu Ilhoon dan kembali memperingatinya. “Dengar ilhoon, waktumu tidak banyak lagi. Kau hanya memiliki tenggang waktu 20 hari lagi sebelum benar-benar bereinkarnasi. Jangan buang-buang waktumu.”

“Fei, ku mohon beritahu aku tentang keberadaan tubuhku. Aku tidak mau meminta bantuan kepada gadis itu.” rengek Ilhoon membuat Fei menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku tidak boleh mengatakannya Ilhoon. Ini adalah peraturannya.”

“Kalau begitu aku akan pergi mencari seorang diri saja.” tegas Ilhoon memangku lengan.

“Jangan! Suzy yang membawamu ke bumi, jadi hanya dia yang mampu membuatmu bisa masuk kembali ke tubuhmu. Walaupun kau bisa menemukan dimana tubuhmu berada, tapi kau menemukannya seorang diri dan tidak bersama Suzy, maka tamatlah riwayatmu. Kau akan hancur menjadi debu. Suzy bagaikan tameng untukmu, hanya dengan menemukan tubuhmu bersamanya satu-satunya jalan. Kalau tidak kau akan lenyap untuk selamanya.” Ilhoon hanya menundukkan kepala dalam. Tak berselang lama air matanya menetes dan ia berusaha menyembunyikannya. Aku yang kasihan melihatnya meraba dadaku. Melihat Ilhoon seperti itu, aku benar-benar merasa kasihan.

“Aku hanya ingin kembali ke tubuhku. Tapi kenapa kalian membuat semuanya menjadi rumit? Aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya menjadi manusia. Aku sangat iri kepada mereka yang masih bisa tertawa dan berteman dengan siapa saja. Aku juga ingin merasakannya! Hsk!” tangis Ilhoon pun pecah di gelapnya malam.

“Ilhoon…” aku benar-benar merasa bersalah dan ikut merasakan sakitnya sekarang. Ilhoon pasti sangat tertekan karena ku. Sungguh kasihan. Dia pasti ingin bertemu dengan orangtua dan orang-orang di kehidupannya dulu. Ilhoon, maafkan aku. Tanpa terasa air mataku ikut menetes.

“Mulai sekarang, aku berjanji akan benar-benar membantunya.” itulah janjiku di dalam lubuk hati terdalam.

.

.

Keesokan paginya, aku bangun dari tidur dan mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Walaupun sedikit cedera, tapi ini tidak masalah selama aku masih bisa berjalan meski sedikit pincang. Begitu keluar dari kamar, ku lihat Ilhoon tertidur di sofa ruang tengah. Aku hanya tersenyum melihat wajah tidurnya yang imut(?) Ku hampiri dia dan ku selimuti dengan baik.

“Ilhoon, untuk hari ini kau disini saja ya. Aku janji akan membantumu. Jadi jangan khawatir.” gumamku mengusap rambut Ilhoon yang berwarna perak. Kelihatannya dia benar-benar kelelahan. Huah~ baiklah aku harus pergi. Aku pun bangkit dan berlalu ke sekolah.

Setibanya di sekolah, baru masuk gerbang semua orang memperhatikanku. Ada apa ini? Ah, apa jangan-jangan karena pertengkaran kemarin dengan SISTAR? Aduh, aku pasti dipanggil pak Kepsek nih! Akupun segera bergegas ke kelas dengan pincang, disana seisi kelas menatapiku lagi. Ayolah, aku benci tatapan itu.

“HEI BAE SUZY!!” tiba-tiba seseorang berteriak ke arahku. Aku menoleh ke belakang dan, BRUUKK!!!

Tiba-tiba seseorang berlari ke arahku dan memelukku sampai terjatuh.

“Suzy~ kau benar-benar hebat! Aku sangat menyukaimu~ >_<”

“Hei, tunggu! Kau siapa?” ku lepas pelukan gadis bertubuh mungil itu dan bertanya kepadanya. Dia hanya tertawa dan kembali memelukku. “Mulai sekarang kita temenan ya. Aku sangat menyukaimu~”

Aku mulai penasaran dan kembali melepas pelukannya. “Hei, kau ini siapa? Kenapa tiba-tiba bersikap begini kepadaku?”

Gadis berambut bob itu tersenyum. “Baiklah. Namaku Park Min Young, siswi kelas sebelas sama sepertimu. Kemarin aku melihatmu menghajar SISTAR itu sampai babak belur. Aku sangat kagum kepadamu, kau benar-benar hebat!” gadis yang mengaku bernama Min itu sontak membuatku tertawa. Aku bangkit dari lantai dan menariknya keluar kelas berhubung semua mata yang memperhatikan kami.

“Aduuh~ Kau ini terlalu berlebihan. Aku pikir tadi kenapa, eh ternyata hanya karena SISTAR itu?” jawabku merasa tak ada yang special dengan hari kemarin, karena yang ada di pikiranku hanyalah panggilan sekolah yang pasti akan menegurku karena sudah berantem kemarin.

“Tidak! Kau itu hebat! Tiada yang berani melawan mereka. Hanya kau, hanya kaulah yang terbaik!” tegas Min kembali membuatku tersenyum geli. “Baiklah, terimakasih atas pujianmu.”

“Hmm, Suzy.” Min tampak ingin menyampaikan sesuatu. Aku mengangkat kepalaku dan menyahut. “Kenapa?”

“Bolehkah aku menjadi sahabatmu?” Spontan aku hampir menyembur tertawa oleh pertanyaan itu. Pertanyaan macam apa itu? Min ingin menjadi sahabatku? Apa aku sedang bermimpi? Selama ini mana ada yang mau berteman bahkan mau menjadi sahabatku?

“Suzy? Gimana?” Min kembali bertanya. Aku hanya tersenyum kepadanya dan mengangguk. “Tentu saja. Terimakasih sudah mau menjadi sahabatku.” aku memeluknya dengan hangat, ia pun kembali memelukku dengan senang. “Makasih juga Suzy.”

Teng Teng Teng!

Tiba-tiba bel tanda masuk berbunyi. Min pun melepas pelukanku dan menepuk bahuku.

“Udah bel nih, aku ke kelas dulu ya. Kelasku ada di lantai satu sih. Nanti kalau udah bel istirahat ketemu lagi ya.” ujar Min sembari berlalu meninggalkan koridor. Aku hanya mengangguk dan melambaikan tangan ke arahnya. Aku berniat kembali ke dalam kelas, tapi perhatianku teralihkan pada sosok Zelo yang berlalu meninggalkan koridor. Bukannya ke kelas tapi malah pergi, sepertinya mau bolos. Berhubung guru masih belum datang, akupun berniat menghampiri Zelo untuk berterimakasih atas bantuannya kemarin sebelum ia pergi. Dari pada berbicara dengannya di dalam kelas, lebih baik di koridor yang sedang sepi saja, lumayan dari pada bikin ribut fansgirl nya.

Ku percepat langkahku mengejarnya takut nanti pergi kejauhan, namun setibanya di persimpangan koridor, langkahku terhenti saat melihat Zelo sedang mengobrol dengan teman-temannya di tangga. Oh, jadi dia dipanggil oleh teman-temannya makanya tidak jadi ke kelas?! Ku perhatikan seksama dari balik dinding, suara tawa teman-temannya cukup keras, sepertinya mereka membicarakan sesuatu yang menggelikan. Takut merusak suasana akupun mengurungkan niat untuk menegurnya. Ku balik badanku untuk kembali ke kelas duluan, tapi sebuah suara membuatku menghentikan langkah.

“Hebat! Kau benar-benar muridku! Hahaha..!!” kulihat Himchan tertawa disana menepuk punggung Zelo. Ya, aku memang tahu nama semua teman-temannya, karena mereka sangat popular.

“Berarti si Suzy itu sudah kegeeran dong dideketin sama kamu Ze?” kali ini Youngjae menambahkan. Nah kan? Mereka menyebut namaku, makanya aku kembali kesini dan mencuri dengar. Ada apa ini? Apa maksudnya membuatku kegeeran? Jangan bilang Zelo yang tadi malam itu palsu!

“Entahlah. Lebih baik bicarakan besok saja. Aku mau kembali ke kelas.”

“WIIIHHH~” ke-5 anak B.A.P itu menggoda Zelo dan mengejeknya. “Kau mau duduk dengan si cupu itu? Yang benar saja, untuk apa masuk sih? Ayo kita bolos aja!” tutur Yongguk meraih bahu Zelo. Tapi Zelo menolaknya. “Tidak ah, aku sedang malas. Enak saja menggodaku dengan gadis cupu itu! Kalau bukan karena taruhan tiket konser 2PM dengan kalian, aku tidak akan mau mendekatinya tahu!” tutur Zelo berhasil membuatku berhenti bernafas.

DEG!!

Nafasku sesak. Jantungku serasa berhenti memompa darah, membuatnya menggumpal di ubun-ubun. Tulangku seolah mencair. Sakit, rasanya sangat sakit. Zelo yang membuat hatiku terpikat itu hanya menjadikan aku barang taruhannya? Aku sungguh bodoh!

Akupun berlari melewati Zelo dan teman-temannya. Mereka terlihat kaget melihat kedatanganku, begitupun dengan Zelo. Tapi aku tidak peduli, rasa sakit di kakiku pun bahkan tidak kurasakan. Semua darahku sudah membeku. Aku hanya bisa berlari dan berlari. Bodoh! Bodoh! Bodoh!

Ku lihat Min berlalu di koridor lantai bawah. Kelasnya memang di lantai 1. Sepertinya ia melihatku, tapi aku hanya terus berlari mengabaikannya. Ia pasti melihatku yang sedang kacau ini. Ku dengar ia meneriaki namaku.

“SUZY!!” Min mengejarku di belakang. Tapi aku tetap berlari. Karena aku malu dengan kebodohanku. Menangisi pria yang telah menghancurkan hatiku. Padahal untuk pertamakalinya, hanya dialah yang mampu membuat hatiku bergetar, tapi dia juga yang membuat hatiku terasa sangat sakit sesakit ini. Kau terlalu kejam, Zelo.

BRUUKK!!

Tiba-tiba aku tersandung di halaman belakang sekolah. Kacamata cadanganku pun ikut terjatuh dan pecah. Lagi, kacamata itu pecah bagaikan mengisyaratkan hatiku yang dibuat rapuh oleh perasaan semalam. Padahal baru saja kacamata pemberian nenek rusak karena berkelahi dengan SISTAR kemarin, dan sekarang adalah yang terakhir. Aku tidak memiliki cadangannya lagi. Air matapun terus mengalir membasahi pipi. Bodohnya aku, kenapa aku harus menangis?

“Suzy?!” tiba-tiba kudengar suara Min dari belakang. Tapi aku tak ingin berpaling. Aku malu, sangat malu. Entah kenapa, mendengar suara Min yang semakin dekat aku semakin jadinya menangis. Sudah tidak bisa ditahan lagi, bahkan dadaku terasa sangat sakit membayangkannya.

“SUZY!!” tiba-tiba kurasakan Min memelukku dari belakang. Ia ikut menangis di punggungku dan terus memelukku dengan erat. Untuk pertamakalinya, ada seseorang yang menemani tangisku. Rasanya sangat nyaman sehingga aku meluapkan semua air mata itu.

.

.

“Ooh~ jadi begitu ceritanya! Jahat sekali sih si Zelo itu!” Sepulang sekolah aku dan Min berjalan ke luar gerbang sekolah dan naik Taxy menuju Supermarket untuk mencari sedikit angin. Aku sudah menceritakan kepada Min tentang taruhan yang dilakukan Zelo dan teman-temannya terhadapku. “Seoul town Square pak.” Kata Min ke Supir Taxy yang langsung melajukan mobilnya. Min kembali menatapku yang duduk disebelahnya. “Ayolah Suzy, tidak usah dipikirkan lagi. Yang perlu kau ingat, kau itu sahabatku sekarang. Dengan sahabat, apapun itu kau harus berbagi. Jangan membiarkan dirimu terlarut seorang diri dalam permasalahanmu. Ada aku disini, siap mendengarkan keluh kesahmu.” ujar Min menepuk-nepuk dadanya. Aku tersenyum. “Terimakasih ya.”

Sesampainya di Seoul Town Square, kami pun masuk mencari café. Min memimpin jalan, sepertinya ia sering kesini sehingga terlihat familiar dengan tempat ini.

“Duduk disini yuk.” Min mengajakku duduk di tengah ruangan. Pelayan datang menghampiri dan menulis menu pesanan kami. Setelah itu kamipun melanjutkan obrolan yang tadi sempat tertunda.

“Min, sepertinya kau sangat membenci SISTAR. Kenapa?” tanyaku heran. Min hanya menghela nafas. “ Dulu sewaktu baru masuk SMA, aku dan keluargaku baru datang dari New York. Jadi aku belum terlalu fasih berbahasa Korea sehingga terkadang aku berbicara English. Kebetulan waktu itu aku sekelas dengan Bora dan Hyorin. Awal masuk sekolah sangat menyenangkan sekali, semuanya menyambutku hangat kecuali mereka berdua. Anak-anak bilang mereka tidak suka melihatku yang sok kebaratan, padahal aku benar-benar belum terbiasa. Keesokan harinya, tiba-tiba saja SISTAR membully ku dengan merusak peralatan sekolahku saat jam istirahat. Lalu mereka juga diam-diam mengunciku di kamar mandi seharian. Terus semuanyapun berlanjut secara perlahan. Aku terus dibully dan dibuat trauma ke sekolah. Aku hanya kembali ke sekolah pada saat ujian kenaikan kelas dan setelah kelas 11 aku baru rajin lagi kesekolah setelah memastikan mereka mendapatkan korban lain dan lupa denganku.”

Sigh! Aku hanya bisa terdiam dengan mulut ternganga mendengarnya. Sekejam itukah mereka?

“Pantesan aku tidak pernah melihatmu selama ini padahal kita satu angkatan. Mereka keterlaluan sekali. SISTAR dan B.A.P benar-benar menjengkelkan!” ujarku diiringi anggukan Min.

“Ya, makanya melihat kau membuat mereka babak belur begitu rasa sakit hatiku ini terbayarkan sudah. Aku benar-benar berterimakasih kepadamu telah membuat mereka sekarat. Hahaha..!!” kamipun tertawa puas. Tiba-tiba aku termangu. Aku teingat akan Ilhoon yang kemarin merasukiku. Ternyata apa yang dilakukan ilhoon tidak hanya berguna untukku, secara tidak langsung ia juga telah membantu Min dan anak-anak lainnya membalaskan dendam mereka terhadap SISTAR. Aku tahu bahwa balas dendam itu tidak baik, tapi selama itu tidak terlalu keterlaluan sepertinya tidak apa tuh.

“Eh! Kok malah bengong sih?” Min membangunkanku dari lamunan. Ternyata hidangan sudah ditaruh di meja. Min pun langsung melahap hidangannya. Sepertinya ia sangat kelaparan sekali.

“Err, Min.” aku mencoba ingin berbagi masalah Ilhoon kepadanya. Karena ku lihat Min cukup dapat dipercaya. “Hmm?” tanya Min dengan makanan yang memenuhi mulutnya.

“Sebenarnya yang kemarin berkelahi dengan SISTAR itu, bukan hanya aku. Tapi aku dibantu oleh temanku yang berwujud Roh.”

BUUUHHH!!

Tiba-tiba Min menyemburkan makanannya keluar tepat mengenai wajahku. Ia segera bangkit dan membersihkan wajahku dengan tisu sembari meneguk segelas air karena kesedakan. Oh~ menjijikkan sekali Min~ >_<

“Aduuh Suzy~ kau baru saja hampir membuatku mati. Ayolah, jangan bercanda kelewatan. Aku tidak suka membahas hal semacam itu.” ucap Min kesal. Baiklah, aku menjeda penjelasanku dulu.

“Oke, aku tidak akan memaksamu untuk percaya. Tapi aku ingin kau membantuku menemukan seseorang.” Min menatapku heran. “Siapa?” tanyanya menggaruk kepalanya.

“Namanya Jung Ilhoon, mengalami kecelakaan bermotor di jalan tol dua bulan yang lalu. Dan selama itu juga dia koma dan berada entah dimana. Aku harus menemukannya.”

“Tunggu, kenapa kau harus menemuinya? Dia itu siapamu?” tanya Min kembali membuatku menghela nafas. “Itu dia temanku yang kubilang Roh tadi. Jadi sekarang ini roh nya Ilhoon ada di apartmentku, dia meminta bantuan kepadaku untuk mencari tubuhnya agar bisa kembali hidup.”

“Tsk. Phft…. Phuahahahhahaha!!!” tiba-tiba tawa Min pecah di udara. Seisi Café menatap kami heran. Aku yang malu langsung membekap mulut Min dengan tanganku. Tapi ia segera membuang tanganku dan mengontrol tawanya. “Ayolah Suzy, jangan berkata seperti itu lagi. Kalau kau ingin menemukannya bilang saja, tidak perlu mengarang masalah roh disini.” kata Min membuatku kesal. Tapi baiklah, kalau itu maunya ya sudahlah aku akan menurutinya.

“Ya sudah, aku tidak akan berkata seperti itu lagi. Lantas gimana dong biar bisa ketemu ama Ilhoon sebelum bulan baru besok?” tanyaku membuat Min lagi-lagi tertawa. “Min, kenapa sih?” tanyaku heran. “Kau itu lucu sekali sih Suzy~ kayak orang mau gajian aja pake limit bulan baru.”

“Tapi memang itu batas akhirnya Min. Kita harus menemukan tubuh Ilhoon sebelum 3 minggu. Sekarang sudah jalan 2 hari, berarti tinggal 19 hari lagi.” Min hanya menghela nafas.

“Oke oke, aku tidak akan menertawaimu lagi. Begini saja, nanti kita sama-sama goggling rumah sakit saja gimana? Biasanya orang koma kan dirawat di Rumah sakit.” saran Min yang langsung kusetujui.

“Benar! Nanti kita tinggal tanya pasien yang kecelakaan 2 bulan lalu dan koma bernama Jung Ilhoon. Wah~ kau pintar sekali Min.”

“Tentu saja. Hehehe. Gini lho, tadi kau bilang dia kecelakaan di Jalan Tol. Negara kita yang ada Tol nya pasti hanya kota-kota besar. Perdesaan tidak mungkin, berarti ruang lingkup nya semakin kecil. Kita hanya butuh mencari Rumah sakit di kota-kota besar se-Korea. Cari alamat dan nomor telepon Rumah sakitnya, nanti kita hubungi bersama. Bagaimana?” penjelasan Min barusan berhasil membuatku terdiam. Tak kusangka dia sangatlah jenius.

“Aku setuju!” ucapku bersemangat. Min pun tersenyum. “Oke, sekarang makanlah. Sebentar lagi aku akan membawamu ke suatu tempat.” Aku terdiam dan menatap Min heran. “Kemana?” Tapi Min hanya menarikku dengan sedikit paksaan ke sebuah salon yang terletak di lantai 3. Oke, aku mengerti maksudnya sekarang. Segera ku rem langkahku membuatnya ikut terhenti.

“Aku tidak mau, Min.”

“Tidak bisa. Harus!” ujar Min akhirnya membuatku menyerah. Kami pun masuk kedalam salon itu yang mana langsung disambut hangat oleh pelayannya.

“Wah~ sudah lama sekali tidak bertemu Min~” seorang gadis berambut ikal hitam datang dan memeluk Min. Hmm, sepertinya mereka terlihat berteman baik. Apa Min pelanggan di salon ini?  Gadis itu cantik sekali, kulitnya juga putih bersih, tapi terlihat sedikit tomboy. Sepertinya tua setahun dariku.

“Oh iya, kenalin nih temanku. Suzy, ini Jia. Dan Jia, ini Suzy.” Min memperkenalkan kami, kami pun bersalaman dan saling melempar senyum. Oh, jadi namanya Jia.

“Oke, sekarang kamu mau apa Min? Creambath? Smoothing? Haircut? Coloring?”

“Hei hei, aku sedang tidak berminat merias penampilanku sekarang. Bagaimana kalau kau bantu saja aku merias Suzy?” Min mendorongku kehadapan Jia. Jia tampak terdiam dan memperhatikan ku seksama. Ia meraih rambutku dan menelisiknya. “Astaga Suzy, rambutmu masih alami dan kuat, tapi kenapa kau tidak merawatnya? Dan lihat ini, kau memiliki pigmen kulit yang bagus, tapi kau mengabaikannya.” ujar Jia yang disambut cengiran olehku.

“Ayolah Jia, ubahlah sahabatku ini dari itik menjadi angsa yang sangat cantik.” timbrung Min membuat Jia tertawa. “Tentu saja.” jawab Jia menarikku ke ruang kecantikannya.

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet