Friendship [Sequel Egoism]

Egoism

 

Main cast : Kim Jongin, Do Kyungsoo -sequel egoism-

Other cast: EXO-K member

 

-kyungsoopov-

Sudah 4 tahun dan akhirnya aku bisa kembali ke tempat asalku, rumahku, kampung halamanku. Setelah cerita lama yang panjang dan yah sedikit menyakitkan akhirnya aku bisa kembali, memulai segala sesuatunya dari awal, kembali menata hatiku untuk cinta yang baru -mungkin-. Semilir angin di musim dingin benar-benar membuat moodku membaik, aku suka salju melebihi apapun. Putih, dingin dan bersih. Tak! Suara peraduan antara gelas dan meja membuatku kembali ke alamku, Si hitam Jongin sudah duduk dengan segelas susu cokelat hangat yang masih beruap ditangannya "Minumlah sebelum dingin" aku mengangguk mengambil mug merah berisi minuman yang sama sepertinya. "Jadi, apa yang membuatmu menyuruhku sepagi ini kemari?" tanyaku menatap Jongin yang kini sibuk melihat kearah luar jendela. "aku kebingungan" aku menaikkan sebelah alisku, seorang Kim Jongin yang notabene si hitam yang mengetahui banyak hal sekarang kebingungan ? aku mendengus "kau? kebingungan?" tanyaku tak percaya, "Ya! aku juga manusia!" aku memutar bola mataku "Baiklah, kenapa?" aku menyeruput kembali susu cokelat dan memperhatikan Kai baik-baik. "Aku rasa aku menyukai seseorang" Mataku membulat dan mulutku hanya bisa ber'o' ria.

 

"Kau tak kaget?" tanyanya "Kau bilang kau manusia, jadi sebagai manusia menyukai sesama manusia itu wajar" dia mendengus, kesal karena tak mendapat respon yang kurasa dia tunggu-tunggu. "Baiklah, baiklah, jadi siapa yeoja beruntung itu?" Jongin diam "Kau takkan percaya" aku memajukan wajahku "takkan percaya? dia seseorang yang kukenal?" otakku meloading setiap orang yang aku dan jongin kenal mengira-ngira siapa yeoja beruntung yang menarik hati sang pangeran Jongin. "TUnggu! jangan-jangan!" aku tersentak, dia tak mungkin… "Apa?" aku memegang kedua tangan Kai yang melingkar di mug "Kau tak mungkin mencintai kakaku kan?" Kai menepis tanganku menatapku dengan marah "Ya! aku tak tertarik sama sekali padanya!" benar juga, mana mungkin seorang do kyungsaa disukai namja seperti kai fikirku kemudian. "Sudahlah, itu tak penting" Kai kembali menghela nafasnya, ini pertama kalinya semenjak aku berteman dengannya dia nampak frustasi. "Aku baru menyadarinya belakangan ini" dia mulai bercerita masih menatap keluar jendela yang berembun. "Awalnya aku tak yakin tapi saat dia pergi seperti ada sesuatu yang hilang" baiklah Jongin sang puitis kini kembali beraksi.

 

"Aku seperti orang bodoh sekarang" tangannya dipanjangnkan diatas meja kepalanya bersandar diatasnya. Aku menepuk kepalanya "kau pasti bisa mendapatkannya, aku yakin" Jongin tak bergeming "Ya~ kau tampan, tinggi, cool yah apapun itu kau memiliki banyak kelebihan kim jongin jadi tolong berhenti bersikap seolah-olah kau ini tak punya kelebihan" percakapan ini jauh dari apa yang kubayangkan, dia hanya ber-pesimis-ria. "Kau takkan tau, dia itu sempurna kyunga~" ini pertama kali semenjak 4 tahun dia memanggilku lagi dengan nama itu. "Jadi lebih baik kau cepat beritahu aku" aku tak sabar, benar aku penasaran sekarang dan akan membunuhnya sekarang juga jika dia tak memberitahuku "Itu...rahasia" pltak! sebuah jitakan membuatnya terduduk dan meringis "Ini percakapan yang sangat membosankan aku mau pulang, lebih baik aku menonton pororo" Aku bangkit menghabiskan seteguk terakhir susu cokelatku "Kau tau? penyesalan itu datang terakhir, jangan sampai kau mengalami hal sepertiku tak mampu menyampaikan apapun dan hanya bisa mengantarkannya untuk menikah dengan orang lain" aku menghela nafas "hubungi aku jika kau benar-benar tau apa yang ingin kau ceritakan" aku melempar shall yang menggulung dileherku "Pakailah itu, udara dingin" Aku berjalan keluar dari cafe berjalan diantara orang-orang yang saling tak mengenal.

 

Baru 3 langkah aku berjalan ponselku bergetar 'Jongin' terpampang jelas di ponselku, aku melirik Jongin yang berdiri di balik kaca. Kami saling berhadapan, aku angkat ponselnya "Apa lagi?" tanyaku. Hening. "Kalau kau tak bicara aku akan tut.." "Aku menyukai do kyungsoo".

 

 

---

 

 

"Kai menyukai do kyungsoo" aku bertemu Baekhyun dan memutuskan untuk menceritakan padanya, "Aku bilang kai menyukai do kyungsoo" ulangku lagi "Tapi do kyungsoo itu kau" ucap baekhyun tersendat "Ya, dan aku terkena serangan jantung setelahnya" Chanyeol datang dengan nampan berisi 3 gelas kopi hangat "Ah~ jadi dia akhirnya mengatakannya" Chanyeol bilang, dan Baekhyun langsung menyikut chanyeol. "Kalian tau?" Baekhyun tersenyum pahit sementara Chanyeol menggaruk rambutnya. Aku tak mengerti, mereka mengetahuinya ? "Tapi bagaimana mungkin dia menyukai seorang lel..." Baekhyun memamerkan tangannya yang sedang berpaut dengan tangan chanyeol "Kamipun begitu". "Aku tau ini kedengarannya gila" Baekhyun menundukkan kepalanya "Tapi itulah yang terjadi" mulutku masih menganga tak percaya. "Aku rasa aku harus menenangkan diri, terimakasih kopinya".

 

---

 

Aku memutuskan melamar menjadi guru honorer di salah satu sekolah atas di Seoul, aku menjadi guru musik disana. sudah 2 bulan dan aku sama sekali tak mengingat apapun, tepatnya tak ingin mengingat apapun. Aku masih memikirkan apa yang terjadi disini, aku belum bisa menerima bahwa kedua temanku gay, dan Jongin sahabat masa SMA-ku menyukaiku ? dan itu artinya diapun begitu. Masih teringat dibayanganku bagaimana aku menghabiskan hari-hariku mengejar cinta seorang guru. Dan itu masih membekas. "Dio seonsaengnim!" seorang murid dengan rambut diikat kuda berlari kearahku dengan nafas terengah "Tarik dulu nafasmu baru bicara" kataku sambil tersenyum. "Hah, namaku Kim Haera aku murid kelas 3-B aku menyukaimu tolong terimalah cintaku" dia menundukan kepalanya kedua tangannya menjulur memegang sebuah kotak coklat? Aku menurunkan tangannya dengan pelan dan mengacak rambutnya "Aku masih terlalu kecil untuk mengerti cinta, dan aku rasa kaupun begitu kembalilah ke kelas gurumu pasti mencarimu" Dia berjalan sambil menunduk tapi kemudian berhenti dan berbalik "Seonsaengnim! Saranghaeyo" dengan cepat dia memberikan cokelatnya dan berlari pergi. "Dasar anak kecil" aku melihat kotak cokelat itu dengan seksama yang ternyata berisi cokelat dengan bentuk hati. "Ya! Injoo!"dengan cepat kutahan anak yang berlari itu dan merangkulnya "Ada apa ini?" tanyaku penasaran, Chen seonsaengnim berusaha menenangkan nafasnya karena berlari "Anak ini benar-benar, syukurlah kau menangkapnya soo!" "Jadi ada apa dengannya ? dia nampak seperti anak baik-baik" aku mengacak rambutnya dengan tanganku yang kosong "Dia bolos kelas hari ini, dia juga datang terlambat dan memanjat tembok belakang sekolah untuk kabur" aku menatap anak perempuan ini, dia tomboy terlihat dari rambutnya yang dipotong pendek dan bajunya yang keluar, mengingatkanku pada seseorang dari masa-masa SMA-ku.

 

"Ah! aku telat, soo! hukum dia oke!" Chen seonsaengnim berlari lagi entah kemana, meninggalkanku dengan bocah ini. Aku melepaskannya, "Siapa namamu?" dia mengalihkan wajahnya  tak melihatku yang jelas-jelas adalah gurunya "Baiklah Injoo-sshi saatnya kau melaksanakan hukumanmu, ikuti aku" aku sudah berjalan terlebih dahulu tapi dia masih berdiam disana "Ini hukumanmu harus kau turuti bukan?" bisa kudengar dia mendengus dan akhirnya mengikutiku. Aku membawanya ke ruang musik, karena hari ini tak ada kelas musik jadi aku bebas memakainya. "Masuklah dan tutup pintunya" kataku, dia menuruti. Aku berjalan menuju piano ditengah ruangan "Kau boleh duduk dimanapun hukuman ini memakan waktu yang lama" kataku serius, sekilas aku mengingat cokelat yang masih digenggamanku "Ah kau mau coklat?" dia manatap datar kearahku seolah marah. "Baiklah, aku hanya menawarkan". Aku mulai menggapai tuts-tuts piano, mulai menarikan jari-jariku diatasnya tanpa tau lagu apa ini, aku hanya sembarang memainkannya membuatnya menjadi berisik didengar. Aku melirik Injoo yang ternyata entah sejak kapan menutup telinganya, aku tertawa dan makin gila memainkan piano dihadapanku. Ting. Permainan berakhir dan Injoo menatapku kesal "Kenapa ? kau marah?" "sungguh menyebalkan" aku kembali tertawa, anak ini sungguh menarik dan sungguh membuatku memutar balik masa-masa SMAku.

 

"Baiklah, hukuman hari ini sampai hari ini sekarang saatnya kembali ke kelas" aku bangkit mengecek daftar siswa dalam buku biruku, Injoo ? "Yoon Injoo ? kelas 3-B? baiklah aku akan mengantarmu sampai ke kelas" Aku berjalan melewati lorong menyapa beberapa murid yang berpapasan sampai akhirnya berhenti didepan ruang 3-B. Aku menggeser pintunya "Annyeonghaseyo, mister Kris maaf mengganggu" mister Kris, guru dari kanada yang memiliki kemampuan banyak bahasa itu ternyata sedang mengajar. "Ah soo what's wrong?" aku melirik Injoo dan menyuruhnya mendekat "Masuklah" kataku padanya. "Maaf aku meminjamnya barusan, tolong perhatikan dia dengan baik dia sedikit liar" Injoo menatapku ganas sebelum sampai di tempatnya. "Thankyou mister, see you later" aku kembali menutup pintunya. Hari ini benar-benar menarik, aku duduk di pohon belakang sekolah. Belum selesai jam pelajaran terakhir ada seorang gadis dengan tas selempang berlari cepat menuju tembok dan Hap! dia melompatinya dengan mudah. Aku bangkit, menepuk celanaku lalu berlari mengikutinya, mengikuti Injoo.

 

Dia berjalan cukup cepat tapi aku masih bisa mengikutinya, dia berjalan berbelok-belok melewati beberapa blok dan terhenti di... baiklah ini bukan tempat remaja pada umumnya. Ini bukan mall atau arcade tapi ini lebih seperti sarang preman. Aku berjalan perlahan, mengira-ngira kemana Injoo pergi. Sebuah suara musik kencang menyadarkanku dan aku berjalan menuju arah sumber musik itu. "sarang bboys" lirihku. Injoo bersalaman dan ber'tos'ria dengan beberapa lelaki dia lalu hilang. Tak sampai 5 menit dia sudah kembali dengan setelan barunya bukan dengan seragamnya, dia memakai topi dan celana yang longgar. Dia mulai menari, meliukkan tubuhnya dan mengangkatnya dengan kedua tangan berputar-putar seperti penari profesional sementara aku sibuk ber 'waw' ria. Dia benar-benar...amazing.

 

Hampir 2 jam aku diam disini menyaksikan Injoo berlatih -kurasa- dan aku mengikutinya pulang dengan seragam sekolahnya. Rumahnya tak terlalu besar dan berada disebuah jalan yang agak kecil, ibunya menunggunya didepan pintu dan mencium pipinya lalu mereka masuk.

 

---

 

"Jadi, apa cita-citamu?" tanyaku pada Injoo masih sama ditengah hukumannya, "Tak ada" dia mulai bicara sekarang itu kemajuan. Aku memainkan pianoku dengan lebih lembut "Itu kemajuan, kau mulai bicara" aku tersenyum padanya walau dibalas dengan kesinisan. "Hm, apa kau bisa menari?" matanya sedikit melebar lalu kembali tenang "Tidak" aku memainkan sebuah lagu"Aku mempunyai seorang teman, dia penari yang hebat" bayangan saat Jongin menari terbersit dikepalaku. "Meliuk-liukan badannya dengan indah dengan mata terpejam penuh penghayatan dan menari seirama lagu, suatu hari aku bertanya padanya kenapa dia sangat suka menari dia hanya tersenyum dia bilang 'tak ada alasan, menari adalah aku' aku sama sekali tak mengerti apa maksudnya, tapi saat aku melihatnya menari lagi dan lagi aku mengerti kenapa dia berkata 'menari adalah aku'" aku melirik jam "30 menit sebelum bel istirahat, makanlah dengan lahap" aku mengacak rambutnya dan meninggalkannya di ruang musik.

 

Kepala sekolah memanggilku, dia memberiku sebuah misi yang berat di masa awalku mengajar -kurasa- dia menyuruhku menjadi pembimbing Injoo dan memberitahu bahwa injoo akan sangat berat diluluskan jika dia tak cepat-cepat memperbaiki nilai serta sikapnya.

 

“Do Kyungsoo! Kau dipanggil Yoora seonsaengnim!” aku segera bangkit dan berlari menuju ruang guru tak ingin membuat guru idamanku menunggu terlalu lama

“Ah kyungsoo, kemari” dia memanggilku setelah aku tiba disana

“Kau tau Jongin bukan?” aku mengingat-ngingat, ah si pembuat onar yang selalu membolos itu, aku mengangguk

“Nilainya benar-benar buruk, kau kan pintar jadi tolong ajari dia oke?” ini tugas penting, ini tugas dari guru idamanku, aku harus melaksanakan tugasnya dengan baik.

 

Aku kembali ke kantor, saat aku melihat Chen seonsaengnim akan meremas sebuah kertas "Eo? apa itu?" tanyaku Chen seonsaengnim melirik kertas itu "Ini lomba dance jalan kenapa?" aku menggeleng "Kenapa tak dipajang?" Chen seonsaengnim menepuk pundakku "Sekolah ini takkan pernah mengizinkan lomba seperti ini" aku mengangguk "Biar aku simpan, aku membutuhkan kertas sekarang" aku berlari buru-buru sebelum bel istirahat berakhir. Menuju kelas 3-B. Mengendap-ngendap dan menyelipkannya di buku Injoo, semoga dia melihatnya.

 

“Belajar itu membosankan kau tau” Jongin sedang istirahat ditengah latihan menarinya,

“Tapi kalau kau tak belajar kau takkan lulus”

“Kau seperti seorang ajumma, jadi siapa yang menyuruhmu? Yoora seonsaengnim?”

“Siapapun yang menyuruhku itu tak penting, sekarang hentikan kegiatan bodohmu ini dan segera belajar aku menunggumu digerbang”

“Kau bilang apa ? kegiatan bodoh? Ha, kyungsoo-sshi kau juga melakukan kegiatan bodoh dengan memohon padaku untuk belajar”

“Terserah, aku akan menunggumu digerbang sampai kau keluar”

“Terserah padamu”

 

Seusai pelajaran musik kelas 1 berakhir aku kembali membaca buku dibelakang sekolah, bersandar pada pohon. Lagi, aku melihat Injoo melewati pagar dengan segenggam kertas ditangannya, aku tersenyum dia melihat kertasnya. Aku kembali mengikutinya namun tak terlalu terburu-buru karena aku tau kemana dia akan pergi. Dia berbicara pada beberapa pria disana, dan melompat-lompat bahagia, tak lama lalu dia berlatih menghentakkan tubuhnya. Jongin, ya, aku teringat banyak tentangnya melihat Injoo berlatih keras seperti melihat Jongin yang berusaha mati-matian demi cita-citanya dan akhirnya dia bisa menjadi seorang penari profesional bahkan menjadi pelatih tari yang handal dalam waktu 4 tahun. Dia selalu menghubungiku di tengah malam memintaku agar menyanyikannya sebuah lagu penyemangat, sebelum dia berlatih. Aku tak pernah sekalipun menanyakan alasannya, karena aku fikir dia membutuhkan penyemangat dan aku sebagai sahabatnya harus selalu mendukungnya. Tak pernah, sungguh tak pernah aku berfikiran selain itu.

Aku menunggunya di gerbang, tapi dia tak muncul dan ruang dance masih menyala. Hari mulai gelap dan udara mulai tak bersahabat membuatku beberapa kali menggesekan tanganku. Dia benar-benar takkan keluar, tapi kau tak boleh menyerah kyungsoo, kau tak boleh menyerah. Ini gila, aku menunggunya 4 jam disini dan dia belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali.

“Kau masih disini” Jongin dengan rambut yang basah karena keringat mendatangiku, “Y..ya, sekarang kita kerumahmu aku harus membuat nilaimu bagus” kataku berjalan mendahuluinya

“Aku ngantuk, aku mau langsung tidur” kini dia berjalan mendahuluiku, aku mengikutinya tak peduli dia mau tidur atau apapun aku akan tetap membuatnya belajar

Setibanya di rumah jongin, sepi, tak ada siapapun di rumahnya. “kau tinggal sendiri?” tanyaku saat memasuki ruang tengahnya “Ya” jawabnya singkat.Kami tiba dikamarnya, dia segera merebahkan badannya. Aku melirik jam, “Ya! Kim Jongin! Cepat nyalakan tvmu!” kataku menarik-narik bajunya

“Hah?” dia membuka sebelah matanya “Pororo! Cepat nyalakan tvnya!” dia ikut melihat jam dan menyalakan tvnya. Aku segera duduk manis didepan tvnya, begitupun dengannya. “Kau suka pororo?” tanyaku saat iklan. Wajahnya memerah “ehm begitulah” aku tersenyum, tak kusangka orang segarang Jongin ternyata suka nonton pororo.

---

 

Semenjak mendapat selembaran itu Injoo lebih sering membolos padahal ini tingkat terakhirnya. Aku juga tak melakukan hukuman seperti biasanya karena dia akan langsung menghilang sebelum sempat kupanggil. Aku menunggu didekat rumahnya suatu pagi, hendak mencegatnya untuk kembali membolos.

 

"Yoon Injoo" aku memanggilnya dengan membawa 2 kotak susu, dia nampak kaget karena ibunya masih berada disampingnya. "Annyeonghaseyo do kyungsoo imnida, guru musik injoo" ibunya sedikit membungkuk "In..injoo baik-baik saja bukan disekolah?" tanya ibunya mengelus kepala injoo, sementara injoo fokus menatapku. "Tentu dia anak yang sangat rajin -membolos- juga pandai -melompati pagar-" Ibunya tersenyum "Syukurlah, aku berharap dia cepat-cepat menjadi seorang dokter nanti" aku menatap injoo bingung "Ah! tentu! dia pasti akan sukses -walaupun tak menjadi dokter-" setelah berpamitan aku memberikan kotak susu itu pada injoo "Kau berbohong pada ibumu?" dia diam, tak bersuara. "Menjadi dokter bukan cita-citamu iyakan?" dia masih tak bersuara "Berhentilah mengangguku dan urusi urusanmu sendiri!" dia berjalan cepat menjauhi rute menuju sekolah "Yoon Injoo!" panggilku, langkahnya terhenti "Ingatlah! kau bisa menjadi apapun sesukamu! tapi kau tetap harus memiliki sertifikat sma! setelah itu kau bebas melakukan hal yang paling kau sukai tapi jangan kecewakan ibumu setidaknya hingga kau lulus sma!" dia melanjutkan jalannya.

“Kim Jongin!” dia tetap melewati pagar sekolah membuatku mengikuti langkahnya

“Jangan mengikutiku” ucapnya saat aku mendarat di tanah

“Aku tak bisa membiarkanmu harus mengulang 1 tahun lagi”

“Kenapa? Yang kau lakukan sekarang hanyalah mematuhi perintah yoora seonsaengnim bukan?” dia tetap berjalan tanpa memperhatikanku yang harus berjalan cepat karena langkahnya yang lebar

“Tapi, coba fikirkan cita-citamu! Walau kau bilang takkan ada yang percaya padamu bahwa menjadi penari juga akan sukses tapi  aku percaya! Sungguh! Jadi setidaknya jadilah anak yang baik hingga kelulusan setelah itu kau bebas melakukan apapun! Kim Jongin! Aku percaya padamu! Aku percaya pada cita-citamu!”

Aku kembali kesekolah dalam diam, nampaknya aku akan gagal. Injoo sudah mendapat 2x surat teguran sebenarnya dan kalau dia tak masuk lagi hari ini maka... dia takkan lulus SMA dan harus mengulang setahun lagi. "Kau lambat" suara yang kukenal, Injoo. "Eo?! kau disini?!" dia berjalan tanpa menjawab pertanyaanku, hatiku lega syukurlah jika dia kembali sekolah. "Mulai hari ini aku akan menjadi guru tutormu dan membantumu memperbaiki nilaimu juga sikapmu" kataku saat istirahat di waktu hukuman. "terserahlah" aku mendekatinya yang duduk disalah satu bangku dengan malas "aku tau kau suka menari karena itu aku tak ingin cita-citamu hancur" aku mengacak rambutnya "Hari ini aku membawa beberapa kaset yang temanku simpan dirumahku mungkin salah satu lagu ini ada yang kau sukai" aku memberinya 4 buah kaset yang Jongin simpan dirumahku saat dia mengajarku menari walau berakhir gagal -kurasa-. "Kau pasti bisa, jadi jangan bolos dari pelajaranmu okey? kau bisa meminjam ruang musik seusai sekolah kalau kau mau" aku tertawa dan pergi dari ruang musik, mengambil makananku di kantin.

“Do kyungsoo! Letakkan kakimu dengan benar! Ayun tanganmu seperti ini!” bentak Jongin

“Aghh aku akan gagal menjadi guru jika mengajarimu saja aku tak bisa”

“Ya! Kim Jongin! Aku tak pandai menari sepertimu, itu bukan bakatku dan aku tak menyukainya jadi berhentilah membentakku!”

“Sudah cepat ulangi gerakkan tadi”

---

 

Kini Injoo rajin sekolah dan mulai mau belajar, aku mengajarkannya sepulang sekolah setelah dia berlatih menari dan menyetujui saranku untuk meminjam ruang musik sepulang sekolah. Aku melihatnya seperti melihat Jongin, anak yang ingin berkembang dengan kemauannya sendiri dan berusaha keras walau tanpa ada seorangpun yang percaya pada kemampuannya, pada cita-citanya. Dulu, Jongin sering membolos dan menghabiskan waktunya disebuah ruang kosong bekas gudang di atap sekolah. Dan aku menemukannya. Itu adalah pertemuan pertama kami, aku yang mencari ketenangan dan dia yang juga mencari hal yang sama. Dia bukan teman yang baik -awalnya- karena selalu bersikap datar seolah tak terjadi apapun, dia tak punya perasaan ketika menjawab setiap pertanyaanku dia selalu mengataiku 'berisik' dan memarahiku jika mengganggu latihannya. Tapi, Jongin tetaplah Jongin apapun yang dia lakukan akan selalu membuatku memaafkannya. "Seonsaengnim!" Injoo menyentakku membuatku tersadar "Apa?" tanyaku datar dia mendengus "Aku bertanya soal ini!" benar bukan? dia pemarah, seperti Jongin. "Tak perlu membentakku! aku ini gurumu!" lalu aku mulai menjelaskannya, syukurlah dia murid yang mudah mengerti.

“Jonginaa~ nilaimu nilaimu! Cepat lihat!” aku memasuki ruang latihannya, dan langkahku langsung terhenti karena kini Jongin menatapku ganas

“Itu..nilaimu” kataku tergagap

“Bukankah sudah kubilang jangan ganggu aku jika sedang latihan! Kau benar-benar berisik!” aku menggaruk kepalaku “Kau lulus ujian matematika dan aku senang” Jongin berjalan kearahku dan mengacak rambutku “Aku tau” katanya “Sekarang tunggulah diluar hingga aku selesai” jadi dia mengusirku?! Aku menghela nafas dan menunggunya diluar.

 

"Kau harus mentraktirku es krim" ucapnya ditengah perjalanan kami "Arraseo arraseo, dasar bocah" Injoo berhasil mendapat nilai 80 dalam pelajaran matematika dan dia meminta hadiah. "Tunggulah disini, aku akan masuk dan membelikanmu eskrim" kataku masuk ke kedai es krim. "2 choco oreo" nafasku tercekat, sebuah wangi yang familiar menyeruak masuk ke hidungku suaraku beradu dengan suara lain. "J..jongina" dia juga tampak kaget dan kikuk. "Ah kyungsoo, lama tak jumpa" katanya mengalihkan matanya, tak menatapku. Dia nampak lebih kurus dari terakhir kali aku melihatnya, bahkan kantung matanya membesar, pipinya tak lagi berisi tapi tirus. "Eum, masih memesan es krim yang sama rupanya" candaku, dia hanya tersenyum. 2 Choco oreo untuk masing-masing dari kami, "Seonsaengnim! cepatlah!" Injoo mengintrupsi keheninganku dengan Kai. "Siapa dia?" tanyanya "Ah dia muridku, kalau begitu aku pergi dulu" Kai mengangguk aku berjalan beberapa langkah dan berbalik "Kai" panggilku dia juga berbalik "aku tak membencimu sungguh, aku tak mungkin bisa membencimu, aku hanya membutuhkan sedikit waktu" Kai hanya tersenyum dan mengangguk begitupun denganku, kembali menemui injoo.

“Aku mau vanilla” kataku saat jongin akan mentraktirku es krim hari ini

“Aku tak suka, aku mau coklat” katanya sambil mengantri

“Ya~ aku mau vanilla , jika kau suka coklat itu terserah padamu”

“Tapi aku yang mentraktirmu jadi aku yang berhak menentukan apa yang mau kubeli”

“Maaf, pesan apa?”

“Coklat!” Aku menginjak kakinya membuatnya kesakitan “2 Vanilla” kataku pada pelayan itu

“Ah kalian bisa coba menu baru dari kedai es krim kami, chocooreo campuran vanilla dan coklat serta oreo” aku dan kai saling bertatapan “Kami pesan 2” sahut kami bersamaan

 

"Hari ini aku ingin makan bersama kau dan ibumu" injoo menatapku lagi dengan tatapan garangnya "Berhentilah menatapku begitu!" kataku "Hish, kau guru tapi tingkahmu tak jauh berbeda dengan anak sekolah dasar" anak ini! "Eomma!" buru-buru dia memeluk ibunya sebelum sempat kujitak "Annyeong nyonya Yoon" aku dipersilahkan masuk dan kami duduk bersama di meja makan. Aku membantu nyonya yoon memasak, dan dia memuji hasil masakanku sementara Injoo menonton dan sesekali melihat kami dengan pandangan mencibir. "Selamat makan!" ucapnya bersemangat, Injoo dirumah dan disekolah itu benar-benar berbeda, dia nampak seperti anak baik nan patuh jika dirumah dan liar jika diluar rumah. "Sudah lama mengajar kyungsoosshi?" tanya Nyonya yoon, aku menggeleng "Sebenarnya aku bukan seorang guru" nyonya yoon juga Injoo menatapku heran "maksudku aku tak bergelar guru, hanya mencari kegiatan ditengah liburan kerjaku yang lain" aku menggaruk kepalaku sementara 2 orang itu mengangguk. "jadi apa pekerjaanmu sebenarnya?" tanya Injoo "Seorang komposer juga pembuat lagu, itu cita-citaku walau ditentang kedua orangtuaku" Injoo menahan nafas sementara nyonya yoon tersenyum "Kenapa?" tanyanya

 

Aku tersenyum "karena mereka bilang itu sama sekali bukan pekerjaan yang menguntungkan tapi akhirnya mereka percaya padaku saat aku membuktikan pada mereka bahwa aku bisa menjadi sukses walau tak memilih jalan mereka" aku kutip dari cerita Jongin disela-sela istirahatnya ketika latihan. "Ah begitu" nyonya yoon kembali makan "ngomong-ngomong apa cita-citamu injoo-sshi?" nyonya yoon tersenyum "Tentu menjadi dokter, seperti ayahnya" "Benarkah? tapi kufikir kau ingin menjadi penari" Brak! injoo menggebrak meja "Pulanglah!" dia menarikku keluar rumah sementara ibunya memanggil-manggilnya dari ruang tengah "Bukankah sudah kubilang! jangan campuri urusanku!" Brak! pintu rumahnya tertutup tepat diwajahku. "Aku hanya ingin kau tak membohongi ibumu" aku pulang dalam keadaan setengah lapar, tak bernafsu memasak dan hanya memakan potongan roti. Aku menyalakan TV melihat beberapa berita 'Hyuna akan berkolaborasi dengan penari terkenal Kim Jongin di album terbarunya' "Ternyata wanita yang duduk dipojok cafe es krim itu Hyuna" aku bersandar pada sofa merubah channel 'Pororo pindah tayang' terpampang jelas di layar TV dan aku sudah terlewat.

“kedua orangtuaku tak suka aku menjadi penari, mereka membencinya”

“Kenapa?”

“Karena mereka fikir itu sama sekali bukan pekerjaan yang menguntungkan dan memperoleh banyak uang itu hanya akan menghabisan energy dan membuatku cape, tapi aku tak mendengarkan mereka, akan kubuktikan jika prediksi mereka salah, aku akan tetap hidup bahagia dengan apa yang kusuka”

Aku menggerutu, kenapa hari ini begitu buruk?! Rumah jadi sangat sepi, aku merindukan Chanyeol juga Baekhyun, juga Jongin. Aku akan menghubunginya dan menyuruhnya kemari jika aku merasa kesepian. Aku menatap TV hanya menatapnya, ya, aku merindukan mereka dan terlebih aku merindukan Jongin

 

---

 

Aku menemui Injoo, dia nampak tak tidur atau habis menangis semalaman. Aku merasa bersalah sekarang, aku bukan guru yang baik. "Maafkan aku soal kemarin" kataku pelan, "Aku takkan mengikuti kompetisi itu" ucapnya bangkit dari tempat duduknya di ruang musik "aku akan menjadi dokter seperti apa yagn ibuku bilang, aku tak ingin menyakitinya" dia lalu pergi, meninggalkanku sendiri di ruang musik. Saat di kantor aku mendengar bahwa ibu injoo masuk rumah sakit. Dan segera setelah pulang sekolah aku menjenguknya.

 

Aku berjalan dilorong rumah sakit mencari ruangan yang tepat dimana ibu Injoo dirawat. Sret! aku membukanya perlahan, dengan sebuket bunga ditangan aku masuk dengan perlahan. "Annyeonghaseyo" kataku membungkuk, tak ada injoo disana. Aku menaruh buket itu di meja dan duduk disebelah nyonya yoon. "Guru injoo" katanya dengan senyum yang sangat lembut. "Bagaimana keadaan badan anda?" tanyaku dia kembali tersenyum "Baik, aku sudah lebih baik" Dia terdiam seperti menimang-nimang sesuatu "Kyungsoo-sshi, apa injoo suka menari?" aku genggam tangannya "Dia anak yang baik, sungguh, dia juga anak yang pandai aku tak bohong, jika anda bertanya apa dia pandai menari, aku akan menjawab dia seperti terlahir untuk menari" nyonya yoon menitikan air mata "selama ini aku begitu berharap dia menjadi dokter tanpa mengetahui keinginannya sendiri, betapa aku ibu yang gagal" aku menggeleng "kau ibu yang baik, injoo begitu mencintaimu" nyonya yoon mengangguk. Setelah itu aku keluar dari sana membiarkan nyonya yoon beristirahat.

 

"Kyungsoo?" suara berat yang sangat familiar, sosok tinggi yang familiar pula. Chanyeol. "Waaa kenapa kau tak menghubungiku! juga baekhyun! juga kai! kami sangat khawatir!" katanya terus memberondongku dengan pertanyaan. "Maafkan aku, aku ingin mencari ketenangan sekarang, ngomong-ngomong dimana baekhyun ? untuk apa kau ada disini? siapa yang sakit?" kini pertanyaanku juga memberondong. "Baekhyun sakit, semenjak kau pergi dia terus menyalahkan dirinya sendiri karena kini Kaipun seperti hancur". Akhirnya aku mengikuti langkah chanyeol menelusuri rumah sakit lagi. "Chagi, ada tamu" kata Chanyeol membelakangiku "Aku tak ingin menerima tamu" suara serak baekhyun terdengar lemah. "Kau tak ingin aku menjengukmu?" aku tonjolkan kepalaku melihat Baekhyun dari samping chanyeol. "KYUNG! KYUNGSOO!!" dia hendak berlari tapi aku segera berlari kearahnya karena dia memakai infus. "Ah kau membuatku khawatir!" dia memelukku aku memeluknya balik. "Maafkan aku tak memberimu kabar, aku benar-benar merindukan kalian" kataku kini duduk disamping baekhyun. "Jadi... kau" aku mengerti arah pembicaraannya, amat sangat mengerti. Aku memegang tangan Baekhyun "Aku tau, maaf seharusnya aku tak bersikap seperti itu" Baekhyun mengangguk "Apa kau sudah bertemu Jongin?" tanyanya, aku mengangguk. "Aku bertemu dengannya kemarin dan dia nampak buruk" baekhyun menghela nafas "dia sangat mengkhawatirkanmu dan menghubungiku berulang kali menanyakan keadaanmu, dia terus menyalahkan dirinya sendiri karena pernyataannya yang membuatmu menjauh darinya"

 

"Aku tak pernah membencinya, bahkan tak pernah bisa membencinya. Aku hanya membutuhkan waktu  untuk itu"

 

---

 

"Seonsaengnim! Seonsaengnim!" sret! injoo membuka pintu ruang musik dan segera masuk. Nafasnya tersengal. "Eomma...eomma... dia membolehkan aku menari!" injoo berlari kepelukanku, aku membalas pelukannya "Gomawo..gomawo...jeongmal..." katanya sambil menangis. "Ya~ kenapa kau jadi cengeng begini!" Injoo duduk disampingku, aku memainkan pianoku, kini dengan sangat pelan dan penuh melodi. "Kepada Kyungsoo Seonsaengnim jika masih berada di sekolah harap menghadap kepala sekolah" injoo dan aku saling bertatapan "Seonsaengnim, apa sekolah mengizinkan kompetisi ini?" tanya Injoo. Aku tersenyum "Ani~ mana mungkin mereka mengizinkannya, tapi akan kupastikan kau mengikutinya percayalah" aku mengacak rambut injoo dan berjalan menuju ruang kepala sekolah. Jantungku berdetak tak karuan, kata-kata pada injoo tadi ingin aku tarik kembali jika bisa. Aku bahkan tak percaya pada diriku sendiri sekarang.

 

"Do Seonsaengnim, aku ingin kau menjelaskan padaku ada apa ini" Ya, surat konfirmasi injoo mengikuti kompetisi itu sudah sampai ke tangan sekolah. "Yoon Injoo murid kelas 3-B yang sebentar lagi akan mengikuti ujian kini sedang dalam proses menggapai cita-citanya". "Do seonsaengnim" suaranya seperti memperingatiku "Aku tau, tapi anak ini, dia sangat ingin menjadi penari, dia sangat berbakat aku bahkan tercengang melihat bagaiman dia menari jadi kumohon berikanlah dia izin mengikuti kompetisi ini, ini sangat penting baginya! kumohon bantulah dia menggapai cita-citanya" kepala sekolah terus menatapku, memberikanku ketakutan yang sangat sangat. Aku akan menjadi guru yang sangat gagal jika aku tak bisa membantu muridku mencapai cita-citanya.

 

---

 

"Seonsaengnim, aku takut" Injoo duduk dengan pakaian hiphopnya disampingku menunggu namanya dipanggil. "Ayolah, aku bahkan berani melewati pagar dan membolos serta membentak aku yang selaku gurumu ini mana mungkin kau takut hanya dengan hal begini" Injoo menatap marah padaku aku mengacak rambutnya "Kau pasti bisa, berjuanglah! aku sudah bersusah payah dan kau harus mentraktirku nanti jika kau menang!" Injoo tersenyum. Namanya dipanggil, aku duduk menontonnya dari kursi penonton, tepuk tangan membahana saat injoo selesai menari. Dia memang AMAZING!. Aku ikut bertepuk tangan terlalu bersemangat sampai tanganku memerah. Saatnya penjurian, suasana kembali tegang. "Yoon injoo, berapa umurmu?" tanya seorang juri "17 tahun" katanya dengan suara bergetar, dia gugup. "Tarianmu sangat baik, ada yang mengajarimu?" Injoo menggeleng "Aku belajar sendiri dengan bantuan teman-temanku". Kini juri yang lain memberikan pertanyaan, jantungku kembali berdebar ketika tahu siapa yang jadi jurinya. Kim Jongin. "Dari mana kau mendapat lagu bagus ini?" tanyanya, aku tersenyum "Dari guruku, dia yang membantuku sampai aku tiba disini" jawab injoo "Benarkah? siapa nama gurumu?" Injoo tersenyum "Kyungsoo, Do Kyungsoo" aku melihat ekspressi Jongin yang tersenyum "Baiklah" lalu Injoo kembali ke belakang panggung, tak berapa lama dia sudah duduk disampingku. "kenapa kau mengatakan padanya namaku!" Injoo duduk dan menyilangkan tangannya "itu karena guruku bilang aku harus menyudahi aksi bohongku pada orang lain!" sentaknya.

“Jongin, sejak kapan kau menjadi pendiam seperti ini eo?” Jongin mengikuti kompetisi dance

“Berisik, aku sedang konsentrasi”

“Benarkah? Kau sepertinya gugup”

“Aku tak gugup! Mana mungkin aku gugup!”

“Hish bilang saja gugup, semua manusia juga pernah gugup”

“Terserahlah” aku memegang tangannya “Kau pasti bisa tenanglah aku akan menunggumu hingga selesai”

Aish anak ini, sungguh seperti jinak tapi jahat. Saatnya pengumuman, Injoo memegang kedua tanganku erat dia gugup, tangannya dingin. "tenanglah kau pasti menang" Chajang! 3 besar diumumkan pada infokus. Dan semua penonton juga peserta bertepuk tangan. "injoo, nampaknya kau harus mentraktirku 3 mangkuk ramen setelah ini" aku menepuk kepala injoo sementara injoo menangis dan langsung memelukku "AKU MENAAANG" teriaknya.

 

---

 

"Ini hadiahmu" kataku memberikannya hadiah, "Woo apa ini?" tanyanya penasaran "cari tau sendiri! dan jangan membukanya disini!" sentakku saat dia akan membuka kadonya.

 

"Seonsaengnim kau terlihat berbeda" injoo duduk disampingku yang bermain piano, soundtrack winter sonata mengalun di ruang musik. "Aku sedang memikirkan banyak hal" kataku, "Ngomong-ngomong, saat aku menerima hadiah juara pertama waktu itu dan berfoto bersama juri, juri bernama Kai itu dia memintaku memberi ini padamu" sebuah perekam ? "Dia bilang, 'berikan kepada do kyungsoo, pastikan dia benar-benar menerimanya'" aku menerima perekam itu "Terimakasih" kataku dan melanjutkan permainanku "Jadi sebenarnya apa hubungan kalian?" anak ini jadi anak yagn banyak bicara sekarang "Tak ada" "Cih itu bohong! aku baru tau dia penari yang sangat hebat, kenapa aku tak meminta tanda tangannya waktu itu, tunggu! jangan jangan dia penari hebat yang kau ceritakan padaku waktu itu!" Bingo! kau benar Yoon Injoo tapi aku takkan mengatakannya "Benarkan?" "Ya! jangan berisik, aku sedang berfikir!" injoo memanyunkan bibirnya "Kalian saling menyukai benarkan?" permainanku terhenti "Apa?" tanyanya "kau bilang apa tadi?"

 

"Aku bilang kalian saling menyukai! Aku yakin seonsaengnim mencintainya sepenuh hati" "Sok tau" kataku "Kalau memang tak menyukainya kenapa selalu membicarakannya?! Kau selalu membicarakan orang itu setiap saat seolah-olah kau kehilangannya!" aku menjewer Injoo "Yayaya~ sakit!" aku menghela nafas "Bersyukurlah ini hari kelulusanmu dan aku tak bisa memberimu hukuman lebih" kataku menyudahi aksi menjewernya. "Seonsaengnim, kau tau, ibuku bilang kalau kau menyukai seseorang lebih baik mengatakannya sekalipun itu takkan berakhir baik, jika kau menyukai orang itu sekalipun dia laki-laki seharusnya kau bisa menerimanya karena seperti yang dia bilang tak ada alasan mencintai seseorang"

 

Seusai perpisahan dan foto bersama aku kembali menjadi do kyungsoo, seorang pengangguran di hari liburannya. Disaat seperti ini rasanya aku ingin meminum kopi dan duduk ditaman. Aku membeli kopi dan duduk ditaman, menikmati dinginnya udara musim dingin. Kapan terakhir kali aku kesini ? Ah... saat musim gugur, bersama Jongin. Ah! aku teringat perekam tadi, aku memasang headsetku dan mendengarkannya dan memencet tombol play.

“Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Jongin

“Baik, aku senang banyak yang menyukai laguku walau bukan aku yang membawakannya, bagaimana denganmu?”

“Aku ada proyek besar nanti, mungkin kita takkan bertemu beberapa waktu kedepan”

“Kau terlihat sedih, aku tau aku ini orang yang pasti dikangeni olehmu”

“Jangan bodoh” katanya mengacak rambutku

 

"Kyunga~ ini aku Jongin" hening "Aku sangat senang kau menggunakan lagu yang kupakai dulu untuk menari di masa awal debutku" dia tertawa "Aku tak yakin awalnya dari mana gadis itu bisa menari tapi bisa kupastikan itu bukan darimu" -dasar si hitam ini!- "mengingat bagaimana kita dulu, sungguh membuatku menyesal dengan apa yang aku katakan terakhir kali padamu" -tak apa, jangan menyesal- "Aku benar-benar menyukaimu jauh sebelum aku mengatakannya, jauh sebelum kau menyukai yoora noona" -selama itukah?- "Bersama denganmu membuatku tenang karena itu aku tak ingin menghancurkannya" -bodoh- "Melihatmu merelakan Yoora noona bahkan mengantarkannya sampai di altar membuat sebagian dari diriku marah dan kesal kenapa kau tak bisa merasakan bahwa aku menyukaimu ?" hening "Aku menyukaimu kyunga~ tapi akan kupendam lagi jika memang kau tak menginginkannya" -aku tertawa- "Tak apa, aku bisa menerimanya aish kenapa aku jadi cengeng begini" -dia menangis?! haha!- "Kumohon hubungi aku dan aku janji takkan menyukaimu lagi aku akan melupakan perasaanku, kyunga~ aku sangat ingin mengatakan 'saranghae' padamu tapi rasanya itu berat aku ingin seperti chanyeol dan baekhyun yang setiap hari berkata 'saranghae' dan membuatku gerah ah sudahlah, cepatlah berkunjung aku merindukanmu!" -kau sudah mengatakan saranghae 2x dasar bodoh-

 

Aku menyeruput kopiku...

 

 

---

 

-Kaipov-

 

Aku benar-benar tak bersemangat, hari-hariku benar-benar gelap sekarang. Bodoh. Kenapa saat itu aku harus mengatakannya! Aku pasti akan memakan es krim bersama dengannya saat ini jika waktu itu aku tak mengatakannya. Aku pasti akan menonton pororo edisi terbaru bersama, merasakan kembali masakannya dan ocehan-ocehannya. Andai waktu bisa kembali.

 

"1 choco oreo" kataku pada pelayan saat tiba giliranku memesan "Tolong jadikan itu 2" "Annyeong!" gadis ini dia pemenang kompetisi dance waktu itu. "Aku sudah memberikan titipanmu" jadi anggap saja es krim ini sebagai bayarannya". Kami akhirnya duduk bersama di bangku dia nampak sibuk dengan es krimnya "Kau muridnya kyungsoo bukan?" tanyaku. Dia menatapku dan mengangguk setelahnya. "Dia baik-baik saja? apa dia makan dengan baik?" anak ini menegakkan duduknya "Belakangan ini dia sering melamun dan memainkan lagu-lagu sedih itu sangat menggangguku" dari mana kyungsoo mendapatkan anak ini ? yah walaupun memang permainannya sedikit mengganggu jika sedang sedih. "Apa dia sudah mendengarkannya?" tanyaku lagi dan gadis dihadapanku ini hanya mengangkat bahu "Yang jelas dia bersikap sangat dingin membuatku merinding" benar, saat kyungsoo sedang tak ingin diajak bicara itu akan sangat menakutkan. "Tapi, ngomong-ngomong kenapa kau menyukainya?" gadis ini "tak apa, aku tau kau menyukainya aku bisa lihat dari kedua matamu" gadis ini seperti mengingatkanku pada seseorang "Itu bukan urusanmu" dia memanyunkan bibirnya "kau sangat menyebalkan" katanya, sungguh anak yang tidak sopan "Baiklah aku hanya akan memberitahumu sesuatu, kyungsoo seonsanengim memutuskan pergi dari sekolahku" mataku membelalak "Hmm mungkin 20 menit lagi dia akan berangkat annyeong" dia lalu berlalu pergi.

 

Apa dia akan pergi ?! aku mengambil jaketku dan shall pemberian kyungsoo berlari menuju ke rumahnya. beberapa kali aku terjatuh karena jalanan yang licin. Aku berlari ke rumahnya melompati pagar dan masuk melalui pintu belakang. "Kyung!" nafasku tersengal-sengal, kyungsoo sedang duduk disofa dengan selimut pororo yang selalu dia pakai sambil membaca buku. "Jongin?" dia menutup bukunya, berdiri dan menatapku heran, aku berjalan mendekatinya dan langsung memeluknya "Jangan pergi" kataku. "K..kau kenapa?" tanyanya, sungguh bodoh dia mau pergi dan masih tak memberitahuku. "Bukankah sudah kubilang! Tak apa jika kau tak menyukaiku! tapi jangan pergi selangkahpun dariku!" bentakku. Kyungsoo melepas kedua tanganku dibahunya dia tertawa hebat "S..siapa yang mengatakan padamu aku akan pergi eo?" tanyanya masih menahan tawa "Gadis itu" kataku masih tak mengerti "Injoo?!" kyungsoo kembali tertawa. "Jadi kau takkan pergi?" tanyaku memastikan, dia menggeleng. Kembali menjadi do kyungsoo yang calm dan tersenyum dia mendekatiku dan memelukku "aku takkan pergi, sejengkal kakipun darimu jongina" jantungku berdebar hebat kyungsoo memelukku dan menyandarkan kepalanya di dadaku. Dia lalu menatapku "nado saranghae" kata magic itu terucap dari bibirnya yang kini menempel di bibirku. Aku memeluknya "Gomawo" rasanya aku ingin meledak, berada disekitarnya selalu membuatku selalu ingin mendekapnya. "Jongin, kau nampak kurus" kyungsoo menyudahi pelukanku dan memegang kedua pipiku "Gwenchana" kataku tersenyum padanya "Aku akan memasak untukmu nanti, Ah! pororo mulai!" dia kembali duduk dan memakai selimut pororonya "Jongin!cepat!kau tak mau terlewat kan?" aku duduk disampingnya bersandar pada bahunya yang hangat.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
1412alyd #1
Chapter 1: anyeong new reader here~ slm kenal:) ,mhn bantuanny #halah
suka bgt ma ceritany,nice ff thor^^
loveedensor #2
Chapter 2: such a happy story author nim....ah kaisoo melt me down... kk
seideer #3
Chapter 2: Wuahhh diluar dugaan ini ending... Hahahah.. Akhirnya kaisoo bersatu
seideer #4
Chapter 1: Owhhhhh menarikkk ne.. Inget masa sekolah dlu.. Suka ama guru.. Hahahahha
dewilololala #5
Chapter 2: hmmmm perfect fanfiction. gk ktebak akhirnya. dikira d.o oppa jadinya sama injoo kkk