"Say Hi To The World"

Deeply Insane

[SUZY’s POV]

 

Malam ini hujan lagi.

Selalu begini. Hari terpenting di hidupku selalu dihiasi dengan nyanyian rintik hujan yang deras. Mewakili perasaanku yang tak pernah bahagia di hari special yang datang sekali setahun ini.

.

.

DEEPLY INSANE!!

.

Bab 1

“Say Hi to the World”

.

Tahukah kau apa yang akan terjadi jika dua orang yang tak saling mencintai dipaksa untuk bersatu oleh kedua orang tua mereka? Penderitaan.

Ya, begitulah yang dialami oleh kedua orang tuaku semenjak dijodohkan oleh orang tua mereka karena alasan relasi bisnis keluarga. Kasihan memang, betapa tidak? Dua orang yang tidak saling tertarik itu harus meninggalkan orang yang mereka cintai hanya demi memenuhi paksaan kedua orang tua mereka yang pada saat itu masih menganut sistem Siti Nurbaya. Tapi tidak bisa disalahkan juga, karena orang tua hanya ingin yang terbaik untuk anaknya. Semuanya adalah takdir. Begitupun denganku yang terlahir dari hubungan terpaksa itu. Aku bagaikan sebatang kara. Memang aku memiliki segalanya, tapi kasih sayang tak ku dapatkan. Lilin berbentuk angka 18 di hadapanku meleleh begitu saja diatas kue tart kecil yang kubeli di toko barusan. Memang beginilah kegiatanku dihari special ini, membeli Tart berukuran kecil dan mengurung diri di kamar untuk merayakan ulangtahunku seorang diri. Tiada yang peduli, karena aku tidak memiliki siapa-siapa.

“Fuuh~” ku tiup lilin berwarna merah itu, api kecil di ujungnya pun padam meninggalkan kegelapan di kamar yang sengaja tak kuhidupkan lampu.

Gelap. Sangat gelap. Aku pun khusuk di dalam do’a.

Ku satukan jemari seperti anyaman, ku tuturkan harapan kepada Tuhan.

“Untuk tahun berikutnya, beri aku kebahagiaan.”

Lagi, aku memohon seperti itu. Padahal aku tahu, takdirku tak akan pernah berubah. Kebahagiaan, hanyalah mimpi belaka.

.

.

Terlelap didalam tidur, terbangun di kala burung bernyanyi. Ku angkat tubuhku untuk bangun dan berlalu ke kamar mandi mempersiapkan diri ke sekolah. Ku tatap parasku di cermin, gadis remaja berambut kusut dan berkacamata besar termangu di sana.

Itu aku? Tanpa kusadari penampilanku berubah sejak ditinggal pergi nenek. Ya, seperti anak tak terurus. Nenek yang merupakan ibu dari Ayahku, dialah yang merawatku dari bayi hingga akhir tahun lalu menyusul Ibu dan kakek ke Surga. Papa sibuk dengan bisnisnya di luar kota, akupun ditinggal sendirian di Apartment peninggalan nenek ini. Sedangkan kedua orangtua dari ibuku tinggal di Desa, sesekali mereka akan melihatku kesini. Tapi akhir-akhir ini sudah sangat jarang sejak kakek sering sakit-sakitan. Dan Ibu, dia meninggalkan ku sejak melahirkanku di usia perkawinannya yang ke-3 tahun. Aku tidak tahu seperti apa wajah ibu aslinya, aku hanya bisa melihatnya di foto. Sangat cantik, tidak seperti aku. L

Baiklah, sepertinya aku tak harus menyesali apa yang sudah terjadi. Aku harus tetap hidup dan menjalani garis tanganku.

BLAM!!

Ku banting pintu Apartment dengan keras, otomatis pintu itu terkunci dengan kartu Pemilik yang selalu ku simpan di dompet. Kamar nomor 19 di lantai 3 memang bukan kamar Highclass yang bisa dibanggakan, tapi aku sudah cukup nyaman tinggal disana. Jadi aku tidak akan pernah pergi dari sini walaupun ayah sering menyuruhku pindah ke Apartment yang lebih mahal dan mewah. Aku tetap ingin disini, karena disinilah aku dilahirkan dan dibesarkan.

“Hai Suzy.” Sebuah suara memanggil namaku. Akupun menoleh ke sumber suara. Tampak seorang gadis bertubuh Glamour berdiri disana menatapku angkuh.

“Seperti biasa, cupu sekali.” ejeknya membuat aku tersenyum sinis.

Sudahlah, dia memang sering menggangguku. Dia adalah musuhku sejak TK, dia selalu mencari gara-gara denganku. Oleh karena itu aku bosan, sangat bosan dan tidak mengabaikannya. Ku alihkan pandangan berlalu meninggalkannya. Terdengar cacian dari belakang, sepertinya gadis bernama Dasom itu benar-benar marah sekarang.

.

.

PREEKK!!

Ku tutup Novel romantic yang baru saja selesai kubaca dengan pelan, takut alih-alih membangunkan teman sebangkuku yang sedang ketiduran. Selalu begitu, tertidur di sela-sela jam pelajaran.Jika terganggu sedikit, tidak terbayangkan apa yang akan terjadi. Bukannya takut, tapi aku memang tidak suka mencari keributan. Aku tidak suka menjadi topic pembicaraan seolah ingin popular, aku hanya membutuhkan ketenangan. Si rambut biru yang sedari tadi tidur belum jua bangun. Aku pun membereskan buku di meja dan berniat meninggalkan bangku untuk pergi ke Kantin.

BRAAKKK!!

“ZELO!! BANGUN!!” tiba-tiba sebuah tendangan melesat ke samping bangku teman sebelahku. Yang mana membuatnya terbangun dan kuyakin pasti kepalanya sakit sekali terkena benturan. Aku hanya menghela nafas. Ternyata teman-temannya pria itu yang membuat keributan. Sebelum semakin heboh, akupun segera bangun untuk meninggalkan tempat itu.

“BRENGSEK!! APA YANG KAU LAKUKAN?!!”

PLAKBUMTASNGU^@&*#%^HS^#*^*!(

 Huft, kalau begini terus aku bisa serangan jantung. Mereka selalu bercanda dengan kasar. Enam sahabat yang terkenal karena kebandelan dan kejagoan mereka menghajar orang yang mereka tidak suka, siapa lagi kalau bukan Yongguk, JongUp, Himchan, Youngjae, Daehyun, dan Zelo yang menamai diri mereka B.A.P. Ku sarankan jangan mencari gara-gara dengan mereka. Pintar, tampan, gaul, kaya, jago berantem dan popular. Siapa yang tidak akan suka coba? Pantas saja mereka menjadi geng yang cukup berpengaruh di sekolah karena bakat mereka yang saling melengkapi itu. Mereka sangat digilai cewek-cewek cantik dan y walaupun terlihat ganas. Makanya aku keberatan duduk dengan salah satu dari mereka karena takut dimusuhi oleh penggemar mereka yang aneh itu. Memang sih, sebenarnya aku juga menyukai salah satu diantara mereka, yaitu teman sebangku ku si Zelo itu. Tapi aku tahu itu semua hanyalah mimpi mengidamkan pria sepertinya. Hanya akan membuatku gila karena cinta sebelah pihak.

Ku langkahkan kaki ke luar kelas, perutku semakin lapar dan akupun berniat segera ke kantin. Tapi di koridor seseorang menabrakku cukup keras.

“HEI! Kalau jalan yang bener dong! Pakai mata, jangan pake kaca!” bentak sosok yang aku yakin sengaja menabrakku barusan. Aku yang awalnya niat mau meminta maaf mengurungkan niat dan berlalu begitu saja meninggalkannya. Memangnya enak dicuekin?!

“Oi! Kalau orang ngomong itu didengerin dong! Cupu!!”

Oke, aku mulai marah sekarang. Tapi kelaparanku mengalahkan amarahku, akupun segera berlari ke Kantin. Baiklah sedikit perkenalan, yang tadi menabrakku itu namanya Soyu. Sama denganku, ia masih kelas XI. Sialnya dia satu geng dengan Dasom, gadis yang tinggal di sebelah Apartmentku. Ya, yang tadi pagi mengejekku. SISTAR, itulah nama geng mereka. Terdiri dari Hyorin, Bora, Soyu dan Dasom. Merasa sok cantik dan popular, padahal menurutku hanya suka mengumbar key-an saja. Mereka memang sangat membenciku. Mungkin karena pengaruh Dasom yang suka menggangguku makanya mereka juga ikut-ikutan. Ya sudahlah, toh aku tidak takut.

.

.

Pada saat malam tiba, aku merasa bosan. Akhirnya akupun pergi ke perpustakaan kecil tempat dimana buku-buku lama nenek disimpan, lalu ku raih sebuah buku tua yang cukup tebal dari rak. Kelihatannya bergenre Horor, akupun sedikit tertarik karena sudah lama tidak membaca yang seram-seram.

Helaian demi helaian terus kubaca sembari menikmati Roti selai kacang favoritku. Tanpa terasa sudah setengah halaman kubaca. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 2 subuh. Aku merasa ngantuk dan mulai menaruh buku itu di atas meja.

“Menarik sekali. Andai aku bisa menjalani hidup yang menyenangkan seperti Ain yang menjadi tokoh utama buku ini, pasti akan sangat bahagia. Bisa berteman dengan roh baik yang membantunya dikala susah.”

Sontak aku tertawa geli.

“Sungguh kekanakan!”

Akupun mulai merebahkan diri ke atas kasur. Namun baru saja memejamkan mata, tiba-tiba bayangan Soyu dan Dasom yang mengejekku tadi pagi muncul lagi dibenakku.

“HEI!! Kenapa mereka senang sekali menggangguku sih?!” aku bangun dari tidurku dan mengacak rambutku kesal. Namun yang sangat mengejutkan, seorang pria berambut perak duduk dihadapanku menatapku dengan wajah polosnya.

“Kau marah ya? :3”

Diam sejenak. Dengan mata hampir meloncat keluar, akupun berteriak.

“GYAAAAAAAA!!!!!!!”

.

.

“SIAPA KAU?!” teriakku gemetaran dari dalam lemari setelah tadi menghindar sosok tak dikenal itu.

Tok Tok Tok!!

Suara pintu lemari diketuk-ketuk  pelan menimbulkan suasana horror. Akupun menelan ludah dan menahan gagang pintu lemari lebih kencang.

“PERGI!! JANGAN MENGGANGGUKU!!” pekikku berusaha mengusir sosok itu. Namun tak terdengar suara lagi. Apa dia sudah pergi? Atau itu hanya taktik agar aku keluar?

Tapi siapa dia? Bagaimana bisa dia masuk ke kamarku tanpa sepengetahuanku? Apa jangan-jangan…

“Roh?” gumamku dengan mata terbelalak.

“Ya, aku adalah Roh.” Tiba-tiba suara itu darang dari sampingku.

DEG!!

Kurasakan detak jantungku berhenti seketika. Dengan mata terbelalak ku toleh ke samping, dan benar saja!? Pria itu menembus dinding lemari dengan memasukkan setengah badannya kedalam. Sontak kurasakan peluh dingin di pelipis, pandanganku kabur dan semuanyapun berubah gelap seketika.

BRUUKK!!

.

.

“Jangan takut. Aku baik kok. Lihat saja wajahku, imut kan? Bangunlah. Mari berteman. Terimakasih sudah memanggilku.”

Samar-samar ku dengar suara pria berambut perak itu dikupingku. Ku genggam jemariku kuat dan kubuka mataku pelan. Was-was ku lirik ke seisi ruangan, huft~ syukurlah tiada seorangpun disana. Akupun duduk dan sedikit kaget saat menyadari sudah berada di atas kasur. Karena seingatku barusan, aku tadi pingsan di dalam lemari. Hmm, berarti semua ini hanya mimpi. Syukurlah kalau begitu.

Akupun mulai tersenyum dan bernafas lega. Ku raba leherku yang pegal, tapi tiba-tiba terdengar bunyi knop pintu yang dibuka. Saat pintu itu terbuka muncullah sosok pria tadi dengan sebuah nampan di tangannya tertawa kepadaku.

“Wah~ Suzy sudah bangun ya?”

Aku terpaku terdiam. Mataku melotot menyadari kakinya yang tidak menyentuh lantai. Tepatnya ia melayang. Oke, dan kini akupun berteriak lagi.

“GYAAAA!!!”

“Hei! Ayolah! Aku benci dari tadi mendengar suara pekikmu itu. Shut up!” ia melayang ke arahku dan membekap mulutku dengan tangannya.

“Hmmpp!!” aku mencoba berteriak lagi tapi tidak bisa. Aku pukul dia kuat, tapi tanganku menembus badannya. Akupun semakin histeris dan melotot tajam kearahnya.

“Hei, tenanglah! Jika kau tidak tenang aku akan menjadikanmu sama sepertiku. Mau?” mendengar hal itu sontak akupun menahan rasa ketakutanku dan mencoba diam. Dia terlihat puas dan melepas bekapannya. Ia kembali melayang kebelakang dan duduk di atas kasurku menghadapku.

“Dengar! Aku tidak jahat. Namaku Jung Ilhoon. Aku adalah roh yang kehilangan arah namun tidak mengganggu. Percayalah.” Ia menatapku dalam. Walau takut aku merasa dia tidak berbohong.

“Baiklah. Aku akan mencoba tenang. Tapi kumohon beri aku penjelasan.” Aku mencoba tenang.

“Allright. Aku datang kesini karena kau.” ucapnya menuduhku. Aku menunjuk diriku sendiri heran.

“Aku?”

Ia mengangguk. “Ya. Kau yang barusan berkata ingin berteman dengan Roh. Makanya aku bisa bebas dari alam baka dan datang ke dunia. Terimakasih, aku sudah lama menantikannya. Aku harus menemukan tubuhku segera.”

DOONGGG!!

Aku hanya bisa ternganga sekarang. Apa ini nyata? Kenapa serasa di film-film ya?

“Apa maksudmu menemukan tubuhmu? Tubuhmu pasti sudah lenyap dengan tanah di kuburan kan?” sanggahku membuatnya mendelikku dan itu sangat mengerikan sekali.

“Kau salah. Dua bulan yang lalu aku mengalami kecelakaan bermotor di jalan tol. Sehingga nyawakupun hampir direnggut. Tapi tubuhku berhasil diselamatkan walaupun rohku harus tercampakkan sejauh mungkin dari tubuhku. Aku tidak tahu dimana tubuhku berada, makanya aku bersyukur sekali bisa kembali ke bumi, jadi aku memiliki kesempatan untuk hidup lagi dari pada diam di alam baka menanti proses Reinkarnasi.”

“Reinkarnasi?” tanyaku heran. Pria bernama Ilhoon itu mengangguk.

“Yap. Aku memiliki waktu 3 minggu untuk bisa hidup kembali dengan menemukan tubuhku yang entah ada dimana. Kalau tidak, aku akan dibuat berinkarnasi menjadi binatang di bumi dan aku tidak akan pernah bisa kembali ke tubuhku selamanya, atau sama saja kalau aku benar-benar meninggal dunia.”

“Oh god!” aku menutup mulutku tidak percaya.

“Untuk itu makanya meminta bantuanmu. Ku mohon, bantulah aku.” Ilhoon menatapku dengan puppy eyesnya. Aku hanya menghela nafas.

“Dengar, kau kan sekarang sudah kembali ke dunia. Kau cari saja sendiri tubuhmu itu dengan pulang ke rumahmu. Ya kan?” aku mencoba memberi masukan. Tapi ilhoon tampak kecewa.

“Tidak bisa. Semua ingatanku sudah dihapus. Aku hanya diberitahu tentang kronologis kematianku oleh si Penjaga Roh Fei. Lagian aku baru bisa kembali ke dunia hari ini berkat kau percaya bahwa roh itu ada.” Aku kembali menghela nafas. Kasihan sekali pria ini. Tapi aku memang harus membantunya. Tapi tunggu, Penjaga Roh?

“Apa maksudmu dengan Penjaga Roh Fei?” tanyaku penasaran.

“Fei itu adalah penjaga semua roh-roh yang ada di bumi. Dialah yang menjaga kami agar tidak berbuat onar di bumi atau melakukan hal yang seperlunya saja. Dia bisa bertransformasi menjadi apa saja, baik tumbuhan, manusia maupun hewan untuk mengintai kami. Bisa saja sekarang dia ada disini.” Sontak aku merinding mendengarnya.

“Oi oi! Sudahlah, jangan membicarakan itu lagi. Sekarang bagaimana aku bisa membantumu kalau kau tidak mengingat semuanya? Jangan-jangan dengan orang tua bahkan orang yang dulu kau kenalpun kau tidak ingat ya?” terkaku membuatnya mengangguk

“Bahkan, aku tak ingat siapa diriku sendiri.” jawabnya berhasil membuat aku menepuk jidad.

“Ah~ baiklah-baiklah. Aku akan membantumu.” Akhirnya akupun menyerah. Ia terlihat sangat gembira dan tertawa riang sembari melayang-layang di udara. Oh god~ aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

.

.

Aku berjalan gontai dengan kelopak mata sedikit menghitam karena begadang semalam. Terlebih saat bertemu pria yang kehilangan arah ini. Dia terlihat sangat senang mengikutiku ke sekolah. Ia melayang dibelakangku, mengikutiku seperti anak sapi. Anehnya tiada yang melihatnya. Tentu saja, namanya juga Roh.

“Kenapa kau mengikutiku terus?” tanyaku kesal. “Aku bosan di rumah. Lagian aku tidak akan mengganggumu kok.” jawabnya enteng.

“Huft! Baiklah aku mengerti.” Tanpa sadar semua orang memperhatikanku. Oh my~ Aku lupa kalau mereka tidak melihatnya. Mereka pasti mengira aku sudah gila. GYAAAAA!!! Akupun segera berlari ke dalam kelas meninggalkan gerbang sekolah.

“Jadi ini kelasmu?” tanya Ilhoon mengamati dengan cermat. Aku hanya diam takut disangka orang gila lagi. Aku duduk di bangkuku dan mengeluarkan buku dari Tas. Lalu akupun mulai membacanya. Ku dengar Ilhoon menggerutu disamping.

“Astaga! Membosankan sekali hidupmu itu.” tuturnya membuatku kesal. Kenapa dia jadi mirip Dasom begini? Huh!

Tak berselang lama masuklah Zelo ke dalam kelas. Ia duduk di sebelahku seperti biasa. Tapi kami diam satu sama lain, bahkan tidak mengucapkan kata Selamat pagi satu sama lain. Mungkin dia malu mengobrol dengan gadis cupu sepertiku, begitupun aku yang minder terhadapnya.

“Suzy, kita main diluar yuk. Aku bosen nih~” rengek Ilhoon menarik lenganku. Tapi aku berusaha menahannya agar orang-orang tidak salah sangka lagi melihatnya.

“Ilhoon, diamlah.” gumamku menenangkannya.

“Ayolah~ Aku ingin main~” dia kembali merengek. Aduh! Umurnya berapa sih kok kekanakan sekali.

“Suzy!!!” bentaknya menepak kepalaku.

“HEH!!” tanpa sadar aku berteriak marah. Dan benar saja, seisi kelas termasuk Zelo menatapku heran.

“Kau kenapa?!” tegas Zelo heran. Aku hanya menutup mulut dan kabur meninggalkan kelas. Ilhoon mengikuti dari belakang sambil tertawa.

“Sudah ku bilang juga, makanya dengarkan perkataanku.” ucapnya senang. Aku berbalik ke hadapannya dan ia terlihat sedikit kaget.

“Ilhoon-ah! Kalau kau begini lagi aku tidak akan membantumu!” tegasku membuatnya menundukkan kepala.

“Maafkan aku.” jawabnya menyesal. Aku hanya menghela nafas. Tapi tiba-tiba terdengar tepukan tangan dari belakangku. Akupun berbalik, dan tampak geng SISTAR disana bertepuk tangan ke arahku.

“Oh my god.” batinku cemas.

“Hahaha..!! Lihat tampang kau, tak kusangka kau berubah jadi orang gila seperti ini. Sudah cupu, gila lagi. Kasihan sekali kau Bae Suzy.” ejek Dasom diiringi tawa teman-temannya. Aku hanya diam mengepal erat tinjuku.

“Suzy, mereka siapa? Berani sekali mengejekmu. Hajar dong.” Ilhoon berbisik di telingaku. Aku hanya menahan emosiku dan tetap diam.

“Pantesan nggak ada temannya, wong suka ngomong sendiri gitu. Jangan-jangan cuman hantu lagi yang mau berteman denganmu. Gyahahaa..!” kali ini Bora yang mengejek.

“Wah, dia tahu kalau kau berteman denganku.” Dengan bodohnya Ilhoon mengoceh di belakang. Aku makin kesal dan mencoba menahan diri. Oke Suzy, kau tidak pantas melawan mereka. Lebih baik diam dan berlalu.

Aku mulai meredakan emosiku dan berbalik hendak mengabaikan mereka. “Yah! Masa kau mau pergi begitu saja? Hajar dong! Aku ingin lihat bagaimana berantemnya cewek nih.” tutur Ilhoon membuatku benar-benar kesal.

“iiih~ dia takut. Jangan-jangan mau nangis ya? Tapi kalau nangis mau ngadu ama siapa? Kan anak nggak jelas.” Kali ini ucapan Hyorin benar-benar membuat ku tersinggung. Secara tak langsung ia telah menghina orang tuaku dengan perkataan ‘Anak nggak jelas’ tadi.

“HEH!!” teriakku berbalik menatap mereka tajam. Mereka sedikit kaget dan tertawa.

“Woaah~ Udah berani membentak nih.” ujar Soyu memancing emosi. Aku menghampiri mereka dan menentang ke empatnya dengan berani.

“Nah gitu dong. Ayolah Suzy, hajar mereka.” Ilhoon masih mengoceh di belakang. Aku pun mulai mengabaikannya.

“Kau mau apa hah?” ke-empat sekawanan itu bertolak pinggang dan menantangku. Aku pun maju balas menantang.

“Jangan menggangguku lagi!” ujarku membuat mereka tertawa.

“Enak saja memerintah kami, memangnya kau siapa hah?” Dasom menarik krah bajuku. Aku hanya membuang muka dan membalas menarik krah baju Dasom. Ilhoon terdengar bersemangat dibelakang mendukungku. “Suzy! Suzy! Suzy!”

Ah bocah itu, berisik sekali!

“Eh! Jangan belagu ya!” Dasom menjambak rambutku keras, akupun ikut menjambaknya dan menendang serta memukulinya. Ia pun tak mau kalah dan membalas. Saat ia sibuk menjambak dan menendangku, aku mengencangkan jambakanku dan menonjok wajahnya.

“GYAAA!!!” iapun berteriak kesakitan. Aku juga kesakitan karena ditendangi dan dijambaknya, sampai-sampai kaca mataku lepas dan terjatuh pecah. Aku makin emosional dan ku cakar wajahnya sampai berdarah. Ia berteriak-teriak histeris. Para muridpun berkumpul mengerubungi kami seperti melihat topeng monyet beraksi. Tapi aku sudah terlanjur masuk ke dalam permainan ini, akupun terus menghajarnya habis-habisan. Ilhoon masih berteriak-teriak di belakang menyemangatiku. Tapi tiba-tiba kurasakan pukulan yang sangat keras dibagian punggungku. Ternyata itu Soyu, Bora dan Hyorin. Mereka ikut-ikutan berkelahi dan mengeroyokku. Akupun terkepung dan dibuat babak belur.

“GYAAAA!!” pekikku saat aku tidak bisa membalas dan malahan dipukuli berkali-kali.

“LEPAS!! BRENGSEK BERANINYA KEROYOKAN!! ARGHH!!” teriakku berusaha lepas dari mereka dan membalas. Tapi mereka menahan kedua tanganku serta kakiku, akupun habis dipukuli mereka.

ZREEBB!!!

Tiba-tiba aku merasakan tubuhku seperti dimasuki sesuatu. Energiku seolah bertambah dan tiba-tiba tangan serta kakiku bergerak tidak teratur.

BRUUKK!!

Kakiku menendang Hyorin dan Soyu secara bersamaan sampai-sampai mereka terlempar cukup jauh. Lalu tangan kananku meninju perut Bora dengan keras sehingga membuat gadis itu memuntahkan darah. Sedangkan tangan kiriku meraih krah baju Dasom yang terlihat ketakutan. Ku angkat krah itu ke atas sehingga membuatnya tercekik dan meronta-ronta. Oh tidak, aku tidak bisa mengendalikan tenagaku. Kalau begini terus dia akan mati. Ada apa denganku!?

“U..rgh..” bola mata Dasom membelalak.

“HENTIKAN!!” tiba-tiba terdengar suara menengahi. Akupun akhirnya melepaskan Dasom dan ia pun terjatuh di lantai sambil terbatuk-batuk. Aku masih belum bisa mengontrol diriku, ku lihat tanganku penuh dengan darah. Seperkian detik kemudian kurasakan ada yang keluar dari tubuhku dan tiba-tiba tulangku lemas, akupun terjatuh setelah semua berubah menjadi gelap.

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet