Without Words

Day by Day

 

Automatic – Utada Hikaru

Jangan salahkan Bom jika setelah mendengar pernyataan 'putus' dan permintaan maaf dari Seunghyun, tangannya langsung bergerak otomatis untuk menampar keras pipi pemuda itu. Well, wanita mana yang tidak akan marah ketika kekasihnya meminta putus secara mendadak begini? Jika selama ini sosok Bom kelihatan anggun dan cantik seperti Barbie, tidak demikian dengan tangannya. Kekuatan tamparan Bom sampai mampu membuat gusi Seunghyun terasa perih.

"Bommie…" bisik Seunghyun sembari mengusap pipinya yang memerah, "Kau boleh menamparku sesukamu, tapi jangan di sini. Kau tidak ingin diceramahi panjang lebar selama lima jam oleh Yang Hyunsuk-nim kan?" Seunghyun melirik dengan jengah orang-orang yang sedang menatap mereka. Bagi mereka, mungkin ini adalah pertunjukan kecil yang layak untuk ditonton dan dinikmati. Hitung-hitung drama gratis. Sayangnya Seunghyun tidak sudi menjadi tontonan orang-orang haus hiburan itu. Ia pun menggenggam lengan Bom kemudian menyeretnya keluar dari café itu, tidak memedulikan Bom yang meronta kecil dan menyuruhnya melepaskan tangannya.

Begitu mereka sampai di tempat parkir, Seunghyun segera mendorong Bom masuk ke dalam mobil, kemudian ia sendiri masuk ke dalam mobil itu.

Suasana hening yang tidak mengenakkan menyelimuti keadaan di dalam mobil, sampai akhirnya Seunghyun mendengar isakan kecil Bom.

"Kenapa, Seunghyunnie…?" Beberapa tetes air mata mengalir dari pelupuk mata Bom, menodai pipi putihnya dengan jejak air mata. "Kenapa tiba-tiba…?"

"Aku—"

"Apakah selama ini kau membohongiku?" potong Bom. "Apakah selama ini kau tidak pernah menyukaiku?"

Seunghyun terdiam, rasa bersalah memenuhi dadanya, membuatnya merasa sesak. Ia tidak tega berkata jujur, tapi ia sudah lelah membohongi dirinya sendiri maupun Bom. Apa gunanya mempertahankan hubungan seperti ini? Hubungan seperti ini… semakin cepat diakhiri, semakin baik. Sebut saja dia jahat, tapi dia akan lebih jahat lagi jika terus memanfaatkan perasaan Bom untuk membuat Jiyong kembali padanya. Ya, Jiyong… hanya memikirkan nama Jiyong saja sudah membuat hati Seunghyun bergetar. Hatinya memang tidak mungkin untuk dibohongi. Hanya Jiyong yang bisa membuatnya merasa bahagia sekaligus menderita sedalam ini.

"Bom-noona, aku… sebenarnya menyukai orang lain," Seunghyun memulai ceritanya. Kening Bom berkerut semakin dalam dan kekecewaan terlihat jelas dari sorot matanya. "Tapi orang yang kusukai itu adalah orang yang seharusnya tidak boleh kusukai. Terlalu banyak resiko jika kami terus bersama. Karena itu dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, dan bahkan menyuruhku berpacaran denganmu agar aku bisa lebih cepat melupakannya. Tapi sekuat apapun aku mencoba, aku tetap tidak bisa melupakannya. Kadang aku membayangkan orang itu saat aku berada di sampingmu, dan itu membuatku merasa seperti pria paling brengsek yang pernah ada. Kau lebih pantas bersama orang lain, Noona."

Air mata akhirnya berhenti mengalir dari mata wanita berambut merah itu. Sekarang ia paham posisinya. Ia hanya seseorang yang Seunghyun gunakan untuk melupakan orang yang sebenarnya ia cintai. Bom menggigit bibirnya untuk menahan air mata yang kini mengancam untuk mengalir lagi. Kenapa ia harus berada di posisi seperti ini? Apa kesalahan yang sudah ia lakukan hingga Tuhan menghukumnya seperti ini? Apakah karena ia begitu terobsesi untuk memakan buah manis berbiji kuning bernama jagung? Sepertinya tidak. Sama sekali tidak. Lalu apa?

"Jangan menangis, Bom-noona…" ujar Seunghyun dengan suara pelan. Ia sendiri tidak yakin apakah ia pantas mengatakan hal itu. Ia yang sudah membuat Bom menangis dan ia juga yang menyuruhnya jangan menangis?

"Seunghyun, pergilah."

Jawaban yang diberikan oleh Bom membuat Seunghyun mengangkat satu alisnya.

"Aku tidak ingin berada dekat denganmu lebih lama lagi. Sebaiknya kau pergi secepat mungkin. Mulai sekarang, anggap saja kita tidak pernah mempunyai hubungan apapun selain rekan di YG Family…"

Seunghyun sedikit terkejut mendengar pernyataan itu. Mungkin hal itu memang terdengar seperti solusi terbaik bagi mereka berdua; bersikap seolah mereka tidak pernah memiliki hubungan spesial, tetapi hal itu mengingatkannya ketika ia putus dengan Jiyong. Rasanya aneh sekali mendengar kata-kata seperti itu kembali diucapkan padanya oleh orang yang berbeda.

"PERGI!"

Teriakan Bom membuat Seunghyun terlonjak dari lamunan kecilnya, dan setelah mengucapkan, "Aku benar-benar minta maaf," sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam, Seunghyun pun keluar dari mobil milik Bom. Ia memang tidak pernah membawa mobil sendiri, sebab kemampuan menyetirnya sangat mengkhawatirkan. Ia hanya akan menumpang mobil teman-temannya atau mobil van milik agensinya.

Setelah beberapa saat, Seunghyun melihat mobil Bom beranjak menjauh sembari menghela napas. Ia mengusap pipinya yang masih sedikit sakit berkat tamparan Bom tadi.

"Aku pantas menerima hal ini. Aku memang pria yang brengsek…" gumam Seunghyun. "Tapi aku juga pantas mendapatkan kebahagiaanku, dan orang yang bisa membuatku bahagia hanya satu… Kwon Jiyong."

Park Shinhye – Without Words

Telinga Jiyong menegak saat mendengar pintu dorm Big Bang dibuka oleh seseorang. Sudah satu jam lebih sejak Seunghyun pergi. Mungkinkah dia sekarang sudah kembali?

Ternyata dugaan Jiyong tidak salah, karena begitu ia menoleh ke arah pintu masuk, sepasang mata hitam yang terlihat lelah menyambutnya. Kedua pemuda itu terdiam selama beberapa saat, tidak yakin apa yang harus mereka katakan.

Akhirnya Seunghyun lah yang memutuskan untuk mengakhiri keheningan itu.

"Aku dan Bom… sudah putus."

Sebaris kalimat itu saja mampu membuat detak jantung Jiyong berpacu kencang. Dengan tegang, ia menanti lanjutan kalimat Seunghyun. Namun pemuda itu hanya diam sambil berjalan dan duduk di sofa yang diduduki Jiyong.

"Dan aku akan terus menunggu sampai kau siap untuk kembali padaku. Sampai saat itu tiba, aku bisa menjamin bahwa aku tidak akan memiliki hubungan spesial dengan siapapun lagi."

Jiyong mengigiti bibirnya dengan gugup. Ia memainkan ujung kausnya dan tidak berani menatap wajah Seunghyun. Seunghyun hanya menghela napas, tapi tepat ketika ia hendak beranjak dari tempat itu, Jiyong bergumam pelan.

"Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin kusampaikan, Hyung…"

"Apa itu…?"

"Seungri… sudah tahu tentang kita."

Reaksi Seunghyun tidak lebih dari melebarkan matanya, kemudian wajahnya kembali seperti biasa.

"Jadi malam itu Seungri hanya pura-pura tidur…" ujarnya sambil mendengus.

"Ya. Dan kabar baiknya adalah, dia tidak keberatan mengenai hubungan kita," lanjut Jiyong. Ia masih belum berani menatap Seunghyun. Seumur hidupnya belum pernah dia merasa sepengecut ini. "Kabar buruknya, aku… tetap tidak ingin kembali padamu."

Kedua alis tebal Seunghyun bertemu di tengah dahinya mendengar pernyataan Jiyong. Walau rasanya ia sudah tidak bisa menghitung berapa kali Jiyong menolaknya, entah itu melalui kata-kata, perbuatan, atau bahkan hanya dengan sorot matanya, tapi tetap saja hati Seunghyun sakit mendengar hal itu kembali diucapkan oleh pemuda yang begitu dicintainya.

"Sudah kubilang, aku akan tetap menunggumu." Suara Seunghyun terdengar jauh lebih berat dari biasanya. "Lagipula kita sudah mendapat satu orang yang mendukung kita. Kenapa kau begitu merisaukan yang lain? Aku yakin, Youngbae dan Daesung pun—"

"Youngbae dan Daesung tidak akan pernah menyetujui hubungan seperti ini, Hyung!" potong Jiyong. "Kau lupa mereka sangat aktif dalam kegiatan gereja? Bagaimana bisa mereka menerima teman mereka yang ga—"

"Hentikan, aku tidak mau mendengarnya."

Jiyong berhenti bicara. Tanpa ia sadari, emosinya yang naik membuat napasnya tersengal-sengal. Ia merasa ditusuk tepat di jantung oleh tatapan tajam Seunghyun.

"Aku bukan gay, Jiyong," ujar Seunghyun dengan nada dingin.

"Lalu kenapa dulu kau mau berpacaran denganku? Kau bahkan terangsang hanya karena satu ciuman dariku! Apa itu artinya kau BUKAN gay, Hyung?" seru Jiyong penuh emosi. Sekarang ia yang merasa dipermainkan oleh Seunghyun.

"Tentu saja bukan! Karena laki-laki yang kusukai hanya KAU!" balas Seunghyun, suaranya tak kalah keras dengan Jiyong. Pemuda yang diteriakinya hanya terhenyak mendengar jawabannya. "Kau pikir aku pernah menggoda laki-laki lain? Kau pikir aku pernah bermimpi tentang laki-laki lain? Kau pikir aku tidak pernah mempunyai pacar perempuan sebelumnya? Kau salah besar, Jiyong."

"…"

"Kalau bukan denganmu, mungkin sekedar bergandengan tangan dengan laki-laki pun akan membuatku mual, apalagi melakukan hal-hal yang pernah kita lakukan dulu."

Pipi Jiyong memerah mendegar pengakuan Seunghyun. Tidak bisa dipungkiri bahwa kata-kata Seunghyun berhasil meluluhkan hatinya.

"Aku bukan gay,Kwon Jiyong. Aku hanya seseorang yang ingin terus bersama dengan orang yang dicintainya. Apakah itu salah?"

"Kurasa tidak."

Sebuah suara lain menginterupsi pembicaraan antara hyung tertua dan leader Big Bang itu. Mereka berdua tersentak ketika seorang pria berambut mohawk sudah berdiri di ambang pintu. Ekspresinya tidak bisa ditebak, tapi terlihat sedikit rasa kecewa menghiasi wajahnya.

"Youngbae-ah… sejak kapan kau berada di sana? Bukankah kau sedang mengunjungi keluargamu…?" tanya Jiyong dengan suara berbisik. Tidak… cukup Hyunsuk-nim dan Seungri saja yang tahu mengenai hal ini. Tidak orang lain, apalagi sahabat baiknya, Dong Youngbae. Ia sama sekali tidak mengharapkan bahwa dua orang temannya akan mengetahui hubungan rahasia antara dirinya dan Seunghyun dalam jangka waktu sedekat ini. Ini benar-benar seperti mimpi buruk yang membuatnya ingin cepat-cepat terbangun. Sayang sekali ini bukan mimpi.

"Aku bertengkar dengan ayahku," jawab Youngbae. Hubungannya dengan ayahnya memang tidak begitu baik, apalagi setelah ayahnya itu bercerai dengan ibunya dan menikah dengan wanita lain. "Kupikir dia sudah berubah setelah sekian lama aku tidak mengunjunginya, tapi ia masih sama seperti dulu, makanya aku kembali. Dan aku sama sekali tidak menyangka, akan mendapat kabar semengejutkan ini begitu aku kembali."

Jiyong dan Seunghyun saling berpandangan. Mereka benar-benar sudah memilih tempat yang salah untuk membicarakan hubungan mereka.

"Aku kecewa padamu, Jiyong-ah."

Jiyong menundukkan wajahnya. Reaksi seperti ini sudah ia duga sebelumnya dan Youngbae memang pantas merasa kecewa padanya.

"Bukankah waktu itu aku sudah bilang untuk menceritakan masalahmu padaku? Tapi kau justru terus menyembunyikannya. Kuharap aku mengetahui hal ini dari mulutmu sendiri, bukan dengan cara seperti ini, Jiyong."

"Maafkan aku, Youngbae-yah…" lirih Jiyong.

"Dan kau, Seunghyun-hyung," Youngbae beralih pada Seunghyun, tidak memedulikan permintaan maaf Jiyong. "Aku sudah mendengar semuanya, dan kurasa keinginanmu untuk bersama Jiyong tidak salah, walau itu bertentangan dengan prinsipku. Kuharap kau menjaganya baik-baik, Hyung. Kalau tidak, aku akan menghajarmu habis-habisan."

"Eh?" seru Jiyong dan Seunghyun berbarengan. Kata-kata Youngbae itu… mau dipikir seperti apapun, terasa seperti pemuda ber-abs six-packitu 'merestui' hubungan mereka. Ini tidak mungkin, kan? Youngbae yang kemana-mana selalu membawa Bible itu merestui hubungan mereka? Apakah hari ini kebetulan otaknya korslet karena baru saja bertengkar dengan ayahnya?

"Kenapa kalian berdua bengong begitu?" tanya Youngbae dengan wajah polos. Sebuah senyum kecil merekah ketika ia merangkul bahu Jiyong dan Seunghyun. "Siapa yang kalian cintai tidak akan mengubah pribadi kalian di mataku. Kwon Jiyong tetaplah sahabatku, dan Choi Seunghyun tetaplah hyung-ku. Hal itu tidak akan berubah hanya karena kalian memiliki hubungan yang lebih dekat dari teman, kan?"

"Ya…" ujar Jiyong. Rasa haru membanjiri dadanya melihat sahabat terdekatnya yang sudah melalui suka-duka bersamanya itu bersikap terbuka terhadap masalah cintanya yang 'tidak biasa'. Ia merangkul bahu Youngbae dengan erat sambil menyembunyikan wajahnya yang entah mengapa sudah basah oleh air mata. Kelegaan karena Youngbae tetap melihatnya sebagai Kwon Jiyong yang sama seperti sebelumnya membuat ia tidak bisa menahan air matanya.

"Dengan begini, sudah ada dua orang yang mendukung kita, Jiyongie," ujar Seunghyun sambil tersenyum lembut. "Kalau Youngbae saja tidak bermasalah dengan ini, aku yakin Daesung juga akan menerima kita. Jadi, apa kau masih tidak mau menerimaku kembali?"

"Tapi Hyunsuk-nim…" jawab Jiyong ragu.

"Yang-goon sudah tahu mengenai kalian?" tanya Youngbae tanpa mampu menyembunyikan rasa kagetnya.

"Ya, dan ia menyuruhku berpisah dengan Seunghyun."

Ketiga pemuda itu terdiam.

"Asal kita mampu menyembunyikannya, tidak akan ada masalah, kan?" ujar Youngbae pada akhirnya. "Asal kalian tidak berdekatan kecuali di kamar kalian, kurasa tidak akan ada masalah. Lagipula aku juga tidak mau melihat kalian bermesraan di depan mataku yang suci."

"Hei!" protes Jiyong dengan wajah memerah.

"Serius, Jiyong. Kalau kalian sampai membuat mataku ini tidak suci lagi, aku akan mencabut restuku," ujar Youngbae sambil mengangkat sebelah alisnya dan menyilangkan tangannya.

"Jadi bagaimana? Kau masih belum memberikan jawaban yang kuinginkan, Jiyongie." Kali ini Seunghyun angkat bicara.

Jiyong menatap Seunghyun dari balik poninya. Ia bisa merasakan wajahnya memanas bahkan sebelum ia mengatakan apapun.

"Kurasa aku… aku ingin kita kembali seperti dulu, Hyunnie…"

Jiyong terkejut saat kalimatnya dijawab dengan sepasang bibir yang menyentuh bibirnya dengan lembut. Ia bisa mendengar Youngbae memekik seperti anak kecil melihat setan, tapi setelah itu, semuanya mengabur. Ia meleleh dalam ciuman manis yang diberikan Seunghyun untuknya, dan tanpa perlu dikomando lagi, tangannya bergerak untuk melingkari leher Seunghyun.

"Sudah kubilang jangan bermesraan di depanku! Aish, lebih baik aku pergi saja!" gerutu Youngbae ketika protesnya sama sekali tidak dihiraukan oleh kedua pemuda di depannya.

Jiyong hanya melepaskan ciumannya sejenak untuk berkata, "Sebaiknya jangan biarkan Seungri dan Daesung pulang ke dorm untuk sementara… mmph…"

Seunghyun membungkam kembali bibir Jiyong dengan ciumannya, dan ia bisa mendengar suara Youngbae yang tergesa-gesa menutup pintu untuk pergi entah kemana.

Seunghyun tidak bisa menahan dirinya lagi setelah sekian lama tidak menyentuh Jiyong seperti ini. Ia merindukan cita rasa bibir Jiyong yang sangat adiktif serta kehangatan tubuhnya yang mampu membuat hasrat Seunghyun terbakar dalam hitungan detik.

"Jiyongie…" bisik Seunghyun setelah mereka selesai berciuman entah untuk yang keberapa kali. Bibir mereka berdua memerah dan sedikit membengkak serta dilapisi oleh cairan bening saliva. Napas Seunghyun yang berhembus tak beraturan di dekat telinga Jiyong sudah mengisyaratkan apa yang diinginkan oleh pemuda berambut hitam itu.

"J-Jangan di sini, Hyunnie," ujar Jiyong sambil mendorong tubuh Seunghyun. "Ini terlalu cepat. Kita baru saja berbaikan dan…"

"Aku mengerti." Seunghyun menepuk kepala Jiyong lembut. "Masih ada banyak waktu untuk kita. Kau menerimaku kembali saja aku sudah bahagia."

Jiyong tersenyum mendengar kata-kata Seunghyun. Ia menautkan jemarinya dengan jemari Seunghyun kemudian membimbingnya untuk memasuki kamarnya.

"Ji…?" Seunghyun bertanya heran ketika Jiyong mengunci pintu kamarnya dan mulai membuka t-shirt yang dipakainya.

"Maksud kubilang 'jangan di sini' adalah 'jangan di ruang tengah', Hyunnie. Kau tidak mau kelihatan seperti orang mesum yang bisa melakukannya di mana saja, kan?" Jiyong kini sibuk membuka kancing baju yang dipakai Seunghyun.

"Tapi kau bilang ini terlalu cepat…" Seunghyun berargumen lagi, walaupun sebenarnya ia sama sekali tidak keberatan dengan apa yang dilakukan Jiyong. Sebaliknya, ia sangat menikmati saat seperti ini. Ketika tubuhnya yang selalu terlindungi dari pandangan mata orang lain itu terekspos di depan Jiyong dan hal itu membuat Jiyong memerah seperti stroberi.

"Kata-katamu berhasil membuatku berubah pikiran, Hyunnie," ujar Jiyong. Ia memberikan sebuah ciuman kecil di sudut bibir Seunghyun. "Kau bilang kau sudah bahagia hanya karena aku menerimamu kembali. Aku juga bahagia bisa kembali bersama denganmu…"

Pandangan mata Seunghyun melembut. Ia menatap Jiyong lekat-lekat dan Jiyong balas menatapnya dengan intensitas yang sama.

"Mulai saat ini, maukah kau berjanji untuk tidak meninggalkanku lagi, Ji? Walaupun harus menyembunyikan hubungan kita di balik pintu ini selamanya, aku tidak ingin berpisah denganmu lagi. Kehilanganmu jauh lebih menyakitkan daripada kehilangan Berbricks-ku(*) yang paling berharga."

"Aish, pengakuan konyol macam apa ini? Masa kau membandingkanku dengan Berbricks-mu?" Jiyong dengan kesal memukul dada Seunghyun walaupun wajahnya yang memerah mengatakan hal yang sebaliknya.

"Aku tahu aku payah dalam mengatakan hal-hal seperti ini. Tapi maukah kau menjawab 'ya', Ji? Aku benar-benar tidak ingin kita berpisah lagi," pinta Seunghyun dengan wajah memelas, membuat Jiyong tertawa melihat sorot mata anak anjing yang dipancarkan oleh Seunghyun, yang jujur saja tidak cocok dengan figur manly-nya.

"Hahahaha… kau merusak mood saja, Hyunnie. Wajahmu lucu sekali, aku sampai lupa dengan tujuanku membawamu ke kamarku," kata pemuda pirang itu. Ia memegang perutnya sambil tertawa keras.

"Lihat siapa yang menghancurkan mood. Kau yang tertawa sekeras inilah penghancur mood yang sebenarnya!" balas Seunghyun.

"Haha… maaf Hyunnie, hanya saja tadi wajah memelasmu lucu sekali," ujar Jiyong sambil mengusap air mata di sudut matanya. "Baiklah, aku berjanji aku tidak akan meninggalkanmu lagi."

Jiyong mengulurkan jari kelingkingnya sambil tersenyum lebar. Seunghyun menautkan jari kelingking mereka dan berkata, "Kalau kau melanggar janjimu, jangan salahkan aku kalau semua baju, sepatu, topi, dan aksesorismu berakhir di tempat pembuangan sampah," ujarnya sambil menyeringai.

"Hei, semua itu mahal, tahu!"

"Makanya jangan melanggar janjimu." Seunghyun menarik Jiyong mendekat, dan beberapa saat kemudian mereka sudah terhempas di tempat tidur milik Jiyong.

Jiyong yang berada di bawah Seunghyun memelototi hyung-nya itu karena pendaratannya di tempat tidur tidak bisa dibilang mulus, apalagi berat tubuh Seunghyun yang menindihnya sedikit membuatnya sesak.

"Jangan memelototiku seperti itu. Kau masih belum lupa kan, tujuan utamamu menarikku ke sini?"

"Kalau kau bilang seperti itu, aku malah jadi tidak ingin melakukannya," gerutu Jiyong sambil memajukan bibirnya. Seunghyun mengambil kesempatan itu untuk mencuri ciuman singkat dari bibir Jiyong yang berwarna merah alami itu.

Tanpa perlu berkata apa-apa lagi, kali ini mereka benar-benar terfokus pada aktivitas yang sudah terlalu lama tidak mereka lakukan. Erangan yang dihasilkan Jiyong setiap Seunghyun menyentuh area sensitif di seluruh tubuhnya menjadi musik terindah yang pernah didengar oleh Seunghyun. Bersamaan dengan meleburnya hasrat mereka menjadi satu, Jiyong kembali berjanji, kali ini pada dirinya sendiri, bahwa dia tidak akan melepaskan Seunghyun lagi apapun yang terjadi. Seunghyunnya terlalu berharga untuk ditukar dengan apapun, termasuk posisinya sebagai G-Dragon, salah satu bintang paling bersinar dalam sejarah dunia hiburan di Korea Selatan. Bagaimanapun, kepopuleran itu akan menghilang suatu saat nanti, tapi Seunghyun akan selalu berada di sini, di sampingnya, melimpahinya dengan cinta yang tidak pernah memudar.

Dan saat Jiyong melepaskan seluruh hasratnya dalam dekapan Seunghyun, ia melengking tinggi, jauh lebih tinggi dari lengkingan suaranya di konser manapun. Lengkingan penuh ekstasi itu diiringi geraman rendah dari tenggorokan Seunghyun ketika pemuda itu keluar di dalam tubuh Jiyong.

Butuh waktu beberapa menit bagi mereka untuk kembali normal. Napas yang terengah-engah dan keringat yang melapisi tubuh mereka menjadi bukti bahwa keduanya sangat menikmati aktivitas tadi.

"Kau tidak berubah, Ji. Masih berisik seperti dulu," ujar Seunghyun diikuti dengan seringaian lebarnya.

"Aku hanya ingin mengekspresikan apa yang kurasakan. Lagipula kau suka suaraku tadi, kan?" Jiyong balas menyeringai sambil memainkan rambut Seunghyun yang lembab karena keringat.

"Harus kuakui, itu suara terseksi yang pernah kudengar," jawab Seunghyun sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kau tidak dengar suaramu sendiri? Suaramu jauh lebih seksi dibanding suaraku. Aku yakin kalau aku memasukkan suara itu dalam lagu Big Bang, lagu itu akan segera disensor karena berpotensi menyebabkan mimisan massal bagi siapapun yang mendengarnya," goda Jiyong. Ia tidak bisa menahan diri untuk tertawa kecil saat pipi Seunghyun memerah. Kadang pemuda ini memang bisa terlihat sangat cute.

"Ngomong-ngomong, aku jadi terinspirasi untuk membuat sebuah lagu berkatmu," kata pemuda pirang yang menopang dagunya di atas dada Seunghyun.

"Kau sempat-sempatnya memikirkan sebuah lagu saat kita…? Kau benar-benar komposer sejati, Jiyong."

"Ya, aku si Jenius G-Dragon yang bisa membuat lagu dalam situasi seperti apapun." Seringai jahil muncul di wajah Jiyong. "Baru saja aku terinspirasi judul lagunya."

"Apa judulnya?" tanya Seunghyun penasaran.

"Make Love."

"…"

"Kenapa? Judulnya bagus, kan?"

"…Terlal frontal…" jawab Seunghyun dengan mata menyipit.

"Yah, aku akan membuat lagunya dalam bahasa Inggris, jadi kau tidak usah khawatir. Netizen tidak akan protes asal liriknya bukan dalam bahasa Korea. Lagipula liriknya tidak mesum kok. Malah sangat romantis."

"Benarkah?" Seunghyun mengangkat satu alisnya. "Apakah aku berhasil membangkitkan sisi romantismu?"

"Aku sudah romantis dari dulu kok," elak Jiyong.

"Ya, ya…" Seunghyun memutar bola matanya.

"Hyunnie." Sebuah colekan di bibir Seunghyun.

"Hm?"

"I love you."

"…"

"Hyunnie?" Rengutan khawatir muncul di dahi Jiyong. Di saat seperti ini harusnya Seunghyun mengucapkan 'Love you too', kan?

"Aku ingin menginspirasimu untuk membuat lagu lagi. Jadi bisakah kita melakukannya lagi? Sebab kata-kata dan ekspresimu tadi baru saja membuatku bereaksi lagi di bawah sana."

"…Oh."

Jadi, dimulailah sesi kedua bagi Jiyong untuk 'membuat lagu', atau mungkin lebih tepatnya… making love?

Syukurlah Youngbae sudah memperingatkan Seungri dan Daesung untuk tidak kembali ke dorm untuk sementara, dengan alasan jika mereka kembali kesucian telinga mereka akan ternodai.

End

 

A/N: so~ for those who read it, how is it? :3

Aku akan membombardir(?) tag gtop di AFF dengan fic berbahasa Indonesiaku. semoga tidak ada yang keganggu ^^a

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Jihyun1804 #1
Chapter 3: Authornim *wink..aku jatuh cinta dengan tulisanmu...bisakah kau tdk berhenti menulis dan berbagi kisah gtop pada kami para gtopshipper yang haus akan moment mereka...?????ini benar2 menyiksa...

#salamkenal???
ybaby95
#2
Chapter 3: Akakakakaka kasian youngbae ku matanya ternodai xD
Good story, authornim b'-'d
kutunakal
#3
Hi! #waves
#keluar lagi, cuma nyapa doang, lol
yuka_fx #4
Chapter 1: aduh yang lagunya ryeowook itu hahahahahahha!!!!!