Stupid Liar

Day by Day

Ini adalah songfic. Silakan dengarkan lagu yang tertera di judul setiap drabble untuk mendapatkan feel-nya :)

Enjoy!

 

Big Bang – Stupid Liar

Kedua jarum jam sudah menunjuk pada angka dua belas saat Jiyong dan Seungri pulang dari club tempat mereka tadi bersenang-senang. Atau mungkin tidak tepat jika dikatakan mereka, sebab hanya Seungri yang bersenang-senang dan tertawa dengan sepenuh hati malam itu. Seluruh tawa dan senyuman yang ditampilkan Jiyong hanya sebentuk kebohongan yang sama sekali tidak dilakukan karena ia senang, tapi hanya merupakan sebuah cara agar dongsaeng-nya tidak bisa melihat apa yang sesungguhnya tersimpan di dalam hatinya. Tidak seorang pun boleh tahu saat ini ia sedang frustasi karena seseorang bernama Choi Seunghyun. Tidak Seungri, tidak orang lain, apalagi orang yang menjadi penyebab rasa frustasinya.

Karena itu, saat ia membuka pintu dorm dan mendapati Seunghyun tengah duduk di sofa dengan seorang wanita duduk di pangkuannya—kepala wanita itu menyender dengan nyaman di bahu Seunghyun, Jiyong menarik sudut-sudut bibirnya menjadi sebuah senyuman, mengabaikan sengatan rasa cemburu yang memenuhi hatinya saat itu juga.

"Kami pulang, Hyung," ujar Jiyong. Ia kemudian menolehkan kepalanya pada wanita yang terlihat tersipu dan segera bangkit dari pangkuan Seunghyun. "Tidak usah salah tingkah begitu, Bom-noona. Kembalilah duduk di pangkuan Seunghyun-hyung. Aku yakin duduk di situ lebih nyaman daripada duduk di sofa."

Bom tertawa kecil. Tetapi wanita bertubuh tinggi itu tidak menuruti perkataan Jiyong. Ia hanya duduk di sofa di sebelah Seunghyun, tidak kembali duduk di pangkuannya.

"Bagaimana kau bisa tahu kalau duduk di pangkuan Seunghyun itu nyaman?" tanya Bom.

Karena aku sudah pernah duduk di sana. Lebih sering dari yang kau kira dan tentu saja lebih sering darimu.

"Aku hanya menebak."

Seunghyun yang sedari tadi diam dan menundukkan wajahnya segera melayangkan tatapan tajamnya pada Jiyong.

Jiyong mengabaikan tatapan itu.

Ia berbalik untuk meraih tangan Seungri yang sepertinya ketiduran selagi berdiri di luar pintu dan menunggu Jiyong selesai dengan obrolan kecilnya bersama wanita yang merupakan pacar dari mantan pacarnya. Pemuda bermata panda itu menggeram pelan saat Jiyong melingkarkan tangannya di bahunya, kemudian melingkarkan tangannya sendiri di pinggang Seungri sambil menarik maknae itu masuk ke dorm.

"Seharusnya tadi aku tidak membiarkanmu minum sebanyak itu," gerutu Jiyong, lebih pada dirinya sendiri. Dengan susah payah ia menarik tubuh Seungri yang lebih berat daripada kelihatannya. Kaki Seungri menolak untuk melangkah, jadi Jiyong harus menyeretnya sampai ke kamarnya.

"Kau mau menginap, Bom-noona?" tanya Jiyong ketika ia berjalan melewati pasangan itu.

"Hanya jika Hyunnie dan kau mengijinkan," jawab Bom sambil mengangkat bahunya.

'Jadi sekarang kau juga sudah memanggilnya dengan nama panggilan dariku, huh?'

"Tentu saja aku menginjinkanmu menginap. Kenapa tidak?" Jiyong tersenyum selebar yang ia bisa, sekali lagi mengabaikan tatapan tajam Seunghyun yang terarah padanya.

Pembohong.

Jiyong bisa menangkap maksud dari tatapan Seunghyun. Ya, dia memang pembohong. Pembohong yang bodoh. Bodoh karena ia tahu ia bisa membohongi semua orang kecuali Seunghyun, tapi ia masih saja berusaha membohongi pemuda itu. Tapi Jiyong tidak peduli.

Ia mencobauntuk tidak peduli.

"Aku akan tidur sambil memasang headphone. Lakukan semua yang kalian mau. Aku tidak akan menguping," ujar Jiyong sambil mengedipkan sebelah matanya pada Bom. Wanita berwajah layaknya Barbie itu tidak bisa menahan pipinya untuk tidak memerah mendengar ucapan Jiyong.

"Pergi dari hadapan kami," Seunghyun mengucapkan kalimat pertamanya sejak Jiyong dan Seungri memasuki ruangan itu, dan Jiyong tidak bisa lagi mengabaikan rasa sakit di hatinya.

Seunghyun mengusirnya.

Hal itu sudah cukup untuk membuat Jiyong bergegas melanjutkan aktivitasnya tadi—menyeret Seungri menuju kamar mereka. Ia tidak mau wajahnya yang terlihat hampir menangis dilihat oleh Seunghyun. Segera setelah ia berada di kamarnya dan Seungri, ia langsung menutup pintu itu dan menguncinya rapat-rapat.

'Sudah cukup. Aku tidak mau lagi mendengar kebohonganmu, Jiyong. Aku tahu apa yang sebenarnya kau rasakan saat kau mengucapkan semua kalimat tadi. Aku tahu hatimu mengatakan hal yang sebaliknya. Kau benar-benar seorang pembohong. Pembohong yang sangat lihai, sekaligus bodoh.'

Seunghyun mengehela napas panjang. Ia melirik Bom yang menampakkan raut tidak suka bercampur heran karena pengusirannya pada Jiyong tadi.

"Kenapa kau mengusirnya seperti itu? Kalian sedang bertengkar?" tanya Bom.

"Ayo ke kamarku," ucap Seunghyun sambil bangkit dari sofa dan menarik tangan Bom, tidak ingin menjawab pertanyaannya. Karena jawaban apapun yang meluncur keluar dari mulutnya pasti berujung dengan kebohongan. Dan ia sudah lelah membohongi wanita itu. Dia merasa bersalah sudah memanfaatkannya.

Kenapa ia dan Jiyong berakhir seperti ini? Kenapa mereka berdua sama-sama menjadi pembohong yang melukai satu sama lain dengan kebohongannya masing-masing?

Is it because they're so stupid in love?

Super Junior (Ryeowook) – Insomnia and Hello Hello (FT Island)

Jiyong sama sekali tidak heran ketika ia merasakan matanya tidak bisa diajak berkompromi untuk tidur. Ia hanya tidak tahu—atau lupa—bagaimana caranya untuk tertidur ketika orang yang masih sangat ia cintai tidur sekamar bersama seorang wanita secantik Bom.

Ia sudah mencoba untuk tidur dengan berbagai posisi. Menyamping, terlentang, menelungkup… tapi tidak satupun dari posisi itu yang membuatnya nyaman. Pikirannya sama sekali tidak bisa tenang. Ia melirik dongsaeng-nya yang sudah tertidur pulas sejak tadi. Wajah maknae itu terlihat sangat damai, seolah ia tidak memiliki masalah apapun di dunia ini, dan hal itu benar-benar membuat Jiyong iri.

"Apa yang sedang mereka lakukan?" kata Jiyong dengan suara pelan. "Apakah mereka sedang…"

Jiyong tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Lidahnya terasa kelu, tenggorokannya terasa tercekik hanya dengan bayangan tentang Seunghyun dan Bom yang sedang menyatukan cinta dan gairah mereka tepat di kamar sebelah. Air mata mulai terbentuk di pelupuk mata pemuda itu, dan jatuh ke pipinya sedetik kemudian.

"Jangan memikirkan itu…. jangan pernah memikirkan itu. Kwon Jiyong, kau lebih kuat dari ini. Jangan menangis…"

Ia terus menangis.

Ia tidak bisa menahannya. Sekuat apapun ia mencoba, butiran-butiran bening itu terus keluar dari pelupuk matanya. Air mata yang mengaliri pipinya terasa panas dan asin saat melewati sudut mulutnya. Ia sangat ingin keluar dari kamar ini dan berlari ke suatu tempat yang sepi… dan jauh dari Seunghyun serta Bom, tapi fisiknya sudah terlalu lelah. Dan melakukan itu pun tidak akan terlalu berguna. Di mana pun ia berada sekarang, pasti bayangan tentang Seunghyun dan Bom akan selalu menghantui pikirannya.

Jiyong terus menangis sampai ia mendengar suara pintu kamarnya diketuk.

Seluruh tubuhnya menegang. Siapa yang akan mengetuk pintu kamarnya pada jam seperti ini?

Ketukan pelan itu terus terdengar sampai akhirnya Jiyong bangkit dari tempat tidurnya, membersihkan wajahnya sejenak dari jejak air mata, kemudian membuka kunci kamar itu.

"Ji…" gumaman berat serta wajah Seunghyun yang menyambutnya begitu ia membuka pintu itu membuat Jiyong terkejut setengah mati.

"Apa yang kau lakukan di sini, Hyung?" tanya Jiyong setelah berhasil mengendalikan dirinya.

"Aku tidak bisa tidur."

"Karena Bom tidur di sampingmu? Tentu saja kau tidak bisa tidur. Lebih tepatnya kau akan melakukan sesuatu yang lebih menarik dengannya daripada sekedar tidur, kan?" dengus Jiyong. Nada sarkastis kental terasa dalam setiap kalimatnya.

"Bukan itu. Sama sekali bukan itu," Seunghyun menarik Jiyong ke dalam pelukannya, lalu meletakkan dagunya di bahu pemuda itu sebelum ia sempat menarik diri. "Aku tidak bisa tidur karena memikirkanmu."

Hening. Hanya detik jarum jam yang mengisi keheningan itu dengan suara 'tik-tik-tik'nya yang membosankan.

"Hyung—"

"Panggil aku Seunghyun. Panggil aku Hyunnie seperti dulu kau memanggilku. Aku muak mendengarmu memanggilku 'Hyung'…"

Jiyong bisa merasakan pelukan Seunghyun pada tubuhnya semakin erat, seolah ia tidak mau melepaskannya. Dan ia tidak bisa menahan tangannya yang mulai bergerak untuk balas memeluk hyung-nya. Rasanya seperti tangannya mempunyai keinginan sendiri yang bertentangan dengan kata hatinya.

"Aku tidak bisa," bisik Jiyong parau. "Aku benar-benar tidak bisa. Maaf…"

"Kau bisa tapi kau tidak mau melakukannya," tukas Seunghyun.

"Kau salah, Hyung. Aku mau tapi aku tidak bisa."

Pandangan Jiyong mengabur karena air mata yang kembali menggenang di sana.

"Kuharap kita hanya orang biasa. Tapi kita adalah anggota dari Big Bang, Hyung. Apapun yang kita lakukan akan memengaruhi ketiga anggota yang lain. Aku tidak keberatan kalau karirku hancur dan aku berhenti menjadi 'G-Dragon', tapi bagaimana dengan Seungri, Daesung, dan Youngbae? Mereka membutuhkan seorang leader. Big Bang butuh kita berdua. Kita tidak bisa meninggalkan mereka hanya demi keegoisan kita untuk terus bersama."

Seunghyun melonggarkan pelukannya hanya untuk menatap lurus ke dalam bola mata Jiyong. Ia bisa melihat beberapa tetes air mata mulai jatuh ke pipi pemuda itu. Kemudian ia mengusap air mata Jiyong dengan ibu jarinya sambil tersenyum pahit.

"Kadang aku menyesal karena kau adalah seorang leader sejati yang selalu memerhatikan anggotanya."

Jiyong tersenyum kecil mendengar hal itu.

"Aku juga sering menyesal kenapa aku harus mempunyai hyung yang bingu sekaligus mempesona sepertimu, Hyung…" ujarnya dengan nada bercanda.

"Jadi aku mempesona, eh?" goda Seunghyun. Seringaian kecil terbentuk di wajahnya.

"Mempesona tapi bingu," elak Jiyong sambil memukul bahu Seunghyun.

Mereka berdua tertawa pelan, dan betapa Jiyong merindukan saat-saat seperti ini. Betapa ia merindukan suara tawa Seunghyun. Betapa ia merindukan lesung pipi yang akan muncul di wajah Seunghyun saat ia tertawa. Dan betapa ia merindukan bibir yang melengkungkan senyuman itu untuk kembali menempel di bibirnya dan membawanya dalam sebuah ciuman yang akan membuat ia melupakan segala perasaan pedihnya hingga hanya ada kebahagiaan yang memenuhi ruang di hatinya.

Sepertinya Seunghyun memikirkan hal yang sama karena beberapa saat kemudian, Jiyong merasakan bibir yang lembut itu menekan bibirnya.

Tertarik oleh perasaan rindu yang hampir meledakkan hatinya, Jiyong membalas ciuman itu dan ia melingkarkan lengannya di leher Seunghyun. Dan saat lidah Seunghyun meminta jalan di antara bibir Jiyong yang terkatup, saat itu juga Seungri memilih untuk bangun dari tidurnya, menyebabkan kedua pemuda itu terlonjak kaget dan langsung menjauh satu sama lain.

"Hyung… kalian sedang apa? Apa kalian tadi… berciuman?" tanya Seungri. Suaranya berat dan tempo bicaranya lambat, tanda bahwa ia masih mengantuk berat.

"Kau—kau pasti masih mabuk. Kami hanya mengobrol," jawab Jiyong gugup. Ia berdoa sepenuh hati semoga alkohol yang diminum Seungri di klub tadi masih bekerja.

Maknae Big Bang itu mengucek-ucek matanya untuk melihat kedua hyung-nya dengan lebih jelas.

"Tapi aku yakin kalian tadi berciuman," ujarnya keras kepala.

"Kalau kubilang kami hanya mengobrol, berarti kami memang hanya mengobrol, Seungri," gerutu Jiyong jengkel. "Kau hanya masih mabuk, makanya kau berhalusinasi. Kembali tidur sana."

"Hmmm…" Seungri mengangguk walau ia tidak yakin bahwa ia tadi berhalusinasi. "Ngomong-ngomong apa yang kau lakukan di sini jam segini, Seunghyun-hyung?"

Seunghyun yang sejak tadi hanya terdiam sambil menatap lantai sedikit terkesiap ketika Seungri bertanya padanya.

"Aku… mau meminjam bantal. Bantal di kamarku entah kenapa keras sekali."

Jiyong melayangkan tatapan 'apa-kau-tidak-bisa-mencari-alasan-lain-yang-lebih-masuk-akal?' padanya, tapi Seunghyun hanya mengangkat bahu.

"Oh… baiklah, selamat tidur, Hyung."

Seungri, yang kinerja otaknya memang sedikit lambat saat ia mengantuk berat, percaya saja pada alasan itu dan kembali memejamkan mata sambil memeluk bantal guling pandanya. Beberapa detik kemudian ia sudah mendengkur.

"Dia mudah sekali dibohongi," gumam Jiyong sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Kalau dia tidak mudah dibohongi, kita yang repot, kan?"

Jiyong menoleh untuk melihat wajah hyung-nya, dan terkesiap saat Seunghyun memasang seringaian setannya.

"Ke-kenapa memasang seringaian seperti itu?"

"Aku hanya berpikir apa yang akan terjadi kalau tadi Seungri tidak terbangun."

Rona merah tipis segera merayap di wajah Jiyong. Ia menundukkan wajahnya sambil berdehem untuk sedikit menghilangkan rasa malunya. Bagaimanapun, jelas tadi dia menerima ciuman Seunghyun, padahal ia telah menolak untuk kembali pada pemuda itu.

"Besok aku akan memutuskan Bom," ujar Seunghyun tiba-tiba.

"Apa?" Jiyong tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya mendengar pernyataan Seunghyun.

"Aku tidak bisa terus membohonginya. Aku tidak bisa bersama dengannya saat pikiranku hanya tertuju padamu. Itu sangat tidak adil."

Jiyong terdiam. Ia tidak bisa mengabaikan perasaan lega dalam hatinya ketika mengetahui Seunghyun tidak akan lagi berpacaran dengan Bom, dan ia merasa bersalah sudah merasa lega. Ia merasa Bom dipermainkan dan ia ikut memiliki andil dalam hal ini, sebab dia sendiri yang menyarankan Seunghyun untuk berpacaran dengan Bom.

"Jangan salahkan dirimu. Akulah yang memutuskan untuk mengikuti saranmu. Ini semua salahku. Seharusnya aku tidak mengikuti dorongan emosiku," ujar Seunghyun.

Pemuda berambut putih itu menangkup wajah Jiyong dengan kedua tangannya dan menatap lurus dengan kedua matanya yang tajam.

"Saat semua ini selesai, bisakah kita mulai dari awal lagi?"

Pertanyaan itu hanya disambut dengan keheningan sebab Jiyong tidak tahu harus menjawab apa. Di satu sisi, ia sangat ingin kembali pada Seunghyun. Tapi di sisi lain, kata-kata Yang Hyunsuk tentang masa depan Big Bang terus menghantui pikirannya.

"Aku akan terus menunggu sampai kau menjawab 'ya', Ji."

Seunghyun mendekatkan wajahnya hingga bibirnya tepat berada di depan telinga Jiyong. Bulu di kulit Jiyong meremang saat napas hangat hyung-nya berhembus dengan lembut di telinganya.

"Sampai saat itu tiba, jangan pernah lupakan kata-kataku ini."

"Saranghae"

Dengan itu, Seunghyun berjalan pergi meninggalkan Jiyong yang hanya berdiri mematung. Jelas Seunghyun tidak berniat untuk kembali ke kamarnya karena di sana ada Bom. Mungkin ia berniat untuk menginap di kamar Daesung dan Youngbae.

"Sial," Jiyong menyumpah pelan.

Ia merasa sedang syuting drama. Bahkan semua kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini lebih dramatis dari drama manapun yang pernah ditonton Jiyong seumur hidupnya.

Dan ia sangat membenci drama.

Sekarang dia sendiri yang harus menjalani drama itu, dengan Seunghyun dan dirinya sebagai pemeran utama. Hal terburuk dari yang terburuk, semua ini adalah kenyataan. Tidak ada kamera, tidak ada skenario, tidak ada sutradara.

Dia sendiri yang menentukan akan seperti apa akhir semua ini.

 
~to be continued~
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Jihyun1804 #1
Chapter 3: Authornim *wink..aku jatuh cinta dengan tulisanmu...bisakah kau tdk berhenti menulis dan berbagi kisah gtop pada kami para gtopshipper yang haus akan moment mereka...?????ini benar2 menyiksa...

#salamkenal???
ybaby95
#2
Chapter 3: Akakakakaka kasian youngbae ku matanya ternodai xD
Good story, authornim b'-'d
kutunakal
#3
Hi! #waves
#keluar lagi, cuma nyapa doang, lol
yuka_fx #4
Chapter 1: aduh yang lagunya ryeowook itu hahahahahahha!!!!!