Yeobosseyo?

Yeobosseyo?

“Kita mulai lagi dari awal, ya?” ucap seorang yeoja ber-headphone dari luar ruang rekaman.

          “Kita sudah melakukannya lima kali, dan kau menyuruhku untuk mengulangnya lagi?” jawab sang namja di dalam ruang rekaman sengit.

          “Aku tahu suaramu bagus dan menenangkan jika didengar, tapi kurasa kau masih belum mengerahkan semua kemampuanmu dalam olah vokal.”

          “Baiklah, mengingat ini lagu ciptaanmu, jadi aku akan terus mengikuti kemauanmu sampai kau bilang sudah bagus,” jawab sang namja menyerah. Ia lalu tersenyum pada sang yeoja, begitu pun sebaliknya.

          Selepas rekaman sebuah lagu, mereka berdua duduk disebuah bangku taman sambil memandang langit malam yang indah bertabur bintang-bintang. Pikiran mereka melayang ke beberapa tahun yang lalu saat mereka bertemu.

          “Saat aku melihatmu diatas panggung  beberapa tahun yang lalu adalah awal mula aku jatuh hati padamu,” ucap sang namja lalu mengecup kening sang yeoja.

          “Dan, saat kau bernyanyi beberapa tahun yang lalu juga, aku memutuskan untuk mulai menyukaimu.”

          Jam sudah menunjukkan hampit tengah malam dan seorang gadis bernama Han Se Kyoung masih setia duduk diatas kursinya sembari mengetik tugas akhir miliknya.

          Di tengah keheningan malam itu, samar terdengar suara ponselnya berdering. “Yeobosseyo?” ucapnya sambil mengempit ponsel itu diantara telinganya dan pundak kiri sedangkan ia tetap fokus mengetik.

          Beberapa saat berlalu, namun Se Kyoung belum mendengar jawaban dari seseorang yang menelponnya larut malam begini. “Yeobosseyo?” ucapnya lagi. Masih hening. Tak berselang lama, ia akhirnya menekan tombol merah pada ponselnya lalu kembali larut dalam tugas akhirnya.

          Pagi itu, ia kembali menjalanin rutinitas sebagai salah seorang mahasiswi di sebuah Universitas ternama jurusan seni. Memasuki halaman kampus, Han Se Kyoung tiba-tiba saja tak sengaja menabrak seseorang hingga seluruh buku yang ia bawa berjatuhan.

          “Mi..mianhae,” ucap seseorang yang menabrak Se Kyoung sambil membantu Se Kyoung mengambil beberapa buku yang sudah berserakan di tanah. Di saat bersamaan, ketika ia dan Se Kyoung ingin mengambil sebuah buku yang sama, kedua tangan mereka saling bersentuhan. Refleks mereka berdua saling mendongakkan kepala dan pandangan mereka pun bertemu.

          “Ryeowook?” ucap Se Kyoung tak percaya. Ryeowook mengangguk. “Sudah lama sekali aku tidak melihatmu. Kau terlihat semakin keren,” tambah Se Kyoung yang semakin membuat Ryeowook salah tingkah.

          “Kau juga terlihat lebih cantik,” balas Ryeowook disambut dengan wajah Se Kyoung yang mulai bersemu kemerahan.

          “Astaga, aku lupa sudah terlambat masuk kelas! Aku duluan ya. Sampai jumpa,” pamit Se Kyoung lalu segera pergi.

          Ryeowook menyentuh dada kirinya. Ia merasakan ada sedikit perbedaan disana. Detak jantungnya berdegup kencang saat ini dan tadi ketika berada didekat Se Kyoung. Ia menghela napasnya pelan. Mungkin Se Kyoung lupa, namun ia takkan pernah lupa saat pertemuan mereka pertama kali semasa menjadi murid di salah satu sekolah musik lima tahun lalu.

Flashback

          Saat itu adalah waktunya ujian akhir berlangsung. Setiap murid diharuskan tampil diatas panggung untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam bernyanyi, menari, ataupun bermain beberapa instrumen musik, seperti piano, gitar, harpa, biola, dan lainnya.

          Suasana ujian akhir dibuat menyerupai ajang showcase berkelas nasional. Seluruh orang tua murid diundang ke acara tersebut. Dan tak lupa beberapa  media juga datang untuk meliput jalannya ujian akhir ini. Bagaikan tak mau kehilangan kesempatan menemukan bibit-bibit baru, beberapa agensi musik juga turut serta hadir disana.

          “Penampilan yang sangat mengesankan dari Yong Tae Suk! Untuk penampilan selanjutnya, marilah kita sambut, Han Se Kyoung!” ucap sang MC disertai dengan tepuk tangan yang riuh dari seluruh penonton yang hadir termasuk Ryeowook.

          Dibalik lensa matanya, ia memandang dengan penuh kekaguman kearah seorang gadis seusianya yang tengah berada diatas panggung. Setelah memberi hormat pada para penonton, gadis itu duduk di depan sebuah piano. Beberapa saat kemudian, mulai terdengarlah alunan merdu musik dari permainannya. Jari jemarinya yang lentik seperti tengah menyihir seluruh penonton dengan permainan pianonya yang menganggumkan. Tidak sampai disitu, sembari menekan tuts demi tuts piano, ia juga menyenandungkan sebuah lagu yang semakin membuat para penonton tersihir.

          Di akhir penampilannya, ia bangkit dari kursi itu dan berjalan menuju pinggir panggung lalu membungkukkan badannya sembilan puluh derajat sebagai tanda ucapan terima kasih karena sudah menyaksikannya. Bagaikan akhir dari sebuah konser pertunjukkan terkenal, semua orang disini memberikannya tepuk tangan yang riuh dan banyak juga dari mereka yang memberikan gadis itu standing applause.

          Di tengah suasana yang riuh, Ryeowook merasakan ada yang aneh dengan dirinya. Sesuatu yang selama ini terdengar begitu asing di telinganya ketika banyak orang bercerita mengenai hal itu. Sesuatu yang membuat Ryeowook saat ini seperti tengah melihat gadis itu turun dari panggung lalu berjalan kearahnya sambil tersenyum manis padanya.

          Sedetik kemudian, akal sehat Ryeowook kembali. Semua yang ia bayangkan seluruhnya hanyalah bayangan dan impian. Gadis itu tidak benar-benar berjalan kearahnya sambil tersenyum. Ia menyentuh dada kirinya, ia merasakan detak jantungnya mulai berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Terlebih saat ia menatap gadis yang baru saja bermain piano dan menyanyi itu.

          Akhirnya dengan segenap keberanian yang ia punya, seusai ujian akhir berlangsung, Ryeowook dengan malu-malu berjalan menuju gadis yang telah merebut perhatiannya itu. Ia menyentuh pundak gadis itu pelan, “Annyeong,” sapanya ramah.

          “Annyeong! Kau yang tadi menyanyi lagu Loving You, kan?” tanyanya. Ryeowook mengangguk. “Suaramu bagus. Terasa begitu menenangkan jika mendengarmu bernyanyi,” pujinya yang semakin membuat Ryeowook salah tingkah.

          “Go..gomawo.”

          “Ah, siapa namamu? Aku Han Se Kyoung!”

          “Aku Kim Ryeowook.”

          Untuk beberapa saat mereka berdua saling tersenyum canggung. Sampai tiba-tiba salah seorang dari guru mereka memanggil Se Kyoung agar segera ke ruang multimedia sekarang.

          “Se..sebelum kau pergi....bolehkah aku minta nomor ponselmu?” tanya Ryeowook dengan nada gugup yang kental sesaat sebelum Se Kyoung ingin melangkah pergi. Se Kyoung berbalik lalu mengeluarkan sebuah pena dari dalam tasnya.

          “Ini nomorku. Senang bertemu denganmu, Kim Ryeowook!” kata Se Kyoung setelah menuliskan beberapa angka di telapak tangan Ryeowook kemudian menghilang di balik pintu backstage.

Flashback Off.

          Sore itu, Han Se Kyoung tengah menghabiskan waktunya untuk sejenak beristirahat di sebuah cafe sekitar kampusnya, setelah seharian ia meminta referensi sumber data untuk tugas akhir dari beberapa dosen di kampusnya. Dan disaat itu pula, Se Kyoung kembali menerima panggilan masuk dari seseorang yang ia tak ketahui.

          “Yeobosseyo?” ucap Se Kyoung lalu menyesap secangkir teh hijau dihadapannya.

          “Yeobosseyo?” ucap Se Kyoung lagi. Hening. Ia kembali mengingat kejadian malam sebelumnya, saat ia menerima telepon dari nomor yang tak dikenal. “Mungkin ini penelpon yang sama,” pikir Se Kyoung. Karena bingung tidak ada respon dari orang yang menelponnya, Se Kyoung pun menekan tombol merah di ponselnya lalu kembali dengan pikirannya.

          Pagi selanjutnya, saat ia tengah duduk di sebuah kursi di halaman kampus, Se Kyoung kembali menerima panggilan masuk dari seseorang yang sudah dua hari ini membuatnya penasaran.

          “Ehm..Yeobosseyo?” ucap Se Kyoung. Dan seperti sebelumnya, tak ada jawaban dari orang yang menghubunginya itu.

          “Yeobosseyo?” ucap Se Kyoung sekali lagi. “Ini Han Se Kyoung. Dan kau yang disana adalah...” pancing Se Kyoung agar orang yang menelponnya mau membuka mulut, namun pancingannya gagal. Karena sudah sedikit kesal, Se Kyoung pun menekan tombol merah di ponselnya lalu memasukkannya ke dalam saku jaketnya.

          Tiba-tiba datanglah seorang yeoja yang lebih muda kearahnya, “Ini untuk eonni,” ucap yeoja itu lalu memberikan setangkai bunga matahari, kesukaan Se Kyoung.

          “Dari siapa?” tanya Se Kyoung dengan dahi menyerit tanda bingung. Hari ini bukanlah hari ulang tahunnya atau pun hari perayaan lainnya, dan tiba-tiba saja ia mendapatkan bunga. Bukankah ini aneh?

          Yeoja itu menggeleng singkat pada Se Kyoung lalu bergegas pergi. Se Kyoung menyentuh kelopak bunga matahari itu pelan, sembari mengingat-ingat siapa gerangan yang memberikannya bunga ini.

Flashback

          Dua hari berlalu setelah ujian akhir yang dilaksanakan di sekolah tempat Se Kyoung dan Ryeowook belajar. Sambil menunggu hasil nilai mereka yang akan diumumkan hari itu juga, beberapa teman Se Kyoung termasuk Ryeowook membuat sebuah pesta kejutan atas diterimanya Se Kyoung di sebuah agensi ternama.

          “Se Kyoung datang! Se Kyoung datang! Semuanya siap-siap!” kata Hong Dae sambil memberi aba-aba pada teman-teman lainnya agar segera bersiap di tempat masing-masing. Ryeowook pun yang bertugas mematikan lampu kelas, segera mematikan lampu kelas tersebut.

          Begitu pintu kelas terkuak, Han Se Kyoung yang berada dibalik pintu pun segera masuk ke kelas bersamaan dengan terdengarnya suara terompet dan menyalahnya lampu kelas. Seluruh teman Se Kyoung bersama-sama menyanyikan lagu kesukaan Se Kyoung, Super Girl, secara acapella.

          Kedua mata Se Kyoung mulai berkaca-kaca, tak lama ia mulai menitihkan air mata karena haru. “Terima kasih semuanya,” ucapnya sambil sesekali menghapus  air matanya yang terus mengalir. Mereka semua pun berebut untuk memeluk Se Kyoung, kecuali Ryeowook yang hanya melihat dari jauh.

          Setelah kelas sudah mulai sepi, Ryeowook berjalan ragu-ragu menuju kearah Se Kyoung yang tengah asyik mengobrol dengan Tae Suk dan Hong Dae, sang pengagas acara pesta kejutan untuk Se Kyoung.

          “Se Kyoung-ah,” panggil Ryeowook gugup. Se Kyoung menoleh kearahnya lalu tersenyum, “Ada apa?” tanyanya tanpa melepaskan senyum yang rupanya telah membuat Ryeowook semakin gugup.

          “Untukmu. Aku harap, kau bisa menjadi seorang musisi yang hebat sesuai keinginanmu. Walaupun aku pikir, kau lebih baik menjadi penyanyi atau pianist,” jawab Ryeowook mencoba untuk terlihat tenang lalu memberikan setangkai bunga matahari.

          “Terima kasih. Kebetulan aku sangat menyukai bunga matahari. Dan, aku berharap juga kau kelak akan menjadi seorang penyanyi yang sukses, Ryeowook.”

Flashback off

          Setelah mengingat-ingat, dipikiran Se Kyoung kini terlintas sebuah nama. Namun, ia masih ragu apakah nama yang melintas dipikirannya ini adalah orang yang telah memberikannya bunga. “Entahlah,” gumamnya.

          Tak lama, datang seorang namja yang ia rasa merupakan adik kelasnya membawa sebuah kotak kepadanya. “Untuk sunbae,” ucap namja itu lantas pergi meninggalkan Se Kyoung yang masih bingung. Se Kyoung pun membuka kotak itu, di dalamnya ia mengambil secarik kertas bertuliskan, Only you...

          Se Kyoung membalik kertas itu sembari berusaha mencari nama atau sekadar petunjuk mengenai siapa pengirimnya. Pertama setangkai bunga matahari lalu kotak dan semuanya dikirim tanpa pengirim namun tertuju padanya.

          Di tengah kebingungan itu, ponsel Se Kyoung kembali berdering.

          “Yeobosseyo?”

          “....”

          “Yeobosseyo?” ucap Se Kyoung lagi. Ia melihat layar ponselnya. Nomor yang sama dengan nomor yang menelponnya beberapa hari yang lalu. “Sungguh, orang ini semakin membuatku penasaran!” gumam Se Kyoung.

          “Bisakah kau jangan diam saja? Ucapkan sesuatu atau aku takkan pernah menerima panggilan masuk darimu lagi,” tambah Se Kyoung mulai kehilangan kesabaran.

          “Sarangahae.”

          Satu kata magis itu, membuat Se Kyoung bergeming. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Apakah ia harus berlonjak kegirangan karena seseorang baru saja bilang dia mencintai Se Kyoung atau ia malah harus diam saja. Entahlah, hanya saja ia merasakan sesuatu yang tak asing dengan apa yang ia dengar.

Flashback

          Di malam kelulusan mereka, Ryeowook tampak sedikit gugup karena didaulat oleh sang kepala sekolah untuk membawakan sebuah lagu untuk acara penutup. Ini adalah ‘hadiah’ yang ia dapatkan karena telah mendapatkan nilai sempurna di ujian akhir. Waktu sudah nyaris menunjukkan pukul sembilan malam, dan itu berarti waktu penuntupan acara sudah semakin dekat.

          Saat itu, Ryeowook sudah siap di backstage. Berkali-kali ia melonggarkan dasinya yang terasa begitu mencekik lehernya dan berkali-kali pula ia menarik lalu menghembuskan napasnya untuk menenangkan dirinya. Disaat itu pula juga, Se Kyoun datang mendekatinya.

          “Tenang saja. Tidak perlu segugup itu. Suaramu kan bagus,” ucap Se Kyoung dan meraih tangan Ryeowook yang sudah berkeringat dingin lalu mengenggamnya erat. Ajaib, saat Se Kyoung berkata demikian, Ryeowook tak lagi gugup. Ia merasa lebih tenang sekarang.

          “Terima kasih.”

           “Aku minta maaf, mungkin aku tidak bisa menyaksikan penampilanmu karena aku harus segera ke kantor agensi yang sudah menerimaku waktu itu. Sebagai permintaan maafku, setelah aku sudah menjadi musisi yang terkenal, aku akan membuatkanmu sebuah lagu. Bagaimana?”

          Ryeowook mengangguk senang. Mereka pun lalu tersenyum. “Baiklah, aku pergi dulu ya!” pamitnya lalu melepaskan genggamannya pada Ryeowook.

          “Tunggu! Ada yang ingin aku katakan padamu!” teriak Ryeowook menahannya sebelum melangkah semakin jauh. Se Kyoung berbalik lalu memasang wajah penasaran sambil menunggu apa yang akan Ryewook katakan padanya.

          “Sara—”

          “Dan untuk acara penutup, mari kita beri tepuk tangan meriah untuk, Kim Ryeowook!”

          Se Kyoung pun tak dapat mendengarkan suara Ryeowook yang kini sudah tenggelam di tengah lautan tepuk tangan dari hadirin yang datang. Ryeowook memandang Se Kyoung sekilas lalu segera menuju panggung.

Flashback off

          “Ryeowook...” gumam Se Kyoung setelah berusaha mengingat kejadian beberapa tahun lalu. Sambungan telepon pun terputus. Se Kyoung bangkit dari kursi di halaman kampus. Matanya langsung mencari sosok Ryeowook yang sudah membuatnya penasaran selama ini. Dan sosok yang ia cari pun muncul dari balik pohon diseberangnya.

          “Se Kyoung-ah,” ucap Ryeowook sesaat setelah ia sampai dihadapan Se Kyoung. Ia pun menatap wajah Se Kyoung yang kini terlihat sangat bingung.

          “Maaf sudah membuatmu penasaran selama ini. Maaf juga karena sudah terganggu atas ketidakberanianku. Maaf, karena aku baru siap mengutarakan perasaanku yang sesungguhnya beberapa tahun setelah aku jatuh hati padamu.”

          Beberapa mahasiswa kampus yang tengah lalu-lalang berhenti sejenak disekitar Se Kyoung dan Ryeowook ketika namja itu kini berlutut dihadapan Se Kyoung. “Apa yang kau lakukan?!” tanya Se Kyoung panik.

          “Saranghaeyo, Han Se Kyoung,” ucap Ryeowook lantang sambil membuka sebuah kotak kecil yang didalamnya ada sebuah cincin tepat dihadapan Se Kyoung. “Would you marry me?” tambah Ryeowook.

          Se Kyoung bergeming. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Saat ini, detik ini, dihadapan banyak orang, Ryeowook tiba-tiba saja melamarnya. Samar ia mendengar beberapa mahasiswi berbisik iri dan beberapa mahasiswa berdecak kagum atas keberanian Ryeowook.

          “Aku tahu ini terlalu cepat, tetapi daripada aku memintaku hanya untuk menjadi kekasihku kenapa tidak langsung saja aku memintamu jadi istriku?”

          “Kita masih sama-sama menjadi mahasiswa disini. Dan kau melamarku?”

          “Ya. Kenapa tidak. Jika kau belum siap sekararang, aku akan menunggumu sampai kau siap kelak.”

          “Apa kau yakin dengan ucapanmu itu, Kim Ryeowook?”

          “Ya, aku sangat yakin. Karena sejak awal, hatiku telah kau curi. Jadi tidak akan ada wanita lain yang dapat mencuri hatiku.”

          Setelah beberapa lama, dengan malu-malu Se Kyoung menganggukkan kepalanya lalu tersenyum. Ryeowook pun langsung berdiri dan memakaikan cincin itu di jari manis Se Kyoung, bersamaan dengan itu riuh terdengar tepuk tangan meriah dari orang-orang yang berada disekitar mereka.

          “Saranghaeyo, Han Se Kyoung,” bisik Ryeowook lalu mengecup kening Se Kyoung lembut.

          Dua tahun pun berlalu cepat sejak saat itu. Hari ini, Han Se Kyoung dan Kim Ryeowook berdiri berhadapan sambil tersenyum bahagia satu sama lain. Seusai mengucap sebuah janji suci, mereka pun saling menyematkan cincin satu dengan yang lain di jari manis masing-masing. Rona kebahagiaan jelas terpancar pada diri mereka.

          Ryeowook dengan satu gerakan singkat menggendong Se Kyoung lalu berlari cepat meninggalkan tempat pernikahan mereka. “Turunkan aku!” teriak Se Kyoung. Ryeowook pun menurunkannya tanpa berkata-kata.

          “Aku mencintaimu, Han Se Kyoung!” teriak Ryeowook hingga para tamu undangan melempar pandangan pada mereka. Kedua pipi Se Kyoung mulai memerah. Ia memukul Ryeowook pelan atas sikapnya yang membuat Se Kyoung malu sekaligus senang.

         “Aku juga mencintaimu, Kim Ryeowook!” balas Se Kyoung lalu memeluk suaminya erat.

          Dan sejak hari itu, mereka telah resmi menjadi sepasang pasangan yang akan bersama-sama  mengarungi badai kehidupan bersama. Mereka yang nantinya akan menjadi nada utama dalam lagu cinta mereka di masa depan. Han Se Kyoung dan Kim Ryeowook. Hanya mereka, yang kini telah menjadi satu.

THE END.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sincerly_me #1
Chapter 2: awww its soo nice u should do more english ff :D
hye_chan #2
Chapter 1: good and sweet ^_^
sincerly_me #3
Chapter 1: 1-annyong
2-yeoboseyo
3-saranghae
4-mihana
these are the only i understood from the whole story can u please translate?