Cafe

Day by Day

 

Café – BIG BANG

Seunghyun merasa sangat gugup—bahkan lebih gugup dibandingkan saat ia meminta wanita di depannya untuk menjadi kekasihnya. Sebenarnya ia tidak menginginkan berada di tempat ini. Ia juga tidak ingin menyakiti hati orang itu. Tapi apa boleh buat. Ia harus menghentikan semua ini sebelum terlambat.

"Kenapa kau terlihat gelisah sekali?" Bom, wanita berambut merah yang duduk di hadapannya, memainkan sedotan di gelasnya sambil tersenyum kecil. Walaupun ia merasa heran dengan sikap Seunghyun, tapi mau tidak mau ia menganggap ekspresi gelisah pemuda itu sedikit lucu. "Kau kelihatan seperti anak kecil yang tidak mau nilai ulangannya yang jelek ketahuan ibunya," lanjutnya.

Seunghyun hanya tertawa getir. Ia melemparkan pandangannya ke seluruh penjuru café tempat ia berada sekarang. Dalam hati ia bersyukur café ini jauh dari kata ramai, sebab hanya orang-orang kelas atas yang bisa duduk di kursi pengunjung café ini.

"Bom, sebenarnya aku…" Seunghyun menggigit bibirnya. Bagaimana ia harus memulainya? Semua kata-kata yang telah ia persiapkan sebelumnya mendadak hilang ditelan bumi. Ia sama sekali lupa bagaimana ia harus mengatakan pada Bom bahwa hubungan mereka harus diakhiri sampai di sini.

"Kau apa?" Bom menaikkan alisnya, tertarik.

Seunghyun hanya berdehem kemudian menyesap kopi espresso-nya sambil mencoba mengingat-ingat kembali kalimat yang telah ia susun sebelum datang ke tempat ini.

"Tabi-oppa!"

Lengkingan suara seorang gadis di belakangnya membuat ia menghela napas berat. Ia tahu betul dari nada suaranya bahwa gadis itu pasti salah satu fansnya. Kenapa bisa ada salah satu fansnya di sini ketika ia ingin memutuskan hubungannya dengan Bom? Bagaimana kalau setelah ia mengucapkan kata 'kita harus putus', Bom menyiramnya dengan jus dan hal itu disaksikan oleh fansnya? Berita itu pasti akan menyebar dengan cepat. Seunghyun tahu betul kekuatan mengerikan dari seorang fans yang hobi bergosip dan selalu membawa ponsel berkamera kemana-mana. Setidaknya ia ingin akhir hubungannya dengan Bom berjalan tenang, tanpa adanya orang-orang yang mengomentari dan menjadikannya bahan gosip hangat.

"Sepertinya dia fansmu. Kenapa kau diam saja? Kau tidak mau punya reputasi sebagai idola yang sombong terhadap fans, kan?" Bom berbisik pelan padanya. Akhirnya dengan berat hati Seunghyun menoleh dan mendapati seorang gadis berambut pendek kecoklatan sedang tersenyum lebar padanya.

"Ternyata benar kau Tabi-oppa! Aku sudah menyisihkan uang jajanku agar bisa masuk ke café ini karena katanya café ini sering didatangi artis-artis terkenal. Beruntung sekali aku bisa masuk ke sini tepat saat Oppa ada di sini juga!" celotehnya dengan riang.

Seunghyun hanya tersenyum sedikit sambil berkata dalam hati, 'Cepat minta tanda tanganku dan pergi dari sini, kumohon…'

"Ah, ada Bom-unnie juga!" gadis yang Seunghyun tak tahu namanya itu menepukkan kedua tangannya dengan semangat. "Aku benar-benar beruntung! Kalian sedang kencan ya?"

"Begitulah," Bom menjawab sambil tersenyum manis. "Tapi tolong jangan sebarkan ini. YG-appa bisa membunuhku kalau tahu aku pacaran sebelum debutku genap 3 tahun," tambahnya sambil menempelkan jari telunjuknya di depan mulutnya.

"Tenang saja. Aku bukan fans yang suka menyebarkan gosip kok. Kalian memang serasi!"

Seunghyun merasa telinganya memanas. Bukan karena ia malu mendengar pujian kalau ia dan Bom serasi, tapi ia jadi teringat ketika beberapa fansnya mengatakan kalau ia sangat serasi dengan Jiyong. Seunghyun tidak bodoh, ia tahu kalau di luar sana terdapat banyak sekali fans yang menyukai fanservice yang ia lakukan dengan Jiyong ataupun member lainnya. Hanya saja mereka tidak tahu bahwa kedekatannya dengan Jiyong bukan sekedar fanservice, tapi memang asli tanpa rekayasa.

Seunghyun masih ingat dengan jelas, saat para fangirl itu mengatakan bahwa ia dan Jiyong serasi, Jiyong tertawa kecil dengan wajah memerah yang memiliki kadar manis tingkat tinggi sehingga tanpa sadar ia langsung mencium pipi Jiyong, membuat gadis-gadis itu berteriak kesenangan. Jiyong langsung menyikut rusuk Seunghyun yang kira-kira berarti 'Bodoh, bagaimana kalau mereka sadar?', dan Seunghyun membalas dengan mengangkat bahu yang kira-kira berarti 'Salah siapa wajahmu tadi sangat manis. Jangan khawatir, mereka hanya akan menganggap itu fanservice.'

Seunghyun dan Jiyong memang sudah sangat dekat sehingga bisa berkomunikasi walaupun tanpa ada kata-kata. Tapi ada kalanya Seunghyun tidak memahami jalan pikiran Jiyong, seperti ketika—

"Oppa, boleh aku meminta tanda tangan dan fotomu?"

Pertanyaan itu menarik Seunghyun kembali dari kilatan masa lalunya. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia melamun, tapi yang jelas Bom menatapnya dengan tatapan 'dari-mana-saja-kau?'

Seunghyun berdehem pelan, mengalihkan tatapannya dari Bom kemudian menoleh pada fans yang masih tersenyum itu, "Tentu. Siapa namamu?" tanya pemuda itu seraya mengambil kertas dan pulpen yang disodorkannya.

"Choi Hawon," jawabnya. Seunghyun menuliskan nama gadis itu kemudian membubuhkan tanda tangannya. Beberapa saat kemudian Bom mengambil fotonya bersama Hawon dan setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, gadis itupun berterima kasih kemudian pergi sambil bersenandung kecil dan menciumi kertas yang dibubuhi tanda tangan Seunghyun—lebih tepatnya T.O.P.

"Dia kelihatan senang sekali bisa bertemu dan mendapatkan tanda tanganmu," ujar Bom.

"Iya," jawab Seunghyun sekenanya.

"Ngomong-ngomong kau mau bilang apa tadi?" Wanita itu kembali bertanya.

"Bom… aku tahu ini mendadak, tapi bisakah kita mengakhiri hubungan kita sampai di sini?"

Di luar perkiraannya, Seunghyun akhirnya bisa mengucapkan kalimat itu dengan tenang, bahkan ekspresinya bisa dibilang datar. Bom membulatkan kedua matanya. Kedua bibirnya sedikit membuka seolah ia mau mengatakan sesuatu, tapi sesaat kemudian bibir itu terkatup lagi.

"Aku minta maaf, Bom…" ucap Seunghyun dengan tulus. Ia benar-benar menyesal harus mempermainkan perasaan Bom. Walau Seunghyun tidak mencintainya dalam konteks perasaan seorang laki-laki pada wanita, tapi ia benar-benar menyukai Bom dan menganggapnya wanita yang baik. Mungkin jika hatinya tidak direbut duluan oleh Jiyong, ia bisa benar-benar mencintai Bom. Tapi sayangnya ia tidak bisa. Bagaimanapun, Seunghyun adalah tipe orang yang sekali mencintai seseorang maka ia akan terus mencintai orang itu walau perasaannya tidak dibalas. Dan Seunghyun tahu—lebih tepatnya yakinbahwa Jiyong memiliki perasaan yang sama.

Dia sudah memutuskan untuk berjuang agar perasaan mereka bisa diterima dan diakui oleh yang lainnya—terutama Yang Hyunsuk—walaupun hal itu sama mustahilnya seperti mencoba merubuhkan sebuah tembok yang kokoh dengan sebiji batu kerikil.

Setidaknya, ia masih memiliki Jiyong sebagai sumber semangat terbesarnya, walau pemuda itu kini masih menjauhinya…

CN Blue - Intuition

Jiyong menatap piring di hadapannya dengan tatapan kosong. Nasi goreng yang menjadi menu sarapan sekaligus makan siangnya itu sama sekali tak tersentuh. Perutnya yang mendendangkan bunyi kelaparan tak ia pedulikan. Bahkan tatapan khawatir Daesung dan Seungri pun seolah luput dari penglihatannya.

"Hyung, kau ini kenapa? Tidak biasanya kau begini. Kau sadar apa yang ada di piringmu itu? Nasi goreng spesial buatan Kang Daesung! Kang Daesung!" seru sang maknae sambil menunjuk-nunjuk pemuda bermata sipit yang berdiri di sampingnya. "Sepiring nasi goreng buatan Kang Daesung itu kan jauh lebih berharga daripada koleksi sepatu mahalmu!" lanjutnya dengan amat hiperbolis. "Kalau kau tidak memakannya juga, dengan senang hati aku yang akan—"

Belum sempat Seungri menyelesaikan ucapannya, Daesung sudah menginjak kaki Seungri. Cukup keras untuk ukuran orang yang biasanya lembut seperti dia.

"Jiyong-hyung, apa kau baik-baik saja? Kau sakit?" tanyanya.

"Hyung, jangan-jangan kau begini karena hangover-ku pindah ke tubuhmu? Tadi malam kan aku minum lumayan banyak," potong Seungri. Kali ini dia mendapat sebuah jitakan manis dari Daesung. "Hyung, bisakah kau berhenti menyakiti tubuhku? Begini-begini aku masih pusing gara-gara hangover, tahu!"

"… Aku baik-baik saja."

Ucapan Jiyong itu sukses menghentikan perdebatan yang sepertinya hampir akan terjadi antara kedua maknae Big Bang. Keduanya segera menolehkan kepalanya pada Jiyong dan menghela napas lega ketika tangan pemuda itu meraih sendok di piringnya dan pelan-pelan menyuapkan nasi goreng yang sudah setengah dingin itu ke dalam mulutnya.

"Syukurlah kau bicara juga. Kupikir Hyung kerasukan atau apa. Sejak pagi tadi sikap Hyung aneh sekali," celoteh Seungri.

"Ngomong-ngomong apa kau tahu kemana Seunghyun-hyung pergi?" Jiyong bertanya sekasual mungkin setelah menelan makanannya.

"Begitu bangun dia langsung siap-siap untuk pergi. Sepertinya Hyung mau menemui Bom-noona," jawab Daesung.

Tidak satupun dari Daesung dan Seungri yang menyadari perubahan mimik leader-nya yang menegang mendengar nama Bom, sebab ekspresi itu hanya muncul selama sepersekian detik.

'Jadi dia benar-benar serius mau memutuskan Bom…' batin Jiyong. 'Setelah ini apa? Dia akan kembali ke dorm dengan membawa cincin berlian dan melamarku di depan Seungri, Youngbae dan Daesung?' Jiyong mendengus atas pikirannya sendiri.

"Youngbae mana?" Jiyong bertanya lagi sambil meneruskan makannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa perutnya yang lapar meneriakkan euforia bahagia ketika diisi oleh masakan lezat buatan Daesung.

"Youngbae-hyung sedang mengunjungi keluarganya," jawab Seungri.

Jiyong hanya mengangguk. Pikirannya kembali sibuk memutar ulang kejadian tadi malam. Ingatan tentang tawa, bisikan, dan terutama ciuman Seunghyun berhasil membuat pipinya memanas dalam sekejap.

"Kenapa pipimu memerah?" kata Seungri.

"Ah… kurasa makanan ini terlalu pedas…"

Alasan yang sangat konyol.

Seingat Daesung ia hanya memasukkan sedikiiit sekali bubuk cabai ketika memasak tadi.

"Uh… Bisakah kau belikan aku bir dingin? Kita kehabisan bir di kulkas," Jiyong terpaksa 'mengusir' Daesung secara halus karena ia tidak tahan dengan tatapan curiga pemuda itu.

Walaupun merasa curiga, toh Daesung tetap merupakan dongsaeng yang baik yang selalu percaya dan menuruti perintah hyung-nya. Mungkin ingatannya yang salah. Mungkin tanpa sengaja, tadi ia memasukkan BANYAK sekali bubuk cabai hingga wajah hyung-nya semerah itu?

Tanpa ba-bi-bu lagi, Daesung pun beranjak untuk membelikan Jiyong bir dingin yang sebenarnya tidak begitu ia sukai.

Tinggal Jiyong dan Seungri yang duduk berdua di depan meja makan sementara Daesung pergi. Keheningan menyelimuti sejenak sebelum Seungri memecahkannya dengan sebuah pertanyaan yang hampir membuat Jiyong tersedak.

"Hyung, kau benar-benar berciuman dengan Seunghyun-hyung kan tadi malam?"

Seungri harus bersyukur makanan yang berada di mulut Jiyong tidak menyembur ke wajahnya, karena dengan susah payah Jiyong berhasil menelannya.

"Pertanyaan macam apa itu, maknae?" geram Jiyong. Nadanya terdengar berbahaya walau di sudut hatinya ia merasa khawatir jika tadi malam Seungri hanya pura-pura tidur dan ia mendengar percakapannya dengan Seunghyun. Itu benar-benar gawat.

Seungri membalas geraman Jiyong dengan senyuman super manis yang bisa membuat gigi Jiyong ngilu mendadak.

"Ternyata kau benar-benar memiliki hubungan khusus dengan Seunghyun-hyung," ujar Seungri. Nada suaranya bisa dibilang mendekati ceria, dan Jiyong bingung apakah dia harus heran atau senang atas reaksi Seungri yang jauh di luar perkiraannya.

'Tidakkah dia merasa jijik atau marah atau sedih? Apa saja kecuali senang?' pikir Jiyong, bingung setengah mati. Nasi goreng Daesung kini sudah terlupakan.

"Sebenarnya aku merasa sedikit menyesal karena sudah bangun di saat yang salah, hyung. Mian ya," lanjut Seungri. Senyumnya sedikit memudar, sepertinya dia benar-benar menyesal.

"Kenapa kau meminta maaf?" Jiyong menjadi semakin bingung atas sikap Seungri.

"Yah, habis siapa yang tidak akan kesal kalau acara ciumannya dengan orang yang ia cintai diinterupsi oleh orang lain? Aku tahu aku bersalah. Mianhae."

"Bukan itu masalahnya, Seungri. Di saat seperti ini, kau masih sempat-sempatnya membahas hal itu?" ujar Jiyong dengan wajah merah, campuran jengkel dan malu.

"Lalu aku harus membahas apa, hyung?" tanya Seungri polos.

"Apa saja yang kau tahu tentang aku dan Seunghyun? Sejauh mana kau tahu tentang kami?" Jiyong bertanya sambil menyipitkan matanya. Ia mencondongkan badannya ke arah Seungri, mencoba mengintimidasi pemuda itu.

Senyum Seungri mengembang lebar. Bahkan daripada sebuah senyum, lebih tepat kalau itu disebut seringaian.

"Sebelum aku memergoki kalian berciuman tadi malam pun, aku sudah punya firasat kalau ada sesuatu antara kau dan Seunghyun-hyung. Sekuat apapun kalian mencoba menutupinya, aku selalu sadar ada yang berbeda dengan sikap kalian terhadap satu sama lain. Asal kau tahu, aku punya intuisi yang kuat, hyung."

Intuisi? Entah siapa yang memberi Seungri intuisi itu, Jiyong ingin memarahinya karena dia telah memberikan intuisi yang kuat pada orang yang salah.

Seungri ditambah intuisi yang kuat ditambah hubungan rahasia Jiyong dengan Seunghyun ditambah mereka kedapatan berciuman oleh bocah itu sama dengan kekacauan.

"Lanjutkan," perintah Jiyong, walau pundaknya tiba-tiba serasa dibebani batu puluhan ton karena masalah baru yang harus dihadapinya ini.

"Yah, jujur saja awalnya aku terus menyangkal firasatku mengenai hubungan kalian, terlebih lagi setelah Seunghyun-hyung berpacaran dengan Bom-noona. Tapi setelah melihat sendiri buktinya tadi malam, aku jadi yakin kalau selama ini aku benar. Kau dan Seunghyun-hyung bukan sekedar teman. Kalian jauh melebihi teman. Dan aku tidak akan menentang itu. Asal kalian saling mencintai, aku akan mendukung kalian, sebab aku menyayangi kalian berdua." Kalimat itu diakhiri dengan senyuman tulus Seungri, membuat Jiyong kehilangan kata-kata untuk sejenak.

"Tapi… apa kau tidak sadar kalau hubungan kami bisa menghancurkan Big Bang dalam sekejap?" Akhirnya Jiyong berkata lirih sembari mengalihkan pandangannya dari Seungri. Ia tidak tahan melihat wajah maknae yang ia sayangi itu, sebab ia sadar selama ini ia telah membahayakan karir Seungri dengan tindakannya dan Seunghyun. Masih untung sampai saat ini mereka belum ketahuan oleh publik. Mungkin karena publik hanya menganggap kedeketan mereka sebagai fanservice.

"Apakah saat kau memulai hubunganmu dengan Seunghyun-hyung, kau pernah memikirkan tentang hal itu?" Seungri balik bertanya. Jiyong hanya menggigit bibir bawahnya, kebiasaan yang selalu ia lakukan jika ia gugup, malu, atau… merasa bersalah.

"Ya… aku bahkan perlu waktu beberapa minggu untuk memikirkan hal itu. Tapi pada akhirnya, aku tidak bisa menolak Seunghyun. Aku hanya tidak bisa… dia terlalu berharga untuk kulepaskan…" Jiyong menggigit bibir bawahnya lebih keras. Kedua matanya seperti disengat sesuatu yang panas, pertanda kalau ia hampir menangis. "Walau pada akhirnya aku memilih untuk melepaskannya..."

"Kau melakukannya demi aku, Daesung, dan Youngbae-hyung, kan?"

Seolah sudah bisa membaca pikiran Jiyong, Seungri mengucapkan kalimat itu dengan nada getir. Jiyong tidak menggeleng ataupun mengangguk. Dia tahu bahwa tanpa menjelaskan pun, Seungri sudah paham situasinya.

"Kau bodoh sekali, hyung."

Uacapan Seungri membuat Jiyong mendongakkan kepalanya. Ia tidak bisa membantah walaupun dia ingin mengatakan bahwa dia tidak bodoh. Orang bodoh tidak akan terpilih untuk menjadi leaderdari salah satu boyband paling terkenal di Korea kan? Tapi untuk beberapa hal yang menyangkut seorang pria bernama Choi Seunghyun, ia memang bisa berubah menjadi orang bodoh.

Pada akhirnya, Jiyong kembali menundukkan wajahnya. Biasanya ia yang memarahi Seungri, bukan sebaliknya. Sekarang ia tahu bagaimana perasaan Seungri ketika pemuda itu dimarahi olehnya. Dalam hati ia berjanji untuk bersikap lebih lembut pada dongsaeng-nya itu.

"Hyung, aku berkata kau bodoh bukan karena kau membahayakan Big Bang dengan hubungan rahasiamu dan Seunghyun-hyung, tapi karena kau mengakhiri hubungan kalian hanya demi melindungiku, Daesung dan Youngbae-hyung. Big Bang memang penting, tapi kebahagiaanmu lebih penting. Jangan sekalipun melepaskan orang yang bisa membuatmu bahagia karena itu perbuatan yang sangat bodoh, hyung," ucap Seungri panjang lebar. Gaya bicaranya yang seperti itu sedikit mengingatkan Jiyong akan ibunya.

"Seungri-ah…" Jiyong tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ingin sekali dia memeluk maknae bermata pandanya itu erat-erat. Ia tidak menyangka Seungri yang selama ini sering menjadi 'korban' saat mood-nya sedang buruk ternyata begitu menyayanginya.

"Kau pasti terkesan kan dengan kata-kata bijakku tadi?"

Cengiran congkak Seungri meruntuhkan keinginan Jiyong untuk memeluknya. Ia malah menjitak kepala pemuda itu dengan kekuatan penuh, membuat Seungri mengaduh kesakitan.

"Aduuuuh… hyung! Kenapa aku terus yang dianiaya sih?" keluhnya sambil mengusap-usap kepalanya yang benjol.

"Karena kau menyebalkan," cibir hyung-nya dengan wajah tanpa rasa bersalah.

Setelah mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil, akhirnya Seungri bertanya lagi.

"Setelah ini bagaimana, hyung? Kau mau tetap bersikeras menjauhi Seunghyun-hyung atau kembali padanya? Soal Hyunsuk-sajangnim, aku bisa membantumu bicara padanya kok. Dia sangat menyayangimu seperti anaknya sendiri, jadi pasti dia akan mengerti." Seungri menatap hyung-nya dengan seksama. "Bahkan kadang aku iri karena kau diperlakukan seperti anak emas YG, hyung."

Jiyong tersenyum pahit. "Justru karena aku 'anak emas YG', aku harus bersikap seperti yang dia inginkan… dan jelas affairantara aku dan Seunghyun bukan termasuk hal yang dia inginkan. Dia tidak akan bersikap selembut itu padaku. Kau ikut campur pun tidak akan membuat keadaan berubah…" ujar Jiyong putus asa.

"Tapi aku punya firasat kalau kau dan Seunghyun-hyung akan mempunyai happyending, hyung. Kau harus percaya padaku. Firasatku itu kan sering menjadi kenyataan!" seru Seungri mencoba menyemangati Jiyong.

Kadar kepahitan dalam senyuman Jiyong sedikit berkurang melihat ekspresi yakin dongsaeng-nya.

'Firasat ya? Yah, semoga firasat Seungri tentang aku dan Seunghyun memang akan menjadi kenyataan,' batin Jiyong. Entah bagaimana, perasaannya menjadi sedikit lebih ringan dibanding sebelumnya.

Setidaknya, firasat Seungri yang sering menjadi kenyataan itu memang fakta.

 

~to be continued~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Jihyun1804 #1
Chapter 3: Authornim *wink..aku jatuh cinta dengan tulisanmu...bisakah kau tdk berhenti menulis dan berbagi kisah gtop pada kami para gtopshipper yang haus akan moment mereka...?????ini benar2 menyiksa...

#salamkenal???
ybaby95
#2
Chapter 3: Akakakakaka kasian youngbae ku matanya ternodai xD
Good story, authornim b'-'d
kutunakal
#3
Hi! #waves
#keluar lagi, cuma nyapa doang, lol
yuka_fx #4
Chapter 1: aduh yang lagunya ryeowook itu hahahahahahha!!!!!