Sherlock Holmes; Donghae & Jessica

Phantasmagoria ♕ AU Meme oneshots & drabbles collection ;

Characters: Donghae (Super Junior) - Sherlock Holmes, Jessica (SNSD) - Irene Adler, Siwon (Super Junior) - Dr. John Watson, Tiffany (SNSD) - Mary Watson

AU: Sherlock Holmes (Robert Downey Jr. ver) centric

Introductions: Sherlock Holmes adalah cerita tentang detektif ternama yang bersettingkan revolusi industri saat sebelum Perang Dunia I. Holmes yang jenius bersama rekannya Dr. Watson sudah berulang kali memecahkan kasus dan Holmes tetap memegang rekor sebagai detektif yang hampir tidak pernah terkalahkan kekuatan inteleknya. Kecuali ada satu wanita yang pernah benar-benar mengecoh Holmes, seorang kriminal, pencuri dan penipu kelas dunia bernama Irene Adler yang ironinya juga menjadi wanita yang 'spesial' untuk Holmes sendiri.

 

 

 

{ The Time is Ticking }

 

 

Donghae ‘memetik’ biola kesayangannya seperti biasa di siang buta. Atau malam? Donghae tidak tahu, ia tidak peduli dengan keadaan di luar. Sama saja. Biolanya saat ini lebih penting.

“Donghae!” Oh sial. Dia datang.

Terdengar suara pintu didobrak terbuka dan masuklah seorang pria tinggi berbadan tegap, tentunya berpakaian rapi, yang sangat dikenali oleh Donghae. Tentu saja ia mengenalnya, siapa lagi kalau bukan partner kerjanya, Dr. Choi Siwon.

“Apa maumu, Siwon?” gumam Donghae, masih berkutat dengan senar biolanya yang dipetik tanpa membentuk satu harmoni nada.

Siwon membuka topinya dan meletakkan benda itu ke tiang yang ada di dekatnya. “Sudah 3 minggu sejak kau terakhir kali keluar rumah. Demi Tuhan, Donghae! Hiduplah dengan normal! Sudah saatnya kau menerima tawaran kasus-kasus supaya kau punya sesuatu yang bisa dilakukan.”

“Hmm…” Donghae mengacuhkan semua kalimat yang meluncur dari mulut Siwon. Begitu Siwon mendekat ke arah tirai jendela barulah Donghae memberi perhatian seluruhnya kepada dokter itu. “Tidak Siwon, jangan dekati tirai itu. Jangan buka jendela– OH DASAR DOKTER IBLIS KAU TELAH MEMBUATKU BUTA!”

Siwon menatap tak percaya pada rekannya yang sekarang meringkuk di kursinya, “Jangan berlebihan. Ini hanya sinar matahari di siang yang cerah.”

“SINAR MATAHARI MEMBUAT OTAKKU BEKERJA LEBIH LAMBAT, SIWON. Aku lebih suka kegelapan.”

“Tidak ada teori valid tentang itu.” Siwon memutar matanya, kemudian ia mendekat ke arah perapian di mana Donghae menumpuk surat-surat yang tak disentuhnya sama sekali. “Coba kita lihat apa yang kita punya di sini. Nyonya Park Chorong kehilangan anaknya–“

“Dia ada di Busan, mencari Ayah aslinya. Sebentar lagi juga pulang begitu tahu Ayahnya telah meninggal.”

“Oh dan Tuan Ha Donghoon kehilangan kudanya–“

“Istrinya memberikannya pada selingkuhannya dan mereka sedang mengumpulkan uang supaya mereka bisa kabur.”

“Baik aku menyerah.” Siwon meletakkan surat-surat itu lagi ke tempat asalnya.

“Bukankah seharusnya saat ini kau sedang menemani Tiffany memilih-milih gaun pengantinnya? Atau di saat-saat terakhir wanita itu meninggalkanmu, Siwon? Yah aku tidak akan heran jika dia memang tiba-tiba meninggalkan Dokter membosankan sepertimu.”

Siwon menghela nafas dengan tertahan, ia mencoba untuk bersabar sebisa mungkin terhadap detektif nyentrik di depannya itu. “Tiffany sedang menemui Ayahnya. Dan sebentar lagi aku akan menjemputnya untuk minum teh. Kalau kau tidak keberatan.”

Donghae hampir saja tertawa, ia masih menatap biolanya tanpa mempedulikan yang lain. “Hah. Untuk apa aku keberatan, mengetahui hidupmu akhirnya hanya akan terikat?”

“Setidaknya berbahagialah untuk pernikahanku Donghae.” Balas Siwon dengan muram. Terkadang ia bingung sendiri mengapa ia mau berteman dengan pria itu. “Tidak bisa kupercaya orang sepertimu, mempunyai kepedulian pada satu wanita yang adalah kriminal kelas dunia. Ironis.”

Begitu Siwon mengungkit topk itu dahi Donghae langsung berkerut, satu petikannya meleset dari senar biola. “Topik yang menyenangkan, Siwon.”

Temannya itu kemudian melangkah menuju pintu dan memakai topinya kembali sebelum berbalik ke arah Donghae. “Aku akan menjemput Tiffany, biar kubiarkan kalian berdua punya waktu ehm… privasi.”

“Apa? Siapa ‘kalian berdua’?” Donghae mendongak ke arah Siwon, untuk sedetik kemudian terpaku di kursi lengannya ketika melihat seorang perempuan berdiri di dekat Siwon di ambang pintu. Wanita itu tersenyum penuh arti ke arahnya.

“Kau begitu pengertian, Dokter. Aku turut berbahagia untuk pernikahanmu. Sampaikan salamku pada Tiffany. Yah, itu kalau dia mengenalku.” Suara halus dan femininnya memenuhi telinga Donghae hingga rasanya berdengung di kepalanya.

Siwon mengangkat topinya sedikit untuk memberi penghormatan kepada wanita itu, “Tentu saja Nona Jung. Tiffany akan sangat senang menerima salam darimu, mengingat kau begitu terkenal. Kalau begitu aku permisi dulu. Tolong titip Donghae dengan… baik.” Menit berikutnya Siwon sudah menghilang dan meninggalkan Donghae dan wanita itu. Berdua saja.

“Kau tidak akan mempersilakanku masuk?” matanya menusuk ke dalam hingga Donghae merasa seolah ia sedang dikuliti oleh sepasang bola mata itu.

Donghae merosot di kursinya, kedatangan wanita itu lebih banyak berarti buruk kepada dirinya. “Untuk apa kulakukan itu, Jessica. Kau sudah banyak masuk tanpa izin ke rumah orang-orang. Dan mengambil beberapa barang juga seiring dengan kedatanganmu.”

Jessica Jung menyunggingkan senyuman satu sisinya yang menawan, ia menaikkan gaunnyanya sedikit ketika kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan Donghae, berhati-hati untuk tidak menginjak ujung roknya yang panjang hingga menyentuh lantai. Siang itu Jessica Jung datang ke ‘kantor’ Donghae dengan gaunnya yang berwarna biru laut (Donghae diam-diam menyukai warna itu di badannya), rambut wanita itu terurai mengikal sampai ke punggung membuat warnanya yang berwarna cokelat tembaga terlihat semakin indah.

“Aku punya beberapa permintaan, Donghae.” Sebut Jessica saat ia mendekati salah satu teko teh di meja kecil Donghae. Mungkin pengurus rumah yang meletakkan itu di sana sebelum ini, jika menilai dari teko yang masih terasa hangat. Ia menuangkan teh ke dalam cangkir bergaya Victoria yang diletakkan bersama teko.

“Permintaanmu tidak pernah menguntungkan bagiku.” Donghae masih menjawab dengan nada sekenanya. Yang tidak diketahui orang-orang, Donghae saat itu sedang berusaha keras untuk menekan emosinya. Berhadapan dengan Jessica Jung adalah satu hal yang ia coba hindari, tetapi di saat bersamaan juga ia rindukan.

Jessica duduk di kursi bundar yang menghadap ke meja kecil, lalu ia menyisip tehnya (tanpa peduli untuk bertanya apakah ia boleh meminum teh itu). “Kapan kau tidak sinis kepadaku Donghaeku sayang? Bagaimana kalau kau duduk bersamaku dan kita nikmati teh ini bersama?”

Donghae mengabaikan semua yang dikatakan oleh Jessica (walau ia harus berusaha keras untuk itu) dan memilih berkonsentrasi pada biolanya. “Kalau kau tidak segera ke sini, Donghae, kau tahu aku akan melakukan apapun untuk menggeretmu kan?” Sedetik kemudian Donghae sudah duduk berhadapan dengan Jessica, meninggalkan biolanya di kursi lengan yang tadi ia tempati.

Detektif itu hanya diam ketika Jessica menuangkan teh untuknya. Matanya berkelebat ke manapun asalkan bukan wanita di depannya itu.

“Kehadiranmu di sini sangat mengejutkanku, wanita. Bukankah kau seharusnya berada di Bulgaria dan menggoda pangeran-pangeran kerajaan untuk kemudian menguras harta mereka?” Donghae bertanya tanpa bisa berpikir lebih jernih lagi.

“Aku tersanjung mengetahui kau begitu mengikuti perkembangan kegiatanku.” Ucap Jessica dengan sebuah senyum di bibirnya yang merah. “Tapi tidak, mereka membosankan, mereka sudah tua, mereka mendengkur, dan harta mereka sudah terkuras habis. Jadi di sinilah aku.”

“Apa permintaanmu, Jessica?”

“Aku membutuhkan otakmu kali ini, Donghae. Temukan seseorang untukku.” Jessica mengeluarkan sebuah amplop berukuran sedang ke atas meja. Tetapi Donghae hanya diam dan menatap amplop itu untuk waktu yang lama. Jessica tahu Donghae segan untuk membukanya jika ia masih berada di sana. Kemudian perempuan itu mengeluarkan sekantong uang dari beludru dan diletakkannya di atas amplop tadi. “Kuletakkan di sini. Jika sewaktu-waktu kau mau menerima permintaanku.”

Donghae meminum tehnya kali ini, “Kau tahu aku tidak akan mau melakukannya untukmu kan?”

“Aku mengerti. Tapi Donghae, mungkin ini adalah permintaan terakhirku padamu.”

“Aku tidak akan mengubah pikiranku.”

“Dan itu aku juga telah sangat mengerti hingga ke tulang sumsumku, betapa keras kepalanya dirimu. Dan aku berjanji tidak akan memaksamu untuk itu.”

“Betapa pengertiannya dirimu.” Donghae mengangkat cangkirnya untuk tegukan tehnya yang kedua.

“Jadi kenapa kita tidak menikah saja?”

Donghae hampir tersedak oleh minumannya.

“APA?”

“Hanya bercanda.” Perempuan itu menyeringai.

Dasar wanita iblis.

“Tapi jika kau benar-benar menginginkannya aku masih bisa mempertimbangkan kemungkinan itu.”

Donghae cepat-cepat berdiri dari duduknya dan menatap tamunya dengan tatapan yang tak terbaca, “Apakah urusanmu sudah selesai Nona Jung?” Ia tidak bisa membiarkan wanita itu mempermainkannya lagi. Tidak untuk ketiga kalinya.

Jessica mengikuti gerakan Donghae dengan ikut berdiri, wajahnya tampak tenang dan tidak sedikitpun terganggu. “Lain kali aku akan mengunjungimu jika ada kesempatan. Oh, dan sudah kubilang belum kalau foto di meja itu terlihat sangat bagus? Aku selalu menyukai sisi kiri wajahku.”

Ketika mengikuti arah mata Jessica, Donghae baru menyadari bahwa foto itu, foto yang menangkap wajah seorang Jessica Jung yang ia pajang di meja kerjanya, belum ia sembunyikan sejak dari tadi. Donghae bergegas ke arah pigura itu dan menutup piguranya dengan keras.

“Kau bisa pergi, Jessica, sekarang. Dan bawa juga semua rencanamu yang mungkin melibatkan aku.” Donghae bisa merasakan kepalanya mulai memanas sekarang.

Tetapi kali ini Jessica tidak melakukan apa yang disuruh oleh pria itu. Wanita itu justru melangkah mendekat ke arahnya sambil memelintir beberapa helai rambutnya di jemarinya yang ramping. “Kenapa kau selalu curiga, Donghae?”

Donghae mengalihkan pandangannya sebisa mungkin agar tidak terperangkap oleh mata Jessica yang dalam dan tajam, “Itu pekerjaanku.” Tenggorokannya seolah tercekat dan udara menolak masuk dengan lancar ke paru-parunya.

Jessica mengulum senyum penuh arti, langkah demi langkah ia semakin mendekati Donghae. “Waktu terus berjalan. Aku rasa kunjunganku sudah saatnya diakhiri.”

Ketika tangannya terulur untuk menyentuh Donghae, detektif itu justru menangkapnya dan memutar lengan Jessica seolah ingin memitingnya. Insting detektif yang cepat, namun Jessica dengan gesit juga ikut menghalang pergerakan Donghae. Tanpa disadari, Jessica yang telah mengeluarkan pisau kecil entah dari mana (benda itu sedikit lagi mungkin bisa saja menyentuh kulit leher Donghae) , sudah terkunci bersama lelaki di depannya. Mereka berdua sama-sama tidak bergerak, saling menghalang gerakan satu sama lain. Dan jarak di antara mereka kini telah menghilang, membuat tubuh mereka berdekatan. Terlalu dekat.

Pandangan mereka berdua kini beradu, tenggelam dalam keheningan. Seulas senyum muncul di wajah Donghae. “Itulah Jessica Jung yang aku kenal.” Merujuk pada pisau kecil yang kini teracung ke arahnya. Tetapi Donghae tahu itu hanya gerakan defensive dari Jessica yang mungkin sedikit terkejut oleh sergapannya.

Jessica terpaku untuk sesaat, namun menjadi seorang Jessica Jung berarti kau tidak boleh kehabisan akal. Wajah Jessica mendekat perlahan demi perlahan, dan sebelum Donghae menyadari apa yang terjadi bibir mereka sudah saling bertemu. Donghae membeku dan ia seolah seperti lumpuh, tetapi belum sempat ia bereaksi Jessica sudah melepaskan ciuman mereka. Lelaki itu terpana.

“Kau akan merindukanku, Donghae.” Lagi-lagi sebuah tarikan di bibirnya membuat senyuman satu sisi itu muncul lagi di wajah Jessica. Perempuan itu melepaskan diri dari Donghae dan berjalan menjauh tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Kelebat rambutnya yang berkilau menghilang di balik pintu tepat saat Donghae telah mengumpulkan seluruh kesadarannya.

Detektif itu menatap kosong ke arah terakhir kali Jessica terlihat, “Sayangnya… iya.” Bisik Donghae kepada udara yang menggantung di ruangannya.

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
leenaeun
#1
Chapter 4: Gila, keren banget author-nim, aq bener2 speechless, serius sampe ga tw mesti ngomong apa selain INI GOKIL BANGETTTTT!!! #twothumbsupforauthornim ^^
yvnhyeong
#2
Chapter 4: MAMPUS AKU ARA MAMPUS PINGIN NANGIS TAPI GA TAU HARUS NANGIS BAHAGIA ATAU NANGIS TERHARU KARENA NAEUN SPECIALS. Girl, you inspire me sooooo much. I love you. Thank you, and thank you, and more thank you. Tbh i really liked hunger game!au more bc the feels! And Jongin/Seulgi (and not to mention, even Seulgi/Mino too) i kno mino isn't even close to peeta but YASSS.
You amaze me.
Thank you again, baby!!!!

Ps. Imma going to read this over n over again
nouhaloubna
#3
Chapter 4: please make an english version of this story
yeoshin1002 #4
Chapter 4: huwaaaaa!!! bagus banget aku suka banget bagian kai naeu nya ya ampunnn pertama nya sempet bingung alur ceritanya. terus terakhirnya sedih banget.. sampe nyesek ini bacanya T.T /sobs/
unexpected!! biasanya aku langsung bosen kalo cerita fantasi gini tapi ini bener2 bikin suka banget.. aku mau ada kaieun lagi di next story hihi~
SoYeon_AI #5
Chapter 4: KAK AARRAAAAAAAAA
SUMPAH IH PAS LIAT ADA PEMBERITAHUAN UPDATE KAGET TAUNYA KA ARA T.T
HUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHU
TRUS TRUS NAEUNXMYUNGSOO YA AMPUN T.T
JADI PENGEN LIAT HYOUKA
TRUS HUNGER GAMES AU!
AAAAA AKU BELUM BACA BUKUNYA JADI KAYAK BANYAK SHOCK GITU " EMANG IYA? "
JADI ADA 'KARAKTER' NAEUN
TERUS YA AMPUN SEULGIXMINO YA AMPUN T.T
BLESS YOU KA ARA HUHUHUHU
EMANG MINO ITU SANGAT TIDAK PEETA SEKALI TAPI ITS OKAY THATS LOVE
YANG PENTING SEULGIXMINO JAYA!!!
HUHUHU THANK YOU KAK ARA I KEPT THINKING ABOUT YOU TOO :*
rosedust
#6
Chapter 1: Hyouka dong kak ara ; u ;
audira12as
#7
Chapter 1: bikin hoya-eunji dong~ yang disney fairytales eheh
puppyyeol
#8
Chapter 3: keren!! sayang ini oneshoot kan?;; harusnya ada lanjutannya doh
SoYeon_AI #9
Chapter 3: .............
aku harus bilang apa????
INI PERFECT KAYAK BIASANYA T.T
U,U LUHAN YANG JADI MANUSIA SERIGALA TERUS TERIKAT KONTRAK SAMA CHORONG YANG SEORANG PENYIHIR
AAAAAAAA
INI KEREN BANGET
kalo lebih panjang kira" chorong minta apaya dari luhan?
eternalspring
#10
Chapter 3: WOW WOW WOW *standing applause*
akhirnya editannya kamu buat fanfics~~~
aaaaaarrrrggghhhh~ aku pengen cerita ini dibuat berseri kekekeke :D
suka suka suka~~~ *ga tau mau ngomong apa lagi* huhuhu