Egoism

Egoism

EGOISM

Author : @lutviakafah

Judul : Egoism

Genre  : Romance

Length : Oneshoot

Cast     : EXO-K Do Kyungsoo, Han Yoora (oc), Lee Donghae

Othercast : Kim Jongin, Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Kim Joonmyun, Oh Sehun

Disclaimer : FF ini pernah dipublish di http://lutviafisilmi.wordpress.com/

N/B : Howhowhow ._. singkatnya author mohon maaf kalo2 ada salah ketik salah kata salah mikir (?) wkwk :p ini murni fikiran author yang juga lagi polinginlope sama guru author walau itu tak mungkin Eaaa 3 *curhat heehe pokonya happy reading readers :>

Aku terbangun seperti biasa tepat pukul 6.00 itu sudah menjadi kebiasaanku semenjak aku menempati bangku SMA. Kulihat kantung mataku yang semakin menjadi di cermin karena kebiasaan tidurku yang berubah dan terkesan gila. Aku hanya tidur 2 jam itulah kesimpulannya. Terpaksa aku merubah kebiasaan tidurku demi sesuatu, demi hal yang tak pernah aku inginkan sebelumnya. Setelah mandi, aku segera bergabung dengan satu-satunya kakak perempuanku, Do Kyungsaa, dia hanya tersenyum jahil setiap kali kantung mataku bertambah besar jahil memang sudah sifatnya sejak dulu.

“Kyungsoo kapan kau akan hibernasi eo? Matamu sudah mirip seperti bulldog ketimbang panda sekarang” ledeknya

“Kyungsaa” eomma segera menengahi, walau sebenarnya akupun tidak berniat membalas ejekannya. Eomma mengelus rambutku “Bagaimana belajarmu ? Jangan terlalu memaksakan” aku hanya diam meminum susu dan mengambil tasku “aku pergi” kataku lalu menyambar mantelku “kyungsoo, jangan lupa berikan rotimu” sindir noona lagi, dia memang tidak akan pernah berhenti menyindirku. Aku memilih jalan memutar yang lebih jauh menuju halte, hanya untuk melewati sebuah rumah berwarna putih gading dengan pagar pendek berwarna cokelat. 5 menit aku berdiri disebrang rumah itu menunggu sang pemilik rumah keluar, dan bingo! Dia keluar dengan mantel merahnya yang terakhir dipakai 2 hari kemarin, aku ingat itu dengan jelas. Dia lalu tersenyum dan melambai kearahku membuka pagar rumahnya dan berlari kecil kearahku.

“Apa aku telat? Bagaimana penampilanku?” aku hanya tersenyum, apapun yang dia pakai tak pernah salah tak pernah mengecewakan dan tak pernah tak cantik dimataku.

“Dio-ya? Bagaimana penampilanku?” tanyanya lagi dengan nada manja

“kau selalu cantik noona” ucapku “arraseo, kajja!” dia berjalan mantap dihadapanku, aku mengekorinya dari belakang meneliti setiap gerak-geriknya yang begitu bersemangat dan ceria.

Kami menaiki bis nomor 1434 yang memang jarang penumpang karena daerah ini cukup jauh, seperti biasa aku dan noona duduk di kursi nomor 12 dan 13 kursi angka kelahiranku dan kelahirannya. Dia duduk disamping jendela, sesekali dia membuat tulisan-tulisan dari embun yang menempel di jendela, kebiasaannya. Lalu dia akan mulai bercerita bagaimana harinya kemarin, keluhan-keluhannya dan banyak lagi. Aku hanya pendengar setia, tak berkomentar apapun tapi juga bukan berarti tak menunjukan wajah tertarik padanya. Aku selalu tertarik, tertarik akan semua yang ada pada dirinya termasuk cerita-cerita yang menurutku sudah pasti aku melihatnya langsung karena aku berada disana, tapi aku tak pernah bosan dia selalu membuat semua cerita terasa begitu menarik untuk diulang kembali.

Bel sudah berbunyi dan aku sudah duduk manis dibangkuku, kami berpisah di lapangan depan karena gedung kami yang berbeda. Kelasku begitu ribut seperti biasa, Baekhyun, Chanyeol dan Jongin selalu menjadi dalang keributan, mereka akan bernyanyi ngerapp bahkan menari-nari diatas meja tak terkendali tapi itu adalah pemandangan yang indah bagi yeoja-yeoja yang menatap mereka penuh kagum. Aku hanya sibuk berkutat dengan bukuku berusaha mencerna kata-kata didalamnya, seseorang menepuk pundakku “bernyanyilah d.o-ya aku ingin dengar suaramu lagi” seru junmyun ketua kelas kami, “ani masih ada 324 halaman yang masih harus aku baca junmyuna”

“Haish kau selalu begitu dioya” junmyun akhirnya menyerah terhadapku, aku akui aku bisa bernyanyi. Suaraku tak kalah dengan baekhyun sang mainvocal kelas kami. Hanya saja, suaraku terbilang langka didengar karena aku hanya bernyanyi jika aku sangat ‘sangat’ ingin bernyanyi.

“pagi anak-anak” seketika kelas hening, semua kembali ke tempat masing-masing dan duduk dengan rapi. Junmyun menyiapkan kelas dan kembali duduk. Aku terus menatapnya dari sini, dia memakai dress biru langit hari ini, nampak cerah dengan polesan lipgloss pink pudar yang tak berlebihan. Rambutnya digerai indah dan diikat setengah. Neomu yeppoh.

“Baik anak-anak saatnya kita ulangan, dio-ya bisa tolong bagikan kertas ulangannya?” aku tersadar dan segera bangkit dari kursiku yang berada di pojok kiri belakang. Suasana kelas seketika muram, tapi tidak untukku. Bagiku ini adalah kesempatan emas untuk lagi-lagi menunjukkan padanya, menunjukkan bahwa aku sangat berusaha keras dalam pelajarannya.

“Kenapa suasana berubah muram eo? Ulangan kali ini gampang sonsaengnim janji…” katanya tersenyum penuh makna.

“Arrasseo, 45 menit dari sekarang! Kalian boleh buka soalnya dan selamat mengerjakan” Jongin yang duduk dihadapanku sama sekali tak membuka soalnya dia langsung terlelap tidur dalam mimpinya –akurasa-.

Dingdongdingdong~ bel istirahat berbunyi pertanda waktu mengerjakanpun sudah habis, aku mengumpulkan lembar jawabanku pada seonsaengnim begitupun yang lain. “Dio-ya bisa tolong bawakan buku?” aku langsung mengangguk dan berjalan bersamanya menuju ruang guru.

“hm, bagaiman jongin? Apa dia bisa mengerjakannya?” Tanya seonsaengnim dengan raut wajah khawatir. “dia pasti bisa” kataku meyakinkan, ‘dia selalu bisa menggunakan segala cara untuk membuatku memberitahunya’ lanjutku dalam hati

“taruh bukunya disitu” aku menaruh buku-buku seonsaengnim dimejanya

“Wah wah wah dio-ya kau sudah seperti asisten yoora seonsaengnim sekarang” Eunhyuk seonsaengnim muncul dari sebelah bilik meja yoora seonsaengnim. Aku tersenyum dan memilih diam dari pada berkomentar. “dia memang asisten kebanggaanku” wajahku memanas. “dan dia juga sangat special, jadi eunhyuk sunbae jangan coba-coba” katanya dengan nada bercanda

“arraseo arraseo” eunhyuk seonsaengnim kembali ke meja kerjanya, “kau boleh istirahat sekarang, gomawo dio-ya” aku membungkuk dan berjalan melewati lorong menuju kafetaria. Disana teman-temanku sudah duduk sambil menikmati minuman dan makanannya masing-masing. Jongin yang pertama merangkulku “GO-MA-WO dio-ya” jongin memberikan seporsi bubble tea juga ramen kepadaku. Aku mengambil bubble tea tapi tidak dengan ramen “selalu kau menolak ramen” dengan cepat kilat chanyeol mengambil ramen itu dan memakannya “ya! Kenapa kau memakannya?!”

“Dio  tidak akan mau memakan makanan tidak bergizi begini bodoh!” chanyeol terus menyuapkan ramen ke mulutnya sementara Jongin mendengus kesal

“Aniya, aku alergi” kataku membela diri bahwa bukan karena aku tidak suka tapi memang aku tidak bisa memakannya “arraseo lain kali aku belikan kau bento”

Hari berlalu, aku menunggu seonsaengnim di depan gerbang. “menungguku dio-ya?” tanyanya mengangetkanku

“Eum” aku mengangguk “kajja!” kami menuju halte dan menunggu bis nomor 1434. Yoora noona entah kenapa begitu bersemangat hari ini “noona terlihat bahagia”

“Hehe apa begitu terlihat?” aku mengangguk “aku memang sedang bahagia hari ini”

“Wae?” tanyaku

Ckiiiit bis kami tiba, seperti biasa kami duduk di kursi kami.

“Hari ini aku akan bertemu orang special dio-ya” matanya begitu berbinar menampakan betapa bahagianya dia saat ini “Nugu?” tanyaku hati-hati

“Calon suamiku” aku terdiam, ini… terlalu cepat. “lihatlah ini fotonya, dia tampan bukan?” bahkan dia menyimpan fotonya di ponsel. Aku tersenyum, senyum palsu. Apa arti special sesungguhnya ? aku juga orang special bukan ? rasanya ingin aku menanyakan hal itu, tapi aku tau baginya aku hanyalah anak kecil yang belum dewasa, baginya aku hanyalah seorang murid, baginya aku hanyalah temannya berangkat bersama dan pulang bersama tak lebih.

Aku terus memikirkannya, mungkin hanya anganku juga yang berlebihan bahwa kami akan bersama, bahwa suatu saat nanti aku bisa mengatakan padanya bahwa aku mencintainya. Bahwa nanti walaupun usia kami berbeda 7 tahun kami bisa bersama, bodoh, hal bodoh yang diimpikan oleh Do Kyungsoo, hal yang tak akan menjadi nyata sampai kapanpun.

Sesuatu menyentuh tangan kiriku, “Kyungsoo? Apa yang kau fikirkan?” tanyanya, aku menggeleng dan tersenyum tipis “apa menurutmu pernikahan ini akan berhasil?” aku menarik nafas ‘tidak ini tidak berhasil, kau tidak bisa bersama orang lain’ perlahan aku memandang matanya “Noona orang yang baik, pasti akan mendapatkan seseorang yang baik pula” dia tersenyum dan menyandarkan kepalanya di bahuku “Kau juga dio-ya”. Aku mengantarnya sampai rumah berwarna gadingnya, dia mengacak rambutku sebelum pergi masuk.

“Kenapa kau murung adik kecil? Ceritakan padaku” noona sudah menyambutku di ruang tamu sambil memainkan gitarnya. Aku berhenti dan menatapnya “jangan ganggu aku, aku benar-benar sedang buruk” kataku mengakhiri percakapan kami hari ini. Aku meringkuk di kasur memikirkan kembali soal perjodohannya dengan laki-laki yang entah siapa namanya aku tak menyimak dan tak ingin mendengarkan. Noona memainkan gitarnya, suaranya terdengar sampai kemari. Lagu patah hati yang sedang dimainkannya benar-benar sesuai, dia memang selalu bisa menebak.

Malamnya seperti biasa tepat jam 2 aku terbangun lalu mulai belajar, namun rasanya kali ini semua usahaku terbilang sia-sia. Tidak ada kesempatan untukku untuk medapatkan Yoora noona. Aku menutup buku dan lebih memilih  melamun menatap foto diawal tahun kami, saat berkemah. Yoora noona merangkulku dan tersenyum sangat manis, sampai-sampai aku dibuat berdebar disampingnya dan berekspresi kaget. Saat itulah awal aku mulai menjemputnya, karena diawal tahun nilaiku begitu buruk akibat perpisahan appa dan eomma. Namun yoora noona datang bagaikan malaikat, dia terus mendorongku untuk giat belajar hingga akhirnya aku mendapatkan nilai yang nyaris sempurna di tiap pelajaran kecuali pelajarannya –matematika- kami bertaruh jika ulanganku hari itu, awal musim semi ulangan pertama setelah libur musim dingin masih buruk maka aku harus menjemputnya setiap pagi dan mengantarnya pulang seusai sekolah. Aku bimbang, jika nilaiku buruk maka aku bisa mengantar noona pergi dan pulang. Maka aku melakukannya, sekalipun aku bisa maka aku menyalahkannya hanya demi kesempatan langka itu.

Keesokan harinya aku kembali berdiri di depan rumahnya, namun kali ini nampak ada yang berbeda. Didepan rumahnya kini ada sebuah mobil sedan berwarna perak dan didalamnya sudah menunggu seorang pria –kurasa- dia keluar dari mobilnya aku sedikit tersentak ketika tau siapa yang ada disana, bodohnya kemarin aku tidak memperhatikan cerita noona dan setidaknya mendengarkan siapa yang akan menjadi calon suaminya.

“Kyungsoo-sshi kau ada disini?” tanyanya menyeringai memamerkan garis-garis ketampanan dan kelembutan di wajahnya. “Ne, aku setiap hari seperti ini” kataku menjelaskan dan berusaha agar tidak terlihat penasaran. “Uisa-nim sedang apa disini?” tanyaku yang berharap semoga bukan dia calon suaminya . “Eo? Yoora belum memberitahumu ?” dia mendekatkan wajahnya ketelingaku “kita sudah bertunangan kemarin” aku memutuskan untuk hanya menelan ludah. Memang dia orangnya, jelas noona bahagia ternyata calon suaminya adalah seorang dokter yang selalu menjaga ruang UKS kami yang terkenal akan ketampanannya. “Donghae?” suara Yoora-seonsaengnim memecah keheningan dia nampak canggung namun wajahnya bersemu merah ketika melihat donghae-sshi datang dan sedikit terkejut.

“eo? Dio-ya kau sudah lama menunggu?” tanyanya padaku, aku hanya tersenyum “maaf donghae-sshi kau memang baik memberiku kejutan di pagi hari tapi aku rasa aku sudah mempunyai orang special untuk datang dan pulang jadi kau tak perlu repot menjemputku” ucapnya, hatiku mencelos. Lagi-lagi kata special keluar dari mulut cherrynya menyimpan berjuta pertanyaan dibenakku. “Kajja dio-ya nanti kita terlambat” ditariknya aku dari sana, pasti dia malu karena barusan dia dicium oleh donghae secara mendadak tepat di pipi, walau dipipi aku seperti terbakar dan kesal sekarang. Kami duduk ditempat yang sama, “Dio-ya dia tampan bukan?” tanyanya bersemu merah, aku mengangguk “apa dia terlihat cocok denganku?” lagi-lagi aku mengangguk “ah… pilihan eomma memang tidak pernah salah” lalu dia bercerita pertemuannya kemarin dengan donghae-sshi yang kini aku dengarkan dengan baik walau sebagian besar aku hanya mengangguk.

Kami tiba disekolah dan seperti biasa banyak murid laki-laki yang menatap iri padaku, karena hanya aku yang diberikan kesempatan untuk menjemput dan mengantar pulang seonsaengnim cantik pujaan mereka. “Dio-ya noona duluan ne?” dia mengelus rambutku dan berjalan menuju ruang guru pastinya menyampaikan berita bahagia. Aku hanya berjalan lesu menuju kelas, “Kau kenapa?” kai merangkulku –seperti biasa- “tak apa” aku melepas rangkulannya yang semakin memberatkan bahuku lalu segera duduk, membuka buku fiksi yang belum selesai kubaca lalu seseorang memakaikanku headset. Chanyeol yang melakukannya dia nampak mengerti suasana hatiku yang memang tidak baik “kami tidak akan mengganggu kau bacalah bukumu” aku mengangguk, kuraih mp3 dari tangannya dan menyalakan lagu dengan volume sedang lalu kembali focus membaca buku walau sebenarnya aku tak focus.

Pelajaran pertama berjalan baik begitupun pelajaran2 berikutnya, saat pelajaran terakhir akan berakhir kulihat donghae-sshi berlari kecil menuju gerbang dia pasti menunggu yoora seonsaengnim. Kriiiiiiiiiiiiiiiiing belpun berbunyi aku memutuskan untuk tetap diam di bangkuku tak berkutik “dioya kau tidak pulang?” Tanya chanyeol menepuk bahuku “eum ani… bisakah kau bilang pada yoora seonsaengnim hari ini aku tidak bisa pulang dengannya?” chanyeol nampak kaget tapi dia mengerti “arraseo, aku duluan” tak lama Yoora noona sudah berada di gerbang disusul chanyeol yang berlari kearahnya dan berbicara. Bruk! Kai duduk di mejaku membuatku sedikit tersentak, “tadi aku melewati ruang guru dan aku dengar Yoora seonsaengnim sudah bertunangan geurecchi?” aku menatap mata sayunya dan mengangguk “itukah sebabnya sekarang kau sedang dalam tahap menjauhkan diri?” aku menghela “aku nyaris mengatakannya jongina” aku lebih nyaman memanggilnya jongin ketimbang kai yang menurutku aneh. “mengatakan apa?” aku kembali menatap yoora noona yang kini masuk ke mobil donghae-sshi. “aku nyaris mengatakan bahwa aku mencintainya”

“lalu kenapa tidak kau katakan?” jongin memang tipe orang yang datar dan to the point “kau tau itu sulit, dan sekarang dia sudah bersama orang lain” dia memegang pundakku “katakan jika kau berani, dan jangan katakan jika memang tak ingin” Jongin merangkulku “dan jangan menyesal” dan menarikku pergi dari sana.

Aku pulang seperti biasa, melewati rumahnya walau sebenarnya aku sudah memikirkan aku tidak boleh melakukan itu lagi mulai sekarang. Tapi seperti ada sesuatu yang menarikku untuk terus kesana. Aku tersentak karena noona berjongkok didepan pagarnya “Noona?” dia seperti mendengar suaraku dan menatapku “dio-ya!” dia berlari kearahku wajahnya membeku karena bibirnya menggigil. “Kenapa tidak kedalam?” tanyaku “noona menunggumu, tidak biasanya kau pulang sesore ini” dia mengelus rambutku seperti sudah kebiasaannya sekarang. “aku ada urusan sebentar dan mulai sekarang juga sepertinya aku tidak bisa menjemput noona seperti biasa” ada raut kesedihan disana “wae?” aku melepas shallku yang berwarna hitam dan dihias rajutan lonceng di ujung kanannya lalu memakaikannya pada noona, “udara sangat dingin sekarang, lebih baik noona naik mobil bersama donghae-sshi” aku tersenyum padanya “tapi dio-ya tetap akan pulang dengan noona kan?” aku menggeleng “aku ada jam tambahan mulai besok aku harus mempersiapkan untuk ujian akhir nanti dan ujian masuk universitas” dia mengangguk dan kembali mengelus rambutku “arrasseo, pulanglah nanti eommamu mencari” aku mengangguk dan berjalan menjauh. Langkah kakiku berat rasanya, begitupun dengan hatiku. Aku memutuskan untuk tidak mengatakannya dan menyimpan perasaan ini sendirian kurasa itu lebih baik.

1 minggu sudah aku tidak berangkat bersama Yoora noona, tapi tentu aku masih setia datang ketempatnya seperti biasa dan melihatnya bersama donghae-sshi. Seharusnya aku bahagia, karena yoora noona juga tampak bahagia yah, seharusnya. Kini kursi itu kosong, tidak ada yang menempati, teringat di benakku betapa kami begitu bahagia menghabiskan pagi. ckiiiiit bis terhenti “permisi boleh aku duduk disana?” aku mendongakkan wajahku “tentu” aku berdiri dan membiarkannya masuk “kau menghindariku dio-ya” aku masih diam tak menjawab “apa kau marah padaku? Apa aku berbuat salah?” aku menggeleng. Selanjutnya hanya hening “aku selalu melihatmu menunggu disana, kau juga berbohong soal jadwal tambahan” ada raut kecewa disana “Mianhe noona” tangannya kini menggenggam tanganku, “kau tau, aku jauh lebih bahagia pergi bersamamu ketimbang dengan mobil itu” aku menelan ludah, “waeyo?” Tanyaku sedikit ragu. “Karena kau itu special dio-ya” dia melukis senyum sementara aku gelagapan menyadari peningkatan detak jantungku disertai keringat dingin karena dia menggenggam tanganku sangat erat.

“Mulai sekarang jangan menghindariku lagi, jangan begini, aku kesepian kau tau itu dio-ya” dia mengelus rambutku –lagi- dan terus menggenggam tanganku sampai sekolah. “Noona” aku menyadarkannya “Eum?” aku tersenyum “sebegitu takutnya kah kehilanganku noona? Aku tidak akan pergi lagi aku janji, jadi lepaskan tanganku sebelum semua orang menganggapku mengambil tunangan orang” dia melihat genggaman tangannya “hehe mian dio-ya sampai ketemu nanti” dia melambaikan tangannya dan aku membalasnya.

“Hmm jadi kau memutuskan untuk mengatakannya?” jongin datang dan merangkulku saat jam istirahat “ani aku tidak mengatakannya” jongin menepuk pundakku 3x lalu kami berjalan bersama ke kelas. Kami menghabiskan jam istirahat dengan bermain basket di lapangan, dan saat itu Donghae-sshi berlari ketengah lapangan sambil membawa megaphone. Aku menebak dia akan melamar Yoora noona, tentu apalagi yang akan dia lakukan selain itu fikirku. “Yoora-sshi” aku berdiri menatapnya yang kini berlutut ditengah lapangan menghentikan permainan kami. Murid-murid sudah jelas berkerumun, “Yoora-sshi… datanglah kemari” panggilnya lagi. Tak lama Yoora noona datang menghampiri, wajahnya bersemu merah menahan malu. “Donghaesshi apa yang kau lakukan?” tanyanya. “Will you marry me?” donghae-sshi mengeluarkan kotak kecil dan membukanya, sebuah cincin dengan permata kecil ditengahnya. Jerit para murid wanita membahana mungkin bagi mereka itu adalah scene romantic. Aku hanya menghela nafas, membalikan badanku untuk berhenti menyaksikan adegan dramatis itu, pergi jauh lebih baik.

“Aku akan menerimamu jika…” suara Yoora noona masih terdengar karena aku juga sedang berusaha keluar dari kerumunan penonton dengan susah payah “jika dio-ya mengizinkan” aku menutup mataku, lidahku kelu. Semua murid kini menatapku, aku berbalik badan menatap Yoora noona yang entah sejak kapan sudah beberapa langkah dariku “dio-ya” panggilnya. Jujur aku ingin egois, hanya untuk kali ini. Aku mohon untuk kali ini izinkan aku bersikap egois! Aku ingin bersama noona selamanya… aku juga ingin melakukan adegan romantic untuknya dan melamarnya. Aku ingin memiliki noona sepenuhnya, bukan sebagai guruku tapi sebagai wanita. Yang kelak akan menjadi ibu dari anak-anakku, ibu yang sempurna. “Noona” aku tersenyum “berbahagialah dengannya”. Noona memelukku, “Gomawo dio-ya” aku mengangguk siswa-siswi yang lain bersorak bahagia. Aku memilih pergi dari sana, kembali ke tempat asalku perpustakaan.

“Kau melakukan hal yang benar” Jongin terbangun dari tidurnya di pojok ruangan, “aku sempat takut kau akan melarangnya” Jongin memelukku “menangislah jika ingin” aku mendorongnya “kau fikir aku anak cengeng eo?” selanjutnya tawa kami memenuhi ruangan.

Beberapa bulan kemudian…

Tingnong!  Tingnong!

“Kyungsoo ada dirumah?” aku berhenti menuruni tangga, mengenal suara itu dengan baik. “Dia sedang diluar” jawab eomma. “Benarkah?” suaranya nampak kecewa, aku mengira-ngira apa wajahnya kecewa juga? “aku ingin menyampaikan ini untuknya, aku mencarinya di sekolah tapi dia selalu pulang lebih dulu dan banyak lagi” aku tersenyum aku memang sengaja menghindarinya. “Eum akan kusampaikan” jawab eomma “bisakah ajumma pastikan dia datang? Aku ingin dia menjadi pendampingku nanti karena aku tidak mempunyai orang lain selain dio” aku melihat eomma nampak mengangguk ragu, begitupun hatiku terlalu ragu untuk melihatnya bersanding dengan orang lain.

“Kau dengar? Dia sangat-sangat menginginkanmu datang pabo” noona mengambil gitarnya dan kembali bernyanyi membuat sebuah karangan lagu lagi –kurasa-. “Eum, dia nampak sedih kau terus menghindarinya kyungsoo-ya” eomma juga ikut bersuara. Aku terdiam kembali ke kamar berlari menuju balkon. Masih bisa kulihat sosoknya yang anggun berjalan menjauh. Haruskah aku datang noona ? tanyaku lebih kepada diri sendiri. “Datanglah, dia menunggumu” eomma menaruh susu coklat hangat di mejaku “kau sudah merelakannya bukan ? biarkan dia bahagia bersama orang pilihannya” eomma mengelus rambutku, mengingatkanku pada sosok Yoora noona yang selalu bertingkah sama. Aku juga merindukan sentuhannya, juga tatapan hangat dan senyum manis dari bibir cherrynya yang begitu menghipnotis.

beberapa tahun kemudian…

dddrttt…. Drrrrtttt….

“yoboseyo?”

“yoboseyo? Eo jongina eodisseo?”

“kyungsooya cepat kemari! Aku kedinginan!”

“Na arro…mianhe tunggu ne?”

Bip!

Aku berlari cepat keluar rumah, musim salju kembali menerjang, ini hari pertama aku kembali ke korea setelah memutuskan kuliah di Amerika. Suasana masih sama, masih hening disini, ku masukkan tanganku ke jaket berusaha menghangatkan diri walau sebenarnya tak berhasil. Jongin sudah menungguku di café dekat sekolah kami dulu, sekolah yang dipenuhi dengan hari-hari yang baik. Entah apa yang membawaku kembali ke kebiasaan lamaku, melewati jalan putar yang jauh dari halte demi melihat rumah berwarna gading ? aku berdiri ditempat yang sama seperti 7 tahun lalu, menunggunya keluar dari rumah dan melambaikan tangan padaku lalu bertanya bagaimana penampilannya.

Selalu cantik, jawaban yang sama dengan rona merah dipipiku. Cklek! “Eomma~ appa~ ayo kita main salju…kyungsoo mau main salju” seorang anak kecil dengan shall berwarna hitam dengan rajutan lonceng di ujung kanannya. Aku tersenyum nyaris tertawa jika saja sang pemilik rumah tidak keluar rumah dan berniat membuat jantungku berdetak kencang lagi. Aku hanya tersenyum simpul. Aku melanjutkan perjalananku tak ingin si hitam itu berkomentar banyak-banyak nanti. Ckiiit! 1434 sudah muncul dihadapanku, aku menaikinya dan duduk di tempat kesukaanku kursi nomor 12.

Ckiiit rem mendadak membuat kepalaku nyaris terkantuk pada kursi didepanku. Segerombolan anak muda menaiki bis lalu bis kembali berjalan.“Dio-ya!” aku tersenyum saat si tinggi menghampiriku “kau sangat telat kami bosan menunggumu!” aku berdiri dan memeluknya “sorry” ucapku lalu memeluk makhluk setelahnya, baekhyun dan setelahnya suho dan setelahnya sehun. “Dio-ya aku duduk disana ne ? disana kosong bukan?” aku mengangguk ckiiiitttt bis kembali terhenti. “Kau melupakanku?” aku tersenyum tipis “bukankah kau sudah lama menungguku?” tanyaku dia menerobos chanyeol dan duduk di kursi nomor 13 “ya itu kursiku kai!” chanyeol protes tempatnya terebut sementara Jongin, yah dia hanya tersenyum simpul lalu tertidur dasar sleepy.

“bisakah kalian jangan berisik?!” maki seseorang dari kursi paling belakang

“EUNHYUK SEONSAENGNIM?!”

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
1412alyd #1
Chapter 1: anyeong new reader here~ slm kenal:) ,mhn bantuanny #halah
suka bgt ma ceritany,nice ff thor^^
loveedensor #2
Chapter 2: such a happy story author nim....ah kaisoo melt me down... kk
seideer #3
Chapter 2: Wuahhh diluar dugaan ini ending... Hahahah.. Akhirnya kaisoo bersatu
seideer #4
Chapter 1: Owhhhhh menarikkk ne.. Inget masa sekolah dlu.. Suka ama guru.. Hahahahha
dewilololala #5
Chapter 2: hmmmm perfect fanfiction. gk ktebak akhirnya. dikira d.o oppa jadinya sama injoo kkk