Hot Chocolate
Hot Chocolate
Yifansshi.. hari ini hujan
Apa kau bisa mendengarnya?
Nyanyian hujan yang selalu kau suka.
Disetiap hari hujan, aku akan menutup kedua mataku perlahan
Seperti ini,
Mencium aroma tanah yang basah
Harum
Dan dalam semua itu.... bayangmu akan muncul di sana.
Aku tidak tahu sejak kapan aku seperti ini, kau lihat?, pelayan bahkan mulai bosan tersenyum padaku.
Aku ingat 2 minggu pertama aku seperti ini, ia akan tersenyum dan bertanya padaku, dan yang kukatakan hanyalah
“Aku sedang menunggu seseorang”
Dan selalu sama
aku akan berada di sini hingga cafe ini tutup, hingga pelayan itu datang padaku dan memintaku untuk beranjak dari tempat ku duduk
Dia mungkin sekarang melihatku sebagai seorang yang gila, karenah entah seberapa lama aku melakukan ini, Yifansshi
Aku, selalu duduk di sini, meja favorit kita,
tempat di mana kita dapat melihat hujan bersama, dan mendengar musik yang mengalun bersama rintiknya,
tempat di mana kau menggenggam tanganku, dan membuat ku merasa hangat
Lebih dari segelas chocolat panas yang ku genggam sekarang.
Hangat dari mu yang kini begitu ku rindukan,
Segelas chocolate panas yang ku genggam sekarang hanya akan menghangatkanku sesaat, namun kehangatan yang muncul dari sentuhanmu... begitu abadi dalam benakku.
Yifansshi...
Aku masih duduk di sini, dengan segelas chocolate panas di genggamanku, dan selalu mataku tertuju pada pintu cafe ini, menantimu datang dan tersenyum padaku
Senyum polos anak kecil yang kurindukan.
26 Agustus 2009
Entah sejak kapan, tempat ini menjadi tempat favorit kita,
Kursi ke 4 di sisi etalase kaca, tempat kita memandang hujan bersama, menikmati iramanya dan menutup mata bersama, hingga kau begitu curang mencuri cium dariku.
Ciuman pertama yang lebih manis dari chocolate panas
Yifansshi..
Apa aku boleh jujur?
Mendengar suara mu... lebih indah dari nyanyian hujan
Tawamu, celoteh mu, bahkan ketika kau begitu banyak bicara... suaramu, bagai senandung di hatiku.
“
Tapi hari ini kau nampak berbeda
Kau hanya diam, dan nampak gelisah
Kau bahkan tak mau menatap mataku
Dan tanganmu....
Begitu dingin
“Yifansshi...”
“Eh?”
“Ada apa?, kau nampak tak baik”
Kau tak menjawab pertanyaanku, dan kembali menatap hujan dari balik kaca.
Kau tahu...
Entah mengapa hari itu hujan tak terlihat indah,
“Yifansshi...”ujarku dengan nada khawatir
“Aku akan pergi junmyeon-ah”
“eh?”
Kau menatapku dengan tatapan sedihmu,
Bahkan aku bisa melihat bulir air mata di sudut matamu
Aku benci melihatmu seperti itu, dan aku begitu membenci hujan hari ini karena hujan ini membawa memori yang menyakitkanku.
Hujan terakhir yang ku nikmati bersamamu.... aku membenci hujan hari itu.
“Kau akan pergi?”
“iya... aku tak tahu akan berapa lama aku tak di sini, tapi jika kau menginginkannya.. kau.. bisa..”
“Aku akan menunggumu!”
Apapun yang ingin kau katakan hari itu, aku.. tak ingin mendengarnya Yifan.... aku begitu mencintaimu, seperti kau begitu menyukai hujan, atau bahkan lebih dari itu, dan jika aku harus menunggu, itu lebih baik daripada aku harus kehilanganmu.
“Junmyeon-ah.... aku...”
“Aku tahu... kau tak bisa menjanjikan apapun padaku, tapi... tapi.. percayalah aku menunggumu, di sini, di tempat ini, aku akan di sini saat kau datang kembali, Yifansshi”
Kau tak tahu seberapa keras aku berusaha untuk menahan air mataku hari itu, bibirku begitu perih karena aku mengigitnya begitu keras, berharap dengan begini air mataku tak akan mengalir.
Aku... tak ingin kau melihatku menangis di hari itu, aku ingin kau melihatku dan mengingatku sebagai seorang yang terlihat kuat, dan kau tak perlu mengkhawatirkanku.
Meski dalam benakku, rasa takut ini begitu menyiksaku, dan rasa sakit yang kurasakan tak sebanding dengan perih di hatiku,
Hanya saja aku tak ingin kau melihatnya, aku ingin kau mengingat senyumku, seperti aku mengingatmu, dan kau tahu itu menyakitkan saat kusadari aku tak dapat memberimu apa-apa selain senyuman di hari perpisahan kita.
“Junmyeon-ah....”
Kau menangkupkan kedua tanganmu di wajahku, dan dengan sebuah ciuman yang lembut, kau kembali memberi kehangatan pada ku, kehangatan itu..
Bahkan masih ku rasakan sekarang
15 Juli 2013
Yifansshi... apa kau juga melihat hujan hari ini?
Di luar sedang hujan sekarang,
Indah...
Irama hujan masih terdengar indah dan aroma tanah basah masih begitu harum..
Kembali ku tutup kedua mataku hari ini, dan ku genggam erat chocolat panas di tanganku,
Hangat
Sehangat nafasmu, senyummu dan sentuhanmu
Apa kau menikmati hujan hari ini?
Yifansshi...?
Apa ketika kau menutup mata seperti ini
Ketika hujan
Apa kau menemukanku di sana?
Seperti aku menemukanmu di setiap memori yang menguar bersama hujan
“Maafkan aku... aku terlambat”
Bukan... bukan itu yang ingin aku dengar Yifansshi..
“Junmyeon-ah..”
Ya... seperti itu.. panggilah namaku, seperti itu...
Kau tak tahu betapa aku begitu merindukanmu memanggilku dengan suaramu itu
Suara yang lebih indah dari nyanyian hujan
“Junmyeon-ah... apa kau akan terus menutup matamu seperti itu?”
Dahiku berkerut, dan kedua alisku saling bertaut saat ku dengar suaramu yang
Begitu nyata
Perlahan ku buka mataku,
Semuanya terlihat blur di awal
Hingga wajahmu kembali muncul di hadapanku, dengan senyuman itu...
“Yi...Yifansshi...” ujarku tergagap
“Maafkan aku... membuatmu menunggu terlalu lama aku....”
Sekali lagi aku tak membiarkanmu melanjutkan kata-katamu, karena bukan itu yang kubutuhkan
Yang kubutuhkan adalah ini...
Memeluk tubuhmu, merasakan diriku dalam dekapmu, mendengar alunan detak jantungmu dan menghirup aroma manis yang menguar dari tubuhmu.
“Junmyeon-ah...”
Tangisku pecah dalam pelukanmu, tangis yang telah begitu lama ku tahan, akhirnya mengalir begitu saja, sebuah tangis bahagia yang mengalir bersama hujan hari ini,
Hujan terindah yang pernah ku lihat
Dimana kau muncul kembali bersama pelangi yang telah terlalu lama bersembunyi di balik awan gelap
Yifansshi... terimakasih telah kembali...
Terimakasih telah memberiku kehangatan yang begitu abadi
Hangat yang lebih dari sekedar hangatnya chocolate panas di tengah hari hujan.
Comments