I GOT A BOSS 2

I GOT A BOSS

I GOT A BOSS 2

 

Cast                : Sandara (2NE1),  Kwon Jiyong (BB), Donghae(SJ), Hyoyeon(GG)

Other Cast    : Choi Sooyoung (GG), Seungri, Taeyang, TOP, Daesung(BB)

Genre             : Romance Comedy

Length           : Chapter

Rating            : G14

 

SANDARA POV

“Yak!! Kupecat kau!!”

Setidaknya aku mendengar kata-kata itu 5 kali sehari dari orang yang sama, hari ketiga aku bekerja disini dan rasanya aku ingin membunuh pria  itu! Ya pria itu, Kwon Ji Yong. Dia membuat ku bangun jam 4 pagi setiap harinya hanya untuk memberi makan Gaho dirumahnya, bayangkan! Bahkan anjingnya saja menjadi alasan untuk menyiksaku!

“Sandara-sshi! Aku sudah bilang aku tidak suka kopi! Belikan aku cola!” ujar pria arrogant itu plus dengan pose arrogantnya kaki diatas meja kerja nya membuatku harus merapikan nya LAGI nanti

“arasseo” aku lalu hendak pergi dari ruangan iblis itu

            Setiap hal yang kulakukan selalu salah di mata iblis itu, bagaimana orang itu bisa menjadi seorang direktur di agensi terkaya di Korea, tingkahnya yang kekanak-kanakan itu membuatku muak. Mana ada direktur yang minum cola saat bekerja? Dan mana ada direktur yang minta dibelikan short cake untuk makan siangnya? HANYA KWON JIYONG YANG MELAKUKANNYA!

Aku pergi ke lobby untuk membeli cola untuk Jiyong di vending machine, karena pantry kehabisan cola pada saat itu.

“yak aku juga mau cola” ucap seseorang di belakang ku

“annyeong!” ujar Donghae saat aku menoleh kearahnya, aigoo Angle ini selalu muncul disekitarku pada saat-saat yang tepat

Aku pun menambah Quantity cola menjadi dua buah, untuk Jiyong dan Donghae.

“makan siang bentar yuk?” ajak Donghae ketika aku selesai dengan cola Jiyong

“jwesonghamnida, Jiyong-sshi sudah menunggu ku diatas” ujarku sambil membungkuk didepannya

“aish dia bukan anak kecil lagi, dia bisa mengambil cola nya sendiri! Kajja!” seru Donghae sambil meraih tanganku sehingga cola Jiyong jatuh dan tergelinding entah kemana akibat genggaman Donghae

Donghae mengajakku ketempat yang amat sangat berkelas, ketika kami masuk ke dalam restoran itu sepasang candilier tergantung tepat diatas ku. Melihat bangunan nya saja sudah membuatku menelan ludah, andai saja aku bisa mengajak kakekku ikut merasakan makanan mahal dan tempat makan yang nyaman seperti ini, dia pasti senang dan tidak harus makan nasi yang keras seperti biasanya.

“Donghae-sshi dan kencannya, sudah siap pesan?” tanya seorang pelayan pria bersetelan sangat rapi

“a-anio aku bukan kencannya” bantahku

“dia bukan kencanku Sebastian” ujar Donghae yang sedikit tertawa, sepertinya Donghae sudah sering makan di tempat ini

“aku pesan fuagra dan wine, Dara-sshi kau mau makan apa?” tanya Donghae, dan fuagra? Aku baru mendengar makanan sejenis itu

“mollayo, aku tidak tau semua makanan yang ada di menu” ujar ku sambil membolak-balik daftar menu yang daritadi membuat kepala ku pusing

“kau suka spaghetti? Spaghetti seafood disini sangat terkenal, coba ya?” katanya memilihkan makanan untukku, langkah bagus karena aku benar-benar tidak mengerti semua nama makanan ini

“ah ne itu boleh” jawabku

Pesanan kami pun datang, Spaghetti ku dan makanan aneh yang dipesan Donghae. Bentuk makanan itu kecil sekali, bahkan aku bisa sekali melahap makanan itu sampai habis kurang dari 3 menit.

“kau biasa makan di tempat seperti ini ya?” tanya ku pada Donghae

“hm? Yap aku selalu makan siang disini” jawabnya sambil mencoba mengunyah makanan aneh itu

“aku bisa bangkrut kalau makan disini setiap hari” gerutu ku pelan

“hahaha kau lucu” kata Donghae tertawa mendengar gerutuan ku dan… Angelic face itu muncul lagi di wajahnya, aigoo aku suka eye smile yang ia buat

‘I got a boy mochin, I got a boy chekkan..’ handphone ku pun berdering di tengah-tengah percakapanku dengan Donghae dan tidak salah lagi Kwon Jiyong sudah menelpon ku

“yobuseyo?” aku segera menjawab telpon itu

“yaaa.. kau dimana?” jawab suara itu, suara itu terdengar lebih lirih dari biasanya

“jwesonghamnida aku sedang makan siang sekarang aku sangat lapar” ujarku mencari-cari alasan

“yaa.. cepat kembali, aku sudah tidak tahan….”  Omo! Sekarang suara ini bertambah lirih dari sebelumnya, ada yang salah dengan anak ini.

“yobuseyo kau kenapa? Yobuseyo?” dan “tuuuutt” dia memutuskan sambungan telpon. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, sesuatu terjadi pada Jiyong!

“jwesonghamnida, aku harus segera pergi!” kataku pada Donghae yang masih asyik menyantap makanannya

“mwo? apa ada sesuatu yang buruk? Biarkan aku mengantarmu lagi!” kata Donghae yang ikut panic atas sikapku

“ah andwe aku lebih cepat sampai kantor dengan berlari. Sekali lagi jwesonghamnida dan terimakasih makanannya!” aku berlari dengan kecepatan maksimal yang bisa ditempuh kaki ku saat ini dan seharusnya aku tidak meninggalkannya sendiri di kantor.

Aku berlari dari lantai 1 sampai 9 dengan tangga darurat, saking paniknya aku lupa melepaskan serbet makan yang tersangkut di kerah baju ku. Baju ku dibuat basah kali ini tapi dengan keringatku sendiri, aku harap tidak terjadi apa-apa padanya..

“Kwon Ji Yong-sshi! Buka pintunya!” aku menggedor-gedor ruangannya tapi tidak ada jawaban sama sekali

“Kwon Ji Yong-sshi!!!” aku meneriakan namanya lagi kali ini

‘ceklek’ suara putaran kunci dari dalam itu membuatku lega

“Ji Yong-sshi!” ujarku ketika mendapati Jiyong dengan wajah yang sangat pucat dan melihat kearahku

“yaa.. aku belum minum obatku, aku tidak bisa minum tanpa cola”  ujarnya masih dengan nada yang amat lirih

Aku mempersiapkan obat-obatnya berikut dengan cola yang sempat ku beli dalam perjalanan kesini tadi

“minum ini! Ppaliwa” ujarku sambil membantunya untuk menelan obat itu

“yak pahit!!!” katanya setelah menjulurkan ujung lidahnya ke obat yang ingin ku berikan lalu berdecak

“tidak ada obat yang tidak pahit! Ayolah!” akhirnya Jiyong menelan obat itu dengan penuh keterpaksaan

            Aku menatap wajah pucat itu terbaring lemas di sofa besar di ruangannya. Tidak seperti Jiyong yang galak dan senang menyiksa, wajahnya sekarang lebih mirip bayi kecil yang lembut tergeletak tak berdosa. Wangi parfum Aigner yang mencerminkan aura maskulin di sekeliling pria cute ini cukup menyihirku yang larut terus-menerus memandanginya, kendalikan dirimu Dara! Dia tetap saja berubah menjadi pria menyebalkan ketika ia bangun nantinya.

            Jarum jam pun menunjukkan pukul 9.00 dan ini sudah lewat jam kerja, aku akan membuat haraboji khawatir kalau aku tidak segera pulang. Perlahan aku membereskan obat-obatan Jiyong yang tadi belum sempat ku kembalikan ke kotak obat miliknya dan bergegas ingin pergi meninggalkan ruangan itu. Tapi… bagaimana kalau penyakitnya kambuh tengah malam lalu ia tidak bisa bergerak, lalu dia kehabisan nafas dan pada akhirnya MATI!!! Andwe pasti aku akan disalahkan semua orang karena akulah orang terakhir yang bersamanya hari ini. Dan itulah yang membuatku mengurungkan niat untuk pulang dan meninggalkan pria ini sendiri.

JIYONG POV

“ahh” gumamku pelan sambil mengusap-usap kepalaku yang terasa sedikit pusing. Mataku yang belum 100% menyadari situasi pun menjelajahi seluruh ruangan dan akhirnya mendapati gadis yang seharusnya menjadi sekertarisku itu terduduk di lantai dengan posisi kepalanya di pinggir tubuhku dengan kedua tangannya yang menopang kepalanya. Dia tertidur.

Aku mencoba bangkit dari posisiku yang sekarang dan sesekali memandang gadis yang sedang tertidur pulas itu. Dia manis. Bukan! Dia cantik sekali, lebih mirip artis daripada karyawan biasa ketika kau memandangnya begitu lekat dan aku berani bertaruh, jika gadis ini ikut casting atau semacamnya dia pasti terpilih! Wajah cantiknya terus memancarkan kedamaian saat ia tertidur seperti sekarang ini. Aku menahan niatku untuk bangkit dari sofa dan lebih memilih menadangi gadis yang baru kusadari kecantikannya sekarang, bahkan dia lebih cantik dari Hyoyeon. Cinta pertama ku. Bayang-bayang wanita itu terus menghantuiku ketika aku berpikir tentang ‘Cinta’ ingatan ku selalu merujuk padanya, gadis pirang itu.

Jam menunjukkan pukul 7 pagi. Aku berjalan pelan menuju cermin yang ada diruanganku menampilkan refleksi pucat ku di cermin, setidaknya aku merasa baikan ketika minum obat yang diberikan Dara tadi malam. Dara? Aku mencuri pandang kearah gadis yang baru bangun dan terlihat begitu linglung, tapi tidak mengurangi kecantikannya.

“Omo?!!!” gadis itu terlihat kaget begitu mendapati sofa yang tidak berpenghuni di hadapannya

“woy nyari siapa?” ujar ku sukses menampilkan ekspresi lega di wajah gadis itu

“gwenchanayo? Suhu tubuhmu sangat tinggi semalam” dia mendekat lalu menempelkan  punggung tangannya ke dahi ku. Jantungku berdetak tak terkontrol

“yak seenaknya saja kau menyentuhku!” aku menangkap tangannya dari dahiku dan jantungku mulai berdengup tak terkontrol lagi. Reflek ku lepaskan genggamanku

“sajangnim, pipi mu memerah lagi! Sebaiknya kau istirahat biar semua meetingmu ku cancel” ujar gadis itu mendapati pipiku yang merah. Dan aku yakin 10000% bahwa dialah yang membuat pipiku merah, bukan karena penyakitku.

“ide bagus dan sebaiknya kau lakukan itu sekarang. Ppali!!!” bentakku saat mengatakan ppali padanya.

Gadis itu pun pergi dan segera menyelesaikan tugas-tugasnya, sementara aku meyakinkan diriku bahwa gadis itu hanya seorang SEKERTARIS tidak kurang tidak lebih dan aku tidak bisa menjalin hubungan dengan seorang sekertaris, apa kata orang-orang nanti kalau tau seorang Kwon Ji Yong jatuh cinta pada seorang sekertaris. Ini tidak boleh kulanjutkan.

AUTHOR POV

“aigoo, lelahnya” gadis itu merenggangkan otot-otot tubuhnya sembali berjalan menyusuri lorong di kantornya itu. Gadis itu membelakkan matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat, Hyoyeon! Idola nya sekarang berada tepat di depannya, Dara mencubit-cubit pipinya tak percaya dengan apa yang ia lihat, Hyoyeon Girls’ Generation atau bukan.

Gadis itu memutar otaknya, dan mendapat jawaban seketika setelah ia memutar otaknya itu. Girls’ Generation adalah selebriti yang bekerja dibawah naungan Star Entertaiment dan wajar-wajar saja kalau dia mengunjungi gedung ini, Dara bergegas menaiki lift yang sama dengan Hyoyeon dan bermaksud untuk sedikit mencari tahu apa keperluan gadis pirang itu mengunjungi kantor utama Star Entertaiment.

“jwesonghamnida!” kata gadis itu sambil menggunakan tas nya untuk menghentikan gencetan pintu lift. Tombol lantai 9 pun sudah tertekan terlebih dahulu ketika Dara hendak menekannya. Apakah Hyoyeon punya urusan dengan Donghae? Karena di lantai 9 hanya ada ruangan Jiyong dan Donghae jadi Hyoyeon kemungkinan punya urusan dengan salah satu diantara mereka. Dara terus memutar otaknya untuk menebak kenapa idola nya ada urusan dengan salah satu diantara boss nya.

‘ting’ lift pun berhenti tepat di lantai 9. Dara pun memberanikan dirinya untuk menegur sang number one bias nya itu, bagaimanapun juga dia adalah sekertaris Jiyong jadi dia punya hak untuk mengetahui siapa saja yang ingin bertemu dengan boss nya itu. “jogiyo, ada yang bisa ku bantu?” ujar Sandara berbicara sopan pada gadis pirang itu, “aniyo, gwenchanayo aku hanya ingin bertemu Jiyong” kata gadis pirang itu bernada sedikit arrogant karena tidak memperhatikan lawan bicara nya yaitu Sandara. “jwesongeo, apa kau sudah membuat appointment?” Dara yang merasa tidak dihormati pun terus menjejeli Hyoyeon dengan pertanyaan, Hyoyeon yang baru pertama kali di perlakukan seperti ini oleh seorang karyawan di agensi nya itu mulai menoleh pada karyawan yang berani mencecarnya dengan pertanyaan yang menurut nya ‘nonsense’. “dengar ya staff tidak penting, aku tidak butuh appointment untuk bertemu dengan kekasih ku! Arasseo?” ujar Hyoyeon lalu pergi meninggalkan Dara.

“mwoaneungoya?” ujar Jiyong begitu keluar dari ruangannya. “Jiyong-ah!!” dengan gaya menjijikan gadis pirang itu memeluk Jiyong kegirangan lalu mencium pipi pria kecil itu, lipstick merah Hyoyeon tercap samar di pipi Jiyong. “yak apa yang kau lakukan?” ujar Jiyong sembari menghapus berkas bibir Hyoyeon di pipi nya. “bogoshipoyo… ayo kita makan siang, aku ingin mati karena kelaparan!” kata gadis itu dilebih-lebihkan membuat Dara menggeretakkan giginya, bagaimana bisa dia mengidolakan gadis seperti ini. “andwe aku baru makan, Dara-sshi baru saja memberikan cheese cake.. kau pergi saja” Jiyong yang dingin pun tidak berubah walaupun di depan kekasihnya sendiri.

“Kim hyoyeon!” suara itu muncul dari belakang Dara dan tidak salah lagi, itu Donghae. “Hae-ya! Boshipoyo!” gadis itu langsung memeluk Donghae tapi tidak seantusias ketika ia bertemu Jiyong. “yak sebaiknya kau menemaninya makan, dia terus saja menggangguku” ujar Jiyong dengan nada memerintah seperti biasa, Donghae hanya melihat Jiyong dengan tatapan diamlah-biar-aku-yang-urus. “kau kenapa Hyo-ah” Dongahe membelai rambut pirang gadis itu, yap Dara seperti telur rebus sekarang. Panas. “sepupu mu tidak mau menemani ku makan” ujar gadis itu dengan gaya yang sok dimanja-manjakan. “Jiyong-ah setidaknya kau menemaninya makan” ujar Donghae masih dengan poros sabarnya itu. “aku sudah makan, tanya Dara! Dia yang membelikanku cheese cake barusan!” nada Jiyong sewot seperti biasanya, hanya saja Jiyong menggambarkan bahwa ia sangat tidak ingin bersama-sama wanita itu. Donghae hanya menggeleng dongkol dan member tatapan kau-sangat-kekanak-kanakan pada Jiyong dan mengajak Hyoyeon makan dengannya.

 

Di Restaurant

“woah tempat ini belum berubah sejak terakhir aku kesini!” ujar Hyoyeon saat tiba di tempat yang biasa ia kunjungi bersama Donghae ketika Sonyushidae tidak ada schedule. “kurasa Sebastian menjaga tempat ini dengan baik” ujar Donghae. Masih tergambarkan sosok gadis bernama Dara di benak Hyoeyeon, dan gadis itu jelas-jelas tau siapa Hyoyeon dan lebihnya lagi Jiyong terus menjadikannya alasan kenapa dia tidak ingin menemaninya untuk makan siang.

“hei itu makanan mu! Jangan bengong” Donghae melambaikan kedua tangannya di depan wajah Hyoyeon yang terbengong-bengong sedari tadi. “anio.. siapa sih gadis menyebalkan yang berkeliaran di ruangan kalian tadi?” terlukis jelas kalau gadis ini sebal melihat tingkah Dara tadi. “Sandara-sshi? Dia sekertaris baru Jiyong, aku yang memilihnya” kata Donghae sembari mencoba memotong steak nya. “mwo? sekertaris? Setau ku Jiyong selalu punya sekertaris laki-laki! Kenapa kali ini perempuan?” kecemburuan Hyoyeon tergambar jelas sekarang di benak Donghae. “aku percaya dia bisa merubah Jiyong, dia sangat baik menurutku, terlebih lagi….” Donghae menghentikan ucapannya sejenak. “mwo? terlebih lagi?” tanya Hyoyeon penasaran, “yeppoda, jinjja yeppo..” lanjut Donghae yang seketika membuat Hyoyeon lemas. “itu yang kutakutkan! Jiyong bisa saja jatuh hati pada sekertaris itu!” Donghae seketika menggenggam tangan Hyoyeon dan berkata “Hyo-ah, kau sudah putus dengannya bertahun-tahun lalu.. kau harus lanjutkan hidupmu”. Hyoyeon hanya diam dan menatap sahabat kecilnya itu dengan tatapan bingung.

SANDARA POV

            Aku yang sedang membersihkan ruangan Jiyong pun sedikit mencuri pandangan kearah pria kecil itu pasca kejadian tadi, tapi benarkah Hyoyeon itu yeoja chingu nya? Tapi kenapa Jiyong bersikap seperti itu padanya? Aigoo mollayo!!

“yak bersihkan yang benar” perintah Jiyong yang masih dengan ekspresi bingungnya

“ehm..” deham ku

“mwo?” sahutnya

“bukan seperti itu cara memperlakukan  yeojachingu mu Jiyong-sshi”  aku memberanikan diriku untuk membuka suara

“aku menyuruhmu untuk bersih-bersih! Bukan untuk ikut campur urusanku! Dan WANITA ITU BUKAN PACARKU!!!” nada bicara Jiyong menjadi sangat tinggi sekarang, membuatku sedikit bergetar tapi aku sudah lumayan biasa dengan hal semacam ini.

Pria itu mengambil gitarnya di sudut ruangan. Gitar hitam dengan huruf G dan D di poros bawah gitar itu. GD? Sepertinya itu inisial tapi inisial siapa? Seharusnya JY kalau itu Ji Yong. Dia sedikit menyetel gitarnya dan aku bisa melihatnya mengambil nafas sebelum menggenjreng gitarnya itu.“Dara Park irowa!” katanya menyuruhku duduk di sebelahnya.

“Uyeonhi gireul geotda ne namjal bwasseo
Hoksina haetdeon nae yegami majasseo
Nega jun banjireul ppaego hanjjogen paljjangeul kkigo
Geunyang yeogikkajiman malhalge

Geunde ohiryeo neoneun naege hwareul nae
Geuneun jeoldaero geureol riga eopdae

Naneun ne nunchil salpigo naega jal mot bon georago
Geurae neol wihae geojitmalhalge Oh nal mollajuneun nega miwo i gidarimi sirheo
Geu son ije noheurago
Nega seulpeohal ttaemyeon naneun jugeul geotman gatdago baby

Geu saekkiboda naega motan ge mwoya
Dodaeche wae naneun gajil su eomneun geoya
Geu saekkineun neoreul saranghaneun ge anya
Eonjekkaji babogachi ulgoman isseul geoya”

 

            Pria ini membuatku tertegun, aku tidak menyangka seseorang yang sangat grumpy seperti dia mempunyai bakat yang luar biasa! Aku suka music dan aku tau ini lagu yang sangat indah, ditambah lagi suaranya yang lembut dan berbeda ketika dia sedang mengomeliku, pria itu memetik gitarnya dengan sangat lihat dan sekarang aku tau kenapa dia sering sekali memakai sarung tangan.

 

“Daebbak!” aku menepuk tanganku untuknya ketika ia berhenti bernyanyi

 

“jinjja? Aku menciptakannya sendiri!” dengan bangga dia kembali ke dirinya yang sombong dan arrogant

“kau harus jadi produser Jiyong-sshi! Lagu mu sangat indah!” ujarku antusias

“cih andaikan perusahaan ini bisa berjalan sendiri, aku sudah terkenal bertahun-tahun sebelumnnya”

“too bad… padahal suaramu sangat bagus! Coba kau punya agensi sendiri, kau bisa mengorbitkan dirimu sendiri sekaligus orang-orang yang menuurutmu berbakat, aigoo itu impian ku”

“GENIUS!!! Dara Park kau sangat jenius!” ujar Jiyong sambil meraih pipiku dengan kedua tangannya

“mwoya? Aku hanya bicara asal” sangkal ku

“yak!! Aku akan mewujudkan mimpimu! Kita berdua akan membuat hal jenius yang barusan kau katakana itu benar-benar nyata!” Jiyong mulai kehilangan kendali

“ottoke? Perlu banyak uang dan tenaga untuk mewujudkan hal itu” ujar k uterus terang

“kau pikir aku tidak punya crew ku sendiri! Kau tinggal cari cara untuk mengumpulkan uang!” perintahnya seenak jidat

“mwo? bukankan secara financial kau baik-baik saja?” ujar ku

“aku mau membangun agensi dengan uang ku sendiri bukan uang ayahku babo” dia menjitakku pelan tapi meninggalkan bekas di dahi ku

“oh! Kau sebaiknya pindah rumah! Disebelah rumah kediaman ayahku ada apartement jadi kau akan selalu ada jika aku membutuhkan mu!” perintahnya

“mwo? bagaimana dengan haraboji ku?” aku membuat alasan secepat kilat begitu ia menyinggung soal pindah rumah

“ajaklah! Kubelikan apartement yang besar sehingga kalian berdua bisa tinggal dnegan nyaman! Tapi pagi-pagi sekali kau harus sudah tiba dirumahku untuk menyiapkan segala kebutuhan dan malam hari sepulang kerja aku dan crew ku akan membuat perencanaan soal newborn agency ini di apartemen mu, bisa skot jantung jika ayahku tau” jelas laki-laki itu dengan lugas dan aku hanya bisa mengikuti permainannya untuk saat ini.

            Dara-ya! Kendalikan dirimu jangan menonjok pria menjengkelkan itu seenaknya saja, dia adalah kunci keberhasilan mu! Tapi… 24jam bersama pria itu?! Jam kerja saja aku sudah ingin bunuh diri! Dia pikir dia siapa? Devils Wear Prada? Ottoke?! Aku tidak mau bersamanya!!!! ANDWE!.

TBC

 

 

 



 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet